You are here
Bawean di Indonesia
Sejarah
Kampung halaman orang-orang Bawean adalah pulau berukuran 200 kilometer kubik, dan berjarak sejauh 120 kilometer di sebelah Utara Kota Surabaya (Jawa Timur), di tengah Laut Jawa. Bawean juga dikenal sebagai "Pulau Putri" karena mayoritas penduduknya adalah wanita. Hal itu disebabkan karena para pria cenderung mencari pekerjaan di pulau-pulau yang lain. Seorang pria dari desa Tanjung Ori yang dahulu bekerja selama 20 tahun di Malaysia berkata, "Seorang pria Bawean tidak akan dianggap sebagai seorang dewasa sampai ia menjejakkan kakinya di tanah asing." Merantau merupakan aspek utama dari budaya orang-orang Bawean, dan hal itu memengaruhi hampir setiap segi yang lain dari masyarakat mereka. Terdapat sejumlah besar orang Bawean yang tinggal di Malaysia. Kenyataannya, jumlah penduduk Bawean yang tinggal di sana jauh melebihi yang ditemukan di pulau mereka sendiri, yang berjumlah 60.000 jiwa. Wilayah-wilayah migrasi orang-orang Bawean yang lain meliputi Singapura, di mana mereka dikenal sebagai orang-orang Boyan dan Perth, Australia.
Menjadi Penyelundup Alkitab di Penjara (Editorial Edisi 08-2013)
Shalom,
Kita patut bersyukur karena hidup di negara yang memperbolehkan kita untuk bersekutu dengan saudara seiman dan membaca Alkitab dengan leluasa. Namun, ingatkah Anda bahwa masih banyak saudara-saudara kita di negara lain, yang tidak memiliki kebebasan seperti kita? BK adalah salah satu dari sekian banyak umat percaya, yang kebebasannya untuk bersekutu bersama umat percaya lain dan mengenal Tuhan melalui firman-Nya dibatasi. Namun, apakah kondisi tersebut membuat ia undur dari imannya kepada Kristus? Tidak. Ia tahu bahwa mengikut Kristus merupakan harta yang sangat berharga dalam hidupnya. Hal inilah yang mendorongnya giat dalam menyampaikan Kabar Baik kepada mereka yang belum percaya di negaranya. Semoga kesaksian hidupnya menguatkan kita semua. Tuhan Yesus memberkati.
Menjadi Penyelundup Alkitab di Penjara
Sebelum menjadi Kristen, BK adalah Asisten Gubernur dalam pemerintahan komunis Laos. Setelah menjadi Kristen, ia tidak dapat berhenti memberitakan Kabar Baik. Ia hanya tahu sedikit tentang iman barunya, tetapi ia tahu bagaimana mengarahkan orang-orang kepada Tuhan. Pihak berwenang berkali-kali memperingatkannya, sebelum akhirnya menahannya pada tahun 1999 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Mereka memasung dan memborgol kedua tangannya. BK ditahan di sebuah ruangan yang gelap, tanpa makanan dan minuman selama 7 hari lamanya. Ketika para penjaga menawarkan makanan dan minuman kepadanya, ia menolak menerimanya -- ia harus berhati-hati, karena takut kalau makanan dan minuman itu beracun. BK ditahan di sebuah sel seorang diri selama satu tahun tanpa sebuah Alkitab. Selnya dibangun dari batu dan beton, memiliki pintu besi dengan sebuah lubang kecil yang berkarat sebagai jalur keluar masuknya udara.
Iran Tahun 2013
Pendeta YN, seorang pendeta Iran yang dinyatakan bersalah atas dakwaan pemurtadan dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 2010, akhirnya dibebaskan dari penjara. Pembebasan itu menyusul sidang dengar pendapat yang dilaksanakan pada 8 September tahun lalu. Dalam sidang itu, dakwaan atas pemurtadan ditarik dan diganti dengan dakwaan atas aktivitas penginjilan. Untuk dakwaan ini, Pendeta YN dituntut hukuman selama 3 tahun penjara. Akan tetapi, karena pada saat sidang itu berlangsung ia telah dipenjara selama 2 tahun 11 bulan, maka jangka waktu itu ikut dihitung ke dalam tuntutan hukuman yang baru. Karena itu, pengadilan menerima permohonan pembebasan bersyarat satu bulan lebih awal dengan uang jaminan.
Misi di Pulau Jawa 2 (Editorial Edisi 07-2013)
Shalom,
Pada masa pemerintahan Inggris, yang diwakili oleh Thomas Stamford Raffles, penyebaran Injil di Tanah Jawa tidak lagi dibatasi seperti pada pemerintahan Belanda. Pada saat itu, misionaris-misionaris, khususnya dari British Missionary Society, diizinkan untuk menyebarkan kekristenan dengan leluasa. Akan tetapi, keadaan itu tidak berlangsung lama. Ketika Belanda kembali menguasai Pulau Jawa, larangan menyebarkan Injil dengan alasan demi mempertahankan status quo pun muncul kembali. Namun, Tuhan selalu bekerja dengan cara-Nya yang ajaib. Ketika pintu-pintu pelayanan misi seakan tertutup, muncullah sebuah karya yang nantinya menjadi pilar yang menopang pelayanan misi di Pulau Jawa. Siapa hamba Tuhan yang menjadi alat-Nya? Dan, apa karyanya? Simaklah dalam artikel yang telah kami siapkan di edisi ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.
