You are here8. Bagaimana Mengembangkan Pembina-pembina Murid

8. Bagaimana Mengembangkan Pembina-pembina Murid


Dan apakah yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu (Filipi 4:9).

Pada suatu hari, Doug dan Leila Sparks baru saja mendengar dari dokternya bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Leila mengidap kanker. Mereka telah berjanji untuk menolong James Fox, seorang bintang filem Kristen di Inggris, dalam suatu proyek Kristen yang harus diselesaikan hari itu. Mereka bekerja sama dengan dia sepanjang hari dan sampai jauh malam.

Belakangan James menulis surat kepada saya mengatakan, "Pertolongan mereka dalam pelayanan bersama dengan saya dalam proyek ini menunjukkan sikap dan tujuan pelayanan mereka. Pada waktu saya meninggalkan mereka malam itu saya berpikir, besar sekali pengorbanan dalam pelayanan ini. Mereka berdua mengorbankan dirinya bagi proyek ini pada saat yang sebenarnya mungkin hati mereka rindu untuk menyendiri dengan Tuhan dan berdua saja.

"Tiga minggu yang lalu ketika saya mengunjungi rumah mereka, Leila menghabiskan 45 menit untuk menguatkan saya dan mengajar anak-anaknya untuk berminat pada apa yang dikerjakan orang lain.

"Saya yakin saya telah melihat contoh dari Filipi 2:3-4, dan dengan demikian saya didekatkan dengan Tuhan."

Dua alat yang utma dalam mengembangkan seorang pembina murid yang berhasil demi Kristus, ialah: memberikan teladan dan mengadakan waktu secara pribadi untuk persekutuan, pembahasan dan pelajaran bersama.

Pembinaan Melalui Teladan

Surat dari James Fox menggambarkan dengan jelas tentang pembinaan melalui teladan. Roh Allah mungkin dapat menggunakan Doug Sparks dalam beberapa cara untuk menghayati Filipi 2:3-4 ke dalam kehidupan James. Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Misalkan Doug bertemu James di station kereta api, dan mereka membicarakan ayat-ayat itu. Mungkin Doug berkata, "Baiklah James, mari kita sedikit menyelidiki ayat-ayat ini. Bukalah Alkitabmu dan ceritakan kepada saya dalam kata-katamu sendiri apa yang dikatakan Filipi 2:1-4."

James melakukan itu.

"Baiklah sekali. Sekarang bagaimana dengan Filipi 2:5-8 ?"

Mungkin James menyebut dua atau tiga hal.

"Baik. Sekarang cobalah menyatakannya sekali lagi dalam kata-katamu sendiri apa artinya ayat-ayat ini bagimu."

James melakukan demikian.

"Baiklah, sekarang mari kita membicarakan sedikit tentang penerapannya. Apa yang saudara lihat dalam ayat-ayat ini yang perlu diperlihatkan dalam kehidupan Saudara?"

Doug dapat memimpin James dalam penyelidikan sebuah ayat Alkitab, dan James dapat menangkap sesuatu dari apa yang diajarkan Paulus. Tetapi bukan cara itu yang memberi kesan yang paling kuat kepada James. Doug bahkan tidak memikirkan bagian ini; ia menghayati ayat itu. Melalui kehidupannya ia memancarkan kebenaran ayat-ayat itu. Roh Kudus memasukkan bagian bagian itu ke dalam hati dan kehidupan James Fox pada waktu ia memperhatikan kehidupan Doug dan Leila Sparks. Mereka tidak mengajarkan Filipi 2:3-4; mereka menghayati Filipi 2:3-4 (Leila Sparks meninggal pada bulan Juni 1972 tak lama sesudah saya menerima surat James.)

Paulus adalah teladan bagi orang-orang Tesalonika. Sebab Injil yang kami beritakan bukan di sampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu (1Tesalonika 1:5).

Pikirkan apa yang telah dipelajari oleh rasul-rasul tentang prasangka mereka pada waktu mereka melihat Yesus bercakap-cakap dengan seorang wanita Samaria (Yohanes 4:1-54). Pikirkan apa yang telah mereka pelajari tentang belas kasihan terhadap orang dengan kebutuhannya ketika Yesus melayani orang-orang berdosa, orang-orang buta, dan orang-orang kusta. Pikirkan apa yang telah mereka pelajari tentang penyerahan dan kesetiaan pada waktu mereka melihat Yesus mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem (Lukas 9:51) untuk disalibkan bagi dosa-dosa manusia.

Ajaran-ajaran Yesus diterapkanNya dalam kehidupan sehari-hari. Kelasnya adalah kejadian sehari-hari. Ia menerapkan ajarannya dalam perbuatan nyata. Ia menyalurkan ajarannya melalui kehidupan. Agar Saudara dapat berbuat demikian, ada dua sifat yang diperlukan, yaitu: kesiapsediaan dan keterbukaan.

Kesiapsediaan. Kesiapsediaan merupakan jalan dua jalur. Saudara tidak dapat melatih orang yang sukar dicari. Sebaliknya, Saudara tidak dapat menjalankan program latihan yang berarti jika Saudara membatasi waktu Saudara sendiri pada pertemuan yang formal. Yesus dan murid- muridNya terbaur dalam kehidupan bersama.

Rasul Yohanes mengingat akan pengalamannya yang luar biasa dan bercerita tentang Yesus sebagai seorang yang telah dilihat dan jamah oleh rasul-rasul (1Yohanes 1:1).

Jikalau tujuan Saudara ialah untuk membagi pemikiran mengenai pengetahuan theologia, atau filsafat, maka cukuplah pertemuan formal dan waktu yang terbatas. Tetapi jika Saudara berkomunikasi dengan jelas mengenai penglihatan yang diberikan Allah mengenai pemuridan, sehingga dia dapat menjadi pembina murid yang secara rohani memenuhi syarat, maka Saudara harus bertemu secara teratur dengan calon pembina itu. Hubungan Saudara dengan Kristus Yesus harus mendalam sehingga kehidupan Saudara dijadikan teladan kuasa Roh Kudus.

Keterbukaan. Mutu yang kedua untuk pembinaan yang efektif melalui teladan ialah keterbukaan. Cecil dan Thelma Davidson adalah antara orang-orang pembina murid yang paling efektif yang pernah saya kenal. Hidup mereka merupakan buku yang terbuka. Pintu rumah mereka selalu terbuka. Meja makan mereka menjadi tempat pertemuan bagi ratusan pemuda dan pemudi bertahun-tahun lamanya. Pada waktu ini orang-orang itu sedang melakukan pelayanan pemuridan dan banyak tempat di dunia. Ternyata bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Davidson.

Kita harus berhati-hati sekali bila menjadi terbuka dengan orang lain. Mungkin berbahaya kalau melepaskan kedok kita, membongkar rintangan, dan merubuhkan tembok pemisahnya. Maka orang akan melihat keadaan kita yang sebenarnya, mungkin dia akan menjadi kecewa. Mereka mengharap kita menjadi seorang malaikat, tetapi kita adalah orang yang berdosa dan diselamatkan oleh anugerah. Walaupun demikian murid kita dapat belajar dari kesalahan dan kegagalan kita seperti juga dari keberhasilan kita.

Terlalu banyak keterbukaan terlalu cepat dapat merusak. Yesus mengetahui itu dan memberitahukan murid-muridNya, Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya (Yohanes 16:12). Pada awal pelayananNya dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan Firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka (Markus 4:33).

Maka bukalah kehidupan Saudara bagi mereka yang mampu menerima yang mereka lihat. Curahkanlah isi hatimu seperti yang dilakukan oleh yesus. Sering ada peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus yang tidak diperlihatkan kepada ketujuhpuluh bahkan keduabelas murid Yesus sebab mereka belum mampu menerimanya. Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang (Mat 17:1-2).

Ia mencurahkan isi hatiNya kepada ketiga orang yang sama di Getsemani. Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu ia berkata kepada murid-muridNya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa. "Dan ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kataNya kepada mereka: "HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Matius 26:36-38).

Namun kenyataannya ialah bahwa tak seorangpun yang sungguh mengenal Saudara kecuali Saudara membuka hati kepada orang lain. Maka kita akan perlu keseimbangan untuk menjadi terbuka terhadap orang lain. Pernah ada seorang utusan Injil yang berbicara kepada kami dan dengan bebasnya ia menceritakan ketidakmampuannya untuk menyempurnakan sebagian dari sasaran yang telah ia rencanakan beberapa tahun lamanya. Dengan terbuka ia mengakui ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan persoalannya dalam pelayanan. Dengan terus terang ia membicarakan keberhasilan tetapi juga kegagalannya.

