Bagaimana Membina Murid-Murid yang Berlipat Ganda (I)

Memiliki Hati Orang Tua

Ada banyak bayi rohani dalam gereja kita, tetapi hanya sedikit saja orang tua rohani yang mengambil tanggung jawab atas mereka. Paulus mengatakan bahwa ia yakin Allah akan mendewasakan orang-orang yang telah diselamatkan-Nya (Filipi 1:6). Apakah alasan untuk keyakinannya itu? Sebagai orang tua rohani, ia selalu berdoa bagi bayi-bayinya dalam Kristus (Filipi 1:3-4) dan ia mengasihi mereka. Ia berkata, "Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita Injil." (Filipi 1:7)

Mereka yang mau melipatgandakan diri di dalam dunia ini harus bertanggung jawab atas kehidupan orang lain dengan penuh kasih, sama seperti orang tua dengan anaknya. Paulus melayani sebagai seorang ibu maupun sebagai seorang ayah kepada orang Kristen baru di Tesalonika (1 Tesalonika 2:7, 11). Jalan satu-satunya seorang ayah atau seorang ibu dapat mendidik ialah dengan tatap muka secara pribadi lepas pribadi. Seorang anak yang berusia 3 tahun memunyai keperluan yang berbeda dengan seorang anak yang berusia 10 tahun. Demikian pula, cara yang terbaik untuk memenuhi keperluan-keperluan rohani dalam gereja adalah dengan pemeliharaan dan pendidikan perorangan. Tidak mudah menjadi orang tua yang sedang menjadikan anaknya murid Tuhan. Anda sendiri harus berkorban dengan penuh kasih dan disiplin apabila bekerja dengan jiwa yang akan hidup kekal selama-lamanya. Setelah tugas ini diterima dari Kristus, kadang-kadang terbentuk hubungan orang tua dan anak yang akan berkelanjutan seumur hidup, yang berkembang menjadi persekutuan kerja sama yang dewasa.

Menjangkau dalam kehidupan orang lain dan menempatkan kasih karunia Allah yang kekal merupakan kehormatan yang begitu besar sehingga seluruh gereja harus berusaha mendapat kesempatan demikian! Karena setelah investasi rohani itu dibuat dalam kehidupan orang lain, Anda akan mengambil bagian dalam semua kemuliaan kekal yang akan dituai melalui hidup itu untuk selama-lamanya. Paulus menunjukkan hal ini ketika ia menulis kepada orang-orang Kristen yang sedang bertumbuh yang telah dididiknya. Ia berkata, "Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami" (1 Tesalonika 2:20). Sebagai orang tua rohani, kita memunyai empat rangkap tanggung jawab, yaitu untuk mengasihi, memberi makanan, melindungi, dan melatih murid-murid kita.

Orang Tua Mengasihi Anak-Anak Rohaninya

"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:35). Motivasi paling kuat sepanjang pelayanan Kristus bagi murid-murid-Nya adalah kasih. Kasih itu juga yang harus merupakan ciri khas yang paling jelas bagi masing-masing kita sebagai murid abad ke-20. Yesus tidak selalu menyetujui sikap atau keinginan murid-murid-Nya, tetapi Ia selalu menerima dan mengasihi mereka. Bersama-sama dengan Dia, para murid merasa bebas dan senang. Mereka tahu bahwa Ia lain. Ketika musuh-musuh Kristus mengatakan bahwa Ia adalah sahabat orang berdosa dan pemungut cukai, maka tanpa disadari mereka menarik perhatian orang kepada kasih-Nya terhadap orang lain.

Kasih adalah sikap yang membaktikan diri untuk memenuhi keperluan paling dalam yang ada pada orang lain, tanpa menghiraukan besarnya pengorbanan. Paulus berkata kepada para penatua di Efesus, "Sesungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu" (Kisah Para Rasul 20:20). Ia mengingatkan jemaat Tesalonika, "Dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1 Tesalonika 2:8). Sama seperti Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya karena kasih-Nya kepada kita, demikian pula kasih kita harus terungkap dengan menyerahkan diri kita dan hak-hak kita untuk menolong orang lain. Membaktikan hidup dengan penuh kasih kepada keperluan orang lain sering kali meminta agar kita menghadapi masalah-masalah muka dengan muka. Paulus mengingatkan jemaat Efesus tentang suatu masalah yang sulit di tengah-tengah mereka, "Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata" (Kisah Para Rasul 20:31). Betapa besarnya kasih Paulus sehingga dengan berani ia senantiasa mengingatkan mereka sampai soal itu dihadapi dan diatasi.

