Walaupun kematian seorang anggota suku yang menjadi sahabat bagi tim New Tribes Mission di Papua Nugini merupakan suatu kehilangan, namun di lain pihak juga bisa menjadi kesempatan untuk memberitakan Injil. Pekerja dari New Tribes Mission melaporkan bahwa ada pemuda yang baru-baru ini meninggal di sebuah desa kecil di Papua.
Sesuai dengan tradisi suku tersebut, mereka harus mempersembahkan seekor babi untuk menyucikan tanah. Namun, orang-orang percaya yang ada di wilayah itu bersikeras supaya mereka tidak memberikan persembahan tersebut. Orang-orang percaya ini memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyatakan iman percayanya kepada Yesus. Setelah sekian banyak komunitas dikunjungi, orang-orang percaya di Papua Nugini semakin mempunyai kerinduan untuk mengajarkan Alkitab. Hal tersebut sebagai suatu usaha untuk menuntun mereka yang terhilang kepada Kristus.
Sumber: Mission Network News, September 1st, 2004
Sebuah gereja baru dan penerjemahan Alkitab saat ini sedang dibangun dengan diam-diam di Papua Nugini. Jim Sheffield bersama dengan New Tribes Mission mengatakan bahwa pelayanan mereka di antara Suku Landuma masih merupakan tahap permulaan penginjilan karena baru ada sedikit orang Kristen di daerah ini. Tujuan pelayanan mereka adalah merintis sebuah gereja Perjanjian Baru, memuridkan para petobat baru, mentahbiskan pemimpin-pemimpin gereja, dan menerjemahkan Alkitab. Dengan demikian Suku Landuma bisa membaca firman Allah dalam bahasanya sendiri sehingga mereka bisa mengerti maksudnya. Halangan yang mereka hadapi adalah agama mayoritas di daerah itu yang tidak terlalu terbuka terhadap Injil dan meningkatnya tekanan sosial dari para pemimpin agama. Sheffield meminta kita agar mengingat timnya saat mereka mengenalkan Kristus kepada banyak suku. Dia meminta kita untuk mendoakan mereka khususnya untuk orang-orang Landuma agar Tuhan mau membukakan hati mereka pada kebenaran Alkitab dan agar mereka mau mendengarkan ajaran Tuhan. Saat ini ada dua keluarga Kristen di desa dimana tim Sheffield sedang berusaha untuk menjangkaunya. Di sisi lain para misionaris masih harus berjuang untuk menyesuaikan diri ketika tinggal di negara dunia ketiga.
[Sumber: Mission Network News, February 2nd, 2004]
Pokok Doa: