Benin Tahun 2004

Sekelompok suku terabaikan yang sama sekali belum pernah mendengar
Injil telah berhasil dilayani. Mereka ´diadopsi´ oleh para
misionaris pionir yang telah tinggal dan hidup bersama suku tersebut
untuk mensharingkan Injil dan merintis gereja-gereja di desa-desa
yang belum pernah dijamah saksi-saksi Kristen. Halangan terbesar
untuk memberitakan Injil kepada suku-suku terabaikan adalah tradisi
fetisisme (pemujaan terhadap benda-benda mati yang dianggap
keramat). Misionari Idani Moise memberitakan Injil kepada Suku
Mberme. Dia berhadapan langsung dengan kuasa kegelapan yang
mematikan. Roh fetisisme yang dikenal sebagai Houpeloihou telah
membunuh ratusan orang dari tahun ke tahun. Roh tersebut sangat
mengerikan, bahkan dukunnya pun tidak berani mendekatinya karena
takut terbunuh. Yang menakjubkan, saat Idani mulai memberitakan
Injil, dukun fetisisme itu datang menemuinya dan meminta
pertolongan. Dukun itu mengatakan, "Kabarkanlah berita pembebasan
itu kepada penduduk desa. Dengan demikian, kami dapat terbebas dari
serangan-serangan roh fetisisme." Idani memenuhi permintaan
tersebut. Saat ini ada sekelompok persekutuan Kristen di tengah-
tengah Suku Mberme.

Sumber: E-vangelism Update, September 2004

  • Bersyukur untuk pelayanan para misionaris yang telah digerakkan
    Tuhan guna menjangkau suku-suku terabaikan di Benin, khususnya
    Suku Mberme.
  • Doakan persekutuan Kristen yang saat ini ada Mberme supaya mereka
    bisa bertumbuh rohaninya dan dapat menjadi saksi bagi suku-suku di
    sekitarnya. Berdoa juga untuk para misionaris pionir yang sedang
    melayani di Benin, supaya dilindungi, mendapat hikmat dan
    kebijaksanaan dari Allah.


  • e-JEMMi 40/2004



    "Banyak orang di Cotonou, Benin (Afrika Barat), terikat pada
    ´Voodoo´. Banyak berhala didirikan di setiap ujung jalan dan kota
    ini mempunyai museum yang bahan bangunannya terbuat dari campuran
    batuan, semen, dan darah manusia untuk menghormati para dewa."
    demikian laporan dari seorang misionaris. Sekitar 500 pendeta dan
    pemimpin Kristen, baru-baru ini mengadakan pertemuan strategis di
    kota Cotonou. Mereka sepakat dalam satu visi untuk merintis
    berdirinya 22.000 gereja baru sampai tahun 2020 nanti. "Melalui
    gereja-gereja rintisan baru ini, diharapkan semakin banyak orang
    akan mengenal Yesus dan mau meninggalkan praktek okultismenya."

    Pada suatu hari Minggu, lebih dari 60 orang memutuskan untuk
    melepaskan kuasa okultisme yang dimilikinya dan mau mengikut Yesus
    dan bersekutu bersama dalam gereja yang baru dirintis. Salah seorang
    diantaranya menyaksikan bagaimana kuasa ´Voodoo´ melumpuhkannya
    sehingga dia hanya bisa tergolek di tempat tidur. Para perintis
    gereja mengunjungi dan mendoakannya. Sekarang ia telah dibebaskan.
    Di sisi lain, ada seorang kepala desa meminta seorang perintis
    gereja untuk memindahkan gerejanya ke luar wilayah desa. Hal ini
    disebabkan karena para pemuka ´Voodoo´ mengeluh kuasa ´Voodoo-nya´
    tidak bisa bekerja semenjak ada gereja yang didirikan di desa itu.
    Gereja-gereja Benin mobilisasinya tinggi: ada dua gereja yang
    disebut ´gereja pohon´ karena para jemaat beribadah di bawah pohon
    besar. Kami sangat bersukacita dan bersemangat saat melihat
    antusiasme para pemimpin Kristen yang siap menghadapi tantangan dan
    menanggung segala resiko demi pelebaran kerajaan Allah di wilayah
    ini.

    Sumber: Dawn around the World May/June 2004

    • Bersyukur untuk gereja-gereja baru yang telah dirintis di Benin.
      Doakan supaya Allah memberikan kekuatan kepada gereja-gereja ini
      dalam mengatasi para penguasa kegelapan.
    • Berdoa untuk visi berdirinya 22.000 gereja di Benin sampai tahun
      2020. Doakan supaya para misionaris, jemaat, dan perintis gereja
      bisa bekerja sama dengan baik untuk memberitakan tentang kebebasan
      sejati di dalam Kristus kepada penduduk Benin.


    • e-JEMMi 27/2004