Tumbuh di Tengah Tekanan - Laporan dari RRC

Aku pertama kali ke RRC tahun 1986 untuk mengunjungi tanah leluhur ayahku di desa Putien di Propinsi Fujian. Aku menangis waktu melihat kondisi desa yang sangat memprihatinkan itu. Ada seorang bapak yang hidupnya sangat miskin. Ia hidup sebatang kara di gubugnya yang berukuran 2x3 m dan seperti penduduk desa lainnya, ia sekedar hidup untuk menyambung hari saja. Tak heran jika wajah-wajah mereka tampak kecut, muram, dan tanpa pengharapan.

Pada saat itu, aku cuma bisa berdoa agar Tuhan memakai orang-orang Kristen untuk menjangkau negeri dengan 1,3 milyar jiwa itu (suatu sumber tak resmi, bahkan mengatakan jumlah penduduk di RRC sudah mencapai 1,6 milyar karena banyak keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, tetapi tak berani mendaftarkannya pada pemerintah). Sementara itu, menurut data yang dikeluarkan pada tahun 1940-an, jumlah orang Kristen di RRC mencapai 800 ribu jiwa. Jumlah ini sangat sedikit dibanding dengan 1,3 milyar orang yang mendiami negeri tirai bambu ini. Paham komunis yang menjadi ideologi RRC memang menjadikan orang takut untuk menyatakan kepercayaan mereka secara terang-terangan; walaupun sebetulnya sudah cukup banyak orang yang mengenal Kristus akibat buah pelayanan para misionaris seperti Hudson Taylor dan rekan-rekannya.

Tetapi Roh Kudus dapat menggunakan hal yang buruk untuk menyampaikan kebenaran-Nya.

God Changes A Mess Into A Message

Pengaruh pemimpin Mao Tse Tung di RRC besar sekali. Dengan revolusi kebudayaannya, ia menyatukan Cina dalam satu bahasa, yaitu bahasa Mandarin yang disederhanakan. Tujuannya supaya seluruh Cina bisa bersatu dalam satu bahasa dan ideologi. Tapi justru lewat hal ini, Injil dapat disebarluaskan dengan lebih mudah.

Selain itu, ia pun memenjarakan ribuan orang percaya dan para hamba Tuhan di berbagai penjara yang terletak jauh dari tempat asal mereka. Tujuan Mao adalah supaya mereka tidak punya hubungan satu dengan yang lainnya. Tapi Tuhan justru memakai penjara sebagai tempat untuk memberitakan Injil. Selain itu, orang-orang yang kemudian dilepaskan dari penjara pun berkarya di kota tempat mereka pernah dipenjarakan, sehingga Injil tersebar di berbagai tempat.

Sementara itu, tragedi Tiananmen pada bulan Juni 1989 menyebabkan semua mata tertuju ke Beijing. Semangat kebebasan yang diserukan oleh para mahasiswa di Tiananmen memicu banyak orang di seluruh daratan Cina untuk menyebarkan Berita Sukacita secara lebih terang- terangan.

Aku mengenal dua orang pemuda di kota XN yang terletak di Propinsi Shanxi. Mereka adalah aktivis gereja bawah tanah yang divonis penjara selama 3 tahun akibat pelayanan mereka. Tapi kondisi tubuh mereka yang sangat lemah akhirnya menyebabkan mereka dibebaskan sebelum masa hukuman tiga tahun berakhir.

Aku terharu sekali waktu bertemu mereka. Secara fisik, kondisi tubuh mereka sangat lemah. Secara materi, mereka tidak memiliki apa-apa. Walaupun begitu, mereka mau mempersembahkan seluruh hidup mereka untuk kemuliaan Tuhan. Salah satu dari mereka akhirnya memutuskan untuk melayani Dia di daerah pedalaman Mongolia dengan hanya berbekal uang sebesar 200 RMB (sekitar Rp 220.000,00) untuk hidup selama tiga bulan. Aku sempat bertanya, apakah uang sebesar itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan penuh keyakinan, mereka berkata, "Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kami. Lagipula, kami selalu diterima dan diberi makan oleh anak-anak Tuhan di setiap kota yang kami kunjungi."

