Amanat Agung bukan sekadar agung, melainkan kita harus mengertinya
sebagai amanat yang paling agung dalam sejarah karena dibalik amanat
ini ada kehendak Allah Bapa yang kekal, kehendak yang dinyatakan di
dalam diri Allah Anak. Sebelum amanat ini, darah Kristuslah yang
telah dicurahkan, dan sesudah amanat ini, darah orang kuduslah yang
dicurahkan. Sebelum amanat ini ada pengutusan Allah Bapa terhadap
Allah Anak, sesudah amanat ini ada jutaan misionaris yang diutus.
Sebelum amanat ini ada semangat Kristus yang rela berkorban, sesudah
amanat ini ada berjuta-juta manusia yang berkorban, yaitu mereka
yang telah ditebus oleh darah Kristus. Karena amanat ini, banyak
keluarga menjadi hancur, karena amanat ini banyak orang telah
dibunuh. Meskipun harga yang harus dibayar demikian besar, kehendak
Tuhan tidak boleh ditunda.
- Sifat supraalamiah
Jika bukan Tuhan yang supraalamiah yang sudah mengalahkan dunia
alamiah, maka tidak akan ada Amanat Agung. Dia mengutus kita dengan
status supraalamiah, yaitu status Tuhan yang bangkit. Dari manakah
tampak sifat supraalamiah ini di dalam Amanat Agung? Yaitu dari
tindakan rasul-rasul menyembah kepada-Nya di bukit di Galilea, yang
telah ditentukan oleh Yesus (Matius 28:17). Ini menyatakan bahwa
Kristus adalah Tuhan, Tuhan yang telah bangkit dari kematian. Itulah
sebabnya murid-murid menyembah-Nya.
Pada saat Yesus meredakan topan dan ombak, murid-murid-Nya
menyembah-Nya dan berkata, "Siapa gerangan Engkau ini, sehingga
angin dan danau pun taat pada-Mu?" Dan Tomas ketika berlutut di
hadapan-Nya berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku." Ini semua menunjukkan
bahwa Kristus adalah Tuhan atas alam yang patut menerima sembah
sujud kita.
Sayang sekali pada waktu mereka menyembah Kristus, sambil menyembah,
mereka meragukan Dia. Bukankah ini cermin dari kita yang kurang
pengertian yang sempurna tentang sifat supraalamiah Kristus? Selama
ini, teolog-teolog liberal menolak sifat keilahian Yesus dan hanya
menitikberatkan sifat moral-Nya. Itulah sebabnya, gereja-gereja
mereka mundur. Jika Tuhan tidak memiliki kedaulatan mutlak dalam
gereja, maka Injil yang kita beritakan pun tak mempunyai dasar yang
sejati. Seorang yang tidak tahu menyembah kepada Tuhan adalah orang
yang tidak mengetahui Amanat Agung. Seorang yang tidak tahu
menempatkan posisi Kristus yang supraalamiah dalam hatinya adalah
orang yang tidak dapat menjalankan perintah pemberitaan Injil. Tuhan
yang kekal dan supraalamiah adalah Tuhan yang telah menang atas
semesta alam. Sifat inilah yang menjadi dasar sifat Amanat Agung.
- Sifat otoritas
Dengan kuasa-Nya yang melampaui segala kuasa di langit dan di bumi
Dia memberikan amanat ini dan mengutus murid-murid-Nya. Yesus
mendekati mereka dan berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di surga dan di bumi." Ini bukan merupakan kemenangan dari
sifat keilahian Kristus, melainkan kemenangan dari sifat
kemanusiaan-Nya. Sifat keilahian Kristus tidak perlu ditingkatkan
lagi karena Allah adalah yang tertinggi; sifat keilahian Kristus
tidak perlu ditambah dengan kuasa apa pun, karena Dia sudah memiliki
kuasa yang mahatinggi. Pada saat Kristus datang ke dunia dan menjadi
manusia, Dia pernah menjadi seorang yang tak mempunyai kuasa,
dilahirkan sebagai manusia namun tak memiliki hak asasi manusia:
pada saat lahir meminjam tempat hewan, pada saat mati pun meminjam
kubur orang. Tetapi puji syukur kepada Allah, sebagaimana Adam telah
menjadi wakil kita menempuh jalan kegagalan, Kristus Kalam yang
telah menjadi daging telah membuka jalan kemenangan bagi kita.