Sikap saya tidak selamanya demikian, mungkin juga tidak dengan saudara. Kadang-kadang saya menghindari konfrontasi pribadi yang penuh kasih. Saya takut dan ragu-ragu untuk mengasihi orang sedemikian rupa sehingga menghadapkan mereka dengan dosa mereka dan dengan rendah hati berusaha untuk memimpin mereka kepada pertobatan dan pemulihan. Tetapi sikap takut seperti itu tidak benar. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yohanes 3:16). "Menyerahkan nyawa kita" berarti menganggap diri kita mati terhadap dosa dan hidup bagi Kristus setiap hari sehingga kita menjadi saluran kasih-Nya yang hidup (Yohanes 17:26). Kasih merupakan batu uji bahwa Roh Kudus yang menguasai kehidupan kita (Galatia 5:22). Kasih menghasilkan keakraban dengan orang lain sehingga menjadikan pelipatgandaan melalui mereka menjadi lebih pasti. Namun demikian, kasih kepada murid-murid kita tidak berarti "menjadikan mereka pengikut jalan pemikiran kita, tetapi menjadikan mereka murid Yesus." (1 Yohanes 3:16)

Beberapa tahun yang lalu, saya menyatakan kepada seorang diaken gereja saya bahwa ia memunyai karunia menggembalakan jemaat dan harus mempertimbangkan dengan serius untuk memasuki penggembalaan. Sementara waktu itu terjadi beberapa hal yang tak menyenangkan, dan diaken itu meninggalkan gereja kami. Orang mulai bertanya-tanya kepada saya mengenai dirinya. Saya selalu menolak untuk mengatakan sesuatu yang negatif tentang dia, dan tetap percaya bahwa ia dapat melayani Kristus dalam pelayanan yang lebih luas. Saya juga berdoa dengan sungguh-sungguh baginya. Sementara tahun berganti tahun, ia menuruti panggilan Tuhan untuk menjadi pendeta penuh, dan sekarang pelayanannya sangat dinamis. Baru-baru ini kami berjumpa untuk pertama kali setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Ia berkata, "Sebagian besar dari apa yang saya pakai yang betul berhasil dan yang mengubah kehidupan saya telah saya peroleh di bawah pelayanan Pak Pendeta." Memang tidak ada ruginya kalau kita mengasihi!

Kasih sejati Paulus bagi anak-anak rohaninya terpancar dari halaman-halaman 2 Korintus. Meskipun ada yang salah paham dan dituduh tanpa alasan, Paulus tetap meneruskan pelayanannya. Pada suatu ketika, dengan hati yang meluap karena kasih bagi jemaat Korintus, ia menyatakan, "Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?" (2 Korintus 12:15). Kuasa untuk mengasihi tidak pernah bergantung kepada orang atau benda; kuasa itu datang dari hubungan dengan Roh Kudus (Roma 5:5). Buahnya ialah kasih (Galatia 5:22). Ketiadaan kasih menyatakan tidak adanya hubungan yang erat dengan Roh Kudus. Jika Anda memperkenankan Roh memberi kuasa kepada Anda untuk mengasihi orang lain, kasih Anda akan dibalas dalam hubungan dengan murid-murid yang Anda latih. Anda akan mencapai sasaran Anda melalui kasih.

Orang Tua Memberi Makan Anak-Anak Rohaninya

Ketika meringkaskan kediamannya selama 3 tahun di Efesus dalam Kisah Para Rasul 20, Paulus mengingat bagaimana ia selalu memberi makanan firman Allah kepada murid-muridnya, "Aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu" (Kisah Para Rasul 20:20); "Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu" (Kisah Para Rasul 20:27). Pada mulanya seorang bayi diberi makan oleh orang lain, kemudian ia bertambah maju, dan sebagai seorang anak, ia mampu makan sendiri. Akhirnya sebagai orang dewasa, ia memberi makan orang lain. Salah satu sasaran utama orang yang menjadikan murid ialah mengajar seorang murid bagaimana makan sendiri sehingga pada akhirnya ia dapat memberi makan orang lain. Berikut ini ada beberapa cara Saudara dapat menolongnya untuk memasukkan firman Allah ke dalam hidupnya.

  1. Beri Makan Kepadanya dengan Mengajarkan Saat Teduh.

    Daniel 6:10-11 merupakan contoh yang efektif mengenai saat teduh bersama Tuhan karena di dalamnya tertulis di mana Daniel berdoa, kapan ia berdoa, dan apa yang didoakannya.

