"
E-VANGELISM: MENJALIN PERSAHABATAN SECARA ONLINE"
Internet dipenuhi dengan orang-orang yang sedang mencari
jalinan/hubungan persahabatan yang berarti. Bagi gereja, internet
bisa menjadi kesempatan global -- sebuah ladang misi yang siap untuk
dituai. Sekarang adalah saatnya untuk menuai di ladang tersebut.
Kita bisa membuat parafrase dari perkataan Rasul Paulus kepada
Timotius -- Setiap orang Kristen yang bisa mengakses online
seharusnya bisa mengerjakan pelayanan sebagai "E-vangelist"
(e-Penginjil) -- seorang penginjil elektronik.
Penginjilan elektronik adalah penginjilan yang dilakukan via
internet. Penginjilan ini mempertemukan orang secara online dan
mengembangkan hubungan yang erat dengan orang-orang tersebut.
Namun, ada satu masalah yang akarnya sudah muncul di gereja yang
nyata. Mayoritas orang Kristen, baik yang online atau yang ada di
bangku gereja, biasanya tidak ingin meninggalkan `wilayahnya yang
nyaman` dalam komunitas Kristen.".
Dalam budaya Barat, rata-rata orang Kristen menerima pengajaran
untuk menjauhi dunia sekuler. Sebagai hasilnya adalah adanya isolasi
dari orang-orang yang seharusnya bisa kita jangkau dengan Injil
Yesus Kristus. Kita meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan musik
Kristen, menyaksikan program kerohanian Kristen, menghadiri acara-
acara yang disponsori oleh gereja, dan lingkungan kita pun
dikelilingi dengan sahabat-sahabat Kristen. Bagaimana kita bisa
menjadi `garam dan terang` bagi komunitas di sekitar kita? Hal yang
sama juga dilakukan oleh rata-rata orang-orang Kristen yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk online. Mereka meluangkan
banyak waktu untuk online dengan komunitas-komunitas Kristen. Mereka
mengunjungi chat rooms Kristen, berselancar ke situs-situs Kristen,
membaca artikel-artikel online yang ditulis oleh penulis Kristen dan
ditujukan bagi para pembaca Kristen, download musik-musik rohani
yang bisa diputar dalam komputer multimedia yang mereka miliki,
berkorespondensi online dengan teman-teman Kristen, dan berlangganan
milis-milis Kristen yang menyediakan renungan harian, bahan PA, dan
pesan-pesan rohani yang memberikan inspirasi. Tidak ada yang salah
dengan semua aktivitas tersebut. Ada banyak sumber yang bagus di
internet yang dapat membantu seorang Kristen untuk bertumbuh secara
rohani. Namun jika kita mau serius melihat jiwa-jiwa yang terhilang
di internet dan bersedia mengenalkan mereka kepada kasih Allah, maka
kita harus mau keluar dari `tempat garam` dan pergi ke tempat
dimana jiwa-jiwa terhilang itu berada.
Jadi, mengapa tidak ada di antara kita yang bersedia pergi untuk
menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang di internet? Kemungkinan
disebabkan karena kita tidak ingin tampak terkesan `duniawi` dalam
media yang secara terbuka mempromosikan nilai-nilai postmodernisme
-- media sekuler dan di mata banyak orang Kristen, media ini banyak
menampilkan isi-isi yang tidak layak dibaca bagi umum.
Namun, hal tersebut bukan hal yang baru bagi kita. Sebagai orang
Kristen, kita selalu berhadapan dengan konflik karena kita berada di
dunia padahal kita bukan berasal dari dunia. Kita berasal dari dunia
yang berbeda dan hanya tinggal sementara di tanah yang asing ini --
dunia yang penuh dengan dosa. Dunia cyber tidaklah jauh berbeda.
Dosa juga muncul dalam dunia cyber. Apakah dosa itu lebih buruk dari
dosa yang ada di dunia nyata? Kemungkinan besar tidak.
MPerhatikan permasalahan pornografi online. Penulis seperti Douglas
Groothuis menunjukkan hahwa pornografi di dunia cyber mudah sekali
diakses, bahkan bagi mereka yang awam di dunia cyber (walaupun ada
teknologi yang bisa digunakan untuk memblokir akses ke situs-situs
tersebut). Namun ada penulis lain, Quentin J Schultze, menuliskan,
"Materi-materi pornografi di internet tidaklah sebanyak informasi-
informasi berita lain yang tersaji melalui media ini. Saya
meluangkan banyak jam di internet setiap minggunya, dan saya jarang
mendapatkan situs-situs pornografi tersebut."
Sudah jelas bahwa orang Kristen menghadapi godaan dan tantangan di
dunia cyber sama seperti godaan-godaan yang kita hadapi di dunia
nyata. Sifat internet yang pribadi dan anonim seringkali membuat
beberapa dari kita lebih sulit untuk meghindari godaan-godaan
tersebut. Namun, nasihat dari Roma 12:2, "Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna," merupakan ayat
penting bagi orang-orang Kristen yang melakukan penginjilan secara
online sama seperti PI yang kita lakukan di dunia pekerjaan atau
bagi lingkungan di sekitar kita. Di setiap lingkungan, tanggung
jawab kita sebagai orang Kristen adalah menjadi garam dan terang.
Sama seperti yang dijelaskan Schultze, "Segala sesuatu yang
dikerjakan di internet merefleksikan sesuatu yang kita percaya dan
kita hargai melalui setiap kata yang kita ketik, setiap gambar yang
kita atur, dan setiap link yang menghubungkan kita dari satu situs
ke situs lain."
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
Judul Buku : E-vangelism -- Sharing The Gospel in Cyberspace
Judul Artikel: E-vangelism: Building Friendship Online
Penulis : Andrew Careaga
Penerbit : Vital Issues Press
Halaman : 31 - 33
e-JEMMi 16/2005