Mengidentifikasi Talenta Para Pekerja Lintas Budaya

Supaya bisa berfungsi sebagai satu tubuh, jemaat/gereja sebagai Tubuh Kristus dalam lingkup kehidupan yang lebih kecil, membutuhkan anggota-anggota tubuh yang lain. Tubuh memerlukan mulut sehingga Tuhan memilih beberapa nabi dan pendeta atau para pengajar. Tubuh perlu berfungsi secara "sopan dan teratur" sehingga Tuhan memberikan karunia kepada beberapa orang untuk mengatur administrasi.

Tuhan kadangkala membutuhkan seseorang yang senantiasa "dibutuhkan kehadirannya seperti apendiks atau lampiran pada buku", karena menjangkau keluar adalah salah satu fungsi utama gereja, seperti yang Tuhan katakan, "Ladang adalah dunia ini" (Matius 13:38), maka Allah telah menempatkan setiap bagian tubuh untuk melayani pelayanan lintas budaya.

Di banyak gereja, pekerja lintas budaya tidak diberikan kesempatan untuk menggunakan talenta mereka. Jadi, mereka duduk diam dan bertanya-tanya, "Untuk apa aku di sini?" Mereka barangkali mencoba mencari pelayanan di bidang yang lain, namun mereka selalu merasa tidak cocok untuk pelayanan tersebut. Oleh karena itu, dengan frustrasi mereka berpindah dari satu pelayanan ke pelayanan yang lain, atau dari satu gereja ke gereja yang lain. Gerejalah yang bertugas membantu mereka memperkenalkan jenis pelayanan lintas budaya dan melatih mereka untuk menjadi bagian dari pelayanan ini.

Ketika Barnabas dan Paulus pulang dari Yerusalem ke Antiokhia dengan membawa hasil laporan pertama para rasul, maka gereja segera mengidentifikasi talenta-talenta setiap orang dan menempatkan lima orang yaitu para nabi dan para pengajar, termasuk para pemimpin gereja. Lalu, melalui doa dan puasa, gereja mendengarkan suara Roh Kudus mengatakan, "Aku menginginkan Barnabas dan Saulus untuk beberapa tugas lintas budaya." (Terjemahan bebas dari Kisah Para Rasul 13:1-2, Red). Orang-orang percaya dalam persekutuan Anda harus mengambil inisiatif di dalam proses misi dengan mengidentifikasi talenta-talenta yang ada pada pelayanan lintas budaya gereja Anda dan mengizinkan mereka menggunakan karunia-karunia mereka.

Suatu persekutuan misi di gereja dapat menjadi tempat ujian yang ideal bagi para calon utusan Injil yang potensial. Di bawah pengarahan seorang jemaat awam atau anggota majelis yang percaya bahwa mereka dapat menjadi bagian dari pelayanan lintas budaya -- mereka dapat mempelajari semua aspek misi. Mereka dapat ditantang untuk menjalankan tugas menjangkau jiwa dengan pelayanan lintas budaya. Mereka dapat mempraktikkan seni mendukung utusan Injil secara moral, termasuk urusan logistik, dengan melayani melalui lembaga misi di kota Anda. Sebagai orang-orang yang berpotensi untuk pergi ke ladang-ladang misi, mereka dapat melakukan misi jangka pendek atau perjalanan misi singkat untuk mendapatkan pengalaman. Dan mereka yang diidentifikasikan memiliki talenta sebagai pengutus, dapat menggunakan karunia mereka.

Pendeta, panitia misi atau persekutuan, janganlah menjadi orang terakhir yang mengetahui bila seorang anggota dari gereja Anda turut terlibat dalam misi! Ambillah inisiatif, buatlah kegiatan untuk menjangkau pelayan lintas budaya sebagai bagian visi Allah yang telah diberikan kepadamu.

