You are hereArtikel Misi / Apakah Pandemi Membuka Pintu?
Apakah Pandemi Membuka Pintu?
Dampak COVID terhadap Misi
Jika Anda dapat mengartikulasikan apa yang ingin Anda lihat di dunia, apa yang akan Anda katakan? Dengan kata lain, apa visi Anda? Sebelum kita menjawab, mungkin kita harus mengajukan pertanyaan pendahuluan: Apakah visi Yesus? Apa yang ingin Dia lihat di dunia ini?
Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia, Dia berkhotbah, "Bertobatlah karena Kerajaan Surga sudah dekat" (Mat. 4:17, AYT). Dia mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa, "Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Mat. 6:10, AYT). Dan Dia berkata kepada murid-murid-Nya, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya" (Mat. 6:33, AYT). Apa yang Yesus lihat? Dia melihat kedatangan kerajaan Allah. Visi-Nya adalah bahwa Injil akan menyebar ke seluruh dunia, gereja akan bertumbuh, kerajaan Setan akan dihancurkan, dan pemerintahan-Nya akan meluas ke ujung bumi. Bagi mereka yang telah diubah secara radikal oleh Yesus dan kabar baik tentang kerajaan-Nya, bukankah visi Yesus seharusnya menjadi visi kita juga?
Jika visi kita adalah apa yang ingin kita lihat, apa misi kita? Kita dipanggil untuk melakukan apa? Yesus Raja kita memberi kita misi kita: "Pergilah ... dan muridkanlah semua bangsa, baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, ajarkanlah mereka untuk menaati semua yang Aku perintahkan kepadamu" (Mat. 28:19-20, AYT). Apakah Anda melihat bagaimana misi ini terkait dengan visi kita? Semakin giat kita menjadikan murid di antara bangsa-bangsa, maka semakin cepat kita akan melihat pemerintahan Kristus meluas ke ujung bumi ketika orang-orang dari setiap suku, bahasa, dan bangsa bertekuk lutut kepada Raja Yesus dan menjalankan norma-norma kerajaan-Nya.
Bagaimana Krisis Memicu Misi
Mungkin Anda berpikir, "Ini waktu yang tidak masuk akal untuk memikirkan misi! Kita sedang berusaha menghadapi pandemi global COVID-19, ada perang di Ukraina, dan dunia tampaknya lebih terpecah dari sebelumnya. Apa yang sedang terjadi di dunia ini?" Inilah tepatnya pertanyaan yang harus dijawab. Dengan kata lain, Apa yang Allah lakukan di dunia-Nya hari ini? Mari kita fokus secara khusus untuk menjawab pertanyaan ini: Bagaimana Allah menggunakan semua efek COVID-19 untuk mencapai tujuan-Nya di dunia?
Mari kita ingatkan diri kita bahwa Allah tidak terkejut dengan peristiwa-peristiwa dunia saat ini. Faktanya, ketika kita melihat kembali sejarah misi modern, kita melihat bahwa Dia telah meluncurkan banyak gerakan misi setelah krisis besar. Epidemi AIDS tahun 1980-an di Afrika menyebabkan banyak misionaris pergi ke Afrika. Jatuhnya komunisme pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an membawa banyak misionaris ke Jerman dan Eropa Timur. Serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat memicu ketertarikan besar untuk menjangkau umat Muslim. Pemberontakan Musim Semi Arab di awal tahun 2010-an dan krisis pengungsi berikutnya menarik lebih banyak misionaris ke Timur Tengah dan Eropa untuk menjangkau mereka yang terlantar akibat perang.
Allah tidak menyia-nyiakan apapun. Dan Dia tampaknya secara khusus menggunakan kehancuran dan kegelapan dunia ini untuk membuat Injil Yesus Kristus bersinar paling terang.
Peluang Pascapandemi
Seperti apa kemajuan Injil di era pascapandemi ini? Apa kebutuhan yang terbesar?
Meskipun kita semua telah terkena dampak COVID-19, orang miskin dan orang melaratlah yang paling menderita. Misalnya, lockdown yang parah telah sangat memengaruhi pekerja harian. Jika mereka tinggal di rumah, mereka tidak bisa mendapatkan uang untuk menyediakan makanan bagi keluarga mereka; jika mereka pergi bekerja, mereka yang paling rentan terkena virus. Konsekuensi jika jatuh sakit akan sangat berat bagi mereka yang tidak memiliki akses kepada perawatan medis atau yang merupakan satu-satunya penyedia nafkah bagi keluarga mereka. Banyak dari keluarga ini masih belum pulih dari kehilangan mereka.
Secara makro, COVID-19 serta perang di Ukraina telah memperbesar ketimpangan ekonomi global. Yang terpenting, ada tumpang tindih besar antara orang miskin di dunia dan mereka yang belum terjangkau dan belum mendengar Injil. Hal ini telah menciptakan kesempatan bagi gereja, terutama di negara maju, untuk masuk dan menunjukkan kasih Allah melalui tindakan belas kasihan dan kemurahan hati, mewartakan Injil kerajaan dalam kata dan perbuatan.
Bagi banyak orang lain, tahun-tahun terakhir selama pandemi global telah menimbulkan pertanyaan eksistensial yang lebih dalam tentang kehidupan, makna, dan tujuan. Diperhadapkan dengan kefanaan kita, ketidakpuasan dengan pekerjaan, kekecewaan terhadap pemerintah kita, perasaan kesepian, dan kebutuhan akan relasi, semuanya telah berkontribusi pada kelaparan rohani. COVID-19 belum berdampak baik untuk kesehatan fisik, mental, dan spiritual dunia secara keseluruhan. Namun dalam konteks ini, kita melihat keterbukaan yang lebih besar terhadap Injil Yesus Kristus karena memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan paling mendasar dalam hidup.
