Sikap kita terhadap orang miskin adalah ujian penting akan kesetiaan kita terhadap Injil.
"Roh Tuhan ada pada-Ku," kata Yesus, "oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19)
Gereja, sebagai Tubuh Kristus di bumi, dituntut untuk menjalankan misi Kristus. Apa yang dilakukan Yesus adalah teladan bagi kita, mandat alkitabiah kita untuk menyampaikan Kabar Baik bagi kaum miskin.
Saat Yesus memberi hadiah kepada mereka yang telah setia melakukan firman Tuhan pada hari penghakiman, mereka akan berkata, "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?" Lalu Yesus akan menjawab, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Matius 25:37, 38, 40). Belas kasihan mereka terhadap orang miskin dan mereka yang tertekan adalah wujud alami iman mereka.
Di sisi lain, mereka yang tidak melakukan Injil akan celaka. Orang-orang sok suci yang tidak tahu malu ini akan bertanya, "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, ... dan kami tidak melayani Engkau?" (Matius 25:44)
Menjadi gereja adalah menjadi kelompok yang pertama.
Yohanes Pembaptis menyuruh murid-muridnya untuk datang kepada Yesus dan bertanya, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Matius 11:3-5). Pelayanan-Nya menyaksikan bahwa Yesus Kristus sungguh adalah seorang Mesias. Ujian yang sama berlaku untuk kita saat ini. Apabila seseorang datang ke gereja Anda dan bertanya, "Apakah Kristus ada di sini ataukah kami perlu mencari-Nya di tempat lain?" Apa yang akan menjadi jawaban Anda?
Ketika saya berbicara di perguruan tinggi dan universitas-universitas mengenai pelayanan terhadap orang-orang miskin, para murid sering kali bertanya, "Bagaimana dengan orang kaya?"
Yesus sudah pasti tidak membuat batasan dalam Amanat Agung. Kita harus memberitakan Injil kepada semua orang. Namun Yesus, baik oleh perkataan dan perbuatan, menunjukkan bahwa orang miskin memiliki tempat istimewa dalam rencana Tuhan. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara konsisten menyuarakan betapa Tuhan sangat perhatian kepada orang-orang miskin (Mazmur 35:10; Amsal 29:7; 31:8-9; Pengkhotbah 4:1; Galatia 2:10; 1 Yohanes 3:17).
Sebagai alat Tuhan di dunia, kita memiliki tanggung jawab untuk memberi perhatian kepada orang miskin. Anda tidak bisa berada dan seharusnya tidak ada dalam anggota administrasi kepresidenan jika Anda tidak berkomitmen melakukan filosofi presiden tersebut. Jika Anda tidak memiliki komitmen itu, program-programnya tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Sama halnya, Anda juga tidak dapat menjalankan program Tuhan secara efektif kecuali Anda sepikir dengan Kristus. Untuk dapat memiliki pikiran Kristus, kita perlu memunyai belas kasihan terhadap orang miskin. Ini berarti memiliki belas kasihan yang khusus bagi yang tidak memiliki hak dalam berpendapat, untuk yang tak terpelihara dalam masyarakat, dan mewujudkan belas kasihan itu dalam tindakan.
Apakah kita akan membawa Injil kepada orang miskin atau tidak, tidak akan menjadi permasalahannya; ini merupakan ujian yang akan mengungkapkan apakah gereja setia terhadap misi Kristus.
Lalu bagaimana kita mewartakan Kabar Baik kepada orang miskin? Sekali lagi, Yesus adalah teladan kita. "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran" (Yohanes 1:14). Yesus berelokasi/pindah. Dia tidak turun ke dunia seminggu sekali dan kembali lagi ke surga. Dia meninggalkan takhta-Nya dan menjadi manusia sehingga kita dapat melihat kehidupan Allah tercermin melalui hidup-Nya.
