Menjadi Mobilisator Misi (I)

Seorang mobilisator misi adalah seorang Kristen yang tidak hanya ingin sekedar terlibat dalam dunia misi, namun ia juga ingin untuk dapat membuat orang lain ikut terlibat seperti dirinya. Hal ini sejalan dengan Amanat Agung dan firman Tuhan dalam 2 Timotius 2:2 yang berbunyi: "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." (2 Timotius 2:2)

Tuhan dapat memakai siapa pun dia yang percaya pada-Nya. Tuhan sendiri mulai memakai saya sebagai alatnya dalam tugas misi dan penggerak misi ketika saya masih berumur 16 tahun. Ketika masih berusia 19 tahun, Tuhan mengirim saya ke Meksiko (saya terlibat dalam hal pengumpulan dana bagi misi, terutama peredaran Alkitab, sebelum saya diubahkan). Hal itu pula yang menjadi cikal bakal pelayanan misi jangka pendek yang sekarang telah diterima oleh banyak organisasi misi.

Selama 4 dekade terakhir kita dapat melihat yang terjadi di organisasi Operation Mobilization (OM), yang sejak awal berdirinya telah membawa sekitar 100.000 orang pria dan wanita, yang kebanyakan, meski juga tidak mengharuskan, masih berusia muda -- untuk digerakkan ke dalam pekerjaan misi. Dalam banyak kasus, keterlibatan mereka dengan pelayanan OM hanya berlangsung selama musim panas atau selama setahun, namun, prosentase mereka yang kini terlibat dalam misi atau mobilisasi misi dengan berbagai macam caranya, sangatlah menakjubkan. Banyak dari mereka yang kembali ke pekerjaan biasa -- yang saya senang menyebutnya sebagai "pelayanan pasar" -- namun dalam tingkatan berbeda, banyak yang berusaha membantu sumber-sumber misi dunia.

Jika kita lihat sendiri ayat-ayat dimana Amanat Agung disebutkan: Matius 28:18-20, Markus 16:15, Lukas 24:47-48, Yohanes 20:21-23, dan Kisah Para Rasul 1:8, kita bisa mendapati bagaimana perintah Yesus sebelum naik ke surga. Bagaimana Ia menyuruh kita untuk mengabarkan Injil hingga ke ujung bumi. Kata-kata "hingga ke ujung bumi" inilah yang selalu menginspirasi saya. Dan atas dasar itulah saya ingin menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang diperlukan jika kita ingin menjadi mobilisator misi yang efektif, sebagai bagian dari ketaatan kita akan perintah Kristus.

BERJALAN DENGAN TUHAN

Dalam pembukaan di bukunya yang berjudul "Let the Nations be Glad" yang membahas tentang kekuasaan Tuhan dalam dunia misi, John Piper mengatakan:

Dalam pembukaan di bukunya yang berjudul "Let the Nations be Glad" yang membahas tentang kekuasaan Tuhan dalam dunia misi, John Piper mengatakan:

"Jika kerinduan akan kemuliaan Tuhan tidak diletakkan di atas segala kerinduan akan kebaikan manusia dalam hati yang penuh belas kasihan dan prioritas pada gereja, maka orang-orang tak akan dapat dilayani dengan baik dan Tuhan juga tidak akan disembah dengan benar. Saya tidak sedang berusaha untuk mengurangi aktivitas misi demi supaya kita mempunyai waktu mempermuliakan Tuhan. Ketika semangat kita untuk menyembah terbakar oleh api kebenaran dari Tuhan, dengan sendirinya jalan terang bagi kerinduan menginjil sampai ke ujung dunia akan terbuka."

Sebagaimana pelayanan Kristen lainnya, mobilisasi misi juga menuntut supaya kita terlebih dulu mengenal Tuhan, berjalan dengan-Nya dan mendapatkan pengalaman kehidupan yang berkelanjutan dengan Roh Kudus dalam hidup kita. Roh Kudus adalah CEO dalam dunia misi. Seperti dengan jelas terlihat dalam Kisah Rasul 13 dimana gereja menunggu Tuhan dalam doa dan Tuhan lewat gereja, mengirimkan kelompok misi pertama, termasuk Paulus dan Barnabas, ke ladang misi.

