SUDAHKAH ANDA MENGENAL TUHAN YANG BANGKIT?
Pdt. Bob Jokiman
Sudah berapa kalikah Anda merayakan Paskah, hari Kebangkitan Tuhan?
Mungkin ada yang akan menjawab sudah sejak kecil, sejak saya mulai
bisa mengingat. Ada juga yang akan menjawab sudah sejak saya menjadi
Kristen atau mungkin baru sekali ini. Tujuan saya menanyakan hal
tersebut agar kita mengintrospeksi diri, setelah sekian kali
merayakan Paskah, sampai di manakah kebangkitan Tuhan itu
mempengaruhi hidup kita. Bagaimanakah pengaruh kebangkitan Tuhan
terhadap konsep, perspektif, dan tujuan hidup kita sebagai orang-
orang percaya? Apakah kita telah merefleksikan iman kita kepada
Tuhan yang bangkit itu dalam kehidupan dan dunia nyata sehari-hari?
Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengajak kita semua untuk
belajar dari Rasul Paulus tentang bagaimana sebenarnya atau
seharusnya hidup seorang percaya dan mengenal Tuhan yang bangkit
itu. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus pasal ke
lima belas, Rasul Paulus menguraikan bagaimana seharusnya konsep,
perspektif dan tujuan hidup orang yang percaya dan mengenal Tuhan
yang bangkit itu.
Jemaat Korintus ketika itu menghadapi pengajaran sesat yang
mengatakan bahwa kebangkitan orang percaya sudah terjadi, yaitu
dengan kebangkitan secara rohani sehingga tidak perlu lagi
mengharapkan kebangkitan secara fisik (1Korintus 15:12). Seperti
pengajaran kaum liberal sekarang ini yang mengatakan bahwa
kebangkitan Kristus adalah fakta iman dan bukannya fakta sejarah.
Kita juga tahu bahwa dalam sejarah kekristenan telah muncul banyak
teori yang menyangkal fakta kebangkitan Tuhan. Misalkan Teori
Pencurian, suatu teori terkuno yang mengatakan bahwa mayat Yesus
hilang dicuri oleh murid-murid-Nya. Teori Keliru, dikatakan bahwa
para murid wanita keliru mengunjungi kuburan Yesus, yang dikunjungi
adalah kubur yang belum pernah digunakan atau kubur yang masih baru
maka tentu saja mayat Yesus tidak ditemukan di sana. Teori Pingsan,
dikatakan bahwa sebenarnya ketika dikuburkan Yesus belum mati
sungguhan, Ia hanya pingsan, oleh karena itu Ia bisa keluar dari
kubur. Juga ada Teori Halusinasi, mereka mengatakan bahwa Yesus yang
dilihat oleh murid-murid setelah kebangkitan-Nya hanyalah halusinasi
karena mereka begitu terobsesi dengan ketidakrelaan Tuhan mereka
yang telah mati. Tidak ketinggalan teori yang mengatakan bahwa
ketika Tuhan Yesus di atas kayu salib, Allah dengan caranya yang
ajaib menukar Tuhan Yesus dengan Yudas Iskariot, sehingga yang mati
itu bukannya Tuhan Yesus melainkan Yudas Iskariot. Sebenarnya jika
kita mau berpikir jernih dan dewasa, semua teori tersebut terlalu
naif dan dibuat-buat saja yang dapat membuat kita tertawa geli.
Dalam buku Josh McDowell yang telah menjadi klasik, `Evidence That
Demands A Verdict` serta buku Lee Strobel yang lebih modern dan
ditulis dengan gaya jurnalis yang mengadakan investigasi `The Case
For Christ`, keduanya mengajukan banyak argumen, baik berdasarkan
catatan Alkitab, khususnya keempat Injil dan Kitab Para Rasul,
bukti-bukti sejarah maupun secara ilmiah serta pernyataan-pernyataan
tokoh-tokoh Theologia dan Kitab Suci mengenai kebenaran dan
kenyataan kebangkitan Tuhan.
Kita tidak akan membahas ulang semua argumentasi tersebut, yang
mungkin oleh kebanyakan kita telah diketahui karena mungkin pernah
juga menjadi artikel-artikel Paskah dalam Buletin ini di waktu-
waktu yang lalu. Yang hendak kita pelajari adalah argumen yang
diajukan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus
tersebut yang tentunya akan lebih memantapkan iman kita. Dalam
1Korintus 15, paling sedikit Rasul Paulus mengajukan tiga indikasi
yang menunjukkan bagaimana seharusnya hidup orang percaya yang telah
mengenal Tuhan yang bangkit itu.
Mempunyai Keyakinan Teguh akan Kebangkitan Tuhan
Di tengah dunia dimana banyak teori yang menyangkal fakta
kebangkitan Tuhan seharusnya kita mempunyai keyakinan teguh akan
kebangkitan Tuhan. Kita jangan mudah terombang-ambing oleh berbagai
teori yang tidak benar itu. Rasul Paulus mempunyai keyakinan teguh
akan kebangkitan Tuhan karena:
Kebangkitan Tuhan adalah penggenapan nubuatan Kitab Suci
(1Korintus 15:1-4).
Kebangkitan Tuhan adalah bukti kebenaran Allah dan Firman-Nya.
Kebangkitan Tuhan bukanlah sesuatu yang terjadi secara mendadak
atau kebetulan, melainkan suatu peristiwa yang telah direncanakan
Allah sejak kekekalan dan menjadi titik balik dari sejarah umat
manusia yang seharusnya binasa selama-lamanya namun oleh
kebangkitan Tuhan memberi harapan yang kekal. Kebangkitan Tuhan
adalah pernyataan dan bukti kebenaran Firman Allah serta
kesetiaan dan kuasa Allah. Bagi Rasul Paulus, maut dan kematian
adalah kenyataan dan kebangkitan Tuhan juga kenyataan karena
dikukuhkan oleh Allah sendiri dan Firman-Nya. Allah adalah
Pribadi dan Firman-Nya adalah kebenaran; yang patut dan harus
dipercaya. Kebangkitan Tuhan adalah refleksi perbuatan Allah yang
Mahakuasa dan yang tidak dapat dihalangi oleh kuasa apa pun juga.
Itulah yang membuat Rasul Paulus mempunyai keyakinan yang teguh.
Keyakinan yang didasarkan bukan pada teori atau kemampuan
manusia, melainkan pada kedaulatan Allah dalam menggenapi Firman-
Nya.
Kebangkitan Tuhan disaksikan banyak orang
(1Korintus 15:5-6).
Rasul Paulus mempunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan dan
juga berdasarkan kesaksian banyak orang. Hal ini dengan
sendirinya menggugurkan Teori Halusinasi. Jika Tuhan yang bangkit
dilihat oleh lebih dari 500 orang maka mustahil peristiwa
tersebut adalah halusinasi. Jika mau dihitung maka setelah
kebangkitan-Nya di hari Minggu pertama maka secara keseluruhan
Tuhan telah menampakkan diri sebanyak 15 kali. Yang dicatat oleh
Rasul Paulus hanya sebagian kecil saja. Dengan demikian tidak
mengherankan jika inti pemberitaan Injil oleh para rasul dan
khususnya Paulus adalah Tuhan yang bangkit. Karena kebangkitan
Tuhan bukan isapan jempol, melainkan fakta sejarah dengan banyak
saksi. John Warwick Montgomery, seorang sejarahwan Kristen
mengatakan: `Ketika para murid memberitakan kebangkitan Tuhan,
mereka melakukannya karena mereka adalah saksi mata kebangkitan
Tuhan dan dilakukan ketika masih banyak di antara mereka yang
berhubungan dengan peristiwa tersebut masih hidup. Dengan
demikian orang-orang yang tidak percaya akan mudah saja
mengatakan bahwa mereka salah jika memang Yesus tidak bangkit
dengan menunjukkan tubuh Kristus." Namun itu tidak terjadi.
Keyakinan Rasul Paulus akan kebangkitan Tuhan didasarkan pada
banyak saksi mata yang berani mati untuk kesaksiannya.
Mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang bangkit
(1Korintus 15:8-11).
Rasul Paulus mempunyai keyakinan teguh akan kebangkitan Tuhan
bukan saja karena kebangkitan Tuhan adalah penggenapan Firman
Allah atau kesaksian dari banyak pengikut Tuhan tetapi terutama
sekali karena ia sendiri mengalami perjumpaan langsung dengan
Tuhan yang bangkit itu. Ia yakin akan Tuhan yang bangkit bukan
hanya dari kesaksian murid-murid Tuhan, namun ia sendiri telah
mengalami bagaimana hidupnya dijamah dan dibentuk Tuhan. Ia
diampuni, diselamatkan, diubah, dan dipakai Tuhan secara luar
biasa. Pertobatan dan perubahan hidup drastis Rasul Paulus
sebenarnya merupakan bukti kebangkitan Tuhan. Ia yang dahulunya
adalah musuh dan penantang Tuhan, berubah menjadi utusan dan
pemberita Kabar Baik Kristus. Ia yang dahulunya selalu
membanggakan latar belakang keyahudiannya, berubah menjadi hamba
yang hanya membanggakan salib Kristus. Ia yang dahulunya
menganggap bahwa semua kegiatan agama merupakan keuntungan
baginya, berubah dengan mengatakan bahwa semuanya itu adalah
sampah dibanding dengan pengenalannya akan Kristus. Ia yang
dahulunya bersandarkan kepada perbuatan baik, amal, dan kesalehan
untuk mendapatkan keselamatan, sekarang percaya bahwa keselamatan
itu hanyalah karena kasih-karunia Allah yang diperoleh melalui
iman. Semua usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan adalah
sia-sia, keselamatan adalah pemberian Allah semata-mata. Rasul
Paulus secara pribadi mengalami dan mengenal Tuhan yang bangkit.
