Bajau, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah

Orang Bajau (juga disebut orang Bayo, Gaj, Luaan, atau Lutaos) adalah kelompok orang yang sangat giat melaut yang tinggal di sepanjang daerah-daerah pantai Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Mobilitas mereka yang tinggi membuat orang luar menyebut mereka sebagai "gipsi laut". Di kawasan Indonesia timur, sebagian besar orang Bajau ditemukan di kepulauan dan distrik-distrik pantai Sulawesi. Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Bajau, yang adalah cabang dari kelompok bahasa Melayu.

Seperti Apakah Kehidupan Mereka?

Meskipun beberapa orang Bajau sudah mulai tinggal di daratan, namun masih banyak dari antara mereka yang tinggal di perahu-perahu nelayan. Di antara orang-orang Bajau yang tinggal di perahu, komunitas-komunitas mereka terdiri dari keluarga-keluarga yang anggotanya berlabuh di tempat-tempat tertentu -- di sela-sela musim menangkap ikan. Dua sampai enam keluarga akan berkumpul bersama dalam suatu kelompok untuk melaut bersama dan berlabuh bersama. Mereka sering kali saling berbagi makanan, menyatukan peralatan, jala ikan dan pukat, dan peralatan lainnya. Perahu-perahu yang mereka gunakan sebagai tempat tinggal bervariasi ukuran dan konstruksinya. Di Indonesia dan Malaysia, panjangnya rata-rata 10 meter dengan sebuah tiang tinggi sekitar 2 meter. Rumah-rumah perahu itu dibangun dari papan dengan alas/dasar yang kuat dan bagian-bagian yang melengkung. Semuanya dilengkapi dengan suatu ruang tamu beratap, yang terbuat dari tiang-tiang penyangga dan anyaman kajang [anyaman dari bambu, daun nipah, mengkuang, dsb. yang biasanya digunakan untuk atap pedati, Red.], dan sebuah tungku perapian tembikar yang mudah dibawa yang biasanya diletakkan dekat buritan perahu, yang digunakan untuk mempersiapkan jamuan makan keluarga.

Hewan laut tangkapan nelayan Bajau beraneka ragam; terdapat lebih dari 200 spesies ikan yang mereka tangkap. Kegiatan melaut orang Bajau juga bervariasi, tergantung pasang surut air laut, angin muson dan angin lokal, arus laut, migrasi ikan "pelagik" (ikan di laut lepas), dan siklus kalender bulan. Selama malam hari tanpa cahaya bulan, kegiatan melaut biasanya dilakukan dengan menggunakan lentera (lampu gas/petromax), tombak, dan peralatan pancing lainnya. Saat ini, kegiatan melaut terutama dilakukan untuk menjual ikan-ikan hasil tangkapan ke pasar. Kebanyakan ikan yang ditangkap diawetkan dengan proses penggaraman atau pengeringan. Orang-orang Bajau yang tinggal di perahu menilai diri mereka sendiri (untuk membedakan mereka dengan orang-orang lain) sebagai kelompok yang tidak agresif, yang lebih suka lari daripada konfrontasi fisik. Konsekuensinya, kelompok-kelompok lainnya yang mendominasi kegiatan politik di sekitar itu memandang orang-orang Bajau dengan menghina, dan menganggap mereka sebagai orang-orang lemah yang tidak dapat dipercaya.

Apakah Kepercayaan Mereka?

Orang Bajau adalah kaum muslim Sunni dari mazhab Syafi'i, yang menganggap keimanan dan pelajaran agama adalah sumber penting dari prestise individu. Karena kebiasaan orang Bajau yang hidup berpindah-pindah, mereka tidak banyak yang memiliki tempat ibadah (masjid) sendiri, dan harus bergantung pada komunitas-komunitas yang lain di daratan. Di kalangan komunitas-komunitas yang tinggal di perahu, komunitas para dukun sekurang-kurangnya sekali setahun berkumpul untuk mengadakan suatu pertunjukan umum dan atraksi tarian kesurupan di malam hari. Pada saat terjadi wabah penyakit, mereka juga dipanggil untuk mengusir roh penyebab wabah penyakit dari perahu di laut lepas, yang jauh dari desa atau tempat menambat perahu, agar dapat melepaskan komunitas itu dari roh-roh yang menyebabkan wabah penyakit.

Apakah Kebutuhan-kebutuhan Mereka?

Pada saat ini, orang Bajau membutuhkan pembangunan infrastruktur dan renovasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Para pekerja medis, fasilitas, dan pelayanan umum sangat tidak memadai. Imunisasi belum sepenuhnya menjangkau daerah itu, sehingga difteri, infeksi paru, polio, dan berbagai penyakit lainnya mengancam kesehatan anak-anak Bajau. Masih banyak pula orang-orang Bajau yang buta aksara dan belum bisa menuturkan bahasa nasional, bahasa Indonesia. (t/Samuel)

Pokok Doa:

  1. Doakan orang-orang Bajau, agar dalam segala keterbatasan, mereka tetap bersemangat melaut dan berharap hanya kepada Tuhan saja.
  2. Doakan pemerintah, supaya mengirim lebih banyak petugas medis dan membangun prasarana kesehatan bagi orang-orang Bajau.
  3. Doakan pemerintah, supaya peduli terhadap pelayanan pendidikan bagi orang-orang Bajau dan melakukan langkah nyata untuk mengentaskan mereka dari keterbelakangan dan buta aksara.
  4. Doakan agar semakin banyak utusan Injil yang terpanggil untuk melayani orang-orang Bajau.
  5. Doakan orang-orang Bajau, agar mereka membuka hati untuk menerima berita Injil dan mengakui karya pengorbanan Kristus.
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Joshua Project
Alamat URL : http://joshuaproject.net/
Judul asli artikel : Bajau of Indonesia
Penulis : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 24 Januari 2011
Sumber : e-JEMMi 22/2011