Salah satu komandan pemberontak Liberia yang paling kejam, yang dikenal sebagai "General Butt Naked" -- karena berperang hanya menggunakan sepatu bot -- telah mengakui peranannya dalam meneror negara. Ia mengatakan bahwa dirinya bertanggung jawab atas dua puluh ribu pembunuhan. Tetapi di tengah-tengah kondisi ini, dia berjumpa dengan Kristus.
Kekejaman yang dia lakukan bersama pasukannya selama perang saudara Liberia, antara lain adalah praktik ritual magis yang dilakukan dengan membunuh anak-anak dan memakan hati mereka. Minggu lalu, Joshua Milton Blahyi tidak menjelaskan secara detail kepada Truth and Reconciliation Commission (TRC) Liberia mengenai kiprahnya selama bertahun-tahun dengan milisi perang yang paling ditakuti ini.
Dia menceritakan bagaimana di tengah-tengah situasi ini, dia bertemu dengan Kristus yang menandai permulaan pelayanannya sebagai pendeta. "Yesus menampakkan diri kepadaku dan menyuruhku berhenti menjadi budak." Pengalaman itulah, katanya, yang mendorongnya untuk bertobat dan mengubah hidupnya, dan pergi ke kota-kota lain untuk mengabarkan Injil. Blahyi, 37 tahun, mengatakan bahwa TRC-lah yang memutuskan apakah dia harus diberi amnesti atau dihukum. "Saya bersedia pergi ke pengadilan jika diperlukan," katanya. "Dan saya akan mengulangi apa yang baru saja saya sampaikan tadi." (t/Novita)
Diterjemahkan dari:
Judul buletin | : | Body Life, Edisi Februari 2008, Volume 26, No. 2 |
Judul asli artikel | : | Commander Confesses Atrocities and Christ |
Halaman | : | 3 |
Pokok doa:
Beberapa tahun yang lalu, penginjil Tommy Tippit menerima surat elektronik (e-mail) yang menyatakan keputusasaan dari seorang laki-laki yang tidak ia kenal. Orang tersebut adalah seorang pendeta Liberia yang mencari sepuluh pendeta Amerika secara tersambung (online). Tippit berkata, "Dia menulis kepada sepuluh pendeta itu. Saya adalah salah satu pendeta yang dikirimi surat, dan hanya saya yang membalasnya. Di surat itu tertulis, "Negara kami sedang perang dan hancur. Maukah Anda datang?" Tippit bersedia datang ke negara itu. Saat ini dia rindu untuk mengubah keadaan negara itu dengan kuasa Tuhan. Tippit berkata, dalam batas tertentu, ia ingin tinggal di Liberia. Wakil Presiden Liberia bahkan meminta Tipit kembali ke Liberia untuk membantu membangun kembali negaranya. Langkah selanjutnya ialah melakukan suatu tindakan nyata. "Saya berdoa agar ada orang-orang di Amerika yang Tuhan jamah, yang berkata, `Hei, kami sanggup mengirim beberapa dokter. Hei, kami dapat mengirim beberapa pekerja bangunan. Kami dapat mengirim sesuatu ke sana dan menciptakan suatu perubahan besar` -- tidak hanya dalam bidang sosial, tapi juga dalam bidang kerohanian, seperti yang sudah kami lakukan." (t/Novita dan Dian)
Diterjemahkan dari | : | Mission News, Desember 2007 | Selengkapnya | : | http://www.MNNonline.org/article/10719 |
Pokok doa: