Masih Mungkinkah Mengutus Misionaris ke Luar Negeri?

Makin lama krisis moneter memengaruhi ekonomi Indonesia, makin banyak gereja dan orang Kristen yakin bahwa Indonesia tidak dapat lagi mengutus misionaris ke luar negeri. "Mahal sekali," komentar beberapa orang Kristen. "Apalagi jika misionaris kita masih harus mempelajari bahasa Inggris di Barat." Sekarang banyak orang mulai tawar hati. Sayang sekali, jika gereja-gereja Indonesia yang baru mulai terlibat dalam misi sedunia, sudah harus berhenti lagi. Hanya sedikit orang Kristen yang masih percaya bahwa Indonesia tetap dapat memainkan peranan penting dalam penginjilan sedunia walaupun menghadapi krisis moneter.

Sejarah sending WEC membuktikan, bahwa kita tidak harus putus asa dan menyerah, walaupun ada banyak kesulitan. WEC International paling cepat bertumbuh pada waktu Perang Dunia II. Pada waktu itu, badan misi kami mengalami kesulitan luar biasa, karena tenaga yang bersedia melayani Tuhan secara lintas budaya, terbatas sekali akibat keterlibatan generasi muda dalam perang. Selain itu, uang sedikit sekali karena para donatur lebih sering memikirkan tentara-tentara mereka daripada orang di negara-negara yang jauh dari mereka. Pada waktu itu, hampir mustahil mendapatkan izin untuk merintis pelayanan ke suku, daerah, dan negara baru. Tetapi para pemimpin WEC International tidak ingin frustrasi dan tawar hati. "Zaman yang sulit merupakan kesempatan untuk menyaksikan apa yang Tuhan masih dapat lakukan walaupun tidak berubah. Bagi Tuhan, tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak maupun dengan sedikit. Bandingkan pengalaman Yonatan yang berani dan mengalahkan banyak orang Filistin, karena dia mengharapkan bahwa Tuhan bertindak baginya (1 Samuel 14)." Dan akhirnya, mereka diikutsertakan dalam kemenangan Tuhan.

Satu contoh lagi, bahwa apa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan. Pada tahun 1931, pendiri misi kami, C.T. Studd, meninggal. Pemimpin-pemimpin kami berdoa supaya Tuhan memberi sepuluh orang dalam 1 tahun yang dapat menjadi tanda bagi mereka dan dunia, bahwa Tuhan tetap memberi tugas untuk penginjilan dunia kepada WEC International. Allah begitu setia. Dia mengutus sepuluh tenaga baru yang bersedia untuk bergabung dengan WEC International. Orang terakhir baru datang 10 hari sebelum tanggal yang ditentukan. Tuhan tidak hanya memberi calon-calon, Dia juga mencukupi semua yang mereka butuhkan. Tahun berikutnya, WEC dapat mengutus 15 orang, sesudah itu 25 dan 50 orang, tahun berikutnya lagi 75 orang. Mukjizat ini Tuhan buat supaya kita lebih percaya kepada-Nya. Walaupun situasi sulit, iman orang percaya masih dapat berhasil. Semua gereja dan gerakan rohani pertama-tama mengalami pergumulan yang berat. Sejarah gereja Indonesia dapat memberi contoh demi contoh, karena tanpa pengorbanan, keberanian, penderitaan, dan pergumulan, Kerajaan Allah tidak dapat dibangun di dunia ini.

Hal yang sama juga kita alami sekarang dalam mengutus misionaris dari Indonesia. Jangan kita takut dan menyerah, Tuhan sanggup membuat perkara-perkara yang lebih besar. Mari kita belajar dari sejarah gereja dan generasi tua kita! Mari kita bersedia untuk berkorban dan berjuang bagi Kerajaan Allah, supaya pada masa depan kita dapat menyaksikan apa yang Tuhan buat lewat gereja-gereja di Indonesia. Tuhan tidak berubah, Dia tetap sama dan sanggup melakukan perkara-perkara besar.

Iman, Suatu Tiang Rohani WEC

Iman adalah prinsip kedua WEC yang merupakan dasar rohani badan misi kami. Kami mengetahui bahwa tanpa iman, kami tidak dapat melakukan apa-apa. Supaya kami berhasil dalam pelayanan kami, Ibrani 12:2 menjadi patokan bagi kehidupan kami: "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan." Dengan iman seperti ini, kami dapat menghadapi apa saja. Tuhan yang hidup di dalam kami akan menolong dan memampukan kami untuk berhasil bagi Kerajaan-Nya. Jika kami menghadapi kesulitan dan pergumulan, kami mengetahui bahwa Allah ada di pihak kami dan Dia yang memerhatikan kami sebagai anak-anak-Nya.