Tidak Ada Pengganti untuk Misionaris
Bagaimana dengan misionaris kita? Seperti kita semua, banyak misionaris yang lelah, stres, kesepian, dan merasa terisolasi. Banyak yang mengambil pensiun dini. Hal ini telah mempertegas kebutuhan akan perhatian dan konseling anggota yang lebih kuat dan mudah diakses. Misi pascapandemi akan menjadi yang terbaik ketika misionaris memiliki sistem pendukung untuk memerhatikan mereka sebagaimana mereka memerhatikan orang lain.
Beberapa mungkin bertanya-tanya, "Mengapa kita masih mengirim misionaris? Tidak bisakah kita menggunakan Zoom dan media elektronik lainnya untuk menyebarkan berita seperti yang telah kita lakukan selama dua tahun terakhir ini?" Meskipun kita bersyukur atas teknologi yang memungkinkan kita mengadakan pertemuan, kebaktian, dan kesempatan mengajar secara virtual, tidak ada pengganti untuk pemuridan tatap muka. Mengapa? Karena pemuridan lebih dari sekadar mentransfer informasi. Pemuridan bersifat relasional. Pemuridan terjadi ketika Anda makan bersama, tertawa bersama, dan menangis bersama dalam suasana formal dan informal. Tidak ada pengganti yang lebih berarti daripada kehadiran.
Kita melihat ini dalam surat-surat rasul Paulus, di mana ia mengungkapkan keinginan yang sangat besar untuk melihat saudara-saudarinya secara langsung (Rm. 1:11-12; 1Tes. 2:17-18). Rasul Yohanes bahkan menulis kepada gereja, "Ada banyak hal yang ingin kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak mau menuliskannya dengan pena dan tinta. Aku berharap untuk menemuimu segera dan kita akan berbicara secara tatap muka" (3Yoh. 1:13-14, AYT). Pemuridan lebih dari sekadar menyampaikan informasi.
Kebutuhan Terbesar untuk Misi
Jadi, apa kebutuhan terbesar agar bisa melihat Injil maju secara global? Kebutuhan terbesar adalah generasi misionaris baru yang akan pergi dan menjadikan murid di antara bangsa-bangsa. Tuhan kita Yesus melihat orang banyak dan berbelas kasih kepada mereka "karena mereka lelah dan terlantar seperti domba-domba tanpa gembala" (Mat. 9:36, AYT). Dalam konteks inilah Dia berkata, "Sesungguhnya, panenan banyak, tetapi pekerja-pekerjanya sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuhan yang mempunyai panenan, untuk mengirimkan pekerja-pekerja dalam panenan-Nya" (Mat. 9:37-38, AYT).
Apa kebutuhan terbesar untuk menjangkau lebih cepat? Para pekerja untuk ladang tuaian.
Di awal pandemi, semua aturan berubah, dan kita dipaksa untuk hidup dalam realitas baru, budaya baru. Pekerjaan, gereja, dan kehidupan semuanya dibentuk ulang secara radikal oleh COVID-19. Jadi, apa yang kita lakukan? Kita beradaptasi, kita bertahan, kita bekerja melalui gejolak emosi dan kesedihan, dan sebagian besar dari kita berhasil bertahan. Pengalaman ini mengingatkan saya pada tahun-tahun pertama keluarga kami di ladang misi, yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan kami sebagai misionaris. Mungkinkah COVID-19 adalah sarana Allah untuk mempersiapkan pasukan pekerja untuk ladang tuaian-Nya? Mungkinkah beberapa tahun terakhir hidup di bawah COVID-19 ini telah melatih generasi orang-orang kudus yang lebih tangguh, mudah beradaptasi, dan bertekun untuk tujuan misi global Allah?
Kecaplah, Lihatlah, Pergi, Muridkan
Apa yang sedang terjadi? Allah membuka peluang untuk pertumbuhan dan kemajuan kerajaan-Nya di seluruh dunia, terutama di antara mereka yang belum terjangkau dan belum mendengar Injil.
Menurut Joshua Project, masih ada 7.415 kelompok masyarakat yang belum terjangkau, yang merupakan 42,5 persen dari populasi global -- sekitar 3,34 miliar orang. Semua orang telah terpengaruh oleh COVID-19 dalam satu atau lain cara. Allah sedang membuka pintu hati dan pikiran orang-orang untuk mendengar kabar baik kerajaan-Nya. Dan Dia memanggil mereka yang telah merasakan dan melihat kebaikan Allah untuk pergi dan menjadikan murid di antara bangsa-bangsa.
Mungkin Allah telah mempersiapkan Anda untuk pelayanan kerajaan-Nya. Mungkin Anda termasuk di antara banyak orang yang menjawab panggilan misi global. Mungkin kita akan melihat pada generasi kita gerakan besar Roh Kudus, yang menuntun banyak orang kepada pertobatan dan iman kepada Kristus, pertumbuhan dan perkembangan gereja, dan Injil kerajaan tersebar ke seluruh dunia. Semoga demikian, Tuhan Yesus! (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Desiring God |
Alamat situs | : | https://desiringgod.org/articles/did-the-pandemic-open-doors |
Judul asli artikel | : | Did the Pandemic Open Doors? |
Penulis artikel | : | Lloyd Kim |
- Login to post comments
- 578 reads