    1. Suatu Tempat Tertentu

      Kita memerlukan sebuah tempat yang tetap untuk menyendiri dengan Tuhan, yang bebas dari gangguan. Jika suasana rumah Anda kurang tenang, mungkin suatu tempat di luar rumah lebih baik bagi Anda: dalam mobil yang diparkir di tempat yang sunyi; berjalan pagi di daerah sekeliling rumah; atau bahkan berlari-lari sendirian. Tetapi tempat mana pun yang Anda pilih, jangan lupa memasuki tempat doa itu, tempat ibadah pribadi, setiap hari (Matius 6:6).

    2. Suatu Waktu Tertentu

      Bertemu dengan Allah pada waktu pagi merupakan kebiasaan Kristus (Markus 1:35). Inilah saat yang terbaik bagi banyak orang karena merupakan persiapan yang baik sebelum memasuki hari yang sibuk. Agar Anda dapat bangun pagi-pagi dan bertemu dengan Tuhan, buatlah janji dengan-Nya pada malam sebelumnya. Persekutuan selama 10 menit dengan Allah di waktu pagi adalah lebih baik daripada tidak sama sekali; lebih baik mulai dengan waktu yang singkat dan membiarkannya bertambah lama secara wajar. Waktu pertemuan itu akan bertambah lama apabila Anda rindu untuk mengenal-Nya dengan lebih baik dan mengalami persekutuan-Nya dalam kehidupan Anda.

    3. Isi yang Tertentu

      Saat teduh itu merupakan jam makan bagi orang Kristen. Anda mengisi pikiran dan roh Anda dengan kehadiran Allah, makan dari firman-Nya sementara Ia berbicara dengan Anda. Kemudian Anda bercakap-cakap dengan-Nya dalam doa.

    Persiapkanlah segala sesuatu pada malam sebelumnya. Siapkan Alkitab, bacaan renungan ibadah, dan buku catatan. Alkitab dan bacaan renungan ibadah adalah makanan Anda. Pakailah buku catatan untuk menuliskan pikiran baru dan permintaan doa. Juga tuliskan jawaban yang telah Anda terima untuk doa Anda.

  2. Berilah Makan Kepadanya dengan Mengajarkannya Membuat Catatan Khotbah.

    Kita melupakan hampir 90 persen dari apa yang telah kita dengar. Dengan membuat catatan khotbah, persentase yang hilang itu menjadi kira-kira 45 persen. Suatu cara yang cepat untuk mengajar seorang murid makan sendiri ialah dengan menolongnya belajar membuat catatan singkat dari tiap khotbah yang disampaikan dari mimbar. Catatan khotbah harus sama ukurannya setiap minggu. Catatan itu harus mencantumkan nama pembicara, tanggal, judul khotbah, nas Alkitab, referensi ayat-ayat lain, garis besar isi khotbah, dan kalimat-kalimat yang khusus. Catatan itu dapat disimpan menurut kitab Alkitab atau menurut pokoknya. Dengan demikian, bahan itu siap untuk dipakai sebagai bahan renungan, pelajaran, atau untuk menyiapkan renungan untuk persekutuan doa. Ajarlah anak rohani Anda untuk menemukan ajaran utama dalam khotbah itu, kemudian bagaimana menerapkan kebenaran pokoknya dalam situasi hidupnya. Anggota-anggota jemaat sama-sama bertanggung jawab untuk pulang dari gereja dengan membawa khotbah itu sebagaimana pendeta bertanggung jawab untuk menyiapkannya. Dan keduanya bertanggung jawab kepada Allah untuk mempraktikkan khotbah itu dalam hidup mereka.

  3. Beri Makan Kepadanya dengan Mengajarkannya Cara Membaca Alkitab.

    Kita hanya mengingat sedikit lebih banyak dari apa yang kita baca (60 sampai 80 persen) daripada apa yang kita dengar. Jadi, sangat penting untuk membuat catatan agar memperbaiki daya ingat kita. Sewaktu murid membaca, ada beberapa hal khusus yang dapat dicari dan dicatatnya dalam nas Alkitab yang dibacanya:

    • pelajaran utama;
    • apa yang diajarkan nas Alkitab itu tentang Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus;
    • sebuah ayat yang meringkaskan nas tersebut;
    • suatu perintah yang harus ditaati; dan
    • apa yang diajarkan Tuhan sekarang ini dari nas itu.

    Sangat penting bagi murid untuk membaca seluruh Alkitab agar dapat memahami kesatuannya. Membaca kitab-kitab tertentu sehingga selesai sekaligus sangat berharga untuk memenuhi keperluan pribadi. Tetapkan bagian-bagian yang harus dibaca secara teratur, dengan sasaran bahwa pembacaan Alkitab menjadi suatu kebiasaan seumur hidup. Tolonglah murid Anda dengan memberi dorongan kepadanya dan memeriksa agar mengetahui apakah ia menarik keuntungan dari bacaannya.

  4. Beri Makan Kepadanya dengan Mengajarkan Cara-Cara Mempelajari Alkitab.

    Belajar cara mempelajari Alkitab sendiri akan membebaskan si murid, memungkinkan dia "makan dari firman" kapan saja ia menghendakinya dan tak perlu bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan makanan rohani yang perlu. Apabila mengajarkan cara-cara belajar, mintalah agar murid itu meluangkan paling sedikit 20 menit setiap hari untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Khususnya, empat metode belajar akan menghasilkan pertumbuhan yang dinamis. Yaitu meditasi ayat, di mana satu ayat dipelajari secara mendalam; analisa pasal, di mana satu kitab dipelajari pasal demi pasal; menyelidiki kata-kata, di mana kata-kata tertentu, seperti sukacita, kasih, dan damai sejahtera dipelajari; dan mempelajari tokoh-tokoh, di mana orang-orang dalam Alkitab dianalisa. Kekayaan keempat macam penyelidikan pribadi yang memberi makanan rohani sendiri menyiapkan kaum awam untuk menemukan kehendak Allah seumur hidupnya. Berikut ini ada beberapa petunjuk bagi rencana mempelajari Alkitab, yaitu pendekatan analisa pasal. Pendekatan hanya memerlukan sebuah Alkitab, kertas, dan pena. Sarankan sedikit-dikitnya empat hal kepada murid.

    1. Menguraikan dengan Kata-kata Sendiri

      Dengan menggunakan kata-kata sendiri, tuliskan apa yang diungkapkan oleh pasal tersebut. Hal ini akan menolong Anda mengertinya benar-benar sehingga pasal itu tidak asing lagi bagi Anda.

    2. Pertanyaan-Pertanyaan

      Tuliskan segala sesuatu tentang pasal itu yang tak dapat Anda mengerti. Juga, tuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang mungkin tidak dimengerti orang lain, tetapi yang jawabannya telah Anda temukan. Ini akan berguna sekali bila Anda mulai mengajar orang lain. Apabila mungkin, berikan ayat Alkitab sebagai dasar bagi jawaban Anda untuk pertanyaan-pertanyaan.

    3. Referensi Ayat Lain

      Carilah referensi ayat lain (yaitu ayat yang mengandung kebenaran serupa atau yang berhubungan, yang terdapat di bagian lain dalam Alkitab) untuk setiap ayat dalam pasal itu. Dengan demikian, Alkitab sendiri menjadi penjelasan yang terbaik dengan menerangkan dan memperjelas setiap bagian yang dipelajari.

    4. Penerapan

      Dalam suasana doa, tuliskan penerapan pribadi yang didasarkan atas sebuah ayat dalam pasal itu. Terangkan apa yang akan Anda lakukan, dalam kekuatan Allah, untuk menerapkan bagian ini dalam kehidupan Anda hari lepas hari. Penerapan itu harus tegas. Misalnya, daripada menuliskan, "Saya akan berdoa lebih banyak minggu depan," yang terlalu umum, tuliskan saja, "Saya berdosa karena tidak berdoa. Minggu depan saya akan meluangkan waktu sekurang-kurangnya 10 menit setiap hari untuk berdoa." Periksalah diri sendiri untuk memastikan bahwa Anda melaksanakan penerapan itu. Setia menerapkan firman Allah akan menolong Anda menjadi pelaku firman, bukan seorang pendengar saja.

      Mazmur 1 dan 23, dan kitab-kitab Perjanjian Baru yang singkat, seperti surat Filemon, Filipi, dan 1 Tesalonika adalah bagian-bagian yang sangat baik bagi seorang murid yang mulai belajar untuk menelaah Alkitab. Biasanya 1 atau 2 minggu merupakan waktu yang baik untuk setiap pasal. Setelah Anda mengajarkan murid Anda bagaimana menelaah Alkitab, jangan lupa mengajarkan kepadanya bagaimana mengajar orang lain. Dalam semua pelayanan pemuridan, ingatlah selalu bahwa sasaran akhir adalah melipatgandakan orang-orang yang akan menjadikan orang lain murid Tuhan, yaitu orang-orang yang terlatih dan pandai untuk meneruskan apa yang telah mereka pelajari.

