ORANG YANG DAPAT DIPERCAYA

Pagi itu Yusuf terkena peristiwa besar yang belum pernah terjadi dalam hidupnya. Ia dipanggil ke istana oleh raja Mesir. Padahal, ia sedang di penjara karena difitnah oleh istri Potifar. Dari penjara ke istana. Bayangkan! Buru-buru Yusuf mencuci mukanya dan bercukur lalu segera pergi bersama pegawai istana yang datang khusus untuk menjemputnya.

Menjadi Tokoh Kaliber Dunia

Firaun, raja Mesir itu semalam mendapat dua mimpi yang amat aneh. Ia cemas jangan-jangan akan terjadi bencana yang dasyat di negerinya. Semua cendikiawan dan paranormal tidak dapat menafsirkannya. Singkat cerita, giliran Yusuf yang dengan rendah hati menerangkan arti mimpi itu, "Bukan hamba, melainkan Allah yang akan memberikan penjelasan yang tepat. Begini. Arti mimpi itu adalah bahwa setelah tujuh tahun makmur, akan datang tujuh tahun krisis. Karena itu, sebaiknya raja memilih seorang cerdas dan bijaksana dan memberinya kuasa untuk memimpin negeri ini menghadapi krisis tersebut."

Raja senang dengan penjelasan itu dan setuju dengan anjuran Yusuf. serta merta raja mempercayai Yusuf untuk melakukan tugas yang besar ini. Yusuf, seorang yang dijual sebagai budak, kini dipercaya menjadi Perdana Menteri! Sebenarnya, bukan raja Mesir, tetapi Tuhanlah yang telah memberi kepercayaan kepada Yusuf, meskipun banyak orang pandai di negeri itu untuk menjadi berkat dalam krisis global yang terjadi pada masa itu.

Kini, Yusuf menjadi tokoh kaliber dunia. Yusuf, menjadi "Kota Perlindungan" bagi kehidupan orang-orang dari seluruh dunia (Kejadian 41:57), termasuk keluarganya; matahari, bulan, sebelas bintang sujud kepadanya. Rupanya, itulah arti dan penggenapan visi yang pernah Allah sampaikan lewat mimpi-mimpi di masa remajanya. Satu hal yang dapat kita pelajari darinya adalah di manapun dan dalam situasi apapun, ia selalu dapat dipercayai. Di sinilah letak perbedaan antara mereka yang membawa visi Allah dan mereka yang hidup supaya visi mereka sendiri terlaksana.

Banyak ayat yang menyatakan bahwa Yusuf selalu disertai Tuhan yang membuat segala pekerjaannya berhasil. Biasanya, seorang pelayan Allah akan terekspos/tersohor pada saat pelayanannya berhasil. Yang terlihat oleh orang banyak hanyalah sisi-sisi keberhasilan dengan segala kehormatannya; yang langsung kelihatan adalah bagian enaknya, sehingga mereka tidak mengerti bahwa ada harga yang harus dibayar tatkala melewati masa-masa pembentukan yang seringkali sangat menyakitkan bagi ego kita.

Yusuf, orang kepercayaan Tuhan, telah mengalami pembentukan yang luar biasa. Sebagai bocah kesayangan ayahnya, ia terbiasa serba diistimewakan. Tiba-tiba, ia dibuang ke sumur oleh kakak-kakanya dan dijual sebagai budak. Lalu, baru saja ia dipercaya menjadi kepala rumah tangga Potifar, dia difitnah oleh istri tuannya itu sehingga dipenjarakan. Sebatang kara ia menghadapi semuanya itu. Jauh dari ayah, ibu, saudara, dan sanak famili. Namun, ia tahu Tuhan menyertainya. Ia tahu Tuhan sedang membentuknya.

Ia tahu Tuhan sedang berusaha berurusan dengannya. Tuhan ingin ia mengabdi kepada kepada kehendak-Nya, bukan melayani egonnya. Tidak ada tertulis dalam Alkitab bahwa ia pernah menggerutu dan menyalahkan Tuhan, keluarganya, atau orang lain (istri Potifar). Dia tidak mau memilih untuk stres, berkeluh kesah dan mengasihani diri sendiri. Seandainya Yusuf menggerutu dan mengasihani diri sendiri, tentu saat di rumah Potifar dia akan mengabdi sekadarnya dan seenaknya, pekerjaannya tidak akan menunjukkan kualitas yang baik sehingga bisa dipercaya oleh tuannya itu. Tetapi Yusuf tidak begitu, Yusuf tidak seperti bangsa Israel, yang sering bersungut-sungut sepanjang perjalanan di gurun.

Manna Ini Saja?

Dalam perjalanan menuju tanah perjanjian, bangsa Israel selalu dipimpin oleh tiang awan dan tiang api dari Allah. Ada kalanya mereka berhenti disuatu tempat dan mendirikan kemah. Namun, mereka harus siap jika tiang awan itu bergerak lagi. Jika tidak, mereka akan ketinggalan. Hal ini menggambarkan jemaat Tuhan yang harus selalu ada di dalam kegerakan Allah dan siap bergerak bersama-Nya agar tidak tertinggal atau terhilang.

Dalam perjalanan panjang itu, bangsa Israel sering kali mengeluh. Salah satu keluhan mereka adalah tentang manna. Mereka lupa bahwa mereka sebenarnya tidak layak menerima apapun. Allah memberi mereka makan tanpa harus bekerja. Benar-benar gratis. Yang harus dilakukan hanyalah memungutnya dan memanfaatkan secara maksimal. Namun, mereka malah menggerutu, "Tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat !" (Bilangan 11:6).

Kita pernah mendengar pepatah: Anak ayam mati di dalam lumbung. Anak ayam ini sudah ada di dalam tempat yang limpah dengan makanan, tetapi mati karena tidak mengambil apa yang tersedia. Di dalam kelimpahan berkat kegerakan Allah di tengah-tengah kita, tidak berlebihan jika banyak pemimpin gereja bersaksi tentang limpahan berkat yang mereka terima melalui kita. Mereka menghargai dan menyerapnya secara maksimal sehingga jemaat mereka juga turut bertumbuh bersama-sama kita.

Namun sayangnya di tengah-tengah kita juga ada orang yang dulu bersama-sama kita, kini entah di mana. Beberapa menjadi orang Kristen yang suam-suam, ada yang masih terikat dosa, ada yang sudah kembali menyembah berhala, kehilangan kekristenannya. Seandainya mereka sungguh-sungguh mengambil dan memanfaatkan secara maksimal apa yang Tuhan sediakan di dalam kegerakan-Nya, tentu mereka akan terus bertumbuh dan tidak terhilang.

Rumah atau Restoran?

Bangsa Israel juga mengeluh ingin kembali ke Mesir, berniat undur dan tidak melanjutkan perjalanan ke tanah perjanjian. Tidak demikian dengan Yusuf. Pada saat ia sudah ada dalam kedudukan yang tinggi seperti itu, mestinya gampang saja baginya untuk pulang ke tempat asalnya. Namun, ia menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya. Ia setia.

Pada Tahun 80-an ketika prinsip gereja perjanjian baru mulai diperkenalkan di Indonesia, gereja mulai mengerti apa artinya tertanam, gereja mulai mendidik anggotanya supaya bertanggung jawab, belajar untuk komitmen. Bukan cuma hadir tetapi mengembangkan fungsi dan mempraktekkan perjanjian sebagai anggota jemaat.

Tetapi tahun-tahun terakhir ini, persekutuan-persekutuan yang tadinya diadakan di hari biasa kini diadakan di hari Minggu. Persekutuan-persekutuan ini, seperti restoran yang terbuka. Anda senang, Anda makan, yang penting jangan lupa bayar. Tetapi orang yang makan di restoran, tentu tidak bertanggung jawab dengan kebersihan WC nya, paling-paling komplain kalau kotor.

Tidak ada seorang anak yang dapat tumbuh di restoran. Anak tumbuh di rumah. Di rumah ia diajar oleh ayahnya, ikut membersihkan rumah, ikut bertangngung jawab dengan apa yang ada dan apa yang terjadi di rumah. Itulah gereja Tuhan. Gereja Tuhan adalah tempat di mana kita diajar, bertumbuh dan bertanggung jawab. Kita harus menekankan hal ini kembali. Sebab gereja Tuhan harus sungguh-sungguh siap untuk melakukan penuaian besar.

Teladan dan Kesaksian

Para penatua kita telah memberikan teladan. Para pemimpin lainnya dan staf pengabdi pun telah menunjukkan pengabdiannya dengan kesetiaan dan komitmen tatkala menghadapi masa-masa pembentukan. Ketika mereka harus menyalibkan egonya, menyerahkan haknya, merelakan kepentingan pribadi maupun keluarganya -- semua itu karena Yesus yang telah berkorban terlebih, dengan darah-Nya dan nyawa-Nya.

Diambil dari:

Judul Majalah : Abbalove, Edisi Pembentukan dan pengabdian, Volume. 3
Judul Arikel : Orang yang Dapat Dipercaya!
Penulis : Darsum
Penerbit : Abbalove Ministries
Halaman : 4 -- 6