Memelihara Tanggung jawab dalam Pelayanan

Pertanggungjawaban telah menjadi slogan dalam budaya kita. Bagaimana dengan orang-orang yang menjadikan prinsip "uruslah urusanmu sendiri" sebagai falsafah hidupnya? Toh, dari segala bangsa, ada ratusan pendeta dan pemimpin gereja yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang mereka lakukan di luar gereja. Beberapa orang mengatakan: "Mereka bersama misi XYZ. Bukankah itu suatu misi yang baik?" Ya, sangat mungkin. Akan tetapi, apakah misi itu sesuai dengan tujuan pelayanan dari gereja Anda? Apa target pelayanan itu? Apakah kemampuan dan karunia sang utusan Injil sesuai dengan pekerjaan misi itu? Dimensi kedua dari tanggung jawab, antara lain: pada saat Anda yakin bahwa pekerja lintas budaya Anda itu terlibat dalam suatu pelayanan yang sesuai dengan talenta dan mandat dari gereja, Anda harus melakukan suatu evaluasi yang terus-menerus dan berkesinambungan untuk mengetahui apa saja yang telah dicapai dalam pelayanan itu. Laporan yang teratur dari supervisornya akan membantu Anda memantau pelayanan mereka. Bila utusan Injil Anda bekerja melalui suatu badan misi, maka usahakanlah jalur hubungan pertanggungjawaban tetap terbuka, jelas, dan masuk dalam persekutuan Anda. Ingatlah, utusan Injil ini masih bagian dari satu tubuh gereja Anda.

Laporan dari pekerja Anda itu harus diisi secara rinci. Usahakanlah menghubungi pekerja Anda secara berkala. Laporan pekerja lain di ladang pelayanan yang sama, kunjungan oleh seorang tua-tua gereja akan meyakinkan Anda bahwa pelayanan sungguh-sungguh berjalan sebagaimana mestinya. Di atas semuanya itu, hasil kerja mereka yang berangkat sebagai utusan Injil maupun yang melayani sebagai pengutus-pengutus, merupakan usaha dan pekerjaan suatu tim!

Memperkukuh Pertumbuhan Rohani

Betapa sedihnya hati kita tatkala menyimak beberapa laporan statistik yang menyatakan bahwa para pelayan lintas budaya, yang sebelumnya "mendengarkan suara Tuhan," dan yang mendapat dukungan penuh dari jemaat, ternyata lebih dari separuhnya tidak mampu menyelesaikan komitmen mereka alias gagal di tengah jalan. Kebanyakan di antara mereka tak sanggup melakukannya akibat kekeringan rohani. Mereka hanya sampai pada taraf mencoba untuk memberi lebih banyak dari apa yang mereka terima. Pemimpin gereja harus mendukung pertumbuhan rohani pekerja misi pada saat: 1. Sebelum sang misionari pergi; 2. Ketika mereka berada diladang misi; 3. Saat mereka kembali.

1. Mendorong Pertumbuhan Rohani Sebelum Mereka Pergi

Jemaat Antiokhia memberikan suatu teladan yang baik: Barbanas dan Saulus adalah pemimpin-pemimpin yang dewasa rohaninya, yang dipilih oleh Roh Kudus untuk suatu tugas yang sangat berat dan sukar. Karena itu, tidak terlalu sulit bagi kita untuk memahami mengapa faktor pengetahuan yang baik tentang Kitab Suci menjadi kualifikasi yang penting. Mereka juga mengajak Yohanes Markus untuk ikut bersama mereka. Tetapi, kenyataannya, ia tidak siap dan belum matang. Buktinya, tatkala mereka menemui kesulitan, ia meninggalkan mereka! Beberapa tahun kemudian, Paulus merasa bahwa Yohanes Markus pun masih belum siap (Kisah Para Rasul 15:38). Namun, beberapa tahun setelah itu, Paulus meminta agar Timotius membawa serta Yohanes Markus, karena "ia sangat membantu dalam pelayananku" (2 Timotius 4:11). Kerinduan seseorang yang mau dan bersedia pergi tidak berarti bahwa ia telah siap untuk diutus. Ada gereja yang berbuat begini: Setiap orang yang berpikir dan merasa bahwa ia adalah bagian dari Tubuh Kristus dalam pelayanan lintas budaya, maka orang itu dianjurkan agar selalu menghadiri persekutuan misi yang dipimpin oleh seorang koordinator lintas budaya. Di sinilah mereka secara teratur diekspos bagi pelayanan lintas budaya melalui doa syafaat bagi bangsa-bangsa diseluruh dunia, baik mendengar pengajaran dari para pembicara melalui pelayanan video dan berbagai kesempatan pelayanan, maupun beragam perjalanan pelayanan rohani.