Penyebaran Kekristenan di Jawa dan Pertemuannya dengan Islam pada Abad ke-19 (2)
Diringkas oleh: Yudo
William Carey, seorang tokoh misi dari Inggris, yang juga disebut sebagai "bapak misi modern" mendirikan British Missionary Society pada tahun 1792. Dalam tempo satu tahun, ia telah membuka posnya di Kalkuta, India. Dari sana, ia mengorganisasi misinya dan mengirim banyak utusan ke semua sudut Asia, termasuk Jawa. Setelah Carey berkonsultasi dengan Raffles, tibalah waktunya untuk mengirim William Robinson sebagai misionaris Baptis pertama ke Pulau Jawa. Robinson tiba di Batavia pada 1 Mei 1813. Tugas utamanya ialah menyampaikan Injil pada orang Jawa. Target utama yang diberikan oleh Carey kepada Robinson adalah ia harus menguasai Bahasa Jawa secepat mungkin agar mampu berkhotbah dalam bahasa tersebut, dan kemudian menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jawa. Namun, ketika tiba di Batavia dan mengenali keadaan kota tersebut, Robinson menyadari bahwa tujuan awal yang telah dirancangkan di Kalkuta harus diubah. Batavia merupakan sebuah kota yang amat kompleks. Batavia merupakan kota perniagaan yang sibuk, pusat pemerintahan, dan dihuni oleh berbagai macam orang. Banyak sekali kelompok orang Kristen yang telah memulai karya misi di situ dan mereka bisa berbahasa Melayu, Portugis, maupun Belanda, namun tidak bisa berbahasa Jawa. Orang Jawa yang tinggal di Batavia, yang sebelumnya diperkirakan berjumlah besar oleh kantor pusat di Kalkuta, sebenarnya sangat sedikit. Sementara itu, ia mulai memelajari Bahasa Melayu dan Belanda secara intensif.
Misi di Pulau Jawa 1 (Editorial Edisi 06-2013)
Shalom,
Sejarah perkembangan kekristenan di Indonesia selalu menarik untuk disimak dan dipelajari. Dalam dua edisi pertama bulan ini, kami akan mengajak pembaca setia e-JEMMi untuk menyusuri sejarah penyebaran agama Kristen di Pulau Jawa, khususnya pada masa penjajahan Belanda dan Inggris. Seperti apa kondisi ladang misi yang harus dihadapi para misionaris pada saat itu? Dan, sejauh apa pengaruh kebijakan politis terhadap perkembangan pelayanan misi? Temukan jawabannya dalam artikel yang kami sajikan ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.
Penyebaran Kekristenan di Jawa dan Pertemuannya dengan Islam pada Abad ke-19 (1)
Pemerintahan Peralihan Inggris di Jawa (1811 -- 1816) yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles, hanya berlangsung singkat. Tetapi, dalam waktu yang singkat itu, Raffles mampu membuat beberapa perubahan penting dalam peta keagamaan di Pulau Jawa. Sebagai seorang pejabat muda di bidang administrasi politik, Raffles dipengaruhi oleh ide-ide baru mengenai kebebasan yang pernah mencapai puncaknya pada masa Revolusi Perancis, yaitu hak untuk terbebas dari tirani feodal dan hierarki gereja. Hak-hak dasar dan kebebasan pribadi, terutama kebebasan beragama sesuai keyakinan tiap-tiap pribadi, merupakan sebagian dari apa yang dijunjung oleh Raffles.
Sadhu Sundar Singh (Editorial Edisi 05-2013)
Shalom,
Siapa pun dapat dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencana-Nya, tidak terkecuali anak-anak. Sundar Singh adalah salah satu tokoh misi yang dipakai Tuhan sejak ia masih kanak-kanak. Simaklah riwayat pelayanannya dalam kolom Tokoh Misi kali ini.
Sadhu Sundar Singh: Misionaris dengan Kaki yang Berdarah
Pada 3 September tahun 1889, di sebelah Utara India, seorang anak laki-laki lahir dalam sebuah keluarga beragama Sikh. Keluarga Sundar sungguh menyenangkan, mereka memiliki rumah yang bagus dan makanan yang banyak, tidak seperti tetangga-tetangga mereka. Ibu Sundar bergelar "Sikh Bakhta", yaitu seorang yang dianggap suci dalam agama Sikh. Ibunyalah yang menolong Sundar untuk menghafal isi kitab suci agama mereka yang bernama Gita.
Sundar berusaha untuk menjadi seorang Sikh yang saleh. Karena itu, ia juga mempelajari buku-buku agama lain. Agama Sikh mengizinkan penganutnya untuk meminjam buku-buku dari agama lain, sehingga Sundar juga membaca buku agama Hindu dan Islam, ia juga mempelajari Yoga. Namun, semuanya itu tidak dapat memuaskan keinginannya dalam mengetahui kebenaran.