Paulus mengatakan bahwa kita perlu bersikap seperti Yesus ketika Dia merendahkan Diri: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:5-8)
Yesus itu sama dengan Allah, namun Dia melepaskan status-Nya itu dan menjadi seorang pelayan. Dia menjadi seperti manusia. Dia datang dan tinggal bersama kita. Dia disebut Imanuel -- "Tuhan beserta kita". Inkarnasi adalah relokasi-Nya yang paling mulia.
Inkarnasi tidak hanya berarti relokasi; relokasi juga adalah inkarnasi. Artinya, Allah tidak hanya menempatkan diri-Nya di antara kita dengan menjadi manusia, tetapi ketika sebuah persekutuan orang percaya itu berelokasi dalam sebuah komunitas, inkarnasi Kristus menguasai komunitas tersebut. Kristus, sebagai Tubuh Kristus, sebagai Gereja-Nya datang dan tinggal di tengah-tengahnya.
Menempatkan diri/berelokasi di antara orang miskin jauh dari wajah materialisme di perkotaan. Untuk dapat berelokasi di antara orang-orang miskin, kita akan dipaksa untuk berhadapan dengan nilai-nilai yang kita miliki. Apakah kita telah menerima nilai-nilai dunia yang mobilitasnya semakin meningkat? Atau apakah kita telah menerima nilai-nilai dari Tuhan seperti yang ditunjukkan dalam kehidupan Yesus Kristus? Itulah permasalahannya.
Saat saya berbicara di berbagai negara, beberapa orang sangat sulit menerima ide relokasi yang saya ungkapkan. Mereka bertanya, "Apakah semua orang harus berelokasi?"
Saya menjawab, "Hanya mereka yang terpanggil yang harus berelokasi." Lalu saya menambahkan, "Tetapi jikalau Anda menanyakannya dengan nada marah, maka Anda bisa saja menjadi yang terpanggil. Jikalau Anda merasa kesulitan dengan hal ini, Tuhan mungkin sedang memanggil Anda."
Apabila Anda menentang ide untuk berelokasi, Anda harus bertanya, "Mengapa saya tidak ingin pergi dan tinggal di antara orang miskin dan melarat di bumi?" Tanyakanlah pertanyaan itu pada diri Anda sendiri beberapa kali. Apa yang nantinya menjadi jawaban Anda akan menjadi alasan mengapa Anda harus pergi.
Apabila Anda memiliki anak, Anda mungkin akan menjawab, "Anak-anak di lingkungan tersebut tidak akan mendapatkan pendidikan yang baik." Maka, itulah yang menjadi alasan mengapa Anda harus pergi. Anda baru saja mendapatkan suatu alasan! Untuk berpindah ke lingkungan miskin, kebutuhan mereka akan menjadi kebutuhan Anda. Keluarga-keluarga dalam komunitas itu memerlukan orang lain untuk ikut merasakan dan memerhatikan apa yang menjadi kebutuhan mereka, seolah-olah itu adalah kebutuhan mereka sendiri, untuk melakukan sesuatu guna memperbaiki kualitas pendidikan.
Anda mungkin dapat memulai suatu program pengajaran, taman bermain, program belajar musim panas, atau bahkan sekolah dasar. Metode apa pun yang Anda akan pilih, metode itu akan berkembang saat Anda berelokasi.
Saya tidak meminta Anda untuk mengorbankan anak-anak Anda. Tuhan memberikan anak-anak itu bagi kita. Mereka membutuhkan pendidikan yang baik. Jika mereka tidak dapat memperolehnya di sekolah umum, carilah alternatif lain. Di sisi lain, jangan meremehkan pendidikan yang mereka dapat saat belajar di sekolah yang berlokasi di mana Anda mungkin akan berelokasi. Meningkatnya pengertian anak-anak mengenai kebutuhan dan budaya di lingkungan tersebut dan hubungan persahabatan yang mereka bentuk, bisa jadi memenuhi apa pun yang tidak mereka dapat secara akademis.
