Bagaimana kita dapat memiliki doa yang berkuasa?
Kisah Para Rasul 12:5 menerangkan tentang doa kepada Allah yang berkemenangan dan doa yang mengakibatkan perkara-perkara besar terjadi. "Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." Perhatikan perkataan "kepada Allah". Doa yang berkuasa adalah "doa yang ditujukan kepada Allah".
Tetapi ada sebagian orang yang berkata, "Bukankah semua doa itu tertuju kepada Allah?"
Tidak! Banyak doa, baik doa yang dilakukan bersama-sama maupun perseorangan, tidak ditujukan kepada Allah. Doa yang tertuju kepada Allah adalah doa yang dilakukan dengan mendekatkan hati kita kepada Allah sehingga kita memiliki keyakinan bahwa Allah mendengar doa kita. Dalam berdoa, kebanyakan dari kita hanya sedikit mengingat tentang Allah. Pikiran kita penuh dengan segala sesuatu yang kita butuhkan, bahkan pikiran kita mengembara ke tempat lain. Dalam doa semacam ini, tidak akan ada kuasa. Tetapi jika kita sungguh-sungguh masuk hadirat Allah dan berjumpa muka dengan muka dengan Dia di dalam doa, dan sungguh-sungguh mencari kehendak-Nya, maka doa kita mendapat kuasa.
Jadi jika kita mau berdoa dengan benar, hal utama yang harus kita lakukan adalah apakah kita sungguh-sungguh menyerahkan diri kita untuk menghadap hadirat-Nya. Sebelum mengajukan permohonan kepada Allah, kita harus datang kepada-Nya dengan sikap hati yang benar, percaya bahwa Ia mendengar permohonan kita, dan akan memberikan apa yang kita perlukan. Hal ini hanya terjadi dengan pertolongan Roh Kudus. Karena itu kita harus meminta pertolongan Roh Kudus untuk masuk hadirat Allah, dan jangan tergesa-gesa sebelum Ia membawa kita masuk dalam hadirat Tuhan.
Pada suatu malam, ada seorang pemuda Kristen yang bersemangat untuk mengikuti doa bersama yang sedang kami adakan. Sebelum berdoa, saya mengatakan kepada orang-orang yang mengikuti persekutuan doa tersebut agar mereka sungguh-sungguh ketika sedang berdoa, sungguh-sungguh merasakan hadirat Tuhan, dan pikiran mereka hanya tertuju kepada Tuhan. Beberapa hari kemudian, saya bertemu dengan pemuda tersebut dan ia berkata bahwa pengalamam doa malam itu merupakan hal yang sama sekali baru baginya. Jika kita ingin berdoa dengan benar, maka perkataan ini harus tertanam di hati kita, yaitu "tertuju kepada Allah".
Rahasia kedua doa yang berkuasa terdapat dalam ayat yang sama (Kisah Para Rasul 12:5), yaitu "dengan tekun". Dalam bahasa Gerika, kata-kata itu mengandung arti yang menggambarkan hati yang penuh pengharapan kepada Tuhan. "Semangat yang tak kunjung padam" mungkin adalah peribahasa yang paling mendekati arti kata bahasa Gerika itu. Perkataan ini juga digunakan Tuhan Yesus dalam Lukas 22:44: "Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah."
Dalam Ibrani 5:7, dikatakan bahwa "dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan". Dalam Roma 15:30, Rasul Paulus mengatakan, "Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku." Kata "bergumul" di sini artinya sama dengan "berkelahi" atau "bergulat", seperti dalam pertandingan olahraga. Dengan perkataan lain, doa yang berkemenangan adalah doa di mana kita mencurahkan segenap jiwa kita dan dengan pengharapan yang penuh kepada Allah. Banyak doa kita yang tidak berkuasa karena hati kita tidak tertuju kepada Dia. Kita datang ke hadirat Allah dengan sejumlah permohonan, lalu cepat-cepat pergi meninggalkan hadirat-Nya.
Sering kali kita tidak bisa menjawab jika seseorang bertanya kepada kita untuk apa kita berdoa selama satu jam. Kita tidak dapat berharap kepada Tuhan agar Ia memberi perhatian lebih untuk menjawab doa-doa kita jika kita tidak menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada-Nya.
