Bacaan: Matius 5:13-16; 28:19,20
Pendahuluan
Siapakah yang bertanggung jawab mengabarkan Injil? Pendeta? Majelis? Misionaris? Umumnya orang Kristen menganggap bahwa kewajiban mengabarkan Injil (MI) adalah tanggung jawab para pemimpin Gereja. Alkitab tidak membenarkan anggapan ini. Alkitab tegas menandaskan bahwa:
Semua orang percaya adalah 'garam' atau 'terang dunia' (Matius 5:13-16).
'Kamu akan menjadi saksi-Ku' (Kisah Para Rasul 1:8); 'Kami ini adalah utusan-utusan Kristus' (2 Korintus 5:20).
Teladan orang Kristen pada Gereja mula-mula (Kisah Rasul 8:1,4).
Perintah Yesus Kristus (Matius 28:19-20).
Menyimak kepada keempat butir di atas, jelaslah bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.
Harus diakui bahwa kita sering malas atau segan melaksanakan kewajiban ini. Penyebabnya antara lain adalah:
Sikap tak acuh terhadap keadaan buruk sesama manusia Simaklah: Matius 25:31-46; Markus 9:43-48; Wahyu 20:11-15. Ingatlah:
akan kasih sayang Kristus akan manusia yang hilang (Lukas 19:41-44; Matius 23:37-39).
juga teladan Yeremia dan Paulus (Yeremia 9:1; Roma 9:1-3).
Takut kepada sesama manusia "Takut kepada orang mendatangkan jerat" (Amsal 29:25). Ketakutan kepada sesama manusia bermacam-macam bentuknya, antara lain:
Oleh penyebab seperti dikemukakan di atas, jelas pula betapa kita perlu digerakkan dan diperlengkapi untuk melaksanakan tanggung jawab untuk mengabarkan Injil dengan 'baik'. Pekerjaan di ladang Tuhan memang berat, namun mulia dan indah. Kalau kesadaran akan kemuliaan dan keindahannya mulai berkurang, kita akan segera merasa lelah dan malas melakukan tugas luhur itu.
Kita mengabarkan Injil adalah kepada dunia yang tak acuh, bahkan yang bersikap bermusuhan. Dunia tidak menghargai pelayanan kita, bahkan melawannya. Iblis senantiasa menentang setiap dan segala upaya memasyurkan nama Kristus. Dan dalam perjuangan menghadapi kendala demikian, kita akan mengalami, bahwa kendati roh kita bergelora, daging kita lemah sekali. Banyak orang yang mulai mengabarkan Injil dengan penuh gairah dan semangat, tapi lambat laun kemudian semangat mereka mengendor, dan akhirnya putus asa lalu meninggalkan tugas mengabarkan Injil.
Marilah mengamati 'motivasi-motivasi' yang dapat memacu kita tekun mengajarkan Injil, meskipun semangat kita melemah.
I. Karena kita mempercayai Tuhan Yesus, kita wajib mematuhi semua perintah-Nya.
Orang Kristen berada di bawah Penguasa. Orang Kristen adalah pelayan, bentara dari Tuhan Yesus Kristus, dan sekaligus adalah prajurit. Bila ia diperintah oleh Komandan-nya, ia harus patuh (Matius 8:9). Bila Komandan-nya menyuruh dia 'pergi', dia pun pergi. Komandan kita adalah Yesus Kristus. Ia berfirman kepada kita, pergilah ...' (Matius 28:19).
Marilah mengamati beberapa pokok penting yang terkait pada perintah ini:
II. Mengabarkan Injil adalah bagian dari tanggung jawab melayani Kristus.
Motivasi kedua pemacu dan pendorong mengabarkan Injil bukanlah melulu kewajiban kita terhadap Kristus pribadi yang mengutus kita, tapi juga kewajiban kita terhadap Injil itu sendiri, yang upaya pengkomunikasiannya telah dipercayakan kepada kita. Tentang kewajiban ini Paulus menjelaskan sebagai berikut:
III. 'Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri' berarti juga menyampaikan Injil kepada mereka.
Kasih adalah pelayanan, bukan perasaan saja (Galatia 5:13). Mengasihi berarti mencari dan melayani seseorang demi memberlakukan yang 'terbaik' bagi diri orang itu. Khusus dalam ihwal mengasihi sesama manusia, kita wajib mencari tahu dan mengerti kebutuhan sesama kita dan bersedia memenuhi kebutuhannya itu (lihat Lukas 10:25-37). Menyimak pada Firman Allah, kita dapat mengetahui hal-hal sebagai berikut:
IV. Mengabarkan Injil berarti memuliakan nama Tuhan.
Kualitas utama dan pertama yang mendorong dan memacu Paulus maupun Yohanes melaksanakan tugas mereka sebagai utusan Kristus, ialah kasih yang tulus untuk memuliakan Nama Allah dan Kristus -- keinginan yang utuh dan bulat menghormati Nama itu. Alkitab mencatat 'kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya' (Roma 1:5); dan '... karena nama-Nya' (3 Yohanes 1:7).