Mungkin Anda tidak mau pindah ke tempat itu karena tingkat kriminalnya. Tetapi itulah mengapa Anda perlu pergi ke sana. Anda baru saja menemukan alasan lain. Pergilah dan kenalilah penduduknya, bantu mereka mengerti alasan apa yang membuat mereka melakukan tersebut. Ketika Anda sudah berelokasi, ketika Anda sudah menjadi bagian mereka, Anda sudah ada pada posisi yang tepat untuk membantu mereka.
Masyarakat dalam lingkungan kesukuan mungkin tidak menyukai polisi. Bentuklah sebuah kelompok pengawas lingkungaan. Sponsori lokakarya pencegahan tindakan kriminal. Bangun hubungan kerja sama yang positif dengan polisi. Undang kepala polisi atau opsir polisi untuk menjadi pembicara di gereja atau kelompok komunitas. Melalui surat kepada departemen kepolisian, puji mereka yang melakukan tugasnya dengan baik; bertanggungjawablah terhadap mereka yang tidak melakukan tugas mereka dengan baik. Ajak polisi untuk terlibat dalam setiap masalah yang ada dalam komunitas itu.
Dahulu, lingkungan kami tinggal adalah salah satu tempat yang memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, atau mungkin yang tertinggi. Selama setahun terakhir, kehadiran komunitas dan usaha kami dalam mencegah terjadinya tindakan kriminal telah mengurangi tingkat kejahatan di lingkungan tersebut.
Tetapi Anda bertanya, "Bisakah seorang Kristen dari desa menginjili mereka yang merupakan penyakit masyarakat tanpa menjadi salah satu dari mereka?"
Lalu saya menjawab, "Mengapa Anda beranggapan mereka memiliki mental yang sejahtera?" Mereka menjadi seperti itu karena "para ahli" di luar sana telah menciptakan program-program yang membuat mereka terbelakang dan tidak memanusiakan mereka. Ya, usaha terbaik kita untuk menjangkau orang-orang dari luar akan mendukung mereka. Usaha terbaik kita akan secara psikologis dan sosial merusak mereka. Kita harus hidup di antara mereka. Kebutuhan mereka harus menjadi kebutuhan kita.
Keputusan untuk berelokasi adalah keputusan yang besar, keputusan yang diambil karena didasari oleh ketaatan akan panggilan Tuhan. Relokasi itu tidak mudah. Hal ini lebih dari sekadar berpindah rumah. Hal ini membutuhkan persiapan matang dan pengertian yang jelas tentang apa yang harus dilakukan setelah berpindah. Dan meskipun setiap pelayanan akan secara unik dibentuk oleh talenta tim pelayanan dan kebutuhan-kebutuhan suatu komunitas, strategi dasar ini, dengan sedikit variasi, dapat menuntun proses relokasi, di mana pun itu.
Lakukan pekerjaan sukarela dengan melayani orang yang miskin. Carilah pelayanan yang sudah ada di lingkungan atau area di mana Anda dapat melayani selama beberapa waktu di sana sebagai sukarelawan. Ini adalah cara yang bagus untuk dapat melihat kebutuhan komunitas tersebut secara langsung, untuk dapat menangkap visi tentang apa yang dapat dilakukan, untuk melihat bagaimana Tuhan dapat memaksimalkan karunia-karunia yang ada pada Anda untuk melayani orang miskin. Hal ini memberi kesempatan yang sangat baik bagi Tuhan untuk mengklarifikasi atau mengonfirmasi apa yang Dia ingin Anda lakukan.
Bagikan visi Anda dengan gereja Anda. Sementara Anda mempersiapkan diri untuk pelayanan Anda, Anda bisa mendidik gereja Anda juga. Mintalah gereja Anda untuk mensponsori kelompok pelayanan Anda sebagai misi penjangkauan jika memungkinkan. Keterlibatan gereja Anda dalam pelayanan Anda dapat membantu mereka menangkap visi yang lebih besar dalam pelayanan kepada orang miskin.
