"... Orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan." (Markus 3:13-16)
Panggilan Yesus kepada para murid yang pertama sangat jelas. Mereka dipanggil dan ditetapkan menjadi rasul (apostle berasal dari kata apostello yang berarti utusan). Mereka dipanggil dengan tiga tujuan (Markus 3:14), yaitu:
Untuk menyertai Yesus.
Belajar dari hidup dan pengajaran-Nya sehingga mengerti hati-Nya, kasih-Nya untuk dunia ini, dan strategi-Nya dalam pelayanan. Menyertai Dia untuk mengenal kehendak-Nya, mengetahui apa yang menjadi kehendak-Nya untuk dilakukan, dan mana yang bukan kehendak-Nya untuk tidak kita lakukan. Ini tujuan pertama Yesus memanggil murid-murid-Nya, bukan untuk pelayanan terlebih dahulu. Sebab, di hadapan Tuhan, yang penting adalah "siapa kita" dan bukan "apa yang kita kerjakan".
Untuk memberitakan Injil.
Setelah kita mengenal Dia, mengenal kehendak-Nya, dan siap menaati kehendak-Nya, barulah tugas itu diberikan kepada kita.
Diperlengkapi-Nya dengan kuasa untuk kebutuhan pelayanan itu.
Kedua belas orang yang dipanggil ini adalah orang-orang yang sederhana dan biasa. Puji Tuhan! Ia memanggil orang-orang sederhana dan biasa seperti kita. Tuhan bisa bekerja melalui orang sederhana dan biasa untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang luar biasa dengan cara dan metode yang tidak kaku pula. Kita hanyalah alat-Nya, saluran berkat-Nya.
Belajar tentang Karakteristik Nelayan
Dari kedua belas murid yang adalah orang-orang sederhana dan biasa itu, paling tidak tujuh dari antara mereka adalah nelayan. Mengapa bukan petani, pedagang, atau tukang kayu? Mengapa sebagian besar dari mereka adalah nelayan? Tentu kita tidak tahu dengan pasti rencana Allah di balik semua itu. Akan tetapi, kita bisa belajar dari ciri-ciri latar belakang pekerjaan mereka. Menurut hemat saya, pembentukan karakter dan rohani dalam satu tim tergantung dari karakter sebagian besar anggota tim yang ada, karena pergaulan menjadi salah satu faktor penentu dalam pembentukan karakter kita.
Konsep God uses ordinary people (Allah memakai orang sederhana dan biasa) sering disalahartikan oleh beberapa orang Kristen dalam pekerjaan Tuhan. Sebagaimana juga keselamatan yang diberikan dengan cuma-cuma (Roma 6:23), sering orang Kristen menganggap bahwa keselamatan itu adalah anugerah murahan (cheap grace). Sebenarnya, karena begitu mahalnya keselamatan itu sehingga tidak ada seorang pun yang bisa membayarnya kecuali darah Yesus Kristus, wujud pengorbanan-Nya di kayu salib, maka keselamatan itu diberikan cuma-cuma kepada kita. Walaupun Tuhan memilih orang-orang sederhana dan biasa, Tuhan tidak sembarangan memilih orang atau asal comot dari pinggir jalan.
Menarik sekali kalau kita memerhatikan karakteristik nelayan. Nelayan di berbagai tempat di dunia ini, secara umum, memiliki karakteristik-karakteristik dasar yang juga diperlukan oleh seorang "penjala manusia". Karakteristik tersebut antara lain:
Nelayan memiliki fokus yang jelas.
Apa pun yang dilakukan, nelayan selalu berpikir bagaimana caranya mendapat ikan. Tidur mimpi ikan, berjalan memikirkan ikan. Ikan, ikan, dan ikan. Seorang murid Kristus tulen selalu "berfokus pada jiwa-jiwa terhilang untuk diselamatkan" dalam hal apa pun yang dilakukannya, dalam cara, dan profesi apa pun dalam kehidupannya.
Nelayan terbiasa hidup sederhana.
Seorang pemenang jiwa yang pergi ke "medan pertempuran" tidak bisa membawa barang-barang yang tidak diperlukan dalam "peperangan". Orang yang biasa hidup sederhana akan terbiasa menghadapi penderitaan dan masa krisis. Dalam peperangan rohani, yang kita perlukan adalah bekal-bekal rohani dan jasmani seperlunya. Sering kali, apa yang kita punyai bukannya menjadi bekal, tetapi menjadi beban yang membuat kita mudah terkalahkan.
Nelayan adalah orang yang rajin.
Pada waktu dipanggil, Simon dan Andreas sedang bekerja menebarkan jala di danau (Matius 4:19). Yakobus dan Yohanes juga sedang membereskan jalanya bersama ayah mereka, Zebedeus (Matius 4:21). Untuk mendapatkan hasil kerja yang memuaskan, Tuhan selalu memakai orang-orang yang rajin bekerja keras, berinisiatif, dan kreatif dalam pekerjaan-Nya. Tuhan tidak akan memakai orang yang malas. Tidak ada tempat bagi orang malas dalam kerajaan-Nya, karena orang malas mempunyai banyak alasan dan melakukan hal-hal yang bukannya membangun, melainkan meresahkan banyak orang. "Si pemalas berkata: `Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan.`" (Amsal 22:13) Karena itu, "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." (Amsal 6:6) Dunia mulai letih mendengar khotbah, mereka menantikan bukti nyata dari kasih dengan tindakan kita, tangan yang sedia kotor dan keringat yang dicurahkan, bahkan air mata dan darah dalam kerja keras di ladang-Nya. Bagi orang yang rajin bekerja di ladang Tuhan, tidak ada waktu untuk mengganggu orang lain, tetapi menjadi berkat bagi orang lain.
Nelayan adalah orang yang sabar.
Memenangkan jiwa harus sabar. Nelayan kadang kala harus menanti berjam-jam di tengah danau atau laut untuk mendapatkan hasil. Sabar adalah buah roh, ciri pertama dan terakhir dari definisi kasih (1 Korintus 13:4,7). Sering kali, pekerjaan kita memerlukan waktu yang lama untuk melihat hasil yang kasat mata. Kesabaran menolong kita dalam menghadapi tantangan dan penderitaan. Apalagi di masa krisis, bahkan ketika krisis moral berakibat serangan terhadap orang percaya yang lain. "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32)
Nelayan adalah orang yang berani dalam tugas dan profesinya.
Dalam gelapnya malam atau di tengah-tengah gelombang laut dan badai, nelayan pergi melaut menghadapi risiko bahaya. Perlu keberanian dalam melakukan tugas-Nya. Berani mengatakan kebenaran, berani bertindak benar dalam kebenaran-Nya walau ada harga yang harus dibayar. Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya karena menyatakan kebenaran, Tuhan Yesus selalu disalah mengerti dan dibenci orang yang tidak menyukai kebenaran-Nya. Roh Kudus memberikan keberanian kepada kita dan bukan roh ketakutan (2 Timotius 1:7).
Nelayan tidak bisa melihat ikan di dalam air, tapi beriman akan menangkap ikan yang tidak kelihatan itu.
"Orang benar akan hidup oleh iman" (Roma 1:17). Beriman kepada Tuhan berarti memertaruhkan seantero kehidupan kita kepada-Nya. Berserah dan percaya total kepada-Nya. Rasa aman dan damai sejahtera akan menyertai jika kita dapat senantiasa memercayakan hidup dan pelayanan kita kepada-Nya. Sekarang dan masa depan kita. Kita akan gelisah dan resah jika kita berusaha untuk mengatur diri sendiri menurut kekuatan kita sendiri. Apalagi dalam masa-masa sulit yang kita tidak mengerti ke mana arah jalan hidup ini. Dia memegang hari esok, Dia tahu apa yang akan terjadi dan akan membawa kita ke sana.
Nelayan suka bekerja sama dalam melakukan pekerjaannya.
Saling membantu dan melayani demi tujuan profesi mendapatkan ikan. Penjala manusia harus suka bekerja sama untuk mencapai tujuan akhir yang penting, yaitu jiwa-jiwa yang dimenangkan ke dalam Kerajaan Terang-Nya. Bukannya membangun kerajaan-kerajaan kecil sendiri-sendiri, tapi bersama membangun Kerajaan Allah.
Nelayan adalah orang yang mencintai dan setia kepada profesinya.
Sekalipun pekerjaan itu berat, tapi tidak ada jam kerja tertentu yang mengikat. Kadang melaut pada malam hari dan terkadang melaut dan bekerja pada siang hari. Dalam situasi yang berat pun dia tetap setia. Itu semua dilakukan karena kecintaan dan kesetiaannya terhadap profesinya. Orang yang hebat mudah ditemui. Orang yang fasih lidah dan kaya mudah ditemui. Akan tetapi, sulit menemukan orang yang setia, seperti kata Alkitab: "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6)
Seorang tukang roti jatuh dengan kereta roti yang dikayuhnya ke dalam selokan besar. Orang-orang yang melihat, berlarian mendapatkannya dan bertanya, "Ada apa, Pak? Ada apa?" Dalam kesakitan karena tertimpa gerobak, tukang roti ini menjawab, "Ada roti tawar, ada roti manis, roti cokelat ...." Seorang bapak menyeletuk, "Bukan, maksud kami ada apa, Pak?" Tukang roti menjawab lagi sambil merintih kesakitan, "Oh, ada roti keju, ada roti pisang ...."
Ini hanya cerita yang belum tentu terjadi, tetapi ini menunjukkan bahwa tukang roti itu setia kepada profesinya dalam keadaan apa pun. Dalam musibah dan kesulitan apa pun, seyogianyalah kita meneruskan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepada kita.
"Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." (Kisah Para Rasul 20:24)
Beberapa karakteristik dari nelayan ini paling tidak adalah gambaran karakter dasar yang diperlukan untuk menjadi utusan Injil. Di samping itu, tentu Tuhan akan terus memperlengkapinya dengan kuasa dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk bekerja di ladang Tuhan. Tanpa karakteristik-karakteristik seperti digambarkan di atas, pekerjaan misi hanya akan menjadi misi-misian.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Hati Misi |
Judul artikel | : | Karakteristik Dasar Seorang Misionaris |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Yayasan Andi, Yogyakarta 2006 |
Halaman | : | 131 -- 140 |