Ada orang lain yang berbicara dalam pertemuan sama yang bunyinya berdiri pada puncak sukses. Orang pertama yang kelihatannya bersama dengan kami di sana, merencah bersama pada jalan yang sulit seperti yang kami kebanyakan mengalami. Kami lebih merasa mengerti dia.

Pada mulanya, keterbukaan dapat terjadi dengan saling membagikan pengalaman dengan pekerja baru mengenai apa yang pernah Saudara alami dalam persekutuan dengan Tuhan. Saudara boleh menceritakan kemenangan dan kekalahan, keberhasilan dan perjuangan dalam menghafalkan Firman Tuhan. Sesudah lebih erat hubungan Saudara dengan calon pembina murid itu, Saudara dapat membagikan hal yang lebih mendalam, seperti pencobaan yang Saudara hadapi, bagaimana Saudara mengatasinya, dan perjuangan Saudara dengan dunia, daging, dan Iblis.

Sukar, hampir mustahil, melatih seorang calon pembina murid dengan efektif kecuali Saudara terbuka kepadanya. Pembina murid yang memenuhi syarat rohani akan timbul dari kehidupan dan pelayanan seorang pemimpin yang terbuka. Dawson Trotman sering memberikan sajak ini kepada. Dawson Trotman sering memberikan sajak ini kepada kami:

Bagiku lebih baik melihat sebuah khotbah Daripada mendengarkan saja. Lebih baik seorang yang mau berjalan denganku. Daripada hanya memberitahu jalannya.

Latihan Secara Perorangan

Alat kedua yang terutama bagi perkembangan suatu team pembina murid ialah memberikan perhatian pribadi kepada setiap orang. Itu berarti ada pertemuan dengan setiap orang sendirian, dan Saudara miliki tujuan latihan yang jelas bagi orang itu. Pelayanan pelipatgandaan tidak timbul dari suatu usaha untuk menghasilkan murid secara masal. Harus ada waktu secara individu, Saudara harus bekerja dengan calon pembina Saudara secara individu.

Beberapa pertanyaan yang penting perlu dipertimbangkan. Apa yang Saudara lakukan dalam pertemuan-pertemuan satu dengan satu ini? Seberapa sering Saudara harus mengadakannya? Di mana seharusnya Saudara berdua bertemu?

Di mana? Di mana saja cocok. Salah seorang teman saya mengadakan pertemuan dengan calon pembina muridnya ditempat pekerjaannya pada waktu istirahat siang dan mengadakan pertemuan satu kali seminggu.

Apa yang dilakukan? Mereka saling menceritakan apa yang mereka terima dari Allah pada waktu mereka mengadakan renungan pribadi. Mereka mengadakan waktu untuk membaca Firman Tuhan bersama-sama. Biasanya mereka saling memeriksa ayat hafalan yang baru. Mereka membicarakan pelayanan mereka yang telah ditugaskan oleh Allah. Biasanya orang itu mempunyai banyak pertanyaan berkenan dengan pelayanan pemuridan. Kemudian mereka berdoa bersama-sama.

Tak ada peraturan yang kaku yang mengharuskan bagaimana cara memakai waktu. Kadang-kadang mereka menghabiskan kebanyakan waktunya untuk berdoa. Pada kesempatan lainnya, pembina itu akan membawa seorang teman dari kantornya yang pernah diberi kesaksian. Ketiga mereka bertemu di sebuah tempat makan, dan pelatih menolong temannya dalam penginjilan. Ia memberikan kesaksiannya dan menceritakan Injil kepada orang yang bukan Kristen. Maka mereka menjalankan dua hal: mereka menyampaikan Injil, dan orang yang dibina itu mempelajari sesuatu di dalam proses.

Kemauan untuk meluangkan waktu banyak untuk beberapa orang berarti kita tidak dapat meluangkan waktu banyak untuk banyak kesempatan yang lain. Paulus berkata bahwa kita harus berlari-lari untuk mencapai sasaran dan menyelesaiakan perlombaan itu dengan baik (Filipi 3:13-14; 2Timotius 4:7). Demikianlah Tuhan Yesus telah menyelesaikan pelayananNya yang ditugaskan oleh BapaNya (Yohanes 17:4).

Penyerahan untuk bekerja dengan sedikit orang akan menuntut sikap yang memusatkan kehidupan kepada pelayanan itu dan mengesampingkan banyak kesempatan lain. Memang Saudara mampu berbuat banyak hal, tetapi ada satu hal yang harus Saudara lakukan kalau Saudara harus memusatkan pikiran dan pelayanan kepada orang sedikit.