Allah itu setia dan tidak akan mengabaikan kami. Itu sebabnya dalam hal materi, kami juga mengandalkan Tuhan, bukan manusia. Jika Tuhan memanggil kami untuk melayani lintas budaya, Dia juga mencukupkan kebutuhan kami. Tidak mungkin bahwa Dia memberi tugas dan tidak memperlengkapi kami. Jika seseorang ingin bergabung dengan WEC, kami menjelaskan kepadanya bahwa dia harus bergantung kepada Tuhan, bukan kepada sending WEC. Allah yang menanggung, bukan manusia atau misi WEC. Allah sebagai Abba tidak hanya mencukupi kebutuhan rohani manusia, melainkan juga kebutuhan material. Jika kami bersaksi bahwa kami beriman, kami juga harus menantikan segala sesuatu dari Tuhan, dan bukan dari manusia atau dari WEC International. Ini penting bagi kami, supaya kesaksian kami tetap baik.

Berulang kali, para misionaris WEC di seluruh dunia dapat memberi kesaksian tentang kesetiaan Tuhan. Allah dimuliakan karena Dia begitu luar biasa dalam memerhatikan anak-anak-Nya. Sampai sekarang, Tuhan selalu memberikan apa yang kami butuhkan. Dalam sejarah WEC, kami dapat membuka ladang demi ladang, lebih dari 1.800 orang sudah bergabung dengan WEC, karena Tuhan memanggil dan memampukan serta menolong mereka secara material. Bagi kami sangat penting, bahwa tiap misionaris kami bergantung kepada Allah saja. Jika kami mengharapkan manusia, kami dapat menjadi kecewa karena situasi para donatur dapat berubah dan tiba-tiba dia tidak mampu lagi untuk mendukung tenaga kami. Itu sebabnya sangat penting, bahwa kami melayani Tuhan dengan sukacita. Jika kami hanya mendapatkan sedikit uang, kami tetap ingin melayani dengan hati yang bersyukur kepada Tuhan. Seandainya kami diberikan banyak, kami tidak ingin mementingkan diri sendiri, melainkan tetap mengutamakan pemberitaan Injil.

Walaupun WEC mengharapkan anggota-anggotanya hidup sederhana, ini tidak berarti bahwa mereka harus selalu hidup jauh di bawah standar orang-orang yang mereka layani. Mereka harus menyesuaikan dengan keadaan orang yang dilayani, sehingga mereka dapat menjadi saksi-saksi yang baik. Pada permulaan, WEC International banyak melayani orang-orang yang tidak mampu, sehingga para misionaris kami juga tidak perlu banyak untuk tinggal di tengah-tengah mereka. C.T. Studd, misalnya, tidak memunyai apa-apa, karena harta kekayaannya sudah dia serahkan kepada Tuhan dan orang lain. Dia melayani dengan hati yang tulus dan hanya dapat membagi Injil. Sekarang situasi sudah lain sekali. Banyak dari tenaga kami melayani di antara orang yang berpendidikan di kota-kota besar, sehingga untuk tidak menjadi batu sandungan, mereka tidak dapat hidup seperti C.T. Studd. Dengan bergantung pada Tuhan, mereka harus menemukan gaya hidup yang paling cocok untuk menjadi utusan Injil di lingkungan seperti ini.

Kami ingin bahwa kami selalu berjalan di dalam terang Tuhan. Jika kami tidak kaya, kami tidak ingin merasa minder, karena milik kami lebih sedikit daripada orang lain. Kami juga menjaga supaya kami dapat bergaul luas dan tidak kaku di kalangan orang kaya walaupun kami tidak sekaya mereka. Jika seseorang 100% bergantung kepada Tuhan dan tidak terikat pada pendapat manusia, dia dapat bergaul sopan dan wajar, walaupun dompetnya tipis. WEC International mengajarkan anggota-anggotanya, bahwa memberi lebih berbahagia daripada menerima. Di dalam keluarga WEC, biasanya anggota-anggota yang lebih mendukung dan memerhatikan yang lain yang hidupnya pas-pasan. Jika kami memberikan atau mendapatkan uang, kami tidak ingin diikat dengan para pemberi atau mengikat orang yang mendukung kami. Jika Tuhan si Pemberi utama, manusia selalu nomor dua. Kami ingin berterima kasih kepada para donatur dan juga menghargai pemberian-pemberian mereka, tetapi kami hanya ingin taat kepada Allah saja, supaya pelayanan di ladang misi tetap maju.

Kami sadar, jika kami beriman, kami berfokus kepada Tuhan dan bersedia untuk mendengar perintah-perintah-Nya. Hanya dengan iman, dunia dapat dimenangkan bagi Kristus sesuai dengan Ibrani 11, di mana pahlawan-pahlawan iman disebutkan yang melakukan hal besar, karena dimampukan oleh Allah lewat iman. Doa kami agar misionaris kami juga menjadi saksi iman di mana mereka berada.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama buletin : Terang Lintas Budaya, Edisi 29, Tahun 1998
Penulis : Tim Terang Lintas Budaya
Penerbit : Yayasan Terang Lintas Budaya, Sidoarjo 1998
Halaman : 2 -- 4

e-JEMMi 29/2009