Pelayanan Terhadap Gelandangan

Anda sedang menyusuri jalan ketika tiba-tiba seseorang menghampiri Anda dan meminta uang untuk membeli tiket bis ke kota di mana katanya ia tinggal atau kerabat yang akan menolongnya tinggal. Bagaimana Anda menanggapinya?

Saya mengadakan penelitian informal kecil-kecilan, dan menanyai teman-teman saya apa yang mereka pikirkan pada saat seperti itu:

"Kasihan dia."

"Hei, dia lebih membutuhkan daripada aku."

"Hatiku akan berkata, `Beri dia uang,` tapi kepalaku akan berkata, `Jangan bodoh.`"

"Minggu ini aku sudah mengeluarkan sepuluh ribu rupiah untuk hal-hal seperti ini. Masalah ini mulai memengaruhi keuanganku."

"Aku sudah melakukan kebaikan dengan cara yang berbeda. Aku bekerja di tempat pelayanan, membantu badan sosial, dan membayar pajak."

Dunia gelandangan memang membingungkan. Bukan hanya para profesional dan sukarelawan yang terlibat dengan gelandangan yang bergulat dengan pertanyaan sulit seperti itu, rata-rata orang yang dihampiri di stasiun, terminal bis, atau saat berjalan menyusuri jalan dan sibuk memikirkan kepentingannya sendiri, juga bergumul dengan pertanyaan yang sama.

Kita bisa membuat perbedaan kecil dalam kehidupan para gelandangan saat meresponi mereka daripada mengabaikan atau menolak mereka. Cobalah mengatakan satu kata yang positif. Ingatlah, mereka sendiri tidak lagi memiliki rasa percaya diri. Apapun yang kita katakan atau lakukan, yang memberikan sedikit saja harga diri, akan membawa dampak kebaikan.

Aktor Danny Aiello tidak pernah melewati seseorang di jalan tanpa memberi sesuatu. Jika dia tidak memunyai uang, minimal dia akan mengucapkan sepatah dua patah kata. Dia tidak pernah memaki mereka atau berkata sinis, "Bekerjalah."

Setiap hari, seorang gelandangan yang buta mengenali Aiello dari losion cukurnya. Dia berkata "hai, Danny" dan "terima kasih". Ia tak pernah mendengar denting uang koin menghantam piringnya karena Danny selalu memberinya uang kertas.

Phyllis Cohen masih ingat pada seorang wanita gelandangan yang dia temui di Stasiun Penn, New York. Dia memberi uang satu dolar kepada wanita itu dan bertanya kepadanya di mana pintu keluar ke pasar swalayan terdekat.

"Wajahnya berseri-seri bagaikan sosok mayat yang hidup kembali," jelas Cohen. "Dia memberi petunjuk yang sangat rinci kepadaku dan berjalan bersamaku untuk memastikan aku tidak akan tersesat, sambil asyik bercakap-cakap di sepanjang jalan. Sepertinya, dengan menanyakan sesuatu kepadanya dan menganggapnya memiliki sesuatu yang berharga untuk dibagikan, aku memvalidasi dan menghidupkan kembali sosok pribadinya yang kuat."

Nah, apa yang bisa Anda lakukan untuk menolong orang-orang gelandangan?

  1. Menyumbangkan Uang
    Salah satu cara langsung untuk membantu gelandangan adalah dengan menyumbangkan uang.

    • Menyumbang ke organisasi, gereja, atau yayasan sosial yang membantu geladangan. Lakukan hal ini saat Anda mengadakan peringatan kematian anggota keluarga atau teman.

    • Jika Anda mengundang tamu dalam perayaan ulang tahun atau hari jadi, sarankanlah kepada mereka untuk memberikan sumbangan kepada lembaga yang menangani gelandangan atau orang yang kelaparan daripada membawa kado untuk Anda.

    • Pilih satu badan amal dan berikan sumbangan secara rutin atau setiap tahun sekali.

    • Berikan sumbangan Anda untuk gerakan/kampanye tahunan (gerakan/kampanye makanan lokal, dan lain-lain).

    • Mendukung program-program di lingkungan Anda untuk membantu para gelandangan (tempat tinggal, dapur umum, perumahan, pelayanan konsultasi, dan lain-lain).

    Suatu hari, Teddy Gross, seorang penulis drama yang tinggal di Upper West Side, Manhattan, sedang berlari di Riverside Park dan memandangi semua gedung. "Aku rasa di gedung-gedung itu ada banyak uang koin yang menganggur," katanya. Jadi dia mulai mendatangi tetangga-tetangganya dan bertanya kepada mereka apakah mereka mau memberikan uang koin yang mereka miliki untuk membantu para gelandangan. Saat dia telah selesai mendatangi semua tetangga yang tinggal di lantai yang sama dengannya, dia memeroleh beberapa ratus dolar. Saat dia selesai dengan seluruh lantai di gedung apartemennya dan beberapa temannya juga sudah selesai mengumpulkan uang koin dari gedung apartemen tempat mereka masing-masing tinggal, terkumpullah beberapa ribu dolar.

    Pada tahun pertamanya, inkorporasi Common Cents New York mengorganisir lima gerakan yang diikuti oleh lebih dari empat ratus orang untuk "memanen uang koin" di gedung tempat mereka tinggal. "Hasil panen" tersebut digunakan untuk membiayai 50.000 paket makanan yang disediakan oleh dapur umum, kamp musim panas selama tiga minggu bagi 71 anak-anak jalanan, sebuah mobil van untuk tempat tinggal, ratusan selimut, jaket, dan beberapa set pakaian dalam yang panjang dan hangat (thermal underwear), serta program rekreasi di rumah penampungan. Setiap koin yang terkumpul adalah untuk para gelandangan. Tidak satu koin pun digunakan untuk keperluan lain.

  2. Memberikan Barang Bekas yang Dapat Didaur Ulang
    Di tempat-tempat yang ada pendaurulangan, mengumpulkan kaleng dan botol bekas yang dapat didaur ulang adalah satu-satunya pekerjaan yang tersedia bagi para gelandangan. Namun ini merupakan pekerjaan jujur yang memerlukan inisiatif. Anda bisa membantu para gelandangan dengan menyimpan botol, kaleng, dan koran bekas, lalu memberikannya kepada mereka daripada membawanya ke pusat daur ulang atau membuangya.

    Jikalau Anda tinggal di kota besar, Anda bisa menaruh barang-barang tersebut di luar rumah supaya diambil oleh para gelandangan -- atau memberikan sekarung penuh kaleng kepada gelandangan di lingkungan Anda. Di lingkungan yang lebih kecil, Anda bisa membawa barang bekas tersebut ke tempat penampungan lokal.

    Pada tahun 1983, Undang-Undang Daur Ulang Botol (Returnable Container Act) diberlakukan di New York, di mana semua toko diharuskan menerima 240 kaleng dan botol yang bisa didaur ulang setiap harinya dari siapa pun. Setiap kaleng yang dikembalikan akan ditukar dengan sekitar lima ratus rupiah.

    Namun, sebagian toko di Manhattan, temasuk A&P, D`Agostino`s, dan Food Emporium, tidak mau menerima 240 kaleng. Apa yang akan dilakukan oleh gelandangan yang mengumpulkan barang bekas jika toko-toko itu tidak mau menerimanya? Mereka tidak mematuhi undang-undang yang berlaku?

    Doug Lasdon, Direktur Eksekutif Legal Action Center for The Homeless, memerhatikan masalah tersebut. Atas nama para gelandangan, Lasdon mengajukan gugatan ke pengadilan. Dia memenangkan kasus itu, melindungi hak-hak para gelandangan untuk mengembalikan kaleng dan botol seperti halnya Anda dan saya. Barang-barang bekas Anda, serta bantuan dari Legal Action Center, dapat memberi harapan lain bagi para gelandangan.

  3. Memberikan Pendapatan dari Penjualan Hasil Karya Anda
    Apapun keahlian atau minat Anda, semuanya bisa menjadi kesempatan untuk menghasilkan karya yang dapat dijual demi kepentingan organisasi-organisasi yang membantu para gelandangan. Ajaklah teman dan kerabat yang memiliki minat yang sama untuk menyumbangkan waktu dan bakat mereka untuk membantu berjualan. Mungkin Anda suka memasak atau barangkali Anda ahli dalam hal jahit-menjahit atau kerajinan kayu.

