Betawi di Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Orang-orang Betawi dianggap sebagai penduduk asli Jakarta. Mereka sering kali disebut "Orang-orang Jakarta, Batavi, Batawi, atau Jakarte". Mereka berasal dari campuran orang-orang yang tiba di Batavia (nama sejarah Jakarta), dan telah mendiami kota pelabuhan ini sejak abad ke-15. Orang-orang Betawi asli didapati di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta, seperti Pasar Minggu di Jakarta Selatan, Condet di Jakarta Timur, dan daerah Kampung Sawah di Bekasi, Jawa Barat.

Seperti Apa Kehidupan Mereka?

Di pusat kota, orang-orang Betawi hidup sebagai pedagang, pegawai negeri, buruh, pengrajin, atau pegawai swasta. Di daerah pinggiran kota (seperti Jagakarsa, Cirasas, Cilangkap) kebanyakan orang Betawi memiliki pekerjaan bercocok tanam sebagai penanam buah, petani padi, atau nelayan. Lahan pertanian mereka lambat laun berkurang karena banyak yang dijual untuk pembangunan perumahan, industri, dan pemanfaatan modern yang lain. Akibatnya, para petani mengubah pekerjaan untuk kerja perkotaan seperti buruh, pedagang, dan ojek sepeda motor. Sulit bagi orang Betawi untuk dipisahkan dengan keluarga mereka. Jika mereka berada di kota kelahiran mereka dan mengalami kesulitan, mereka dapat meminta bantuan keuangan dari anggota keluarga mereka. Situasi ini kadang-kadang memberikan kesan bahwa mereka kurang tekun dalam mencari mata pencaharian dibandingkan dengan orang-orang luar. Tingkat pendidikan formal penduduk asli Jakarta ini biasanya cukup rendah. Kemungkinan, mereka telah mengaitkan "sekolah" dengan pola hidup para "kolonialis Cina dan Belanda", yang mereka tentang. Antipati terhadap pendidikan umum ini dikuatkan ketika guru-guru Islam mendorong mereka untuk menghindari sekolah-sekolah pemerintah dan justru belajar di sekolah-sekolah (pesantren) dan seminari-seminari (madrasah) Islam. Orang-orang Betawi juga memiliki seni yang khusus seperti teater rakyat (Lenong), parade boneka raksasa (Ondel-Ondel), musik tiup tradisional (Tanjidor), topeng, dan teater wayang (Wayang Golek). Namun, saat ini orang-orang Betawi jarang terlibat dalam penyelenggaraan seni tradisional mereka sendiri.

Apa Keyakinan Mereka?

Banyak orang Betawi mengarahkan kehidupan pribadi dan masyarakat mereka sehari-hari ke arah etika Islam. Empat asas yang diikuti oleh sebagian besar orang Betawi berikut ini merupakan contoh dari pengaruh Islam. Pertama, pada setiap perjumpaan mereka akan menggunakan salam Islam, Assalamualaikum, yang dijawab, Walaikumsalam. Kedua, mereka harus melakukan kewajiban sembahyang lima waktu. Ketiga, seorang anak perempuan harus dinikahkan ketika ia mencapai usia yang layak. Empat, seorang tamu harus dijamu sesuai kemampuan maksimal dari tuan rumah. Filosofi dasar mereka adalah "Berkat untuk hari ini. Esok urusan esok". Mereka yakin Allah akan memberikan berkat, tetapi mereka juga yakin kehadiran roh-roh di tempat-tempat seperti pohon-pohon, jembatan-jembatan, dan kuburan-kuburan.

Apa Kebutuhan Mereka?

Orang-orang muda Betawi perlu akses atas pengetahuan ilmiah, sehingga mereka dapat beradaptasi terhadap era informasi dan teknologi. Jenjang-jenjang masyarakat Betawi yang lebih rendah pada dasarnya tetap bercocok tanam, dan ada suatu kebutuhan terhadap pandangan mereka yang lebih luas. Orang-orang Betawi pasti mengejar pencapaian dari tingkat yang lebih tinggi, penghematan, dan persaingan agar mampu bertahan di daerah metropolitan Jakarta yang luas, yang sangat menghargai produktivitas dan efisiensi. (t/Anna)

Pokok Doa:

1. Berdoa kepada Tuhan untuk orang-orang Betawi, supaya ada keterbukaan terhadap pengetahuan ilmiah.

2. Berdoa untuk kemungkinan penginjilan kepada orang-orang Betawi.

3. Berdoa supaya perspektif kehidupan yang masih menghalangi masuknya Injil dalam kehidupan orang-orang Betawi, diubahkan.

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Joshua Project
Alamat URL : http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10815
Tanggal akses : 24 Januari 2012

e-JEMMi 44/2012