Tim KDP telah melakukan perjalanan ke Sulawesi Tengah untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi di sana. Salah satu proyek mereka adalah memberi bantuan kepada para janda yang suaminya dibunuh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Seminggu sebelum tim KDP berangkat ke Poso, tepatnya pada bulan Oktober, terjadi serangan di beberapa desa, antara lain di Pinedapa, Beteleme, Pantangolemba, dan Sa`atu. Jadi, mereka memiliki dua agenda yang harus dilakukan.
Kedatangan tim KDP kali ini untuk bertemu dengan 13 orang janda. Tim KDP memberikan bantuan materi kepada umat percaya di sana, serta beasiswa bagi anak-anak.
Tim KDP berjumpa dengan seorang ibu yang suaminya ditahan dan divonis hukuman 8 tahun penjara, dengan tuduhan merencanakan penyerangan yang jelas-jelas tidak dilakukannya. Sekarang, ibu dan anaknya ini mengungsi dan kehilangan rumahnya.
Tim KDP juga bertemu dengan seorang janda yang suaminya, sebut saja Ayub, ditembak dua kali di tubuhnya dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Menurut cerita teman-temannya, saat tertembak, Ayub sedang jaga malam. Ayub dan keluarganya baru 6 bulan kembali ke desanya, setelah sekian lama mengungsi ke Tentena. Ia berani kembali ke desanya karena pemerintah Indonesia menyatakan bahwa keadaan aman, dan mengimbau pengungsi untuk kembali ke tempat asalnya. Ayub meninggalkan anaknya yang berusia 4 tahun dan istri yang sedang hamil muda.
Sejak lama, pemerintah Indonesia mengimbau para pengungsi untuk kembali ke desanya, bahkan menjanjikan memberi sejumlah uang untuk membangun sebuah rumah. Namun, banyak para pengungsi menolak karena uang yang diterima tidak cukup untuk membuat sebuah rumah yang layak dan faktor utama lainnya adalah keamanan. Beberapa kejadian, pengungsi yang kembali ke desa yang mayoritas "beragama lain", meninggal di tengah jalan atau sedikitnya dikucilkan, sehingga tidak bisa hidup dan bekerja sebagaimana mestinya.
Dalam serangan yang menimpa desa-desa Kristen pada 10 -- 12 Oktober 2003, 13 orang tewas dan lainnya luka parah. Kami membawa 6 orang yang memiliki luka terparah ke Jawa untuk dioperasi dan mendapat perawatan yang baik, karena kondisi mereka memprihatinkan dengan luka membusuk.
Di antara mereka ada seorang anak perempuan 7 tahun bernama H. Pada malam serangan itu, H sedang tidur bersama keluarga dan tantenya. Peluru memberondong rumahnya. Tantenya yang sedang hamil 6 bulan tertembak 4 peluru di dada, perut, dan punggungnya hingga tewas seketika, begitu pula jabang bayi dalam perutnya. H juga terkena tembakan di kakinya. Sang ibu menggendong dan membawa H bersembunyi ke semak-semak di belakang rumahnya sampai keadaan aman. H dibawa ke rumah sakit terdekat, namun tidak mendapat perawatan yang layak hingga kakinya membusuk.
Natal selalu memberi keceriaan dan kenangan tersendiri, tetapi apalah artinya Natal kalau hati kita tidak terbuka untuk saudara-saudara yang dalam kesusahan. Orang Kristen harus hidup kudus dan bertindak dalam kasih untuk saudara-saudaranya (Yakobus 1:27).
KDP telah bekerja sama dengan Crisis Centre GKST, yang dikoordinasi oleh pendeta RD untuk menangani korban-korban kerusuhan dan kami membiayai operasi dan perawatan sepenuhnya. Kami juga menganjurkan kepada Anda untuk tidak mudah percaya kepada orang yang meminta bantuan untuk korban kerusuhan karena pasien-pasien yang kami bantu telah didatangi dan diambil fotonya oleh orang yang kerjanya mencari bantuan. KDP juga berterima kasih untuk para sahabat yang telah membantu pelayanan ini, baik dalam dana dan daya, serta mereka yang telah setia mendukung dalam doa.
Diambil dari:
Judul buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan, November -- Desember 2003 |
Penulis | : | Tim Kasih Dalam Perbuatan |
Penerbit | : | Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya |
Halaman | : | 1 |