Kemenangan sifat kemanusiaan Kristus menjadi wakil kemenangan yang
agung bagi umat manusia. Apa yang dicapai oleh sifat kemanusiaan
Kristus merupakan penggenapan yang sempurna, yang diidamkan dan
tidak pernah mungkin tercapai oleh umat manusia.
Segala kuasa di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya. Tuhan
kita telah memberikan kuasa kepada gereja, itulah sebabnya kita
dapat melakukan penginjilan. Hari ini, berdasarkan kuasa inilah,
kita memberitakan Injil kepada massa manusia. Janganlah takut, hai
kamu kawanan kecil! Hari ini yang Tuhan berikan kepada kita adalah
kuasa dan bukan pengalaman. Janganlah mengira bahwa dengan bersandar
kepada gelar dan pengetahuan kita dapat melepaskan orang dari kuasa
alam maut serta berpaling kepada Allah. Kita hanya dapat membuang
rintangan yang terdapat dalam kepercayaan orang, namun yang
menimbulkan iman pada manusia adalah Roh Kudus dan kebenaran.
Kuasa melampaui kekuatan. Kekuatan berasal dari kuasa; pada saat
kekuatan terasa tidak mampu, kuasa tetap dapat melakukan pekerjaan
yang ajaib. Belasan tahun yang lalu, saya pernah pergi ke Jakarta
dengan kereta api. Salah seorang penumpang kereta itu telah
mengajukan suatu pertanyaan yang sangat menarik dan cukup memeras
pikiran orang lain: benda apakah yang didorong oleh ratusan orang
sekalipun tidak akan bergerak karena terlalu berat, tetapi ketika
satu orang datang dan meniup angin saja, benda berat itu langsung
bergerak? Banyak orang tidak bisa menjawab pertanyaan itu, sampai
akhirnya si penanya sendiri yang mengumumkan jawabannya, yaitu
kereta api! Dari sini kita mendapat suatu pengertian, yaitu jika
kita bekerja dengan kekuatan diri sendiri, sering kita merasa tak
berdaya untuk menyelesaikannya, namun Tuhan mempunyai kuasa, bahkan
kuasa yang lebih besar dari kekuatan, maka begitu Dia memberikan
perintah, lingkungan pun akan terbuka. Itulah sebabnya, kita dapat
berdiri di hadapan massa dengan penuh kuasa untuk memproklamasikan
pada dunia bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat satu-satunya.
Ditinjau dari pandangan manusia, pengutusan Kristus adalah kejam dan
sadis: "Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala."
Coba bayangkan keadaan seluruh tubuh domba kecil yang dicabik-cabik
oleh serigala, maka kita pun akan mengetahui apa yang disebut
pengutusan. Saudara yang kekasih, jika kuasa Tuhan ada di dalam diri
kita, betapa besar pun kesulitan yang harus kita tempuh, dan betapa
besar pun pengorbanan yang harus kita bayar, kita tetap harus
melakukannya. Sekarang ini seluruh gereja yang ada di dunia
dibangunkan dan berjuta-juta orang telah melakukan pekerjaan yang
indah itu, bukan bersandar pada sesuatu yang lain, melainkan hanya
pada kuasa Allah di dalam Kristus.
- Sifat positif
Penginjilan -- bukan kita mengundang orang datang, melainkan kita
diutus pergi memberitakan Injil. Karena itu kita harus menegakkan
konsep pergi untuk meneguhkan semangat menjalankan Amanat Agung.
Itulah yang disebut sifat positif. Jika kita tidak pergi ke tengah-
tengah orang yang berlawanan jalan dengan kita secara aktif, dan
memberitakan Injil Kerajaan Surga kepada mereka, maka pekerjaan
gereja tak mungkin mengalami terobosan untuk selamanya.
