Henry Martyn (1781 -- 1812)

"Sekarang biarkan saya terbakar untuk Tuhan!" kata Henry Martyn pada saat ia menginjakkan kakinya di Calcutta pada bulan April 1806. Henry Martyn meninggal 6 tahun kemudian pada usianya yang ke-31. Ia mengabdikan dirinya untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan setia selama 6 tahun.

Pendeta Charles Simeon telah membangkitkan ketertarikan Martyn untuk memberitakan Injil di daerah Asia Timur setelah ia menceritakan misi yang dilakukan oleh William Carey di India.

Henry Martin

Perusahaan Inggris (EIC) di India tidak menyukai keberadaan seorang misionaris di tempat mereka. Mereka memandang misionaris sebagai ancaman yang dapat memengaruhi kepercayaan orang lokal di mana hal tersebut dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi bisnis mereka. Charles Simeon diam-diam bekerja sama dengan Charles Grant, pimpinan dari EIC, untuk menempatkan para misionaris di India. Selain mengabarkan Injil kepada orang Inggris di India, mereka juga mengabarkan Injil kepada penduduk setempat. Henry Martyn adalah salah satu dari beberapa orang yang ditunjuk untuk pergi ke India sebagai misionaris yang mewakili EIC.

Henry berlayar dari Inggris dan meninggalkan keluarga, teman, serta Lydia, wanita yang dicintainya. Setibanya di India, ia menghabiskan waktu selama 5 bulan tinggal di Serampore sambil menunggu keputusan mengenai di mana ia akan ditempatkan. Ia tinggal bersama Rev. David Rowan dan keluarganya. Rowan adalah seorang misionaris dari Benteng William di Kalkuta dan seorang Yahudi yang memimpin penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa Asia Timur. Grup misionaris William Carey juga berada di Serampore dan Martyn bertemu dengannya.

"Sekarang biarkan saya terbakar untuk Tuhan!"
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Pada saat Henry berada di Asia, ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dan buku tentang doa dari gereja Anglikan ke dalam bahasa India. Dengan menggunakan biaya sendiri, ia mendirikan sejumlah sekolah bagi penduduk lokal. Ia menjadi seorang misionaris yang dapat mengabarkan Injil kepada penduduk lokal. Ia sering mendapat ancaman akan dibunuh. Martyn juga menerjemahkan kitab Perjanjian Baru dan kitab Mazmur ke dalam bahasa Persia.

Kesehatan Martyn menjadi semakin memburuk. Ia menderita penyakit TBC yang juga telah merenggut nyawa kedua orang tua dan adiknya. Dokter menganjurkan supaya ia melakukan perjalanan dengan kapal untuk memulihkan kondisi kesehatannya. Pada bulan Januari tahun 1811, ia meninggalkan India menuju Persia (sekarang bernama Iran). Ia beristirahat di pegunungan daerah Shiraz hingga sebagian tenaganya pulih kembali. Martyn tinggal di sana selama 1 tahun dan ia menghaluskan bahasa Persia dalam Alkitab Perjanjian Baru. Ia sering berdiskusi dengan pemeluk agama lain.

Martyn kembali ke Inggris untuk memulihkan kesehatannya. Setelah itu, ia pergi ke Konstantinopel (Turki). Ia meninggal di Turki karena penyakitnya dan dikuburkan pada tanggal 16 Oktober 1812.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Batu-Batu Tersembunyi
Penulis : Tim The Voice of the Martyrs
Penerbit : Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2000
Halaman : 74 -- 76

Dipublikasikan di: https://kesaksian.sabda.org/henry_martyn_1781_1812