Akhir-akhir ini, kita banyak mendengar tentang ketenteraman iman dari orang-orang percaya, tetapi kita jarang mendengar tentang pergumulan iman mereka di dalam doa. Ada juga yang mengira bahwa iman mereka sudah sampai pada tingkat tertentu. Hal-hal tersebut disebabkan karena mereka tidak pernah mengetahui tentang menggumuli sesuatu di dalam doa. Jika kita belajar menghadap hadirat Tuhan dengan penuh pengharapan, kita akan mengenal kuasa-Nya dalam doa yang tidak banyak diketahui oleh sebagian besar orang percaya.
Bagaimana kita dapat mencapai ketekunan dan kesungguhan dalam doa? Bukan dengan kekuatan kita sendiri kita dapat mencapai hal itu. Cara yang sebenarnya dijelaskan dalam Roma 8:26, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." Jika kita hanya mengandalkan kekuatan kita, ini adalah usaha yang sia-sia. Ketekunan yang dikerjakan di dalam kita melalui Roh Kuduslah yang membuat kita berkenan di hadapan Allah. Sekali lagi, apabila kita ingin berdoa kepada Tuhan, kita harus meminta pimpinan Roh kudus untuk mengajari dan memampukan kita dalam berdoa.
Inilah yang menyebabkan kita perlu melakukan doa puasa. Dalam Daniel 9:3, kita melihat bagaimana cara Daniel datang menghadap hadirat Tuhan. "Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu." Ada orang yang berpikir bahwa puasa tidak berlaku bagi orang Kristen, apalagi pada zaman sekarang. Tetapi jika kita membaca Kisah Para Rasul 13:2-3, kita mendapati bahwa puasa dilakukan oleh orang-orang percaya pada zaman rasul-rasul.
Kalau kita mau berdoa dengan kuasa, kita harus berdoa dengan berpuasa. Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa kita harus berpuasa tiap kali kita berdoa. Tetapi ada saat-saat tertentu dalam kehidupan kita -- keadaan yang genting dalam pekerjaan, orang yang hendak undur dari Tuhan -- kita harus mendoakannya dengan segenap hati kepada Tuhan. Dalam doa yang seperti ini, ada kuasa yang luar biasa. Untuk mengatasi masa-masa sukar di dalam kehidupan kita, maka kita harus berdoa disertai dengan berpuasa. Kita tidak dapat menghadap hadirat Allah dengan sikap hati yang angkuh, yang hanya mementingkan dan menyenangkan diri sendiri. Saat kita datang ke hadirat Tuhan, maka kita harus menanggalkan segala beban yang berpusat pada kepentingan diri sendiri agar kita dapat masuk ke hadirat Tuhan dan menerima berkat yang telah Ia sediakan.
Rahasia ketiga dari doa yang berkuasa yang juga dijelaskan dalam Kisah Para Rasul 12:5 adalah "doa jemaat Allah". Ada kuasa yang berlimpah-limpah pada saat kita bersekutu bersama orang percaya di dalam doa. Allah berkenan kepada persekutan anak-anak-Nya dan Ia berusaha menjelaskan hal ini dengan bermacam-macam cara, karena itu ia memberi berkat yang istimewa kepada persekutuan doa. Dalam Matius 18:19 dikatakan, "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." Akan tetapi ayat ini tidak menerangkan jika dua orang sehati meminta, tetapi jika dua orang sehati di dalam meminta hal yang akan dipintanya. Dua orang bisa jadi sehati dalam meminta sesuatu, tetapi tidak benar-benar sehati di dalam sesuatu hal yang dipintanya. Seseorang bisa jadi meminta hal tersebut karena ia menginginkannya, yang seorang lagi boleh jadi meminta hal itu untuk menyukakan hati temannya. Tetapi di mana ada persekutuan yang benar, di mana ada Roh Allah yang mendatangkan kesatuan di antara dua orang beriman di dalam doa tentang sesuatu yang boleh diminta kepada Allah, atau di mana Roh Allah menaruh beban yang sama di dalam dua hati, maka di dalam doa-doa semacam itu, ada kuasa penuh yang tidak ada tandingannya.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Bagaimana Kita Patut Berdoa |
Penulis | : | R. A. Torrey |
Penerjemah | : | R. G. Johannes |
Penerbit | : | Christian Literature Crusade, Surabaya |
Halaman | : | 22 -- 28 |