Kalau Saudara telah menentukan sasaran ini, Saudara harus belajar mengatakan "tidak" dengan sopan sekali. Jika Allah telah memberi Saudara visi untuk pelayanan ini secara mendalam, itu bukan berarti bahwa Saudara tidak mempunyai bidang pelayanan. Sebetulnya, jika calon-calon pembina murid Saudara menjadi orang-orang yang dapat dengan Efektif membimbing dan memenuhi keperluan orang lain, pelayanan Saudara akan berlipatganda lebih cepat daripada jika Saudara melakukan semuanya sendirian. Maka ketekunan dan kesabaran adalah sifat yang utama dalam kehidupan seorang pelatih.

Apakah ini berarti bahwa Saudara tidak dapat mengadakan pelayanan umum? Bahwa orang lain akan menggantikan Saudara berkhotbah? Bahwa saudara harus menolak semua undangan untuk berbicara dalam pertemuan khusus? Tentu tidak. Apakah Yesus melayani secara umum? Ya, dan bahkan secara luas. Ia berkhotbah di rumah-rumah, di rumah sembahyang, di lereng bukit, dan tepi pantai (Mar 2:1; 3:1; 4:1; Mat 5:1). Ia juga memberikan contoh berkhotbah dalam pembinaan keduabelas muridNya. Ia berkata, Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang (Markus 1:38).

Saudara harus mendisiplin diri Saudara sendiri supaya tetap memikirkan pelatihan pembinaan. Anggaplah pelayanan Saudara yang lain sebagai kesempatan untuk membangun dalam hidup calon pembina Saudara. Dan saudara dapat menilai kalau yang saudara lakukan mencapai atau, paling sedikit, menuju tujuan utama yaitu mengembangkan pembina-pembina murid yang memenuhi syarat. Pelayanan Saudara hanya akan berarti jika itu menambh kedewasaan bagi orang-orang itu. Apakah pelayanan rasul Paulus?

Penginjil, ahli theologi, ahli strategi pengutusan Injil, penabur gereja, guru dan rasul. Tetapi selalu ada orang-orang tertentu disekitarnya. Pada suatu peristiwa, Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe, danTimotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus (Kisah 20:4). Ia menggunakan pelayanannya yang luas untuk memusatkan latihan sedikit.

Ketika menulis kepada orang-orang Korintus, Paulus mengingatkan mereka bahwa ia adalah bapa rohani mereka dan menantang mereka untuk meneladani dia. Kemudian ia menerangkan kepada mereka bahwa ia sedang mengutus Timotius untuk melayani mereka (1Korintus 4:15-17). Timbul pertanyaan: jika Paulus ingin mereka meneladani dia, apa gunanya mengutus Timotius? Pada waktu kita membaca keterangan Paulus, kita mendapatkan kebenaran yang mengejutkan. Pada waktu Timotius datang ke Korintus, keadaan itu akan sama seperti kalau Paulus datang kepada mereka. Timotius itu lebih daripada hanya seorang pengajar. Sebenarnya dia adalah perluasan dari kehidupan dan pelayanan Paulus.

Paulus dapat melakukan itu sebab dia mempunyai keyakinan dalam orang yang telah dibina. Selanjutnya ia telah memberitahu kepada orang-orang Filipi. Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Yesus Kristus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku (Filipi 2:19-23).

Orang-orang yang sependirian, dapat dipercaya, dan tangkas tidak dibuat pada jajaran produksi seperti dalam sebuah pabrik sepeda motor. Mereka dikembangkan dengan berhati-hati dan dengan penuh doa di bawah bimbingan seorang pembina yang penuh kasih dan bijaksana. Dia menghabiskan banyak waktunya pada lututnya berdoa bagi mereka.

Latihan pembina murid memakan waktu, dan menuntut usaha. Itu berarti waktu bersukacita dan waktu penuh air mata. Itu juga berarti kehidupan Saudara.

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1Yohanes 3:16).

Cara Memecahkan Persoalan

Waktu bekerja dengan orang-orang secara perseorangan dan intensif ini, beberapa persoalan dapat timbul dalam kehidupan pembina.

