You are hereArtikel Misi / Dasar-Dasar Pemuridan Misionaris
Dasar-Dasar Pemuridan Misionaris
Pada suatu Minggu sore, saya duduk bersama beberapa saudara dan saudari Asia Tengah mengikuti pertemuan ibadah kami. Alp (bukan nama sebenarnya) bertanya bagaimana orang Kristen dapat menahan godaan setelah pertobatan.
Baru-baru ini, Alp menceritakan kepada saya pergumulannya yang berkelanjutan untuk menolak pornografi, jadi saya merasakan pergumulan itu menginformasikan pertanyaannya. Saya menanggapinya dengan mengingatkan dia tentang bagaimana Yesus melawan pencobaan di padang gurun. Yesus mengandalkan Firman Allah dalam kuasa Roh. Saya menjelaskan bahwa Roh Kudus hidup di dalam diri kita, menguatkan kita untuk melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan sendiri -- menaati Allah dan melawan pencobaan.
Saat saya menyebutkan tentang Roh Kudus, Alp menjadi bersemangat. Ekspresinya menunjukkan rasa penemuan, seolah-olah dia baru saja mendorong pintu lemari besi yang gelap, membiarkan sinar matahari menyoroti gudang harta karun. Saya suka melihat ungkapan itu, yang muncul ketika Roh memberikan pengertian.
Mengandalkan Roh
Dari percakapan saya dengan Alp, dan dari pengalaman saya bekerja dengan orang percaya baru di berbagai lokasi, muncul beberapa prinsip utama dalam pemuridan. Pertama, Alp menyadari kebenaran paling mendasar tentang menjadi seorang murid dan, karenanya, tentang pemuridan: ini merupakan karya transformasi yang dihasilkan oleh Roh Allah.
Misionaris sering mencari alat terbaru yang akan membuka rahasia untuk pemuridan yang efektif. Namun, sebelum kita memercayakan diri kita pada suatu metode tertentu, kita harus melihat kepada kuasa Roh Allah untuk menyelesaikan apa yang hanya dapat dilakukan oleh Dia. Rasul Paulus memberikan model pemuridan yang diberdayakan oleh Roh kepada para misionaris, secara terus-menerus meminta agar gereja-gereja berdoa untuk pelayanannya (Ef. 6:19-20; Kol. 4:2-4; 2Tes. 3:1), juga dengan sengaja menaruh lebih rendah hikmat dan kecerdikannya sendiri (1Kor. 2:1-5).
Mengingat Injil
Terkait dengan pemberdayaan Roh, pemuridan harus didasarkan pada realitas Injil. Apa pun latar belakang mereka, orang sering kali tampak terprogram untuk memahami agama sebagai hal yang transaksional. Mereka ingin agama dijelaskan dalam hal apa yang harus mereka lakukan, bukan siapa mereka. Di Asia Tengah, umat Islam percaya bahwa mereka memastikan penerimaan Allah dengan memperoleh pahala melalui tindakan kepatuhan yang saleh seperti sedekah, puasa, dan ritual doa.
Suatu kali, saya ingat seorang percaya berteriak kepada saya setelah pembaptisannya, "Akhirnya saya menjadi seorang Kristen!" Dia telah menerima pengajaran penting tentang Injil sebelum pembaptisan, jadi saya mencoba untuk mengingatkan dia dengan lembut bahwa dia menjadi seorang Kristen ketika dia dilahirkan kembali oleh Roh. Akan tetapi, kisahnya menggambarkan bagaimana pemuridan dalam konteks agama yang berbeda harus berhati-hati untuk menghadapi perspektif transaksional terhadap anugerah Allah.
Taat dalam Iman
Yang pasti, pemuridan mengharuskan kita mengajar orang lain untuk menaati perintah (Mat. 28:20). Akan tetapi, urutan penekanan sangat penting. Kepatuhan Injil mengalir dari transformasi Injil. Ketaatan Kristiani bukan sekadar ketaatan pada kewajiban, melainkan ketaatan iman (Rm. 1:5), hasil dari kehidupan yang diubahkan oleh Injil.
