“Tuhan, Saya Punya Masalah Besar!” – Ketika Putus Asa Melanda

Ada banyak hal dalam hidup yang bisa membuat kita putus asa. Sudah belajar mati-matian, tetap saja nilai pas-pasan. Siang-malam berjuang dalam pekerjaan, hasil belum juga kelihatan. Segala cara dilakukan untuk mencari pasangan, tetapi batang hidung si jodoh tak kunjung tampak.

Waktu kita ceritakan kepada teman, tanggapan yang sering diberikan adalah: “Semangat, ya! Jangan putus asa!” Sayangnya, hal yang gampang diucapkan itu sangat susah dipraktikkan.

Kalau begitu, apa kata Alkitab tentang keputusasaan dan bagaimana cara mengatasinya?

1. Pertahankan Harapan

Putus asa adalah hal yang terjadi dalam pikiran kita, tetapi belum dilakukan atau direalisasikan. Dari pikiran, akan lahir tindakan yang dipicu oleh keputusasaan tersebut. Misalnya, ketika kita berpikir tidak akan dapat nilai bagus meski sudah belajar, kita jadi malas untuk berjuang. Tanpa sadar, kita mencari dalih atau situasi yang membuat niat belajar itu batal.

Oleh karenanya, hal pertama yang harus kita ubah adalah pikiran—atau lebih tepatnya, cara pikir kita.

Tanamkan dalam benak Anda bahwa masih ada harapan. Semuanya belum berakhir di sini. Seseorang berhenti melakukan sesuatu karena ia kehilangan harapan. Ia percaya bahwa meskipun sudah berusaha, hasilnya akan sama saja. Jangan pernah kehilangan harapan. If you lose hope, you lose life. Tanpa harapan, selesailah sudah semuanya (Ortberg, 2016).

Mengapa Anda terus mengerjakan skripsi meskipun sudah mumet dan ingin menyerah? Karena Anda punya harapan bahwa Anda kelak pasti lulus. Mengapa Anda mau bekerja sebaik-baiknya? Karena Anda yakin suatu hari nanti yang Anda kerjakan bakal berbuah manis. Mengapa Anda tekun berdoa meminta pasangan dari Tuhan? Karena ada harapan bahwa Tuhan akan memberikan Anda pasangan terbaik pada waktu yang tepat.

Don’t lose hope. When the sun goes down, the stars come out. Pepatah mengatakan, ketika matahari terbenam, bintang-bintang akan muncul. Jadi, jangan kehilangan harapan dan tetaplah menantikan yang terbaik. Dengan berpikir positif, sebenarnya kita sedang memampukan diri untuk mencari solusi dan mengerjakan hal-hal yang mengarah pada kesuksesan.

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” – Amsal 23:18

2. Aktif Mencari Solusi

Setelah Anda kembali memiliki pengharapan, Anda perlu aktif mencari solusi. Iman tanpa perbuatan adalah kosong (Yakobus 2:17), dan harapan yang tidak disertai tindakan sama dengan sia-sia.

Ada dua tipe solusi yang bisa diterapkan:

– Lanjutkan Apa yang Selama Ini Anda Lakukan

Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” – Markus 10:47-49

Jika Anda yakin bahwa Anda berada di jalur yang benar atau menerapkan cara yang tepat, tetaplah lakukan itu. Lakukan lebih sering dan lebih konsisten lagi.

Bartimeus sudah menemukan jalan yang benar. Ia menginginkan kesembuhan, dan ia berseru kepada orang yang tepat, yaitu Yesus. Ia tahu Yesus sanggup menyembuhkannya, jadi ia terus berteriak memohon belas kasih-Nya. Meskipun orang lain menyuruhnya diam, Bartimeus tidak putus asa, bahkan ia berseru lebih keras lagi.

Ketika Anda sudah melakukan apa yang tepat, tetapi hasilnya belum kelihatan, tetaplah lakukan bagian Anda. Suatu hari Anda pasti akan menuai hasilnya. Anda takkan tahu seberapa dekat hasil itu kalau Anda menyerah. Cobalah sekali lagi, dan sekali lagi, dan sekali lagi!

– Ubah Strategi, Bukan Tujuannya

Terkadang, untuk keluar dari suatu masalah, melakukan hal yang sama terus-menerus tidaklah cukup. Ada pepatah mengatakan, “Jika Anda melakukan hal yang sama tetapi mengharapkan hasil yang berbeda, Anda gila” (McKean, 2016). Untuk keluar dari keputusasaan, Anda mungkin membutuhkan cara atau strategi yang berbeda.

Jika Anda merasa buntu, bertukar pikiranlah dengan mentor, leader, pembimbing rohani, atau orang yang Anda percayai. Mintalah bantuan mereka agar Anda dapat melihat dari perspektif berbeda atau menemukan jalan keluar lain.

Misalnya, Anda mencoba saat teduh pada malam hari, tetapi selalu ketiduran atau tidak fokus. Goal Anda tetaplah sama: “Saya harus saat teduh.” Lalu, bagaimana caranya supaya tidak ketiduran? Ubah waktunya menjadi pagi hari. Kalau masih ketiduran juga, cobalah mandi sebelum saat teduh agar Anda lebih segar. Change the strategy, but never the goal.

3. Tetaplah Berdoa

Jika Anda sudah melakukan poin pertama dan kedua, jangan lupa poin yang ketiga ini. Ingatlah bahwa manusia hanya bisa berencana, tetapi Tuhanlah yang memberikan hasil (Amsal 16:9). Sertakan Tuhan dalam setiap perencanaan Anda. Percayalah bahwa doa dapat mengubah banyak hal, baik keadaan maupun hati kita.

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” – Amsal 16:3

Bicara tentang putus asa, Rasul Paulus adalah orang yang sangat berisiko ditimpa putus asa. Dipenjara, dihina, dirantai, bahkan ditimpuki batu—semuanya sudah ia lalui dalam perjalanannya sebagai pengikut Kristus dan penginjil.

Apakah ia putus asa? Tidak. Yang membuat Paulus bertahan sampai akhir adalah karena ia percaya bahwa Tuhanlah sumber kekuatannya. Tanpa hubungan yang baik dengan Tuhan, mungkin Paulus sudah menyerah di tengah jalan.

“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” – 2 Korintus 4:7-9

Siapakah sumber kekuatan Anda? Masihkah Anda berdoa kepada Tuhan dalam suka maupun duka? Kalau belum, segeralah datang kepada-Nya untuk meminta pertolongan dan kekuatan.

Ketika Anda putus asa, pertahankan harapan Anda, teruslah mencari solusi, dan tetaplah berdoa! Jangan berkubang lama-lama dalam keputusasaan. Mengapa? Karena kita punya Allah yang luar biasa, yang jauh lebih besar daripada semua masalah kita. Jadi, jangan katakan, “Tuhan, saya punya masalah besar.” Namun, katakanlah, “Hei, Masalah, saya punya Tuhan yang Mahabesar!”

Source : https://gkdi.org/blog/putus-asa/