Bagaimana Terlibat Dalam Pekerjaan Misi

Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut (Lukas 12:48)

Ada 3D yang biasa dipakai dalam pekerjaan misi: Doa, Dana, dan Daya. Menurut hemat saya, 4D lebih tepat dengan D yang pertama untuk Data. Yesus menyampaikan data ketika Dia berkata:

"Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit" (Lukas 10:2).

Tanpa data, apa yang akan kita doakan? Tanpa data, apa yang akan kita kerjakan dengan sumber daya yang ada? Tanpa data, akan disalurkan ke mana dana yang ada? Berikut ini adalah tiga hal yang perlu kita perhatikan.

  1. Setiap individu, keluarga, dan gereja yang ingin mengerti dan memupuk visi dan misi penginjilan perlu memiliki (paling tidak) peta dunia, peta Indonesia, peta suku-suku yang terabaikan, atau tempat-tempat tertentu yang mengingatkan kita untuk mendoakannya.

  2. Setiap dari kita perlu menjalin hubungan dengan satu atau lebih lembaga misi dan utusan misinya agar mendapatkan pokok-pokok doa yang terbaru.

  3. Pribadi atau gereja perlu proaktif mencari informasi, mengikuti konsultasi-konsultasi, dan seminar-seminar misi yang diadakan agar mengerti langkah-langkah konkret lebih lanjut dalam merealisasikan pekerjaan misi di gereja. Sebagai contoh, memiliki komisi misi yang hidup di gereja, mengadopsi suku terabaikan dalam kelompok-kelompok doa, atau mendukung pekerjaan misi.

Pribadi dan Keluarga yang Bermisi

Mulailah dengan mendoakan pekerjaan misi secara pribadi dan dalam keluarga. Belajarlah memberi untuk misi. Bila persepuluhan dan persembahan sudah diperuntukkan bagi gereja secara khusus, masih banyak cara lain untuk memberi bagi pekerjaan misi. Beberapa di antaranya adalah:

1. Celengan Misi

Anak-anak kami memunyai celengan misi. Begitu pula dengan istri saya. Celengan misi ini tampaknya kecil dan sedikit. Namun, sedikit demi sedikit akan menjadi banyak juga. Prinsip yang saya ingat adalah ketika Rut mengumpulkan bulir-bulir gandum di ladang Boas, sedikit demi sedikit terkumpul cukup banyak juga.

Anak-anak kami diajar untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Mereka belajar bahwa uang kolekte tidak seharusnya lebih sedikit dari uang jajan mereka. Mereka diajar untuk beriman tetapi juga memberi bagi Tuhan. Melalui celengan ini, setelah jangka waktu tertentu ternyata cukup banyak yang terkumpul untuk dipersembahkan ke gereja atau lembaga misi lain.

2. Janji Iman

Janji iman dapat dibuat di luar perhitungan gaji yang sudah ada. Ada yang memenuhi janji imannya dengan bekerja lembur atau usaha lain agar hasilnya dapat diberikan untuk pekerjaan misi. Pada waktu di Afrika, saya berbicara dengan sekelompok pendeta-pendeta muda yang berkata bahwa mereka miskin dan tidak bisa mendukung utusan Injil. Waktu itu saya mengatakan kepada mereka bahwa ada banyak cara untuk mendukung pekerjaan misi secara finansial asalkan kita ada visi dan beban. Saya mengajak mereka berhitung:

Berapa uang makan sehari setiap orang? (Kira-kira Rp 10.000,00)

Berapa anggota jemaat yang aktif? (Kira-kira 100 orang)

Saya katakan bahwa jika setiap orang sehari dalam sebulan berpuasa dan berdoa untuk misi dan uang makan sehari itu dipersembahkan untuk pekerjaan misi maka akan terkumpul Rp 1.000.000,00/bulan hanya dari uang makan yang disisihkan untuk puasa 1 hari.

