You are heree-JEMMi No.15 Vol.16/2013 / Menjadi Murid Harus Berani Bayar Harga (Lukas 14:25-35)

Menjadi Murid Harus Berani Bayar Harga (Lukas 14:25-35)


Lukas 14:25-35 menjelaskan banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus. Berarti, Yesus telah menjadi populer di masyarakat atau menjadi tokoh idola banyak orang. Yesus, sebagai pemimpin yang bijaksana, menyampaikan hal-hal yang sangat prinsip bagi iman Kristen kepada para pendengar-Nya. Dia berkata, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:27) Kata "tidak dapat" dalam bahasa aslinya menggunakan kata "Ouk dunatai". Kata ini bisa berarti tidak punya hak atau tidak punya kuasa. Dengan kata lain, Yesus ingin menegaskan barangsiapa tidak memikul salibnya dalam mengikut Tuhan, ia sama sekali tidak berhak menyebut dirinya sebagai murid Tuhan. Tujuan pernyataan ini adalah agar umat Tuhan memahami makna mengikut Tuhan dalam porsi yang benar dan bertanggung jawab.

Yesus tidak menjanjikan fasilitas bagi orang-orang yang mendengarkan pernyataan-Nya itu. Yesus tidak berkata seperti para pemimpin organisasi dunia yang menjanjikan fasilitas-fasilitas yang nantinya akan dinikmati setelah terpilih menjadi pemimpin, walaupun dalam kenyataannya, janji tinggal janji. Yesus memberikan syarat-syarat mendasar bagi setiap pengikut-Nya. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi apabila ingin menjadi murid yang dikenan-Nya (Lukas 14:26). Dalam Matius 22:37 Yesus menegaskan, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap akal budimu." Ini prinsip iman yang tidak bisa ditawar-tawar. Ikut Tuhan harus siap, baik dalam keadaan suka maupun duka.

Anak-anak Tuhan dalam gereja mula-mula mengalami tantangan penganiayaan, tetapi justru mereka setia mengikut Tuhan karena mereka punya landasan dan alasan yang kokoh untuk mengikut Tuhan. Polikarpus, seorang anak Tuhan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, ditangkap oleh Pemerintah Romawi, kemudian diancam untuk dibunuh. Kepadanya ditanyakan: "Polikarpus, apakah engkau masih mau ikut Yesus? Kalau engkau tetap ikut Dia, saat ini engkau pasti tidak akan selamat. Tetapi jika engkau menyangkal Dia, engkau pasti akan selamat dari ancaman kematian." Dengan tegas Polikarpus menjawab, "Pada usia 9 tahun aku telah mengenal kasih-Nya, sekarang aku telah berusia 84 tahun, aku tidak pernah disakiti-Nya, bagaimana mungkin aku menyangkal Dia?"

Polikarpus memiliki alasan yang kuat untuk mengikut Yesus. Dalam Lukas 14:28-33, Yesus memberikan gambaran tentang seseorang yang akan mendirikan suatu menara atau raja yang akan berperang. Seorang perancang bangunan, agar hasil yang dicapai maksimal, harus duduk diam terlebih dahulu untuk memikirkan dan mempertimbangkan apa saja yang akan dilakukannya agar bangunan itu jadi dan hasilnya tidak memalukan. Demikian juga, seorang raja yang maju berperang harus memikirkan kekuatan dan kelemahan prajurit yang dimilikinya, kalau tidak, lebih baik berdamai saja dengan lawannya. Contoh ini memberikan inspirasi kalau mau ikut Tuhan, pertimbangkan baik-baik bahwa ada pengorbanan dan risiko yang mungkin akan ditanggung setiap orang yang mengambil keputusan mengikut-Nya.

Allah punya misi yang tidak pernah berubah sepanjang abad untuk dunia ini. Misi itu dalam rangka penyelamatan dunia yang berdosa. Lalu, Allah memberi tanggung jawab ini kepada setiap generasi sepanjang zaman. Allah bukan tidak mampu melaksanakannya sendiri, tetapi Allah ingin melibatkan manusia karena manusia adalah "Imago Dei"; diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Allah sangat menghargai manusia. Karena itu, setiap generasi diberi tanggung jawab untuk melayani zamannya.

Yesus memberi tanggung jawab kepada para murid-Nya dan kepada setiap generasi untuk melakukan "panggilan suci" (Lukas 14:34). Panggilan suci tersebut ialah untuk menjadi "garam" bagi dunia. Garam adalah kebutuhan manusia yang penting. Garam termasuk kebutuhan primer dalam hal masakan. Masakan yang tidak ada garamnya pasti tidak enak, meskipun semua bumbu yang lainnya lengkap. Pekerjaan garam memang tidak kelihatan, tetapi khasiatnya sangat terasa.

Menjadi terang bagi generasi kita adalah kerinduan Allah yang terdalam, agar banyak orang menjadi percaya dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dunia ini akan binasa apabila tidak ada terang yang terus-menerus menyinari kegelapan hati manusia. Siapakah terang itu? Alkitab menjelaskan Kristuslah terang, hanya Kristus yang mampu menerangi kegelapan hati nurani manusia yang setiap saat bengkok dan melawan Allah.

Manusia semakin sombong dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan berkata, "Science is my god." Benarkah? Sejarah mencatat bahwa ilmu pengetahuan tidak mampu menyelamatkan manusia. Ilmu pengetahuan tidak mampu memberi solusi bagi persoalan manusia yang mendasar, yakni dosa. Dosa tidak mampu diatasi oleh kemajuan teknologi mutakhir apa pun. Penyelesaian masalah dosa hanya ketika seseorang datang kepada Kristus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan secara pribadi.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buletin : Sinode GUPDI, Edisi V, No. 3
Penulis : Manati I. Zega, S.Th
Penerbit : Sinode GUPDI
Halaman : 23 -- 25