Apakah kita harus menunggu sampai orang menyenangi kita? Ataukah
menanti sampai orang menyambut dan menerima kita? Tiada satu
kebudayaan pun yang persis sesuai dengan jalan Alkitab, bahkan
ketika Injil diberitakan, pasti akan terjadi bentrokan-bentrokan
kebudayaan. Namun, sifat dasar yang positif dan sifat berinisiatif
itu mengakibatkan kita pergi memberitakan Injil dengan tidak takut
pada kesulitan karena "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di
surga dan di bumi, karena itu pergilah!" Di sini kuasa dan pergi
adalah dua hal yang saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan.
- Sifat universal
Yesus tidak hanya mengutus murid-murid-Nya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel, juga tidak berpesan agar mereka jangan
pergi ke negara-negara lain, melainkan mengutus mereka ke seluruh
muka bumi untuk memberitakan Injil kepada sekalian bangsa. Di antara
seluruh umat, seluruh agama, semua filsuf, semua nabi dan semua
sistem filsafat, siapa yang memberi pengutusan seperti Kristus, yang
bersifat melampaui batasan-batasan nasional? Jika kita tidak
memahami sifat universal dari Amanat Agung ini, bagaimana mungkin
kita pergi memberitakan Injil, bagaimana mungkin kita membicarakan
penginjilan, dan bagaimana mungkin kita terbeban untuk pelayanan
penginjilan secara universal?
Mari kita berlapang dada dalam memberitakan Injil, agar kita tidak
hanya memperhatikan diri kita, bangsa kita sendiri. Bolehkah kita
menunggu sampai bangsa kita sudah menerima Injil, baru kita
menginjili bangsa lain? Tidak! Jika sejak mula bangsa Yahudi
berpikir demikian, tidak seorang pun dari kita bisa menjadi orang
Kristen. Selama dua abad yang lampau kita sudah menerima begitu
banyak utusan Injil. Berapa banyakkah utusan Injil yang seharusnya
kita kirim untuk menginjili bangsa-bangsa lain?
Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengerti sifat universal ini,
supaya kita dapat keluar dari lingkungan diri sendiri, melintasi
batas-batas suku, kebudayaan, dan bangsa untuk masuk ke dalam
rencana Allah yang kekal dan universal itu.
- Sifat gerejawi (ekklesiastik)
Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus."
(Matius 28:19). Kata "baptislah mereka" yang terdapat dalam ayat ini
berarti membawa orang percaya kepada gereja yang berwujud. Melalui
tanda berupa baptisan ini orang percaya masuk ke dalam kematian dan
kebangkitan Kristus, supaya orang-orang yang termasuk dalam
persekutuan Kristus dapat mendirikan gereja di bumi. Ini menunjukkan
bahwa Amanat Agung bersifat gerejawi.
Penginjilan tanpa mengerti makna gereja, dan gereja tanpa
penginjilan kedua-duanya tidak sehat. Gereja terbentuk dari hasil
penginjilan. Penginjilan hanya merupakan salah satu di antara banyak
fungsi gereja, tetapi penginjilan tidak bisa mencakup keseluruhan
fungsi itu. Demikian juga fungsi persekutuan, fungsi persembahan,
hanyalah sebagian dari fungsi yang lengkap itu. Kehidupan gereja
membuat hasil penginjilan bukan hanya sekadar menabur benih saja,
tetapi juga membangun rumah Allah yang kekal. Sebab itu di mana
Injil diberitakan, bertambahlah satu kelompok yang bersaksi di bumi,
yaitu yang disebut rumah Allah yang kekal, gereja yang merupakan
tiang penopang dan dasar kebenaran. Yesus Kristus bersabda, "Aku
akan mendirikan jemaat-Ku di dunia ini." Itulah sebabnya, kita harus
memimpin orang kembali kepada Tuhan, dan melayani di dalam gereja-
Nya.
"Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" adalah
amanat yang diberikan Tuhan Yesus kepada jemaat, supaya kita
mendirikan jemaat dan tubuh Kristus di dunia -- suatu tubuh yang
berkelimpahan, yang memiliki meterai Allah, kebenaran, Roh Kudus,
dan kasih.
