Gereja-gereja telah menggunakan Alkitab sebagai sarana (media) untuk meneruskan Berita Sukacita kepada jemaatnya. Sarana ini dipergunakan dalam seluruh tugas pelayanan gereja, baik untuk kalangan dewasa, pemuda, remaja, dan anak-anak. Tanpa Alkitab dan Roh Kudus maka gereja tidak bisa hidup, sebab Alkitab adalah makanan rohani bagi orang-orang percaya. Alkitab sangat bermanfaat bagi orang-orang percaya untuk belajar dan mengenal pengajaran tentang keselamatan. Hanya dalam dan dari Alkitablah kita mengenal dan belajar bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa, ia hanya dapat selamat di dalam dan oleh Yesus Kristus. (2 Timotius 3:16, Kisah Para Rasul 4:12, dan Yohanes 3:16). Hal ini merupakan inti dari berita Alkitab yang disebut sebagai Berita Sukacita bagi dunia dan manusia (Injil).
Di samping itu Alkitab juga bermanfaat untuk menyatakan kesalahan tanpa mengenal pangkat, status, dan kedudukan seseorang, atau dengan kata lain Alkitab bertugas memberi teguran bagi seseorang. Hal ini perlu, terutama bagi kita yang hidup pada zaman modern ini, sebab soal menegur atau menasihati seseorang adalah suatu perkara yang sulit dilaksanakan karena berbagai faktor. Ada empat manfaat Alkitab yang sangat penting, yaitu: untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran Keempat hal tersebut merupakan manfaat-manfaat pokok yang diperlihatkan oleh Alkitab dibaca, digali, dipahami, dan diwujudnyatakan dalam praktik sehari-hari. Beberapa indikator-indikator berikut ini merupakan cara pandang warga jemaat dalam memahami Alkitab.
1. Dalam Hal Membaca Alkitab
Jangankan membaca Alkitab, memiliki Alkitab saja belum bisa. Kerinduan untuk memiliki Alkitab masih sangat besar, buktinya Alkitab tersebut sangat diminati, terutama oleh pekerja-pekerja (buruh-buruh pabrik) seperti di banyak tempat di Kalimantan.
2. Dalam Hal Menggali/Mempelajari Alkitab
Nabi Hosea berkata, "Umat-Ku dihancurkan karena mereka tidak mengenal Aku" (Hosea 4:6, FAYH) dan rasul Paulus menulis kepada jemaat di Efesus bahwa orang-orang kudus (jemaat Tuhan) harus "mencapai ... pengetahuan yang benar tentang Anak Allah," yaitu Yesus Kristus (Efesus 4:13). Karena itu upaya menggali Alkitab mau tidak mau harus dilaksanakan oleh Gereja. Terlihat dengan jelas bahwa di banyak gereja upaya mempelajari Alkitab baik dalam bentuk penelaahan Alkitab (PA), katekisasi, maupun diskusi tentang isi Alkitab sangat sedikit yang mengikuti.
3. Dalam Hal Memahami Alkitab
Alkitab bukanlah "tulisan tangan" Tuhan Allah yang dibuat di surga kemudian diturunkan ke bumi. Alkitab adalah tulisan manusia di dunia yang menulis pada zaman mereka masing-masing (seperti: Musa, Daud, Matius, Yohanes, Petrus, Paulus, dll.) yang dipimpin oleh Roh Kudus. Oleh karena itu kita yang membacanya pada masa ini diminta untuk membaca dan memahami Alkitab dengan tepat dan benar serta bersungguh-sungguh. Sebagai bukti kesungguhan, kita harus meminta terlebih dahulu pertolongan Roh Kudus sebelum membaca Alkitab. Roh Kudus yang telah memimpin orang-orang yang menulis Alkitab pada zaman yang lampau, Roh Kudus pula yang akan memimpin orang-orang yang membaca Alkitab pada masa kini. Dengan meminta bantuan Roh Kudus kita akan dapat melihat, menerima, dan memercayai Yesus Kristus sebagai inti pemberitaan Alkitab. Dalam kehidupan jemaat gereja sekarang ini terdapat paling tidak ada empat cara membaca dan memahami Alkitab. Keempat cara itu ialah:
a. Pemahaman Alkitab Secara Harfiah
Artinya apa yang tertulis secara harfiah dalam Alkitab itulah yang dipahami dan dilaksanakan. Dalam kaitan itu beberapa contoh hendak dikemukakan, antara lain: masalah "Sabat", "larangan makan daging babi", "pemakaian kerudung", dll.. Jika kita memahami Alkitab hanya secara harfiah, maka akan banyak kebiasaan dan kasus-kasus dalam Alkitab yang akan membingungkan dan pada akhirnya membuat kita tersesat, sebab akan ada banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang sepertinya bertentangan satu dengan yang lain. Karena itu jika kita ingin memahami Alkitab kita harus memahami konteks dan budaya Alkitab.
