Ethiopia Tahun 2003

Suku-suku yang ada di sekitarnya merasa takut dan memandang rendah
50.000 orang Suku Me'en karena mereka suka mabuk-mabukan dan
melakukan tindakan kekerasan. "Kekerasan dan pesta mabuk-mabukan
setiap hari adalah kebiasaan mereka," demikian laporan dari seorang
misionaris yang melayani di sebuah klinik pedesaan. Luka-luka karena
tombak adalah hal yang biasa ditangani di klinik ini. Juga pemujaan
roh dan kepercayaan okultisme menyebabkan suku ini tidak
berpengharapan, mengidap banyak penyakit, kekurangan gizi, dan
miskin. Suku Me'en pertama kali mendengar Injil yang diberitakan
oleh para misionaris pada tahun 1993. Pada mulanya, mereka bersikap
skeptis terhadap Injil yang diberitakan itu, kecuali Gebre, orang
Me'en pertama yang menjadi Kristen. Gebre kemudian bekerja di rumah
sakit sebagai penerjemah. Konflik pertama antara Injil dan kuasa
yang selama ini dipuja Suku Me'en dialami Esther, saudara tiri
Gebre, yang dirasuki setan. Semua orang yakin Esther pasti akan
meninggal. Seluruh penduduk suku ini merasa takut, namun Gebre tetap
memberitakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan memerintahkan setan keluar
dari tubuh saudaranya itu. Sesuatu yang tidak mereka harapkan
terjadi -- Esther terbebas dari pengaruh kegelapan. Keesokan
harinya, Esther mengatakan bahwa sejak saat itu dia percaya bahwa
Yesus adalah Tuhannya. Berita tentang pertobatannya segera tersebar
dengan cepat, dan banyak orang yang mengikuti jejaknya. Sekarang
sudah lebih dari 40 gereja didirikan di wilayah Me'en dengan jumlah
jemaat mencapai 10.000 orang. Iman mereka kepada Yesus telah
mengubah hidup mereka: tombak-tombak tidak lagi mereka butuhkan
untuk berperang karena mereka sekarang telah mempercayakan hidup
mereka di tangan Tuhan. Kedamaian pun hadir di tengah-tengah Suku
Me'en.


Sumber: FridayFax, November 14, 2003

  • Bersyukur atas berita Injil yang diterima oleh Gebre, anggota Suku
    Me'en yang menerima Yesus pertama kali. Melalui Gebre Tuhan
    memakainya untuk memenangkan banyak orang di desanya.

  • Berdoa untuk gereja-gereja dan jemaat yang ada di wilayah Me'en
    supaya bisa menjadi berkat bagi suku-suku di sekitarnya.

e-JEMMi 48/2003


Ethiopia sekali lagi mengalami musibah kelaparan yang menghantam
kondisi negara ini. Perwakilan dari Open Doors mengatakan, "Ada
krisis kemanusiaan yang saat ini terjadi di Ethiopia. Hampir 20
tahun yang lalu 2 juta orang meninggal di Ethiopia karena kelaparan
dan kelaparan yang sama itu melanda lagi saat ini." Open Doors
berharap dapat membantu 20.000 orang Kristen dengan menyediakan
makanan dan persediaan kebutuhan-kebutuhan lain khususnya yang
tinggal di wilayah-wilayah yang mengalami kelaparan berat. Selain
makanan, Open Doors juga menyisipkan literatur Kristen dan Alkitab
yang sangat mereka butuhkan. "Kami menyediakan juga materi-materi
pelatihan yang dapat menolong mereka untuk bertumbuh dalam iman.
Beberapa pendeta membawa materi-materi tersebut ke gereja mereka dan
mengajarkannya kepada jemaat." Orang-orang Kristen di Ethiopia tidak
hanya menderita karena kelaparan yang saat ini melanda, tetapi juga
karena penganiayaan atas iman mereka. Sekitar 10% dari populasi,
memutuskan untuk tetap setia dengan iman mereka dalam Kristus.


Sumber: Mission Network News, August 28th, 2003

  • Berdoa agar umat percaya di Ethiopia tetap kuat dan tabah dalam
    menghadapi segala kesulitan serta tantangan, baik yang menghantam
    mereka secara fisik maupun terhadap iman mereka.

  • Doakan untuk organisasi-organisasi misi yang saat ini melayani di
    Ethiopia agar Allah terus menambahkan hikmat sehingga mereka bisa
    mencari peluang untuk membagikan kebutuhan jasmani maupun rohani
    kepada penduduk Ethiopia.


e-JEMMi 41/2003


Krisis bahan pangan melanda lagi di Ethiopia, Afrika Timur.
Perwakilan dari World Concern mengatakan, mereka sedang
mengembangkan program-programnya di tengah-tengah bangsa yang
mengalami kekeringan ini. Dia mengatakan bahwa kekurangan bahan
pangan kali ini telah memaksa 15 juta penduduknya mengalami
kelaparan. "Apa yang Anda lihat adalah situasi yang melebihi dari
situasi yang pernah dialami sepanjang sejarah negeri ini. Apa yang
Anda lihat bukanlah suatu dinamika baru tetapi jauh melebihi dari
yang pernah terjadi." Perwakilan dari World Concern ini mengunjungi
Ethiopia pada bulan Januari untuk melihat perkembangan dari program-program mereka yaitu memperlengkapi gereja-gereja agar lebih
memiliki pemikiran misi. Dia mengatakan bahwa gereja-gereja di
wilayah ini mengucapkan terima kasih, "Terima kasih karena tim Anda
ada di sini. Terima kasih atas perhatiannya. Terima kasih karena
telah menunjukkan kasih. Kami ingin dapat melakukan lebih dari hal
itu." Berawal dari hal tersebut, ada keinginan mereka untuk merintis
berdirinya dua gereja lagi. Sungguh merupakan kenyataan untuk
mengatakan bahwa, "Kami ada di sini, kami rindu memperhatikan
keadaan Anda dan kami mengerjakan pelayanan ini hanya demi satu nama
-- Yesus Kristus."

Sumber: Mission Network News, January 24th, 2003.



  • Doakan pelayanan World Concern yang saat ini sedang mengembangkan
    program-programnya untuk membantu mencari jalan keluar bagi
    penduduk yang sedang kelaparan di Ethiopia.

  • Berdoa supaya setiap penduduk Ethiopia yang turut bergabung dalam
    program-program ini dapat mengenal kasih Allah bagi mereka.

e-JEMMi 06/2003