Setelah melihat betapa pentingnya untuk kita berjalan dengan Tuhan, sebagai mobilisator misi kita juga harus mengerti pentingnya doa. Doa harus ada dalam inti setiap perbuatan dan gerakan doa sedunia harus dilakukan sejalan dengan semua jenis gerakan misi dunia. Tiap orang mempunyai cara doa yang berbeda-beda, namun kita tetap harus menyadari bahwa mobilisasi misi tak akan pernah dapat berjalan tanpa adanya doa secara terus menerus. Seperti yang tertulis di Matius 9:37-38, menurut kata Yesus sendiri "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Mintalah pada Tuhan untuk tuaian itu dan kirimkan para pekerja untuk ladang tuaian itu.

MEMPUNYAI RASA MEMILIKI PENGINJILAN DUNIA

Orang Kristen harus mempunyai rasa memiliki dalam tugas penginjilan dunia. Selama ini banyak orang cenderung berpikir bahwa orang lain atau kelompok lain telah melakukannya. Berdasarkan berbagai pengalaman saya di berbagai pertemuan di seluruh dunia, sepertinya hanya sedikit orang yang benar-benar mempunyai rasa memiliki tugas tersebut. Untuk mempunyai perhatian dalam bidang misi sendiri, diperlukan adanya rasa keterlibatan dan tanggung jawab secara pribadi. Ketika kita menjalankan tugas penginjilan misi kita, kita juga perlu untuk turut merasa bertanggung jawab dalam setiap tindakan. Bahkan sangat mungkin jika ada seorang yang telah menjadi misionaris namun masih belum benar-benar mempunyai rasa memiliki dalam visi dan tugas yang lebih besar. Mempunyai rasa memiliki berarti juga terus berdoa untuk pengembangan sasaran dan tujuan. Namun, memang adakalanya target tujuan sebuah organisasi misi dapat menjadi terlalu tinggi, meski begitu, saya rasa sebagai seorang Kristen, sering juga kita punya target yang terlalu rendah. Yang kita perlukan adalah untuk dapat menggabungkan antara yang "mungkin" dan "tak mungkin". Kita ingin untuk dipenuhi oleh iman, namun kita juga harus tetap realistis. Ketika kita sedang berpikir dan berdoa tentang perencanaan target tersebut, kita perlu melihat satu hal penting dalam Lukas 14 yang dengan jelas mengatakan bahwa kita harus menghitung harga dari apa yang akan kita lakukan.

Dalam menentukan target dan sasaran, seringkali kita juga dihadapkan pada keruwetan dan berbagai kesulitan lainnya. Pada waktu itulah kita perlu menerapkan pengajaran Alkitab tentang kesabaran, kasih, dan pengampunan seperti terdapat dalam 1Korintus 13. Dasar Alkitab adalah penting jika kita ingin melihat tujuan dan target kita dipenuhi, dan pada waktu yang sama juga akan tidak akan membuat target itu menjadi tidak realistik, hanya membuang uang dan waktu atau tidak relevan dengan situasi yang ada sekarang.

Hikmat dan kebijaksanaan adalah dua hal penting yang diperlukan dalam mengambil tindakan dalam misi. Kita tahu bahwa seringkali pada beberapa waktu, iman seseorang dapat mengarah dalam bentuk ekstrim. Dalam dunia misi, menjadi ekstrim tentunya dapat menimbulkan bahaya tersendiri, terutama dalam hal penetapan jumlah, waktu dan metode. Saya selalu menyadari akan bahaya tersebut, namun masalah yang lebih utama saat ini juga terletak pada reaksi orang-orang yang terlalu keras pada ekstrimisme, dan menyerah pada kekakuan tradisi, penghakiman, legalisme, hukum-hukum yang kaku, dan tidak berbuat apa-apa. Oleh karena itulah saya menyarankan supaya kita memiliki target dan tujuan pribadi dalam melakukan tugas misi dan mobilisasi misi. Mobilisasi misi sendiri juga lebih membutuhkan kerja tim ketimbang kerja individu, yang kadang memang mempunyai talenta khusus dalam menggerakkan orang lain. Kita membutuhkan kesatuan dari kelompok-kelompok kecil, gereja-gereja dan komite-komite misi di seluruh dunia dalam dukungan doa serta diskusi untuk mengembangkan tujuan dan target bagi penginjilan dunia sebagai tanda ketaatan kita pada Tuhan Yesus. (Bersambung) (t/Ary)

Bahan diterjemahkan dan diringkas dari sumber:

Judul Buku: Out of The Comfort Zone and Into Missions
Judul Artikel Asli: Being a Missions Mobiliser
Penulis : George Verwer
Penerbit: OMF Literature Inc., Philippines, 2000
Halaman : 64 - 72

e-JEMMi 02/2006