Saya juga mengajak berhitung seorang anak Tuhan di Indonesia yang berkata bahwa kita orang Kristen di Indonesia miskin sehingga tidak mampu untuk mendukung utusan Injil. Saya mengajak untuk menghitung berapa orang Kristen yang merokok di Indonesia ini. Jika angka kasar perokok Kristen adalah 2 juta orang yang masing-masing menghabiskan Rp 5.000,00 perhari untuk rokok, orang-orang Kristen di Indonesia setiap hari membakar uang sebanyak 10 milyar rupiah, setiap bulan 300 milyar rupiah dibakar dengan sia-sia. Angka itu akan lebih besar jika perokok Kristen lebih dari 2 juta orang. Jawaban dari para perokok yang saya temui mengatakan bahwa semakin mereka stres dalam masa krisis, semakin banyak rokok dihabiskan. Perhitungan ini belum termasuk berapa banyak uang yang kita belanjakan untuk sesuatu yang sebetulnya tidak kita perlukan. Di samping itu, sering kita tidak berdoa agar kita bisa membelanjakan uang dengan bijaksana, tetapi kita hanya berdoa jika kita membutuhkan uang.

Kita dapat memobilisasi keluarga kita untuk berdoa dan memberi bagi pekerjaan misi jika kita sendiri memulai untuk melakukannya. Tindakan kita berbicara jauh lebih kuat daripada perkataan kita.

Gereja dan Mobilisasi Misi

Gereja sangat berperan vital dalam menciptakan atmosfer misi. Jika misi tidak pernah dikhotbahkan di dalam gereja, tentu saja visi bermisi tidak akan pernah muncul di antara jemaat. Jika khotbah misi sering didengungkan di gereja maka pengetahuan dan visi jemaat akan dibukakan untuk mengerti pentingnya misi dan memenuhi mereka pada langkah-langkah keterlibatan konkret berikutnya, seperti adanya persekutuan doa untuk misi, departemen misi (juga disebut Komisi Misi) yang sehat, atau AD/ART untuk misi. Hal yang sederhana ini akan menjadi idealisme yang sukar dijalankan bila pengertian misi yang alkitabiah belum menyentuh dasar kehidupan gereja. Beberapa usulan kecil ini mungkin dapat dijalankan dalam banyak gereja.

  1. Sebulan atau 2 bulan sekali diadakan Minggu Misi, kebaktian misi yang semua acara dan khotbah terfokus pada misi. Jemaat dapat mengundang misionaris, pimpinan badan misi atau pendeta dari gereja yang misioner untuk menyampaikan firman Tuhan atau bersaksi. Adakan persembahan khusus untuk misi pada kebaktian itu yang ditujukan kepada tempat atau misionaris atau lembaga misi yang didoakan atau didukung.

  2. Minimal setahun sekali mengadakan pekan Misi dan Penginjilan, dengan mengundang pembicara-pembicara misi yang sudah melakukan langsung pelayanan misi selama ini.

  3. Jika telah memiliki gedung gereja sendiri atau menyewa di tempat yang permanen, ada baiknya menempelkan peta dunia, peta misi, serta surat-surat doa misi yang aman untuk bisa dilihat anggota jemaat. Hal tersebut dapat mengingatkan serta mendorong mereka untuk memikirkan dan melakukan pekerjaan misi.

  4. Memasukkan pokok-pokok doa misi dalam warta jemaat dan mendoakannya dalam doa syafaat.

  5. Mengutus pimpinan gereja atau majelis untuk mengikuti seminar atau konsultasi misi yang diadakan oleh lembaga-lembaga misi.

  6. Dalam program misi, berikanlah kepercayaan dalam kebebasan terkontrol untuk komisi misi dalam menjalankan programnya.

  7. Mengadakan perjalanan misi atau perjalanan singkat ke daerah-daerah dalam jangka waktu pendek untuk menangkap visi misi di lapangan.

  8. Bila memiliki perpustakaan gereja, isilah dengan buku-buku misi dan biografi dari para tokoh misi, seperti William Carey, Hudson Taylor, Sadhu Sundar Singh, David Livingstone, dan lain-lain yang dapat memberikan inspirasi kepada jemaat.

  9. Memiliki hubungan yang baik dengan satu lembaga misi atau misionaris.

  10. Yang paling penting di atas segalanya adalah keterbukaan kepada firman Tuhan dan Allah "Missio Dei".

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Hati Misi
Penulis : Bagus Surjantoro
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta 2006
Halaman : 115 -- 120

e-JEMMi 28/2010