Mendalami Konsep "People Group" Antarnegara dan Antarbangsa

Perang dingin di antara dua negara adikuasa Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dulu menjadi topik hangat di halaman-halaman surat kabar, layar TV, radio, dan media massa lainnya, telah berakhir dengan pecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara terpisah. Tidak seorang pun menyangka bahwa Uni Soviet dapat runtuh dalam sekejap. Negara dibangun dan diruntuhkan, kerajaan timbul dan tenggelam. Sebetulnya, sepenting apakah batasan negara itu? Apakah maksudnya ketika Yesus mengatakan "jadikan semua bangsa murid-Ku"? Apakah maksud-Nya ketika Ia menyebut "bangsa"?

Di dunia saat ini, kata "bangsa" sering diasosiasikan sebagai "negara" atau "batasan politik", berbeda dengan konsep di dalam Alkitab. Kata "bangsa" yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, "ethnos", bukan hanya berarti "negara" tetapi juga "kelompok etnik" (bahasa Inggris: "ethnic group"), atau "kelompok orang/golongan" (bahasa Inggris: "people"). Di dalam Perjanjian Lama, konsep yang sama dapat ditemukan. Kata "gam" yang ditulis sekitar 1821 kali mengacu pada kelompok orang, sebuah suku, atau sebuah keluarga, seperti yang terdapat di Ulangan 4:6 dan Ulangan 28:37. Kata yang lain, "mishpahgheh" ditulis 267 kali, dan kebanyakan digunakan untuk menunjuk keluarga, kaum, atau kerabat seperti yang terdapat di Kejadian 12:3.

Jadi, "bangsa" yang dimaksud Alkitab bukanlah negara atau batasan politik, melainkan kelompok etnik atau kelompok masyarakat tertentu. Bahkan pada beberapa ayat Alkitab, bukan hanya "bangsa" yang disebutkan, melainkan lebih terperinci lagi yaitu: suku, bahasa, dan kaum (Wahyu 5:9, 10:11). Sehubungan dengan konsep ini, maka ayat yang mengatakan, "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya" (Matius 24:12) akan berbicara lain. Artinya, walaupun gereja sudah ada hampir dalam semua negara di dunia, tetapi tugas kita sebagai orang Kristen masih jauh dari selesai. Kita tidak dapat tinggal diam dan menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kali, karena masih banyak suku bangsa yang belum mendengar Injil, walaupun di negara mereka sudah ada orang Kristen atau gereja.

Salah satu sebab banyak suku bangsa yang belum mendengar Injil ialah karena Injil hanya disebarkan ke salah satu kelompok masyarakat di dalam negara itu dan tidak menembus kelompok masyarakat lainnya. Seperti kita ketahui, masyarakat hidup berkelompok-kelompok menurut kesamaan yang menyatukan mereka. Contoh ekstrem ialah sistem kasta di India. Donald McGavran lahir di India, kedua orang tuanya menjadi utusan di negara tersebut. Selama puluhan tahun gereja yang didirikan oleh orang tua McGavran tidak membuahkan hasil yang memuaskan karena orang-orang dari berbagai kasta tetap tidak rela berbaur di dalam satu gereja. Menyadari hal ini, McGavran kemudian mendirikan gereja untuk setiap kasta. Kesensitifannya akan kelompok-kelompok masyarakat inilah yang membuat McGavran dikenal sebagai pelopor di bidang pengutusan dunia.

Penduduk dunia terdiri dari puluhan ribu kelompok masyarakat yang berskala lebih kecil dibanding suatu negara. Setiap kelompok memunyai kebudayaan, kebutuhan, dan bahasa tersendiri. Oleh sebab itu, pekerjaan penginjilan di dunia mulai didefinisikan sebagai penginjilan kepada kelompok masyarakat karena di dalam kelompok-kelompok inilah Injil dapat disebarkan tanpa mengalami kesulitan yang disebabkan karena mereka tidak mengerti atau tidak menerima perbedaan yang ada. Istilah misiologi dalam bahasa Inggris untuk kelompok-kelompok masyarakat ini adalah "people group", yang memiliki definisi "sekelompok individu yang menganggap diri mereka sebagai kelompok yang memunyai kesamaan yang menyatukan mereka, entah karena bahasa, agama, latar belakang etnik, tempat tinggal, pekerjaan, tingkat sosial atau kasta, situasi, ataupun kombinasi faktor-faktor tersebut".

Contoh "people group":

Konsep "people group" ini terdapat dalam Wahyu 7:9-10, "Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba". Orang-orang yang menghadap takhta Allah bukan hanya wakil-wakil dari suatu bangsa, tetapi juga dari kelompok yang lebih kecil, yang disebut suku, yang di dalamnya terdapat kaum, juga setiap suku atau kaum yang memunyai bahasa berbeda.

Belum semua "people group" di dunia terjangkau oleh Injil. "People group" yang belum memunyai jemaat Kristen dengan jumlah yang cukup untuk penginjilan dalam "people group" tersebut tanpa bantuan orang luar atau utusan asing disebut sebagai suku terabaikan (bahasa Inggris: "unreached people group"). Menurut statistik, di dunia ini ada 11.000 suku terabaikan dan 251 di antaranya berada di Indonesia. Namun, jumlah ini hanya mencakup "people group" yang sudah ditemukan. Di luar ini masih banyak "people group" yang belum diketahui keberadaannya.

"People group" bukan hanya sekadar istilah, tetapi merupakan konsep berpikir yang penting dalam pengutusan. Pada bulan April 1993 lalu, di Colorado Springs, AS, organisasi-organisasi pengutus di Amerika, para pakar pengutusan, dan gereja-gereja menyelenggarakan konferensi untuk membicarakan perkembangan keadaan "people group" di dunia dan bertukar informasi. Tidak ketinggalan IHO juga mengirimkan wakilnya untuk hadir. Hasil konferensi ini adalah daftar yang paling mutakhir dari semua suku terabaikan di dunia. Hasil yang lebih penting adalah peningkatan kerja sama antarorganisasi misi dan gereja dalam menjangkau suku terabaikan di dunia, salah satunya dengan cara membuat basis data informasi, yang diberi nama "People Information Network" (Jaringan Informasi Kelompok Orang), mengenai semua suku terabaikan yang sudah diketahui agar supaya informasi tersebut dapat digunakan bersama-sama.

Tuan rumah konferensi ini adalah "Adopt-A-People Clearinghouse", organisasi yang bertugas untuk mengumpulkan data mengenai "people group", dan menjadi perantara untuk gereja-gereja yang ingin mengadopsi salah satu "people group" yang ada. Maksud adopsi ialah gereja tersebut berdoa secara khusus (bahasa Inggris: "intercessory prayer") untuk suku terabaikan tersebut, bekerja sama dengan misionaris atau organisasi misi yang melayani "people group" itu, dan bila perlu memberikan bantuan keuangan agar "people group" itu dapat dijangkau. Dari sisi spiritual, organisasi misi "AD 2000" (2000 Masehi) dan "Beyond Movement" (Melampaui Gerakan) bekerja memobilisasi gereja-gereja di seluruh dunia untuk berdoa. Gerakan ini diketuai oleh Luis Bush, pakar misiologi di Amerika. Bulan Oktober 1994, "AD 2000" menjadi sponsor doa seluruh dunia di Korea Selatan.

Mobilisasi doa untuk suku terabaikan juga dilakukan oleh "Global Prayer Digest" (Berita Doa Global), literatur bulanan yang memuat cerita mengenai suku terabaikan dan daftar doa khusus untuk mereka. Setiap bulan literatur ini mengulas suku terabaikan dari satu negara, bulan berikutnya dari negara lain, yang semuanya bekerja sama untuk menjangkau suku terabaikan.

APA YANG KITA BISA LAKUKAN?

Pertama-tama, kita harus mengenali dan bersikap awas terhadap suku terabaikan: siapa mereka, di mana mereka tinggal, dan bagaimana keadaan mereka. Kita mulai belajar melihat dengan kacamata "people group" untuk dapat mulai memikirkan apa saja kemungkinan yang dapat dilakukan untuk menjangkau mereka. Kita mulai memikirkan apa yang kita bisa lakukan supaya "people group" tersebut dapat dilayani. Misalnya, Anda tinggal di Batam, dan karena tidak ada bus umum, Anda naik taksi setiap hari. Pernahkah Anda berpikir untuk bertanya dari mana asal para sopir taksi? Hampir 90% supir taksi di Batam adalah orang Minang. Dan pernahkah Anda menyadari supir-supir taksi yang Anda temui setiap hari termasuk orang-orang yang terabaikan? Jika Anda sudah melihat dengan kacamata ini, Anda dapat mencari tahu adakah supir taksi yang cinta Tuhan, yang bisa dilibatkan sebagai jembatan untuk membentuk persekutuan supir Minang, yang kemudian dapat menjadi berkat bagi orang Minang di tanah asal mereka.

Kedua, kita dapat berperan aktif dalam menjadi sponsor pekerja yang melayani suku terabaikan atau kita sendiri terjun langsung melayani salah satu suku terabaikan di tempat mereka berada. Di dunia ini ada sekitar 2,5 miliar orang yang belum terjangkau oleh Injil. Namun, dalam penginjilan kita tidak menargetkan untuk menginjili 2,5 miliar orang ini, tetapi menembus 16.750 "people group" yang tersembunyi. Jika kita mengirimkan satu utusan untuk setiap "people group", paling sedikit kita memerlukan 16.750 orang. Tetapi kenyataannya, usaha menembus ladang baru (misi garis depan) melibatkan jutaan orang, dan membutuhkan lebih dari satu utusan atau sepasang suami istri untuk melayani satu "people group". Para utusan baru sangat dibutuhkan, bukan hanya yang datang dari negara Barat, tetapi juga yang dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Adakah harapan? Mungkinkah tugas besar ini terlaksana? Jika kita melihat gambaran besarnya, apa yang kita kerjakan ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari gerakan Roh Allah yang melanda seluruh dunia. Gereja-gereja di seluruh dunia yang tidak rela ketinggalan harus melibatkan diri dalam gerakan ini. Seperti kata Ralph Winter dalam tulisannya "The Task Remaining" (Tugas yang Tersisa), "Tugas ini besar, namun tidak terlalu besar untuk gereja di seluruh dunia. Kita berada di dalam era yang baru. Saat ini tiap-tiap gereja lokal di dunia harus melibatkan diri dalam usaha menembus ladang baru (garis depan)."

Menurut banyak pemimpin Kristen di seluruh dunia, pada akhir abad ke-20 ini kita menghadapi masa penuaian terbesar di sepanjang sejarah.

Melihat gambaran yang sangat optimis tersebut, penjangkauan suku terabaikan bukanlah hak yang tak terjangkau. Seperti resolusi "Adopt-A-People Consultation" 1993 di Colorado, AS, yang meyakini, "Ini dapat terlaksana. Ini harus terlaksana. Ini akan terlaksana!" Amin.

Diambil dari:

Judul majalah : Harvester, Edisi Juli -- Agustus 1993
Judul artikel : Antar-Negara dan Bangsa, Mendalami Konsep People Group
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Indonesia Harvest Outreach
Halaman : 18 -- 19

e-JEMMi 06/2010