Ampanang, Indonesia

Siapakah Orang-Orang Ampanang Itu?

Masyarakat Ampanang tinggal di Kalimantan Tengah bagian timur, tepatnya di sebelah tenggara kota Tunjung. Daerah itu tidak jauh dari kota Jambu dan Lamper. Kalimantan, yang berarti "Sungai Intan", merupakan pulau yang dikelola oleh tiga negara: Indonesia yang mengelola dua per tiga bagiannya, serta Malaysia dan Brunei yang mengelola sepertiga bagian lainnya. Orang-orang Ampanang adalah salah satu kelompok masyarakat keturunan Barito. Mereka adalah bagian dari kesatuan etno-linguistik Dayak yang lebih besar. Orang-orang Dayak lebih suka tinggal di sepanjang sungai-sungai pedalaman di Kalimantan. Terkadang pengelompokan mereka dibagi-bagi lagi menjadi Dayak Daratan maupun Dayak Laut, meskipun pada mulanya ini adalah sebutan orang Eropa untuk membedakan berbagai kelompok yang ada di sana. Orang-orang Dayak biasanya memiliki ciri-ciri:

  1. Mendapat warisan, baik dari pihak ayah ataupun ibu.
  2. Tinggal bersama atau di dekat kerabat istri.
  3. Berkelompok-kelompok per desa.
  4. Tidak adanya kelas sosial/kasta (meski perbudakan masih dipraktikkan oleh beberapa kelompok).
  5. Tinggal bersama sebagai keluarga besar (di sebuah rumah panjang).
  6. Melakukan ritual penguburan sekunder, yaitu penguburan di makam yang sudah ada sebelumnya.

Suku-suku Dayak diperkirakan datang dari Asia Barat sebagai imigran dari Mongolia yang masuk ke kepulauan Nusantara lewat kota pesisir Kalimantan bagian selatan, yang sekarang disebut Martapura.

Seperti Apakah Kehidupan Mereka?

Mata pencaharian utama masyarakat Ampanang mencakup berburu, mengumpulkan produk-produk hutan, mencari ikan, bertani, dan berdagang. Meski sebagian besar orang Ampanang tinggal di dekat sungai, namun ada juga yang tinggal di daerah yang jauh dari sungai. Kebudayaan orang-orang Ampanang dikaitkan dengan keyakinan mereka terhadap roh-roh gaib. Tambahan pula, kesenian dan berbagai aktivitas lain disatukan menjadi sistem kepercayaan mereka. Masyarakat Ampanang pun menjunjung tinggi berbagai macam upacara tradisional. Upacara-upacara tersebut meliputi perjodohan dan pertunangan, pernikahan, kehamilan, kelahiran, penyembuhan dari sakit, dan penguburan. Upacara-upacara ritual juga sering dijalankan selama masa perayaan hari-hari penting mereka.

Apa Yang Mereka Percayai?

Secara umum orang-orang Ampanang menjadi pengikut kepercayaan tradisional Dayak, yang disebut Kaharingan. Bahkan, beberapa dari mereka juga menjadi pengikut kepercayaan Nyuli. Fokus ajaran Nyuli adalah adanya kebangkitan setelah kematian (Suli). Menurut ajaran Nyuli, Bukit Lumut melepaskan arwah. Arwah tersebut kemudian kembali ke desa mereka dengan membawa sesuatu dari dunia baka yang dapat dipakai untuk memperbaiki kondisi dunia. Orang-orang Ampanang juga memuja arwah-arwah nenek moyang mereka (duwata). Setiap keluarga Ampanang memunyai tempat pemujaan untuk duwata mereka sendiri di rumah. Tempat pemujaan tersebut biasanya disebut kunau. Mereka juga menggunakan "pangantuhu" -- tulang manusia -- sebagai alat untuk memanggil arwah nenek moyang.

Apa Saja Kebutuhan Mereka?

Akhir-akhir ini, ada perubahan signifikan dalam hidup, tradisi, pandangan dunia, dan sistem komunitas masyarakat Ampanang. Hal ini terjadi dalam hubungannya dengan mobilitas dan hubungan mereka yang lebih besar dengan dunia luar, serta keterbukaan mereka terhadap para pendatang. Masyarakat Ampanang membutuhkan pendidikan formal dan pengembangan keterampilan untuk menghadapi perubahan yang sedang mereka alami. Pendidikan dan pengembangan keterampilan yang cukup dapat membantu mereka bangkit dari kemiskinan. Peningkatan kesehatan juga masih sangat diperlukan. (t/Setya)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Joshua Project
Judul asli artikel : Ampanang of Indonesia
Penulis : Tidak dicantumkan
Alamat URL : http://www.joshuaproject.net/
Tanggal akses : 24 Januari 2011
Sumber : e-JEMMi 04/2011