You are hereArtikel Misi / Apa yang Membuat Perawat Memiliki Kepedulian (Caring)?
Apa yang Membuat Perawat Memiliki Kepedulian (Caring)?
Kepedulian atau "caring", merupakan topik yang saat ini hangat dibahas dalam buku-buku keperawatan. Ada kisah-kisah dan penegasan mengenai kepedulian, ada dongeng-dongeng dan tuduhan-tuduhan tentang kurangnya kepedulian, ada juga teori-teori tentang kepedulian, penelitian, dua jurnal mengenai kepedulian, dan International Association of Human Caring (Asosiasi Internasional untuk Kepedulian Terhadap Manusia). Kepedulian tampaknya telah memainkan bagian penting yang paling disoroti. Sejak dulu, keperawatan selalu meliputi empat konsep (yang merupakan paradigma kita): merawat adalah apa yang kita lakukan; manusia adalah sasaran dari apa yang kita lakukan (kepada siapa kita melakukannya); kesehatan adalah tujuannya; dan lingkungan adalah tempat di mana kita merawat. Inti dari semua teori tentang keperawatan adalah memeriksa dan menguraikan empat konsep tersebut untuk memberi penjelasan dan panduan dalam hal merawat. Tetapi sekarang, merawat juga didefinisikan sebagai "kepedulian", yang sudah menjadi konsep paradigma yang kelima.
Mengapa kita menyoroti hal merawat? Pada mulanya, merawat adalah sesuatu yang baik. Merawat, yang sudah lama dikenal sebagai "syarat dari suatu hubungan kepedulian yang memudahkan diperolehnya kesehatan dan pemulihan", merupakan suatu aspek penting dalam keperawatan. Mengindentifikasi, menggambarkan, dan memahami `kepedulian` menjelaskan apa yang kita lakukan, apa keunikan dari merawat, dan menuntun kita selagi kita berusaha untuk peduli.
Tetapi, sebuah masalah yang menarik muncul. Meskipun setiap perawat tahu apa itu kepedulian, pada saat Anda memerhatikannya dengan sungguh-sungguh, kepedulian menjadi suatu konsep yang sulit untuk dipahami. Bacalah buku keperawatan, Anda akan menemukan interpretasi yang berbeda-beda tentang apakah arti kepedulian itu. Beberapa interpretasi itu diperoleh dengan memisahkan konsep tersebut supaya dapat dipahami. Menganalisa konsep yang beragam, sama seperti kisah lima orang buta yang mendeskripsikan seekor gajah. Setiap orang merasakan gajah yang sama, tetapi deskripsi masing-masing orang mengenai gajah itu berbeda-beda.
Seperti kebanyakan hal lain dalam hidup ini, cara pandang memainkan peran yang besar dalam menentukan apa pendapat Anda tentang "kepedulian" itu. Apa yang saya percayai tentang "kenyataan", benar dan salah, asal usul kita, apa yang terjadi saat kita mati, atau apakah "kebenaran" itu, sangat berpengaruh terhadap pemahaman saya mengenai kepedulian. Jika saya percaya bahwa semua yang ada dalam hidup adalah dunia fisik, yang kita rasakan melalui panca indra, maka pendapat saya tentang kepedulian mungkin cenderung seperti apa yang saya percaya, fokus kepada apa yang terjadi sekarang. Hal ini tidak berarti saya bukanlah seorang suster yang peduli, tapi bagaimana saya mempraktikkan kepedulian itu, tergantung dari apa yang menurut saya penting. Jika saya percaya pada suatu kekuatan yang menguasai hidup manusia yang menyokong dan entah bagaimana menghubungkan segala sesuatu, pemikiran saya tentang kepedulian mungkin akan mengandung aspek-aspek "kekuatan hidup" tersebut dan mempertimbangkan bagaimana saya terhubung dengan yang lain.
Meski cara pandang memengaruhi pemikiran kita, dalam pembahasan tentang kepedulian (setidaknya di buku-buku yang sudah saya baca), para penulis jarang menyatakan pikiran mereka dari cara pandangnya. Asumsi, pendapat, dan prinsip-prinsip diajukan, tetapi pandangan tentang kenyataan, kebenaran, dan sifat dunia biasanya tidak dibahas -- setidaknya oleh mereka yang mengatakan, "Inilah yang saya percayai." Tampaknya kita mengasumsikan kepedulian itu sebagai salah satu dari cara pandang yang netral (yang tidak berdampak pada apa yang kita pikirkan), atau karena semua pandangan dunia itu sah dan benar, cara pandang bukanlah masalah. Jika ditanya, kita semua akan berkata, "Tentu saja semuanya berasal dari cara pandang kita. Tidak ada yang tidak dipengaruhi oleh cara kita memandang!" Tetapi, cara pandang dunia biasanya tidak diakui secara terang-terangan, setidaknya secara tertulis.
Tidak mengakui cara pandang dalam diskusi kita tentang kepedulian bisa menjadi suatu masalah. Mengapa? Menyatakan suatu cara pandang yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan pengertian yang luas tentang suatu informasi. Misalkan seorang penulis menulis: "Teori saya tentang kepedulian berakar dari kepercayaan bahwa dunia tersusun atas alam, evolusi, ilmu pengetahuan, dan proses. Tidak ada istilah `karya yang luar biasa` atau `pencipta`; dunia ini hanya terdiri dari apa yang kita lihat dan rasakan." Bagaimana Anda mengevaluasi apa yang Anda baca? Katakan saja Anda membaca, "Teori saya tentang kepedulian berasal dari kepercayaan saya akan kuasa yang lebih besar (misalnya, bukan Allah), yang menyokong semua kehidupan dan ada dimana saja. Kuasa itu mempersatukan kita sehingga apa pun yang kita lakukan memengaruhi makhluk hidup yang lain." Apakah interpretasi Anda tentang pemikiran si penulis?
Cara pandang tentang keperawatan Kristen berasal dan berpusat kepada Allah. Kami mencoba memahami cara pandang orang-orang lain dan membandingkannya dengan kebenaran Alkitab. Kolose 2:8 menjelaskan: "Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus." Kesimpulannya, kepedulian tercermin dalam kehidupan Yesus dan pemahaman kita tentang kepedulian dapat kita peroleh dari mempelajari Alkitab. (t/Dian)
Referensi: Majalah American Nurses Association, Nursing`s Social Policy Statement, 2nd ed. (Washington, DC:ANA, 2003): 5. Caring is an elusive concept to nail down.
Bahan diterjemahan dari sumber:
Nama situs | : | Intervarsity |
Judul asli | : | What Determines "Caring"? |
Penulis | : | Kathy Schoonover-Shoffner | URL | : | http://ncf-jcn.org//jcn/archive/06su/editorial.html |
- Printer-friendly version
- 17600 reads