Bagaimana dengan Anda dan saya? Sudahkah secara pribadi kita
berjumpa dengan Tuhan yang bangkit itu. Sudahkah hidup kita
diubah oleh Tuhan yang bangkit itu? Keyakinan Rasul Paulus akan
kebangkitan Tuhan didasarkan pada perjumpaannya yang langsung
dengan Tuhan yang bangkit.
Mempunyai Ketabahan dan Harapan Menghadapi Kematian
Bagi Rasul Paulus, kebangkitan Tuhan adalah kenyataan yang pasti
serta tidak dapat disangkal oleh apa pun dan siapa pun juga.
Demikian pula dengan maut serta kematian juga merupakan kenyataan
yang harus dihadapi dengan penuh ketabahan dan harapan oleh orang
percaya. Ketabahan dan harapan itu hanya diperoleh di dalam Tuhan
yang telah bangkit itu. Sebelum kebangkitan Tuhan seluruh umat
manusia berjalan menuju kebinasaan yang kekal. Namun, dengan
kebangkitan Tuhan, kuasa maut dalam hidup umat manusia telah
dikalahkan. Sekalipun upah dosa adalah maut dan kematian, namun bagi
mereka yang percaya maut dan kematian bukan lagi sesuatu yang
menakutkan dan mengerikan. Kebangkitan Tuhan telah mengalahkan kuasa
maut. Maut tidak dapat berkuasa atas-Nya sehingga yang percaya
kepada-Nya dapat berkata dengan gagah berani seperti Rasul Paulus:
"Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
(1Korintus 15:55). Kebangkitan orang-orang percaya pada saat
kedatangan Tuhan yang kedua kalinya adalah harapan kita. Karena
Kristus sendiri telah bangkit dan menjadi buah sulung kebangkitan
pengikut-perngikut-Nya. Kebangkitan itu adalah pasti, tidak perlu
diragukan. Kita menantikan dengan penuh kerinduan dan harapan bahwa
pada suatu saat kelak tatkala sangkakala surgawi bergema kita akan
memiliki tubuh kebangkitan seperti tubuh Tuhan yang tidak dapat
binasa, penuh kemuliaan, penuh kekuatan, yang rohani, dan yang dari
surga (1Korintus 15:42-44). Adakah kita mempunyai perspektif
tersebut? Kita akan dapat memiliki perspektif tersebut apabila kita
percaya dan menerima Tuhan yang bangkit itu sebagai Tuhan dan
Juruselamat kita. Sudahkah kita percaya dan menerima Dia? Karena
"Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala
manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa "Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang
telah meninggal" (1Korintus 15:19-20).
Mempunyai Kegairahan dan Dinamika dalam Pelayanan
Rasul Paulus berkata: "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-
Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih
keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih
karunia Allah yang menyertai aku" (1Korintus 15:10). Oleh karena
Rasul Paulus telah mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan yang
bangkit dan hidupnya diubah maka yang menjadi tujuan hidup
selanjutnya adalah melayani Tuhan dengan penuh gairah dan dinamika,
itupun adalah karena kasih-karunia Tuhan. Ia bersaksi: "Dan kami
juga -- mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam
bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut.
Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku
katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas
di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak
dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita
mati" (15:30-32). Sebagai orang yang telah diubah hidup kita oleh
Tuhan dari kebinasaan selama-lamanya menjadi hidup kekal
bagaimanakah sikap kita terhadap pelayanan? Adakah kita mempunyai
kegairahan dan dinamika seperti Rasul Paulus? Atau sebaliknya, kita
acuh dan bermalas-malasan? Keterlibatan kita secara aktif dalam
pelayanan sangat penting dalam hidup kita sebagai orang percaya.
Kita melayani Tuhan dengan penuh gairah dan dinamika bukan agar kita
dikenal manusia, melainkan karena kita tahu bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1Korintus 15:58). Karena
hanya apa yang kita kerjakan dalam Tuhan serta bertujuan untuk
memuliakan Tuhan akan bernilai kekal dan akan mengkuti kita sampai
ke sorga kelak. Adakah ketiga indikasi tersebut dalam hidup kita
sebagai orang percaya yang telah mengenal Tuhan yang bangkit?
Bahan ditulis dan dikirim oleh:
Pdt. Bob Jokiman, Gembala Sidang GKI Monrovia, California
e-JEMMi 12/2005