Bentuklah tim pelayanan Anda. Setahun atau 2 tahun sebelum Anda berencana pindah ke lokasi sasaran, bentuklah sebuah tim yang terdiri dari beberapa keluarga di mana Tuhan telah memanggil mereka untuk terlibat dalam pelayanan ini, dan juga mereka yang memiliki kesamaan komitmen untuk menjadikan lingkungan sasaran sebagai rumah Anda dan mereka.
Bangunlah suasana komunitas Kristen. Ambillah waktu 1 atau 2 tahun ini sebagai persiapan untuk mengizinkan Roh Kudus membentuk Anda dan tim Anda menjadi tim yang terpadu, komunitas Kristen yang kuat. Adakan pertemuan tim secara rutin untuk berdoa, merencanakan, memimpikan, dan untuk saling menguatkan masing-masing anggota tim. Pertimbangkan untuk mengirim dua orang dari tim Anda untuk menerima pelatihan khusus. Tambahan pengalaman menjadi sukarelawan sangat berguna dalam tahap ini.
Berpindah ke komunitas. Seluruh keluarga di kelompok Anda harus berpindah ke lingkungan yang sama. Bahkan jika Anda mau, tim Anda dapat berpindah dan tinggal dalam satu rumah, atau jika itu tidak praktis, tinggallah dalam dua rumah sebagai cara untuk menumbuhkan rasa kebersamaan.
Berpindahlah ke sebuah komunitas yang tidak akan tersapu oleh pembaruan kota dalam 10 tahun mendatang. Pengembangan komunitas memunyai tujuan yang bersifat jangka panjang, yaitu peningkatan kondisi komunitas dan kehidupan orang-orang dalam komunitas tersebut. Harus ada juga tempat-tempat yang memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis kecil di komunitas Anda.
Pergilah ke sana untuk menetap! Perlawanan akan muncul. Harapkan itu. Kekecewaan akan muncul. Bayangkan itu. Masalah apa pun yang datang, bekerjalah melaluinya. Jangan lari dari masalah tersebut. Misalnya, saat pasutri yang pindah ke lingkungan miskin mulai memiliki anak, orang tua mereka sering kali akan menekan mereka supaya keluar dari lingkungan tersebut. Kebanyakan keluarga memutuskan untuk mengingkari komitmen mereka bagi lingkungan yang dilayaninya pada tahap ini. Anggaplah situasi ini sebagai ujian terhadap komitmen Anda. Berkomitmenlah untuk tetap tinggal. Tuhan akan memakai penderitaan Anda untuk "melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan Anda" (1 Petrus 5:10).
Buatlah kerangka pengembangan komunitas daerah sasaran. Putuskan area geografis mana yang akan Anda upayakan untuk mendapatkan kembali suasana sebuah komunitas. Dalam komunitas, setiap rumahnya berisi satu keluarga, area sasaran Anda mungkin akan seluas sekitar enam blok. Dalam area populasi penduduk yang padat dengan banyak sekali gedung apartemen, target area Anda akan lebih kecil.
Carilah pekerjaan, usahakan pekerjaan yang ada di lingkungan tersebut. Anda dapat menciptakan pekerjaan jika Anda memunyai keahlian untuk itu. Tinggallah dalam komunitas tersebut, meskipun Anda harus bekerja di luar lingkungan itu.
Mulailah sebuah studi Alkitab. Pada waktu pertama kali Anda masuk ke dalam sebuah komunitas, mulailah sebuah studi Alkitab. Akan baik jika Anda dapat mengadakan studi Alkitab di salah satu rumah penduduk. Jika Anda tidak dapat melakukan hal itu, mulailah di rumah Anda.