Injil mengubah pikiran orang percaya saat mereka memandang dunia dengan mata rohani, kesukaan mereka saat mereka menukar keinginan daging mereka dengan keinginan yang saleh, kehendak mereka saat mereka hidup menurut perintah Kristus, hubungan mereka saat mereka mengasihi dan bahkan melayani musuh mereka, dan tujuan mereka saat mereka hidup untuk mewartakan keagungan Kristus (1Ptr. 2:9).
Oleh karena itu, pemuridan harus diarahkan ke kepala, hati, dan tangan -- yaitu, pengetahuan, keberadaan, dan perbuatan kita. Paulus mencontohkan keseimbangan ini dalam struktur surat-suratnya ketika dia membuka dengan menguraikan kekayaan Injil, dilanjutkan dengan menjelaskan transformasi yang dibawa oleh Injil, dan diakhiri dengan menasihati para murid untuk hidup selaras dengan Injil.
Mengetahui Kehendak Allah
Kesederhanaan dalam pemuridan adalah tujuan yang berharga, tetapi bukan tujuan akhir. Kita tidak bisa mereduksi pemuridan menjadi beberapa perintah atau bagian Alkitab. Pemuridan menuntut kehati-hatian untuk mengajarkan semua yang Yesus perintahkan (Mat. 28:20). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Efesus "seluruh maksud Allah" (Kis. 20:27). Meskipun tampaknya diragukan dia memberikan penjelasan ayat demi ayat dari seluruh Perjanjian Lama selama tiga tahun di Efesus, kemungkinan besar maksud Paulus adalah bahwa dia mengajarkan kepenuhan kehendak Allah yang dinyatakan.
Pengetahuan akan kehendak Allah menjadi perhatian utama Paulus bagi orang percaya (Rm. 12:2; Ef. 5:10; Kol. 1:19). Dalam konteks Asia Tengah saya yang sangat terpelajar, lengkap dengan terjemahan Alkitab yang dapat diakses, mengetahui dan mengomunikasikan seluruh Kitab Suci diakui lebih mudah daripada di lokasi lain. Namun, bahkan dalam konteks lain, misionaris dapat berusaha untuk mengungkap apa artinya memuridkan menggunakan seluruh Kitab Suci melalui cerita Alkitab, menghafal Kitab Suci lisan, terjemahan Alkitab, atau inisiatif literasi.
Bertumbuh bersama Gereja
Yang terakhir, pemuridan terjadi di dalam gereja lokal, teater bagi transformasi Injil. Dalam Efesus 4:15-16 (AYT), Paulus menggambarkan peran gereja lokal dalam membentuk murid: "Mengatakan kebenaran dalam kasih, kita akan bertumbuh dalam segala hal kepada Dia, yang adalah Kepala, yaitu Kristus. Dari-Nya seluruh tubuh tersusun dan diikat bersama-sama menjadi satu melalui topangan sendi. Jika masing-masing melakukan bagiannya, tubuh akan bertumbuh sehingga membangun dirinya sendiri dalam kasih."
Menurut Paulus, gereja berfungsi baik sebagai subjek maupun objek pembinaan rohani. Seluruh tubuh membuat tubuh bertumbuh.
Di Asia Tengah, gereja memainkan peran penting dalam pertumbuhan rohani orang percaya, banyak dari mereka diasingkan dari bentuk komunitas lain. Kecuali setiap orang dalam rantai hubungan menjadi beriman sekaligus, orang beriman dari latar belakang muslim dapat mengalami pengabaian oleh teman dan keluarga, kehilangan pekerjaan, dan bahkan bentuk penganiayaan yang lebih ekstrem. Jika orang-orang percaya itu terputus dari gereja yang sehat, mereka tidak akan memiliki komunitas dan dorongan yang diperlukan untuk memacu mereka menuju kedewasaan rohani.
Di mana pun kita melayani, misionaris hendaknya berusaha untuk memuridkan yang berkomitmen satu sama lain, hidup dalam komunitas perjanjian, dan memenuhi perintah "satu sama lain" dalam Perjanjian Baru. Singkatnya, kita ingin para murid menjadi bagian dari tubuh gereja yang mengingatkan mereka akan Injil dan membuat mereka bertanggung jawab untuk hidup dengan cara yang layak, memenuhi semua kehendak Allah dalam kuasa Roh. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/basics-missionary-disciple-making |
Judul asli artikel | : | Basics of Missionary Disciple-Making |
Penulis artikel | : | Sam Martyn |
- Login to post comments
- 41 reads