Apabila seseorang, atau keluarga (pasangan suami-istri) maupun kelompok, merasakan panggilan untuk menjadi utusan Injil, maka orang tersebut mulai berhubungan dengan pendeta senior dalam pelatihan pemuridan. Setelah ia diangkat dalam posisi kepenatuaan di gereja dan aktif dalam suatu kurun waktu tertentu, maka ia pun siap untuk pelatihan misi lintas budaya, dan mau membangun tim pendukung pribadi. Gereja harus mengutus seorang pekerja yang memenuhi syarat dan memiliki kredibilitas; ia harus tahu apa yang ia percayai dan mengapa ia mempercayainya. Kepercayaan itu dapat ia peroleh melalui kombinasi dari berbagai macam pelatihan dan program persiapan. Selain itu, gereja harus mengutus orang yang telah dilengkapi dengan keterampilan dasar dan pengajaran yang dalam tentang Kristus, serta memahami berbagai kebudayaan, seperti kebudayaan Asia, Yunani, dan Ibrani, sehingga ia dapat mengerti budaya dari negeri yang akan dimasukinya. Dengan begitu, ia dapat melakukan pemberitaan Injil dengan menggunakan konteks yang sesuai dengan kebudayaan setempat.

Para pengutus, harus mengutus orang yang telah dilatih dalam hubungan antar-pribadi (inter-personal relationship). Sebab, kekurangan dalam hal inilah yang menjadi alasan terbesar ambruknya para utusan Injil di ladang pelayanan. Gereja harus mengutus orang-orang yang berjiwa besar yang mau belajar, dan tidak pernah merasa telah mencapai pengetahuan akan kebenaran secara lengkap (2 Timotius 3:7). Atau, orang yang senantiasa mau diisi pengetahuan dan pengenalannya akan Allah (Kolose 1:10).

2. Mendorong Pertumbuhan Rohani di Ladang Misi

Ketika seorang pelayan lapangan dibebani dengan urusan penghidupannya di rumah (lihat 2 Timotius 2:4), dan terhanyut dalam kesibukan pelayanan yang begitu menumpuk, sangat mudah baginya untuk mengabaikan kehidupan rohaninya. Itu sebabnya, ia harus selalu bekerja keras bagi Pokok Anggur yang benar, sehingga apabila ada carang-carang yang rusak mesti dikerat atau dipangkas, agar pohon anggur itu tetap bersih, terpelihara, dan menghasilkan buah yang lebat. Sebaliknya, apabila pohon anggur itu tidak diurus dengan baik, maka beragam doa yang dinaikkan kepada Allah dan pembacaan Alkitab, serta belajar firman Allah, hanyalah merupakan rutinitas belaka. Akibatnya, si pekerja lintas budaya itu pun gugur dimakan 'virus' kekeringan rohani.

