Peperangan antar suku yang semakin meningkat di Afghanistan bagian Barat telah menambah kesulitan penduduknya yang saat ini sedang berjuang menghadapi kemiskinan dan tahun-tahun kekeringan. Graham Strong, perwakilan dari World Vision di Afghanistan mengatakan bahwa pelayanan ini sedang menjangkau orang-orang yang membutuhkan di propinsi Badghis. "Kami lebih memusatkan perhatian kepada masalah keamanan bahan pangan, hidup sehari-hari, sumber air bersih, sanitasi, program kesehatan, dan juga pendidikan. Kami telah berhasil membangun beberapa gedung sekolah dan menyalurkan distribusi makanan ke wilayah-wilayah yang menjadi target World Vision." Tim World Vision berkonsentrasi untuk mencukupi kebutuhan jasmani dari para penduduk dan menghindari bentuk penginjilan langsung.
"Kami telah menciptakan gaya yang ada sekarang ini. Sebagai tim kami memutuskan akan menyatakan iman kami dengan perbuatan. Jika kami mensharingkan iman kami secara verbal, kami tidak hanya menempatkan diri kami dalam bahaya, tetapi kami juga membahayakan hidup para staf nasional."
Sumber: What In The World, May 31, 2003
Sementara perhatian dunia terfokus pada kondisi di Irak, ada seorang penginjil yang berkunjung ke Afghanistan. Dia adalah Sammy Tippit yang baru saja menyelesaikan pelayanan doa syafaat di negara ini. Ia mengatakan bahwa negara ini membutuhkan uluran tangan saudara-saudara seiman.
"Negara ini kekurangan pangan. Negara ini perlu restorasi dan rekonstruksi untuk semua infrastruktur yang ada. Kami memperhatikan bahwa Taliban telah secara terang-terangan menghancurkan sekolah, rumah sakit, dan wilayah-wilayah yang membutuhkan banyak bantuan."
Tippit mengatakan bahwa dia bersukacita saat menjumpai suatu jaringan Kristen di Afghanistan meskipun mereka harus mengadakan persekutuan di bawah tanah. Tippit merencanakan untuk menolong mereka.
"Kami berharap akan dapat mengembangkan siaran radio di negara ini untuk menayangkan khotbah-khotbahnya. Juga, kami ingin dapat mensharingkan tentang sukacita Injil kepada orang-orang Kristen di Afghanistan dan memuridkan mereka. Selain itu, kami merencanakan untuk menyediakan bahan-bahan penginjilan dan pelatihan kepemimpinan."
[Pelayanan di Afganistan ini merupakan follow-up dari pelayanan Sammy Tippit Ministries di Asia Tengah yang diulas dalam edisi minggu lalu.]
Sumber: Mission Network News, April 22nd, 2003
"Di bulan-bulan semenjak rezim Taliban diruntuhkan, kami sering mendengar bahwa banyak orang Afghanistan yang mulai mengenal Kristus," lapor seorang perwakilan dari Open Doors. Salah seorang dari penduduk tersebut adalah Fahmir (bukan nama asli). Dia berasal dari keluarga Mullah (salah satu dari kelompok masyarakat yang terkemuka di Afghanistan). Dia mengenal Yesus melalui kontak dengan seorang Kristen dan membaca Alkitab. Perwakilan Open Doors mengatakan bahwa:
"Menceritakan dan menjadi pengikut Kristus sangatlah berbahaya di Afghanistan. Biasanya saya dan seorang teman bergaul dengan penduduk Afghanistan. Sembari minum teh, kami memasang mata untuk memperhatikan mereka-mereka yang terbuka bagi hal-hal rohani. Lalu kami meluangkan banyak waktu bersama mereka dan melihat siapa di antara mereka yang terbuka bagi Injil. Di suatu wilayah, kami memiliki 200 kontak, dan sekarang kami dapat merintis berdirinya sebuah gereja rumah. Banyak penduduk Afghanistan yang siap untuk mengenal Yesus dan Injil. Beberapa orang dari mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka mengetahui empat atau lima orang yang berpikiran sama dengan mereka -- dan gerakan penginjilan ini pun menyebar."
Sumber: Friday Fax, January 3, 2003.