    Jika Anda tidak memunyai waktu untuk membuat barang kerajinan, cobalah untuk menjual barang yang sudah tidak terpakai lagi di garasi rumah/rumah Anda. Mungkin Anda memiliki aksesoris kecil-kecil, buku, pakaian, dan barang lain yang tidak Anda perlukan lagi. Apapun yang Anda peroleh dari penjualan barang tersebut, sumbangkan ke tempat penampungan atau dapur umum di daerah Anda. Undang teman dan kerabat untuk menyumbangkan barang-barang lama mereka kepada Anda untuk dijual bersama-sama dengan barang-barang Anda.

    Lucinda Yates adalah seorang seniman dari Maine dan perancang aksesoris busana. "Aku mulai membuat `pin berbentuk rumah` untuk mendapat uang dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tempat penampungan di daerah saya," kata Lucinda. "Aku masih tidak dapat memercayai banyaknya uang yang didapat dari usahaku itu."

    Kini, dia mempekerjakan lebih dari enam puluh orang. Setiap harinya, dia mendapat pesanan rata-rata seribu buah pin porselen berkualitas miliknya yang tiada duanya. Sejak dia memulai usahanya pada tahun 1988, lebih dari 500.000 pin berbentuk rumah telah dijual.

    Lucinda menjual pin-pin tersebut seharga sekitar 50 ribu rupiah per satuannya kepada pembeli yang harus menandatangani kontrak tanda setuju untuk menjual kembali pin tersebut dengan harga 90 ribu rupiah dengan keuntungannya diberikan kepada organisasi yang melayani para gelandangan. Dalam waktu hanya setahun, The Interfaith Housing Network of Ambler mendapatkan 14 juta rupiah dari hasil penjualan pin tersebut.

    Pin-pin yang melukiskan rumah-rumah penuh warna itu dijual dalam berbagai ukuran, dari yang sekecil paku sampai yang berukuran 3 inci kali 3 inci. Pin tersebut sangat memasyarakat. Ketika seorang sukarelawan mengenakannya, orang akan bertanya tentang pin itu dan tidak jarang mereka menawarkan diri untuk ikut menjualkannya.

  4. Memberi Pakaian Pantas Pakai
    Suatu saat ketika Anda bersih-bersih rumah, perhatikanlah pakaian yang tidak lagi Anda pakai. Jika pakaian-pakaian tersebut masih bagus, kumpulkan dan sumbangkan semuanya ke organisasi yang menyediakan tempat tinggal bagi para gelandangan. Sebagian besar tempat penampungan memerlukan banyak pakaian untuk dipakai.

    Siapa pun dapat memberikan pakaian; anggota kelompok masyarakat, jemaat gereja, anak-anak TK, dan orang dewasa. Banyak dari kita memiliki lemari pakaian yang perlu dibersihkan. Baju baru, khususnya kaus kaki dan pakaian dalam, juga dapat dijual atau disumbangkan ke tempat penampungan. Lagipula, memiliki sesuatu yang baru untuk dikenakan dapat meningkatkan harga diri.

    Contoh lain, akhir musim dingin ini di New York, ada gerakan untuk mengumpulkan baju hangat bagi para gelandangan. Dan selama bertahun-tahun, seorang pengusaha mengadakan acara "One Glove/Satu Kaus Tangan" -- di mana para sukarelawan menjodohkan kaus tangan menjadi sepasang dan membagikannya kepada para gelandangan.

    Organisasi Dayspring menyediakan tempat penampungan darurat selama 24 jam nonstop untuk 60 orang setiap malam di Indianapolis, Indiana, bersamaaan dengan jasa layanan yang dimaksudkan untuk membantu gelandangan memeroleh pekerjaan dan tempat tinggal yang permanen.

