You are hereArtikel Misi / Misionaris yang Harus Anda Ketahui: Adoniram Judson
Misionaris yang Harus Anda Ketahui: Adoniram Judson
Di mana pun Anda melihat, terutama dalam sejarah aliran Baptis, Anda akan melihat nama Judson. Ini karena Adoniram Judson (1788-1850) dan istri pertamanya adalah salah satu misionaris asing pertama yang ditugaskan dalam sejarah Amerika.
Adoniram menghabiskan hampir empat puluh tahun di Burma, yang sekarang menjadi negara Myanmar. Selama pelayanannya, dia membantu memimpin ratusan orang Burma dan orang-orang dari suku Karen kepada iman yang menyelamatkan kepada Yesus Kristus, menerjemahkan Alkitab dan tulisan-tulisan Kristen lainnya ke dalam dua bahasa yang berbeda, menulis banyak buklet dan traktat tentang berbagai topik teologis, dan mendorong orang-orang Baptis di Amerika untuk bersatu demi misi global.
Pertobatan dan Pengutusan
Adoniram Judson dibesarkan dalam sebuah keluarga yang taat. Ayahnya adalah seorang pendeta Kongregasionalis. Namun, saat kuliah di Brown University, Adoniram bergaul dengan sekelompok mahasiswa skeptis dan lulus sebagai seorang yang tidak lagi percaya. Akan tetapi, kematian tragis seorang teman dekatnya, yang juga seorang skeptis, membuat Adoniram terguncang.
Meskipun dia belum menjadi seorang Kristen, dia terlalu takut untuk tetap menjadi seorang skeptis. Dia menerima izin khusus untuk masuk Andover Seminary di Massachusetts, meskipun dia belum menjadi seorang Kristen. Dalam beberapa bulan, Adoniram menjadi pengikut Yesus Kristus.
Ketika berada di Andover, Adoniram merasa terpanggil untuk melakukan misi, bersama dengan beberapa teman sekelasnya. Sebagai tanggapan, kaum Kongregasionalis membentuk American Board of Commissioners for Foreign Missions pada tahun 1810. Adoniram dan empat orang lainnya ditunjuk untuk melayani sebagai misionaris ke Timur Jauh.
Februari 1812 merupakan bulan yang penting dalam kehidupan Judson. Dalam kurun waktu dua minggu, dia menikahi Ann Hasseltine (dipanggil Nancy), ditahbiskan dalam pelayanan Injil, ditugaskan sebagai misionaris luar negeri, dan berlayar ke Kalkuta, India. Keluarga Judson dan teman sekapal mereka, Samuel dan Harriett Newel, menjadi orang-orang Amerika pertama yang memilih untuk pindah dari satu negara ke negara lain semata-mata dengan tujuan untuk menyebarkan Injil di antara bangsa-bangsa yang belum terjangkau.
Pembaptisan dan Burma
Sebagai penganut Kongregasionalisme, keluarga Judson percaya pada baptisan bayi. Mereka tahu bahwa setibanya di India, mereka akan bertemu dengan William Carey, seorang misionaris Baptis yang terkenal. Selama perjalanan, Adoniram memelajari baptisan dalam Alkitab, dengan harapan dapat menangkis argumen Carey. Namun, dia malah menjadi percaya pada keyakinan Baptis. Dalam beberapa minggu, Nancy juga memeluk keyakinan Baptis.
Setibanya di Kalkuta, keluarga Judson menerima baptisan orang percaya dengan cara selam dari salah satu rekan Carey dan mengundurkan diri dari jabatan mereka di American Board of Commissioners. Keluarga Judson mengundurkan diri karena mereka tidak percaya bahwa mereka dapat mendirikan gereja yang membaptis bayi, yang menjadi tujuan pengutusan mereka. Meskipun pengunduran diri mereka menunjukkan integritas mereka, hal itu juga berarti bahwa mereka sekarang tidak memiliki sponsor keuangan.
Luther Rice, seorang misionaris Kongregasionalis lainnya yang mengikuti Judson ke Kalkuta, juga menjadi seorang Baptis. Mereka bertiga sepakat bahwa Rice akan kembali ke Amerika untuk mendorong umat Baptis Amerika untuk mendukung misi secara finansial. Rice terbukti berperan penting dalam pembentukan perkumpulan misionaris asing Baptis pertama dalam sejarah Amerika, sementara keluarga Judson adalah misionaris pertama yang didukung oleh perkumpulan tersebut.
Keluarga Judson segera mulai memelajari bahasa dan budaya Burma, karena mereka yakin keduanya penting bagi pemberitaan Injil yang efektif. Penerjemahan Alkitab menjadi elemen kunci dalam misi Judson, dengan pekerjaan yang dilakukan dalam bahasa Burma dan Pali (yang terakhir adalah bahasa yang lebih tua yang lebih disukai oleh para elit budaya).
