Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas

Integritas seseorang erat kaitannya dengan jati diri yang sejati. Seluruh aspek kehidupannya, baik yang internal maupun eksternal, berjalan dengan harmonis, tanpa kepalsuan atau kemunafikan. Dengan kata lain, pribadi yang berintegritas adalah mereka yang memiliki keselarasan dalam pikiran, perasaan, perbuatan, serta perkataannya.

Bagi orang Kristen, integritas merupakan hal yang sepaket dengan kehidupan rohaninya. Integritas menjadi gambaran hidup orang percaya, yang tercermin dari sikap sehari-harinya, entah saat berada di tempat umum maupun saat sendirian.

Alkitab menunjukkan bahwa orang yang berintegritas punya hubungan atau pergaulan yang erat dengan Tuhan. Misalnya, Nuh, Abraham, Daud, dan Paulus. Mereka selalu berusaha hidup benar, mau terus belajar, dan menjadi pelaku firman yang setia.

Lalu, bagaimana caranya kita bisa menjadi pribadi yang punya integritas?
3 Tokoh Alkitab dengan Integritas Tinggi

Mari belajar dari ketiga tokoh Alkitab berikut yang menjunjung tinggi nilai integritas dalam kehidupan mereka.

1. Yusuf – Integritas Berarti Kejujuran (Kejadian 39:1-23)

Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. – Kejadian 39:3-4

“… bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” – Kejadian 39:9

Berkat integritasnya, Yusuf dipercaya tuannya untuk mengurus rumah dan asetnya. Dengan kekuasaan yang besar itu, Yusuf punya banyak kesempatan untuk menyalahgunakan wewenang. Namun, karena rasa hormatnya kepada Tuhan, ia menolak diajak berzina oleh istri majikannya dan memilih lari, bahkan menerima risiko difitnah dan dipenjara.

Seberapa sering kita meremehkan atau mengesampingkan integritas dalam pengambilan keputusan? Maukah kita mengorbankan tawaran atau jalan pintas yang tampaknya menggiurkan demi menyelamatkan masa depan kita? Ataukah, kita mementingkan kenikmatan sesaat yang akan memberi dampak buruk di kemudian hari?

Kalau setiap pagi Anda boleh bangun, bernapas, dan beraktivitas, artinya Anda masih diberi kesempatan menjalani hidup yang lebih baik. Jadi, gunakanlah itu dengan mengambil keputusan-keputusan yang benar di dalam Tuhan.

Ketika semua kolega Anda menyalahgunakan dana atau properti perusahaan, akankah Anda ikut-ikutan? Sebagai pimpinan, apakah Anda benar-benar memprioritaskan kesejahteraan karyawan, atau itu hanya jadi wacana dalam pidato Anda di acara kantor?

Integritas tak hanya berlaku dalam profesi. Jika Anda mahasiswa, Anda juga harus punya integritas, misalnya jujur dalam mengisi daftar hadir dan mengerjakan skripsi (tidak menjiplak atau membayar orang untuk melakukannya). Dalam pergaulan, itu berarti Anda tidak berkata “A” kepada seseorang, “B” kepada orang lain, lalu “C” kepada pihak yang lain lagi.

Integritas berarti dapat dipercaya, jujur, dan setia pada hal benar. Dan, kita menjadi orang yang bisa dipercaya jika perkataan kita sejalan dengan perbuatan.

2. Daniel – Integritas Berarti Komitmen (Daniel 6)

Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu. Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya. – Daniel 6:10-12

Posisi Daniel sebagai pejabat tinggi di Kerajaan Media-Persia membuat banyak pejabat lain iri dan tidak senang. Untuk menjatuhkan Daniel, mereka memengaruhi Raja Darius untuk mengeluarkan perintah terkait larangan ibadah kepada siapa pun, kecuali raja (Daniel 6:4-7).

Namun, Daniel merupakan sosok yang memiliki integritas. Ia teguh memegang komitmennya dalam doa dan untuk tidak menyembah berhala. Bahkan, dimasukkan ke gua singa pun tak dapat menggoyahkan hati dan imannya kepada Allah.

Integritas berarti memegang komitmen dan loyalitas. Mereka yang punya integritas akan menepati janji dan mempertahankannya sampai akhir, walaupun itu membutuhkan pengorbanan. Sebaliknya, kegagalan dalam memenuhi komitmen sering kali mencerminkan lemahnya integritas seseorang.

Sebagai orang Kristen, sudahkah kita berkomitmen terhadap iman kita? Apakah janji yang kita ikat dengan Tuhan mulai digoyahkan oleh gaya hidup buruk? Apakah iman kita mudah dipengaruhi teman, lingkungan, keluarga, atau berbagai persoalan hidup yang melanda?

Mari belajar membangun integritas seperti Daniel dengan menjaga komitmen kita terhadap Tuhan serta menaati firman-Nya.

3. Habakuk – Integritas Berarti Tanggung Jawab (Habakuk 1-3)

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” – Habakuk 3:17-19

Habakuk dikenal sebagai nabi yang memiliki integritas dalam kepemimpinan. Situasi sulit yang dihadapinya, seperti penindasan, ketidakadilan, dan kekerasan, tidak membuat ia meninggalkan Allah. Habakuk tetap berharap dan percaya bahwa Tuhan akan menegakkan keadilan atas orang benar.

Integritas berarti kemauan menerima tanggung jawab, dan sikap bertanggung jawab adalah tanda kedewasaan pribadi. Pribadi yang berintegritas adalah mereka yang bersedia mengambil risiko, memperbaiki keadaan, serta melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin, sekalipun dalam keadaan sulit.

Orang Kristen yang punya integritas mampu bersukacita di dalam Tuhan meski situasinya sedang tidak baik atau ditimpa kesukaran. Contohnya, kita dicurangi dalam pekerjaan, menghadapi masalah dalam pernikahan, atau harus memimpin orang lain yang tidak menyukai kita. Saat ini terjadi, apakah kita tetap setia, percaya, dan mengandalkan Tuhan? Atau, kita meragukan kuasa-Nya dan meninggalkan iman kita?

Integritas Kristiani: Kesepadanan dengan Kristus

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” – Filipi 2:5

Di tengah banyaknya kepalsuan dan kepura-puraan di dunia, kita sebagai orang Kristen sebenarnya sudah punya fondasi yang benar, yaitu Tuhan. Jadi, padankanlah hidup kita dengan pikiran dan perasaan Kristus. Dengan demikian, integritas kita dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang belum mengenal Tuhan. Amin.

Source : https://gkdi.org/blog/integritas/