    Terkumpul pakaian sebanyak tiga meja tiap harinya, dikelompokkan berdasarkan ukuran dan jenis kelaminnya. Para gelandangan di tempat penampungan diperbolehkan mengambil apapun yang mereka butuhkan. Sedangkan orang lain di lingkungan sekitar yang membutuhkan juga diperbolehkan mengambil secara gratis barang-barang yang mereka perlukan.

    Kadangkala, Dayspring mendengar ada anak-anak yang tidak memiliki pakaian hangat untuk dipakai ke sekolah. Dayspring akan mencari tahu siapa mereka dan mengundang mereka untuk mengambil apa yang mereka perlukan. Apa yang tidak Anda butuhkan, bisa jadi sangat dibutuhkan oleh orang lain.

  5. Membagikan Kantong Plastik Berisi Bahan Makanan
    Selama liburan, beberapa gereja mungkin membagi-bagi makanan untuk orang-orang miskin. Isilah plastik Anda dengan makanan yang tahan lama, seperti makanan kaleng, untuk disumbangkan. Ajaklah tetangga dan teman Anda untuk turut serta.

    Jika gereja Anda tidak memiliki program bagi-bagi makanan, cobalah mengadakannya. Hubungi pengurus dapur umum, tempat penampungan, dan para gelandangan di lingkungan Anda. Tanyakanlah kepada mereka jenis makanan apa yang mereka perlukan. Umumkan kegiatan tersebut kepada jemaat atau masyarakat di sekitar Anda dan ajaklah beberapa sukarelawan untuk membantu Anda mengumpulkan makanan dan menyerahkannya ke lembaga sosial yang Anda pilih.

    Sebuah gereja di Birmingham, Alabama, meminta setiap jemaat untuk membawa sekeranjang sayur saat mengikuti ibadah Paskah. Mereka pun mengisi enam mobil van dan menyuplai dapur umum lokal (yang persediaan bahan makanannya sudah habis) dengan cadangan bahan makanan yang cukup untuk bulan berikutnya.

    Banyak gereja meletakkan keranjang di lobi di luar tempat ibadah supaya jemaat bisa menaruh makanan untuk orang-orang lapar setiap hari sepanjang tahun. Para gelandangan tidak hanya membutuhkan makanan pada waktu Natal atau Thanksgiving saja. Doa Bapa Kami dengan jelas menyatakan, "Berikan kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya ...."

  6. Membagikan Mainan
    Orang-orang yang tinggal di tempat penampungan memiliki sedikit sekali barang kebutuhan rumah tangga -- apalagi mainan. Mereka hanya memiliki sedikit uang untuk memenuhi banyaknya kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, misalnya makanan dan pakaian. Jadi, sering kali anak-anak gelandangan ini tidak memiliki mainan apapun, dan jarang bermain.

    Anda dapat menyumbangkan mainan, buku, dan barang lain kepada mereka. Untuk perayaan Natal, ajaklah teman-teman dan kerabat Anda untuk membeli dan membungkus hadiah untuk diberikan kepada anak-anak gelandangan. Sumbangkan kado-kado itu kepada organisasi/program yang menjangkau anak-anak gelandangan.

    Dalam salah satu kunjungan saya ke tempat penampungan, saya datang pagi-pagi sekali dan berdiri di luar di tempat parkir sambil mengamati anak-anak memarkir sepeda mereka. Mereka nampak gembira; mereka sedang menikmati hidup. Kemudian saya memberitahu pengelola penampungan betapa anak-anak sangat menyukai sepedanya. Ia tersenyum dan mengatakan bahwa sepeda-sepeda itu diantar ke penampungan kemarin. Seorang wanita menemukan sepeda-sepeda yang sudah tidak digunakan selama bertahun-tahun di lantai bawah rumahnya. Kini sepeda-sepeda itu terpakai lagi dan menyenangkan anak-anak yang perlu bersenang-senang.

  7. Membagikan Sekantong Plastik Alat Rumah Tangga
    Menyediakan rumah penampungan tidak mengakhiri masalah para gelandangan, karena biasanya mereka tidak memunyai uang atau perabotan rumah tangga untuk mengisi rumah mereka, bahkan untuk hal-hal sederhana, seperti peralatan makan, peralatan masak, atau handuk.