- Sifat doktrinal
"Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu." Bagian ini dapat disebut sebagai sifat doktrinal dalam
Amanat Agung, yaitu mengajarkan doktrin yang sesuai dengan kebenaran
Allah. Banyak orang yang giat dalam penginjilan sangat meremehkan
doktrin, sebaliknya banyak orang yang mementingkan teologi tidak
suka memberitakan Injil. Gereja yang memiliki doktrin yang benar
tidak selalu berkobar-kobar semangatnya, sedangkan gereja yang
bersemangat tidak memiliki doktrin yang benar. Kedua-duanya salah.
Kaum intelektual yang telah menerima pendidikan tinggi dalam zaman
ini, tidak seharusnya hanya suka mendengar khotbah-khotbah gereja
yang bersifat alegoris, yang menekankan emosi, tetapi harus menuntut
pengajaran yang bersifat teologis, doktrinal, dan sistematis. Bila
tidak, masa depan gereja akan suram.
Di manakah semangat berkobar-kobar yang pernah meluap di antara
kelompok Jesus People di Amerika? Bukankah mereka sangat berapi-api
dalam penginjilan? Mengapa mereka lenyap setelah seketika lamanya?
Ini semua hanya disebabkan karena mereka tidak mempunyai dasar
teologi yang kuat.
Rasul Paulus berkata kepada Timotius, "Awasilah dirimu sendiri dan
awasilah ajaranmu." Sungguh hal itu bertalian dengan hidup, dengan
kerohanian, bahkan hubungan antara Allah dan manusia. Jika doktrin
teologi diajarkan dengan benar, maka gereja pun akan berjalan pada
jalan yang benar; sebaliknya jika doktrin teologi diajarkan secara
salah, maka gereja pun akan berjalan di jalan yang salah. Karena
itulah setiap orang yang memberitakan Injil, tidak dapat bersemangat
hanya dalam penginjilan dan pengenalan akan berita utama itu secara
dangkal saja, melainkan harus mempunyai dasar Alkitab yang lebih
mendalam dan kokoh. Dengan demikian, kita dapat berdiri dengan teguh
pada kebenaran yang kudus, dan menjadi laskar yang benar-benar gagah
dalam mematuhi Amanat Agung.
Mari kita menitikberatkan doktrin yang benar dan ketat dan ortodoks,
selain memiliki semangat penginjilan yang berkobar-kobar dan nyata.
- Sifat kekekalan
"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." Ucapan ini berarti bahwa pekerjaan penginjilan harus
dilakukan terus sampai saat dunia ini berakhir. Amanat Agung ini
mula-mula diucapkan kepada sebelas murid, tetapi setelah Injil
disebarkan, orang yang telah menerima Injil memberitakan Injil,
sehingga Injil diberitakan terus dalam tiap zaman dan generasi.
Demikianlah pekerjaan gereja terbentuk di dunia ini. Selain itu,
dalam Amanat Agung ini juga terdapat sebuah janji yang amat penting,
yaitu penyertaan Tuhan. Bukankah penyertaan Tuhan telah dinyatakan
pada saat Kalam menjadi manusia? Secara status ini memang benar.
Kristus, Kalam yang menjadi manusia, menyatakan penyertaan Allah
pada manusia; tetapi secara pengalaman hidup rohani, pada saat
gereja melaksanakan amanat penginjilan, pada saat itulah gereja akan
mengalami penyertaan Tuhan yang sesungguhnya. Mengenai perintah
Tuhan dalam Alkitab selalu terdapat suatu prinsip, yaitu bahwa
perintah selalu disertai dengan janji. Pada waktu Allah memberikan
perintah, Dia pasti memberikan janji-Nya juga, dan ketika manusia
melaksanakan perintah Allah, ia akan menikmati janji Allah yang
diberikan dalam perintah-Nya. Demikian pula dengan Amanat Agung ini.
Yesus bersabda, "Jika kamu memerintahkan mereka untuk melaksanakan
apa yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka Aku akan menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Semoga anugerah Tuhan, kasih Tuhan sekali lagi mendorong dan
menggerakkan kita, dan Roh Kudus sekali lagi menerangi kita dengan
kebenaran yang diwahyukan-Nya, sehingga kita diingatkan lagi akan
sifat-sifat yang begitu penting di dalam Amanat Agung yang diberikan
di bukit di Galilea.