b. Pemahaman Alkitab Secara Kronologis
Yang dimaksud dengan pemahaman secara kronologis ialah menjadikan perhitungan waktu yang tertulis dalam Alkitab sebagai patokan-patokan mutlak dalam menghitung hari-hari dan waktu dari suatu peristiwa. Misalnya: "Waktu Enam Hari" yang digunakan Tuhan Allah dalam menciptakan langit dan bumi dan segenap isinya (Kejadian 1). Sementara dalam Mazmur 90:4 dan 2 Petrus 3:8 disebutkan bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Atau tentang perhitungan masa penderitaan umat Allah yang dihitung hanya sepuluh hari saja dalam kitab Wahyu 2:10. Sesungguhnya ketika Alkitab menyebutkan bilangan waktu, Alkitab sering kali menyelipkan simbol-simbol ketimbang penunjukan secara kronologis waktu.
c. Pemahaman Alkitab Secara Ilmiah
Memahami Alkitab secara ilmiah artinya mendekati apa yang tertulis dalam Alkitab secara logika dan pengetahuan serta yang dapat diterima secara akal dan ilmu pengetahuan. Kalau yang tertulis dalam Alkitab tidak sesuai logika dan ilmu pengetahuan maka hal tersebut tidak dapat diterima. Contoh konkrit ialah perihal kelahiran Yesus yang terdapat dalam Lukas 2 dan Matius 1; Maria tercatat mengandung bukan karena hasil persetubuhan dengan Yusuf melainkan pekerjaan Roh Kudus. Secara logika, apalagi secara ilmu kedokteran hal tersebut tidak mungkin terjadi. Bagi orang yang memiliki pemahaman yang demikian apa yang dikatakan Lukas 1:37, Matius 19:26, dan Markus 10:27: "tidak ada yang mustahil bagi Allah" tidak berlaku, sebab pengetahuanlah yang menjadi patokan.
Memang Alkitab juga mengatakan bahwa kepada iman supaya ditambahkan kebajikan dan kepada kebajikan ditambahkan pengetahuan, tapi pengetahuan di sini adalah pengetahuan yang tidak boleh dipertentangkan dengan iman (2 Petrus 1:8). Iman di sini seperti yang dikatakan dalam Ibrani 11:1 adalah penerimaan secara total. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala yang tidak kita lihat. Jadi jika kita berpatokan hanya kepada ilmu pengetahuan dalam memahami Alkitab, akan tiba saatnya kita akan terbentur dan benturan tersebut akan membawa kita kepada kesesatan.
d. Pemahaman Alkitab Secara Teologis
Pemahaman Alkitab secara teologis artinya kita berupaya mencari ajaran dan kehendak Tuhan dari setiap kitab, setiap perikop bahkan dari ayat sekalipun yang ada dalam Alkitab dengan memohon pimpinan Roh Kudus. Inilah cara membaca dan memahami Alkitab yang benar, sebab kehendak, ajaran, dan maksud Tuhanlah yang ingin kita cari dan dapatkan.
Jika kita menghubungkan keempat cara memahami Alkitab di atas, maka jelaslah bahwa betapa masih minimnya pengetahuan warga jemaat tentang cara memahami Alkitab. Hal itu terjadi bagi warga jemaat yang dewasa. Lalu bagaimana dengan anak-anak dan remaja? Untuk anak-anak dan remaja seharusnya Injil dikomunikasikan dengan bahasa anak-anak dan remaja. Maksudnya supaya Injil itu dengan ajaran dan kebenarannya tertanam dengan kuat dan berdiri teguh meskipun berbagai badai pengajaran datang menerpa.
Kenyataan yang ada sekarang ini sungguh mengecewakan. Kalau kita membaca koran atau melihat televisi kita akan melihat banyak tawuran-tawuran pelajar, pencurian yang disertai dengan kekerasan, dan bukan mustahil pada kelompok-kelompok tersebut kita jumpai nama-nama seperti Andreas, Maria, dan Yakobus yang menandakan bahwa mereka adalah siswa-siswi Kristen.
Salah satu faktor penyebabnya diduga karena pemuda-pemudi Kristen itu tidak memperoleh pendidikan agama secara benar pada saat ia masih pada usia anak-anak dan remaja, baik dari segi Pendidikan Agama Kristen itu sendiri maupun dari segi bahasa yang diterimanya. Berpuluh-puluh tahun lamanya anak-anak kita mempergunakan Alkitab dalam bahasa orang dewasa. Dengan demikian penyampaian Injil dan ajarannya adalah dalam bahasa orang dewasa. Tentu dapat dibayangkan hasilnya kalau bahasa orang dewasa disampaikan kepada anak-anak dan remaja.
Diambil dari:
Judul majalah | : | Media Komunikasi Yasuma, Edisi VIII, Tahun 2000 |
Judul artikel | : | Program Pelayanan Medikar PGI - Yasuma |
Penulis | : | Pdt. Daniel Gasong, M.Th |
Penerbit | : | Yayasan Sumber Sejahtera (YASUMA), Jakarta |
Halaman | : | 9 -- 11 |