Alkitab kadang-kadang menyatakan hal ini dengan istilah bernada 'cemburu'. Kecemburuan adalah keirian terhadap lawan. Apakah hal itu baik atau buruk, tergantung pada kedudukan lawan dalam perkara itu. Misalnya, bagi orang yang sudah menikah, masing- masing -- suami istri -- berhak cemburu apabila ada orang ketiga mengganggu kehidupan pernikahan mereka, karena pernikahan adalah hubungan istimewa, khas dan suci antara suami dan istri (2 Korintus 11:2,3).
Tuhan pun dikatakan cemburu (Keluaran 34:14), karena Dia adalah satu-satunya Tuhan, dan Dia tidak mau berbagi kemuliaan dengan berhala, patung, sesuatu apa dan siapa pun juga (Yesaya 42:8; 45:5; bandingkan Yehezkiel 39:25-29). Justru kita harus berperan dalam 'kecemburuan' Ilahi itu demi nama-Nya, dengan mengupayakan sesama manusia memberikan kehormatan dan kemuliaan itu adalah mutlak hak-Nya seutuhnya (1Raja-raja 19:14; 2 Korintus 11:2-3).
Dalam hal itu unsur kebaktian dan unsur kesaksian terpadu jadi satu. Ada dua aspek dalam kepercayaan diri kita, yang pertama terhadap Allah dan yang kedua terhadap sesama kita. Yang pertama, padu terkait dengan yang kedua. Kedua-duanya tidak terpisahkan. Tidak bisa kita berbakti sungguh-sungguh kepada Tuhan (mengakui dia 'patut' disembah), tanpa kita menginginkan dan mengharapkan sesama kita berbuat yang sama (misal Mazmur 34:4). Tidak bisa kita berbakti tanpa mengharapkan setiap orang yang bertobat akan berbakti juga kepada Tuhan yang telah menyelamatkannya. Karena pengkomunikasian Injil harus dinalar sebagai 'pelayanan keimanan', di mana sang komunikator berlaku sebagi imam yang mempersembahkan para petobat sebagai persembahan kepada Tuhan (Roma 15:16).
V. Mengabarkan Injil mendampakkan 'harta kekal di sorga'.
Banyak orang yang segan mencurahkan tenaganya dalam upaya mengabarkan Injil. Mereka takut menghadapi kesukaran, rugi materi, rugi kesantaian dan hura-hura duniawi. Karena itu mereka menyibukan diri meningkatkan karir dan mengumpulkan uang.
Tapi Tuhan Yesus berkata, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Sementara itu -- yakni sementara kita mencari, mensyukuri dan menyatakan Kerajaan Allah dan kebenarannya, antara lain dengan mengabarkan Injil -- Tuhan dengan tegas berkata, "... Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (Yosua 1:5). Justru kita dapat dengan penuh keyakinan berseru, "Tuhan adalah Penolong-ku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6).
Para Rasul mengalami nyata-nyata dalam hidup mereka kebenaran dari 'semuanya itu akan ditambahkan kepadamu', dan 'janji penyertaan Tuhan', terutama pada ketekunan dan kesetiaan mereka mengabarkan Injil. Karena itu adalah tepat dan berdasar apabila rasul berkata,
"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu" (Ibrani 13:5); dan
"Sebab itu kami tidak tawar hati .... Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan apa yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedang yang tak kelihatan adalah kekal." (2Korintus 4:16-18)
Nampak jelas, bahwa mengabarkan Injil dalam rangka mencari atau menyatakan Kerajaan Allah, mendampakkan harta kekal di sorga -- hal yang patut kita syukuri.
Kesimpulan
Kesempatan mengabarkan Injil terbatas (Yohanes 9:4), sangat erat terkait dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali yang makin dekat (Wahyu 22:12), juga terkait dengan hidup kita sendiri (Yakobus 4:14) dan hidup mereka -- kepada siapa kita berutang berita Injil!
Masalah pokok ialah, apakah kita akan memanfaatkan kesempatan yang sangat terbatas itu untuk memuliakan Tuhan, ataukah hanya untuk kepentingan diri kita sendiri?
Baiklah kita mengingat dan merenungkan, bahwa
"Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, TIDAK LAGI HIDUP UNTUK DIRINYA SENDIRI, TETAPI UNTUK DIA, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." (2Korintus 5:15)
Artikel ini diringkas dari sumber:
Judul Buku : Metode Penginjilan
Judul Artikel: [Bagian 1] Mengabarkan Injil -- Tanggung Jawab Siapa?
Penulis : D.W. Ellis
Penerbit : Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK), 1993
Halaman : 1 - 17
[Cat.Red.: Untuk memperoleh versi lengkap artikel ini, hubungi <webmaster(at)sabda.org> .]