Penulis kitab Ibrani berkata, "Janganlah kita terus-menerus meletakkan pengajaran dasar, seperti memberikan susu kepada balita, tetapi baiklah kita memberikan makanan keras agar ia bisa bertumbuh ke tingkat kedewasaan yang penuh" (Ibrani 5:12-6:3). Meski pekerja Anda itu tidak mendengarkan siaran di stasiun radio Kristen, pelayanan firman Allah di stasiun TV, serta selusin seri pelajaran Alkitab untuk bisa dipilih setiap minggunya, ia tidak perlu merasa malu. Yang penting adalah bahwa pekerja Anda harus setia mempelajari Alkitab sebagai sumber kebenaran itu. (2 Timotius 2:15) Ia harus senantiasa "memberi makan" kehidupan rohaninya. Anda mungkin dapat membantunya dengan mengiriminya rekaman-rekaman kaset tentang pelajaran Alkitab atau barangkali Anda bisa belajar bersama-sama dengan dia melalui surat-menyurat membahas kitab demi kitab dalam studi Alkitab.

Sebuah keluarga utusan Injil di Peru, dikirimi oleh gereja mereka rekaman studi Alkitab melalui kaset. Mereka segera mendengar kaset-kaset itu dalam kelompok studi Alkitab bersama anggota-anggota pelayanan yang lain. Ketika mereka mulai mendengarkan beberapa bait lagu-lagu rohani lewat kaset-kaset itu, timbul kerinduan mereka akan musik-musik Kristen. Puji Tuhan! Kerinduan itu segera terpenuhi ketika sebuah stasiun radio amatir mengumandangkan pujian rohani Kristen. Bahkan, dari stasiun ini mereka dapat meminta beberapa kaset musik Kristen lainnya.

3. Mendorong Pertumbuhan Rohani Ketika Mereka Pulang ke Rumah

Utusan Injil Anda mungkin akan pulang untuk waktu yang singkat, sebelum kembali lagi ke ladang misi. Cobalah cek temperatur kehidupan rohaninya. Banyak yang dihujani dengan sejumlah ide-ide, perbedaan nilai dan kepercayaan. Apakah ia masih berpegang teguh pada Batu Karang? Adakah perubahan dalam cara berpikirnya? Kemungkinan, dia membutuhkan peneguhan dalam imannya. Lebih serius lagi, ia barangkali perlu menyatakan kembali dasar-dasar iman Kristennya. Beberapa pokok atau doktrin yang agak miring, bisa saja datang dari tim yang bergabung dengannya, yang berasal dari organisasi lain.

Jika pekerja Anda telah pulang ke rumahnya untuk menangani suatu pelayanan baru di tempat asalnya, Anda tidak boleh beranggapan bahwa kehidupan rohaninya akan berjalan terus. Di rumahnya, ia mungkin dihujani oleh ilah-ilah materialisme dan kenikmatan hidup. Hal ini dapat membawa efek negatif pada pengajarannya. Usahakan agar ia masih tetap membagikan apa yang "pertama-tama ia terima dari Tuhan" dan tetap mengobarkan kasih mula-mula (1 Korintus 15:3).

Ada keluarga tertentu menjalani petualangan misi selama dua tahun di Asia Timur Jauh. Mereka kembali ke Amerika Serikat guna memulai lagi pelayanan kurang lebih 15 tahun kemudian. Atas bimbingan pemimpin gereja mereka, mereka kemudian menyadari adanya serangan rohani yang begitu hebat yang dilancarkan kepada seluruh keluarga mereka di ladang misi. Karena itu, mereka lalu bekerja menghancurkan kuasa-kuasa kegelapan, mematahkan kebiasaan-kebiasaan yang merusak, dan mulai hidup dalam kemenangan dan kebebasan yang tersedia dalam Kristus. Dukungan dan doa terus menerus yang tulus dari anggota gereja ketika pertama kali kembali ke rumah mereka, semuanya itu merupakan cara terbaik untuk mengatasi berbagai persoalan yang datang menyerang mereka.

Diambil dari:

Judul buku : Melayani sebagai Pengutus
Judul buku asli : Serving as Senders
Judul artikel : Dukungan Logistik
Penulis : Neal Pirolo
Penerjemah : Tim Om Indonesia
Penerbit : Yayasan OM Indonesia, Jakarta
Halaman : 43 -- 49

e-JEMMi 05/2011