Teknologi dan Penerjemahan Alkitab

Menonton cerita pelayanan William Carey di India dalam film `Candle in The Dark`, atau membaca perjuangan John Wycliffe ketika menerjemahkan dan kemudian menerbitkan Alkitab berbahasa Inggris di tahun 1834, saya merasa kasihan pada mereka. Bagaimana tidak? William Carey membutuhkan waktu lebih dari 1 bulan untuk tiba dari Inggris ke India, kemudian keadaan kesehatan yang buruk menyebabkan kematian beberapa anggota keluarganya. Demikian pula John Wycliffe. Setelah bersusah payah menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke Bahasa Inggris, ia harus membayar sejumlah orang untuk menulis dengan tangan terjemahan Alkitab tersebut, akibatnya harga Alkitab itu begitu mahal sehingga tidak terbeli oleh orang-orang biasa.

Kalau dibandingkan dengan keadaan sekarang, alangkah mudahnya tugas pelayanan kita saat ini. Anda mau melayani ke India? Praktis setelah mendapatkan visa, Anda hanya perlu waktu kurang dari seminggu untuk sampai di tempat pelayanan Anda.

Anda mau melakukan survey desa tempat pelayanan? Bagaimana Anda bisa mengetahui letak desa itu? Biasanya lembaga misi yang mengutus Anda akan memperlengkapi Anda dengan sebuah GPS (Global Positioning System) yang akan membantu Anda mengetahui letak lintang dan bujur tempat Anda berdiri, bahkan mengetahui di ketinggian berapa Anda berada. Alat ini juga akan berguna untuk proses mapping (pembuatan peta).

Bagaimana kalau di tengah-tengah pelayanan di desa ada anggota keluarga yang sakit parah? Seorang anggota Kartidaya yang bekerja di suatu daerah pedalaman pada suatu hari mengalami gangguan pernapasan berat. Dengan segera suaminya menelepon ke kantor pusat menggunakan satphone (satelite phone) untuk meminta bantuan. Dalam waktu kira-kira 1 jam, sebuah pesawat kecil telah dikirim ke desa tempat pelayanan mereka dan langsung membawa sang pasien beserta seluruh keluarganya ke rumah sakit di kota.

Bagaimana dengan penerjemahan Alkitab? Keberadaan komputer jelas telah menjadi alat bantu utama untuk pekerjaan ini. Sejak awal proses penerjemahan sampai saat Alkitab siap dicetak, semua telah memakai bantuan berbagai jenis alat, khususnya komputer.

Ada berbagai jenis software pendukung yang digunakan dalam proses penerjemahan Alkitab. Beberapa program yang akrab bagi para penerjemah Alkitab adalah Shoebox, CARLA (Computer Assisted Adaptation of Related Languages), CECIL (Computerized Extraction of Components of Intonation in Language), IPA (International Phonetic Alphabet) Help, Speech Analyzer, dan Speech Synthesizer. Juga ada berbagai program lain yang sedang terus dikembangkan untuk membantu meningkatkan kecepatan dan ketepatan penerjemahan Alkitab.

Melihat betapa pentingnya program-program komputer ini, Anda tentu tidak perlu heran melihat para penerjemah Alkitab yang bekerja di pelosok pedalaman Indonesia pun berangkat dengan berbekal notebook/laptop. Dalam berkomunikasi mereka juga tidak lagi bergantung pada surat pos saja. Untuk kecepatan pengiriman dan penerimaan berita, mereka menggunakan email.

Dulu William Carey dan John Wycliffe bekerja dan melayani Tuhan di era di mana teknologi masih sangat terbatas sekali. Sekarang, di era modern, tersedia berbagai bentuk "cutting edge technology" -- berbagai fasilitas pendukung, berbagai jenis komputer, software, transportasi, dan komunikasi. Tetapi dengan seluruh kekayaan teknologi itu, Tuhan masih mau memanggil orang-orang yang akan Dia pakai untuk membawakan firman-Nya bagi ratusan juta jiwa di seluruh dunia yang masih belum mengenal-Nya. Jadi, siapkah Anda untuk dipanggil? Maukah Anda bekerja untuk Dia yang menciptakan segala bentuk teknologi? Ingat, masih ada 400 lebih suku bangsa di Indonesia yang belum mendengar firman-Nya.

Bahan diedit dari sumber:

Judul buku : Berita KARTIDAYA
Judul artikel : Teknologi dan Penerjemahan Alkitab

e-JEMMi 10/2006