  5. Beri Makan dengan Mengajarkan Dia Menghafal Ayat-Ayat Alkitab.

    Menghafal ayat-ayat Alkitab akan mendatangkan lebih banyak berkat dan kuasa yang lebih besar. Seorang murid dapat mengalahkan pencobaan dan hidup dalam kemenangan atas dosa (Mazmur 119:11). Kehidupannya akan berhasil dan berbuah (Mazmur 1:2-3). Ia akan menaruh perhatian lebih banyak terhadap Alkitab dan pengertiannya akan bertambah. Kemampuannya untuk mengajar akan bertambah (Kolose 3:16). Dia akan mengalami kuasa yang baru untuk bersaksi dan melihat hasil-hasil yang positif (1 Petrus 3:15). Ia makin banyak mengetahui tentang kehendak Allah bagi hidupnya ketika terang firman itu lebih banyak menerangi jalan hidupnya (Mazmur 119:105). Ia dapat mengalami pertumbuhan yang lebih besar dalam imannya, sukacita yang baru, dan memunyai sikap yang lebih positif dalam kehidupan sehari-hari (Mazmur 119:103). Ia dapat berdoa dengan keyakinan baru. Mempelajari janji-janji Alkitab akan menambah keberanian dalam berdoa (Yohanes 15:7). Semua berkat ini dan masih banyak lainnya akan diperolehnya apabila seorang murid menghafal ayat-ayat Kitab Suci bersamaan dengan merenungkannya untuk diterapkan dalam hidupnya.

    Bagaimana Menghafal Ayat Kitab Suci

    Sikap Anda sangat berpengaruh. Apabila mempelajari ayat-ayat, Anda mendapatkan pertolongan Roh Kudus untuk "memimpin dalam segala kebenaran". Anda dapat melakukan segala perkara melalui Kristus yang memberi kekuatan kepada Anda (Filipi 4:13). Ia akan memberi kemampuan kepada Anda untuk belajar apabila Anda meminta pertolongan-Nya.

    1. Setelah memilih sebuah ayat, bacalah ayat tersebut dalam konteksnya dalam Alkitab. Membaca pasal di mana terdapat ayat itu akan menolong Anda mengerti. Bacalah ayat itu dengan saksama beberapa kali dengan suara nyaring. Jika pokok ayat itu tidak dijelaskan, tentukan pokok ayat tersebut.

    2. Hafalkanlah ayat itu dalam cara sebagai berikut: pokoknya, referensi ayat, baris yang pertama, referensi ayat sekali lagi. Ulangi beberapa kali. Kemudian mulailah kembali. Selalu mulai dengan referensinya, tambah satu baris lagi, dan akhiri dengan referensi. Lanjutkan "sedikit demi sedikit" sampai Anda telah menghafal seluruh ayat itu.

    3. Ulangi ayat itu sepanjang hari dengan menggunakan waktu-waktu luang. Ucapkan pada waktu makan, apabila sedang bepergian atau menunggu, dan sebelum Anda tidur. Mintalah seseorang untuk memeriksa hafalan Anda. Ulangi ayat itu setiap hari selama beberapa minggu. Kemudian ulangilah setiap minggu.

    4. Mulailah dengan menghafal dua ayat dalam seminggu.

    5. Renungkan setiap ayat yang Anda pelajari. Pakailah ayat itu dalam doa Anda kepada Allah. Mohonlah kepada-Nya agar Anda dapat mengalami kebenaran ayat itu dalam kehidupan Anda. Dalam tiap ayat, terdapat sesuatu untuk Anda ketahui, untuk dihentikan, untuk dimulai, dan untuk dibagi. Tujuan akhir ialah agar melalui setiap ayat, Anda dapat bersatu dengan Kristus dalam kehendak-Nya, dapat mengenal-Nya lebih baik, dan dapat melipatgandakan kemuliaan-Nya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Penggandaan Murid-Murid
Judul asli buku : Multiplying Disciples; The New Testament Method For Church
Penulis : Waylon B. Moore
Penerbit : Gandum Mas, Malang 1981
Halaman : 85 -- 96

e-JEMMi 11/2009