Dengarkan apa yang dikatakan penduduk di sana. Setelah Anda berelokasi dan sebelum Anda memulai segala program yang sudah direncanakan, dengarkanlah. Ada sebuah puisi Cina yang mengatakan:
Hampirilah mereka Hiduplah dengan mereka Belajarlah dari mereka Kasihi mereka Mulailah dengan apa yang mereka ketahui Bangunlah dari apa yang mereka miliki: Namun dari antara pemimpin-pemimpin terbaik Ketika tugas mereka sudah selesai Tugas mereka tuntas Orang-orang akan berkata, "Kitalah yang telah melakukannya sendiri."
Gunakan 1 tahun pertama untuk mendengar dan belajar. Undang orang-orang berkunjung ke tempat Anda, dan jangan pernah menjawab tidak. Jika mereka tidak berkunjung, Anda yang berkunjung ke rumah mereka, terutama mereka yang sedang sakit.
Bekerjasamalah dengan anak-anak lingkungan itu. Masyarakat menyukai orang-orang yang mencintai anak-anak. Ajaklah pemuda-pemudi ketika Anda bepergian. Tunjukkan kepada mereka bagian lain dari kota melalui sudut pandang Anda.
Dari semula, tetapkan tujuan untuk menciptakan pemimpin lokal yang dapat mengambil alih pekerjaan Anda dalam waktu 10 tahun. Tugas Anda belum selesai sebelum Anda melakukan hal itu.
Ajarkan mereka untuk mencintai komunitas mereka. Carilah hal-hal yang baik untuk Anda katakan tentang komunitas itu. Berbicaralah tentang pepohonan. Apabila terjadi banyak tindakan kriminal, berbicaralah mengenai betapa indahnya bila tindakan kejahatan itu tidak terjadi di tempat itu. Selalu bersikap positif. Tentunya fakta bahwa Anda telah memutuskan untuk pindah ke daerah itu adalah pernyataan yang penuh kuasa dan positif untuk mereka.
Anda tidak akan dapat membuat anak muda menjadi pemimpin untuk komunitas mereka ketika Anda bersikap negatif. Mereka akan bersedia kembali ke komunitas mereka apabila mereka merasa nyaman dengan penduduk komunitasnya, karena mereka mencintai komunitas tempat mereka akan kembali. Mereka harus mencintai komunitas mereka sendiri.
Bergabunglah atau dirikanlah sebuah gereja di komunitas tersebut. Lakukan ini sebelum Anda memulai suatu program. Semua pelayanan Anda harus berakar di gereja. Gereja tidak akan mengoperasikan setiap program atau pelayanan, tetapi gereja akan menjadi katalisator yang membantu memulainya program-program tersebut.
Jika ada gereja di tempat itu yang memberitakan Injil, yang pendetanya tinggal di komunitas itu dan memiliki visi untuk mengembangkan lingkungannya, Anda dapat mempertimbangkan gereja itu untuk menjadi pusat kegiatan pelayanan. Atau Anda dapat memulai gereja Anda sendiri di rumah Anda. Saat gereja berkembang, Anda dapat pindah ke ruang bawah tanah sebuah rumah yang lebih luas atau menyewa sebuah gedung. Rencanakan sejak semula untuk tidak memakai terlalu banyak uang untuk membiayai tempat pertemuan. Gunakan uang Anda untuk mengembangkan komunitas.
Tanggapi kebutuhan-kebutuhan. Hanya setelah Anda tinggal di antara mereka, mengidentifikasi kebutuhan mereka yang terdalam, dan mendirikan sebuah gereja pusat, barulah Anda siap untuk mengembangkan program-programnya. Jangan menyediakan pelayanan-pelayanan untuk penduduk; kembangkan untuk mereka dapat saling melengkapi satu sama lain. Pimpin mereka, tetapi biarlah semua program menjadi milik penduduk tersebut. (t/Hilda)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku | : | With Justi ce for All |
Judul asli artikel | : | Relocation: A Strategy for Here and Now |
Penulis | : | John Perkins |
Penerbit | : | Regal Books, Calif ornia 1982 |
Halaman | : | 86 -- 93 |