Sikap memiliki. Pembina itu akan digoda mengembangkan sikap memiliki, yaitu sikap suka menguasai. Biasanya hal itu terlihat dalam istilah-istilah yang dipakainya seperti "orang saya," "team saya," "orang-orang yang saya bina." Dalam Perjanjian Baru, Walaupun Paulus dan rasul-rasul lainnya merasa dekat kepada orang-orang yang mereka layani dan kadang-kadang menyebut mereka sebagai "anak-anak kecil," tetapi juga mereka mengingatkan orang-orang itu bahwa sebenarnya mereka milik Yesus Kristus. Mereka adalah orang-orang Kristus, bukan pengikut rasul-rasul. Petrus telah mempelajari pelajaran ini dengan baik. Yesus telah memberitahu kepadanya, Gembalakanlah domba-dombaKu (Yoh 21:16). Kemudian Petrus menasihati para penatua untuk Gembalakanlah kawanan domba Allah (1Pet 5:2). Bukan kawanan dombamu tetapi kawanan domba Allah.

Sikap memiliki yang bukan Alkitabiah ini dapat menghambat pertumbuhan orang-orang yang terlibat jika pembinanya ragu-ragu memperkenalkan mereka kepada orang-orang Allah lainnya yang dapat mempengaruhi hidup mereka. Ia dapat menjadi prihatin bahwa pelayanannya sendiri mungkin akan kehilangan sebagian dari kemasyhurannya dalam pandangan muridnya jika mereka melihat orang lain yang mungkin dikarunia kekuatan dan kemampuan yang tidak dimiliki Pembina itu. Atau ia berusaha memagari muridnya supaya mereka terbatas kepada dia dan pelayanannya.

Buta terhadap kelemahan. Persoalan yang lain ialah sikap yang menganggap semuanya selalu baik. Pada waktu Saudara melihat perkembangan murid-murid Saudara, dan mengetahui berapa jauh kemajuannya, dan melihat pertumbuhan keefektifannya bagi Kristus, mudah untuk dibutakan akan kelemahan mereka. Saudara mulai melihat mereka melalui kaca mata yang mengaburkan-- "anak saya tidak dapat berbuat salah!" Maka Saudara melakukan kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya Saudara menolong. Sekali lagi, memperkenalkan mereka kepada pengamatan dan penyelidikan orang- orang rohani yang lainnya akan menolong Saudara dalam penilaian kekuatan dan kelemahan mereka obyektif.

Pelipatgandaan kelemahan. Yesus dalam pelayananNya menunjukkan persoalan lainnya. Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsipa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya (Lukas 6:40). Orang-orang yang bekerja dengan kita akan memungut kekuatan kita dan juga kelemahan kita. Kalau hanya saya saja yang membina seorang, mungkin orang itu akan mengambil kelemahan saya.

Seperti yang telah dikemukakan, untuk mengataso tiga persoalan utama ini kita harus membimbing murid kita kepada latihan dan penilaian orang lain juga. Kita memperkenalkan orang-orang kita dengan sengaja kepada pembina-pembina lainnya yang dapat memperluas visi mereka dan memperdalam hidup mereka. Ia adalah orang-orang yang dapat menunjukkan kelemahan mereka yang terlewatkan oleh Saudara sendiri atau yang Saudara tak dapat melihatnya karena keakraban Saudara kepada mereka. Penilaian dari luar ini dapat menolong Saudara mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari kemajuan orang-orang itu.

Dalam pembinaan jangan heran kalau sekali-kali ada kemunduruan. Kemunduran itu juga terjadi dalam hidup orang-orang dalam lingkungan Yesus--Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Pada suatu waktu Yohanes dan Yakobus menunjukkan sikap yang sangat membenci dan merusak--mereka ingin memanggil api turun dari langit untuk memusnahkan suatu desa Samaria yang orang-orangnya menolak Yesus (Lukas 9:51-55). Tiga kali Petrus menyangkali Tuhannya (Lukas 22:54-62). Di taman Getsemani tiga orang itu semuanya tertidur sementara Yesus menjalani kesengsaraanNya (Lukas 22:45-46). Tetapi kepercayaan di dalam mereka memperoleh hasilnya, sebab latihan yang diberikannya itu tidak sia-sia. Mereka keluar untuk meneruskan pelayananNya dalam kuasa Roh Kudus.

Memang betul tuaiannya banyak, tetapi pekerja-pekerja -- penuai- penuai -- masih sedikit. Pada waktu Saudara menyerahkan hidup Saudara untuk pelayanan membina murid-murid, berdoalah agar Allah mau memungkinkan Saudara untuk menjadi teladan, bekerja dengan orang-orang secara individu, dan memeriksalah segala persoalan yang mungkin akan timbul.