Kebajikan Bukan Milik Kita (Yohanes 3:16)

Dulu, saya adalah seorang tahanan dengan masa hukuman yang lama di suatu negara Komunis. Saya memunyai teman sesama tahanan, sejumlah besar mantan hakim dan jaksa penuntut, yang dihukum karena mereka pernah, suatu kali, mengadili orang-orang Komunis. Para hakim dan jaksa penuntut yang dulu menjatuhkan hukuman, sekarang mereka sendiri merasakan kerasnya kehidupan penjara. Mereka semua mengatakan bahwa seandainya mereka menjadi hakim lagi, mereka tidak akan pernah menjatuhkan hukuman berat yang mereka pernah jatuhkan sebelumnya. Mereka tidak pernah menyadari sebelumnya bahwa tertulis lima tahun hukuman penjara di atas kertas, tidaklah sama dengan lima tahun di balik terali besi. Tidak ada seorang pun yang mau menghabiskan lima tahun di dalam penjara. Tuhan membuat setiap hari dalam penjara berbeda dan setiap menit dari setiap hari memunyai penderitaannya sendiri. Pengalaman dalam menderita, mengubah pandangan seseorang atas pertanyaan akan penghukuman.

Di balik Yesus dan penderitaan gereja-Nya, ada Bapa yang mengurbankan Putra satu-satunya bagi keselamatan kita.

Apakah dibenarkan mengurbankan seseorang yang tidak bersalah demi keselamatan bagi para pelaku dosa? Berdasarkan standar manusia -- tidak! Kami tidak mau memikirkan seorang yang benar, yang berkuasa untuk mencegah, akan tetapi membiarkan putranya dicambuk, diludahi, dan disalibkan dengan tujuan untuk menyelamatkan para penjahat dari hukuman yang sangat layak mereka terima. Allah itu benar, tetapi Ia memunyai kebajikannya sendiri, yang mana kita serupa dengan-Nya oleh iman. Hanya dengan melakukan yang demikian, hanya dengan memikirkan Allah yang benar yang menurut standar kita, tidak boleh seperti itu, dapatkah kita menangkap bahwa Allah menganggap para pendosa dibenarkan, yang menurut standar dunia layak menerima penghukuman?

Kita tidak dapat mengerti jalan Allah, tetapi kita tahu dari firman-Nya bahwa Ia melakukannya karena Kasih. Kasih membebaskan kita dari dosa. Kasih selalu berarti bebas.

Di Macedo -- orang-orang Rumania, mereka tidak memiliki dalam bahasa mereka kata "mengasihi", mereka lebih menggunakan kata "memilih". Allah tidak hanya mengasihimu, Ia "memilih"mu dengan pilihan-Nya yang berkuasa. Ia memilih untuk memilikimu. Semua penolakanmu akan menjadi sia-sia.

Ia mengasihimu dalam pengertian tertinggi dari kata "kasih", yang artinya adalah menginginkan seseorang, bahkan jika menginginkan seseorang itu berakibat pada kematian. Oleh karena itu, kasih-Nya tidak dapat diekspresikan dengan arti lainnya, selain kematian yang menyakitkan -- Golgota.

Diambil dari:

Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, September-Oktober 2009
Penulis : Richard Wurmbrand
Penerbit : Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 2

e-JEMMi 51/2012