Kerinduan masyarakat RRC untuk mengenal Allah yang mereka sembah memang sangat dalam. Aku melihat sendiri, walaupun di musim dingin, orang-orang sudah bangun sejak pukul 6 pagi untuk berdoa dan berlutut di lantai yang dingin tanpa alas. Setelah berdoa selama 1 jam, mereka belajar Alkitab secara intensif dalam suatu acara pembinaan selama 10-12 jam nonstop dengan tubuh yang menggigil karena minimnya fasilitas pemanas ruangan.

Dari orang-orang inilah, aku belajar bahwa hati dan penyerahan diri kepada Allah di dalam pelayanan, jauh lebih penting dari kemampuan dan sarana yang dimiliki. Mereka juga membuktikan bahwa penganiayaan dan tekanan kepada orang-orang Kristen justru menyebabkan kuasa Tuhan bekerja dengan sangat luar biasa.

Dalam kurun waktu 50 tahun saja, terjadi multiplikasi jumlah orang percaya yang sangat tinggi. Dari 800 jiwa pada tahun 1940-an, kini mencapai sekitar 80 juta jiwa. Beberapa sumber mengatakan, jumlahnya saat ini, bahkan telah mencapai 100 juta jiwa. ´God does change a mess into a message!´

Dibutuhkan Pengajaran Teologia yang Utuh

Aku melihat, hal utama yang mereka butuhkan saat ini adalah pengajaran dan pengetahuan teologia yang lebih dalam; mengingat banyaknya aliran bidat yang ikut masuk pada waktu multiplikasi besar-besaran terjadi. Pemerintah RRC saat ini memang membatasi kebebasan masuknya buku-buku teologi yang bermutu.

Kebanyakan dari orang Kristen yang terdaftar, secara resmi beribadah di gereja-gereja yang diakui pemerintah, yang biasa disebut ´Threeselves Patriotic Movement (TSM)´. Padahal, ada banyak sekali gereja ´bawah tanah´ yang berusaha untuk mempertahankan kemurnian iman Kristen yang berkembang di RRC.

Saat ini, beberapa lembaga misi dari Amerika, Singapura, Hongkong, bahkan Indonesia sebetulnya telah mulai menggumuli kebutuhan yang satu ini. Mereka berusaha agar orang-orang RRC bisa diperlengkapi dengan pengetahuan teologi yang utuh, baik melalui korespondensi maupun pembinaan yang intensif.

Bahaya yang Menghadang

Salah satu bahaya utama yang menghadang kemajuan kekristenan di RRC adalah kapitalisme dan materialisme, bukan komunisme. Kapitalisme yang kini masuk ke RRC dengan luar biasa berpotensi untuk menyebabkan orang terbuai dan terninabobok.

Justru ketika fasilitas minim dan tekanan penguasa terjadi secara kuat, iman orang-orang Kristen di RRC dimurnikan dan bertumbuh dengan luar biasa. Karena itu, kita tidak perlu takut pada tekanan dan penderitaan. Yang perlu kita takutkan adalah ketika kita hidup nyaman dan diberkati dengan sangat berlimpah, sehingga kita lupa pada Dia yang menitipkan semua-Nya itu. Karena itulah, Allah sekarang sedang mencari anak-anak-Nya yang dapat bertahan menghadapi "serangan berkat".

Bahan diedit dari sumber:

Judul Majalah : Get LIFE! Edisi 06/2004
Judul Artikel: Tumbuh di Tengah Tekanan -- Laporan dari RRC
Penulis : Peter Hidayat
Penerbit : Yayasan Pelita Indonesia
Halaman : 49-51

e-JEMMi 47/2004