Pada akhir hidupnya, Adoniram telah menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Burma, mengedit beberapa kamus dan alat bantu leksikal untuk orang Kristen Burma, dan menulis atau menerjemahkan berbagai traktat tentang berbagai topik teologis dan renungan. Para sejarawan sepakat bahwa karya terjemahan perintis Adoniram tetap menjadi warisannya yang paling abadi.
Ujian dan Kesengsaraan
Keluarga Judson sering mengalami sakit, penderitaan, dan kematian. Mereka kehilangan tiga orang anak. Setelah jatuh sakit parah, Nancy menghabiskan dua tahun di Amerika untuk memulihkan diri, hanya untuk menemukan bahwa dia dan suaminya adalah selebriti di sana. Tak lama setelah Nancy kembali ke medan pelayanan, perang pecah antara Burma dan Inggris.
Pada tahun 1824, Kaisar Burma memenjarakan hampir semua pria Barat yang dicurigai sebagai mata-mata Inggris. Adoniram termasuk di antara mereka. Dia menghabiskan sembilan belas bulan di dua penjara berbeda, salah satunya dijaga oleh para pembunuh yang hukuman matinya dibatalkan dengan syarat menjadi sipir penjara.
Banyak tahanan yang meninggal, tetapi pengabdian Nancy membuat Adoniram tetap hidup. Dia merayu, mengemis, dan menyuap agar bisa menyediakan makanan untuk suaminya yang dipenjara. Dia bahkan berhasil memberikan bantal pribadinya kepada Adoniram, yang dijahit dengan terjemahan Alkitab bahasa Burma. Sementara itu, Nancy merawat seorang bayi dan membesarkan dua anak perempuan yatim piatu dari Burma.
Adoniram akhirnya dibebaskan agar dapat menjadi penerjemah dalam negosiasi perdamaian antara Burma dan Inggris. Namun, penderitaan keluarga Judson belum berakhir. Nancy meninggal pada tahun 1826, disusul oleh Maria Judson yang berusia dua tahun, enam bulan kemudian.
Duka mendalam yang dialami Adoniram membuatnya mengasingkan diri. Dia hidup dalam kesendirian, dan membangun sebuah gubuk di hutan yang kemudian disebutnya sebagai "Pertapaan." Di sana, dia menghabiskan empat puluh hari dalam perenungan, bertahan hidup hanya dengan jatah beras yang sangat minim. Dia bahkan menggali kuburnya sendiri dan menghabiskan berjam-jam untuk merenungkan kematian. Hutan itu penuh dengan harimau, dan banyak penduduk setempat yang takut Adoniram akan dimakan. Ketika dia kembali dengan selamat dari pengasingan dirinya, semua orang terkejut bahwa dia tetap hidup.
Selama tahun 1830, Adoniram berangsur-angsur keluar dari kegelapan rohaninya dengan tekad yang baru untuk menjangkau Burma bagi Kristus. Dia menikmati satu dekade pelayanan penginjilan yang menghasilkan buah, terutama di antara suku Karen. Dia juga melanjutkan pekerjaan penerjemahannya dan membimbing aliran misionaris Baptis yang lebih muda yang datang ke Burma untuk bekerja di antara orang-orang Burma dan Karen. Adoniram menikah dua kali lagi dan melakukan satu perjalanan ke Amerika, tempatnya berbicara tentang misi di seluruh pesisir timur. Dia meninggal pada tahun 1850.
Warisan
Adoniram Judson bersama istri-istrinya -- terutama Nancy -- menempati posisi terhormat dalam sejarah misi. Pembaptisan dan pengunduran dirinya menyoroti pentingnya integritas secara doktrinal dan pribadi. Ketekunannya dalam menghadapi berbagai cobaan mengingatkan kita akan cara Allah sering menggunakan penderitaan untuk memajukan Injil.
Kesedihannya karena kehilangan istri dan anak perempuannya menjadi pengingat penting bahwa para misionaris adalah orang-orang yang nyata dengan kebutuhan, pergumulan, dan aspirasi yang nyata. Komitmennya terhadap penginjilan terus menginspirasi. Akhirnya, pekerjaan penerjemahan Adoniram -- warisan terpentingnya -- terus menghasilkan buah-buah Injil di Myanmar dan menjadi teladan bagi para misionaris yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia.
(t/Jing-jing)
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | International Mission Board |
Alamat artikel | : | https://www.imb.org/2018/03/27/missionaries-you-should-know-adoniram-judson/ |
Judul asli artikel | : | Missionaries You Should Know: Adoniram Judson |
Penulis artikel | : | Nathan Finn |
- Login to post comments
- 13 reads