    Untuk membantu mereka, Anda bisa membagikan sekantong plastik berisi peralatan sehari-hari, seperti cangkir, teko, periuk, sabun, sampo, sikat gigi, dan lain-lain. Pikirkan barang-barang sederhana apa saja yang ingin Anda isikan di rumah Anda yang baru. Beberapa barang mungkin bisa Anda temukan di sekitar Anda; barang lainnya mungkin bisa Anda dapatkan dari teman-teman Anda. Anda dapat juga mengadakan pendekatan kepada perusahaan lokal, toko, pabrik, atau gereja di sekitar Anda untuk menyumbang sesuatu.

    Untuk mendistribusikan barang-barang tersebut, hubungi badan sosial atau pusat-pusat kerohanian di daerah Anda yang memiliki program untuk membantu gelandangan mendapatkan tempat tinggal.

    Salah satu dari sekelompok karyawan pabrik di St. Louis yang selalu makan siang bersama selama hampir sepuluh tahun di kafetaria perusahaan, beberapa hari sebelum Thanksgiving, mengatakan bahwa karena mereka telah mendapat banyak berkat -- pekerjaan yang baik, anak-anak manis, mobil atau van, dan kesehatan -- mungkin mereka juga harus membagikan berkat itu kepada orang-orang yang lebih miskin. Jadi mereka memutuskan untuk mengisi sebuah kantong plastik dengan barang-barang keperluan kamar mandi, permen, dan kelengkapan busana, seperti topi, saputangan, atau kaos kaki. Mereka berjanji membawa sekantong plastik saat makan siang setiap Senin. Setiap minggu, secara bergiliran, mereka akan membawanya ke tempat penampungan.

  8. Menyisihkan Biaya Pesta
    Pada tahun 1992, sebuah organisasi bertingkat nasional di Los Angeles mendorong berbagai institusi di sekitarnya untuk menyumbangkan 3% dari pengeluaran perusahaan yang digunakan untuk perayaan khusus mereka; misalnya perayaan tahun baru, dll.. Dari delapan ratus institusi yang berpartisipasi, mereka mampu membagikan 1,5 juta dolar untuk orang-orang lapar dan gelandangan.

    Kita pun bisa melakukan hal yang sama jika kita semua bersedia secara sukarela menyisihkan 3% dari biaya-biaya yang kita keluarkan untuk perayaan-perayaan keluarga, kemudian menyumbangkan uang tersebut untuk para gelandangan. Setiap orang yang menghabiskan 1 juta rupiah untuk mengadakan pesta, sebenarnya bisa menyisakan 30 ribu untuk orang-orang yang membutuhkan. Demikian juga gereja, tidak hanya pada perayaan-perayaan seremonial saja, gereja bisa menyisihkan 3% dari biaya yang dikeluarkan untuk perayaan ulang tahun, Natal dan Tahun Baru, Paskah, dll. untuk usaha menolong sesama.

    Saya ingat sepasang suami istri yang akan menyiapkan perayaan empat puluh tahun pernikahan mereka dengan mengundang kerabat sejumlah dua lusin. Mereka mendiskusikan pilihan-pilihan yang mereka punya. Bukannya memilih merayakan di restoran yang mahal, mereka malah memilih merayakannya secara sederhana di rumah sendiri. Lalu mereka menyumbangan uang mereka kepada yayasan sosial.

    Pada kesempatan lain, ayah seorang mempelai wanita yang sedang berdiri di samping saya saat kami bersiap melakukan prosesi pernikahan, bertanya, "Ke mana saya harus memberikan 3% uang saya?" tanyanya. Saat saya mendekati mimbar, saya tersadar bahwa jemaat telah belajar mengikuti nasihat Nabi Yesaya: supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah. (t/Setyo)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Judul Buku : 54 Ways You Can Help The Homeless
Penulis : Rabbi Charles A. Kroloff
Penerbit : Hugh Lauter Levin Associates, Inc. and Behrman House, Inc., 1993
Halaman : 19 dan 27 -- 34

e-JEMMi 38/2008