Info: MENGENALI KEBENARAN
Mengenali Kebenaran membahas bidang-bidang penting dari Teologi Kristen, secara sitematis dan praktis. Dilengkapi dengan tinjauan bagaimana ajaran itu diungkapkan oleh para Teolog dan Pemikir Kristen selama berabad-abad serta mengenai kecenderungan Teologi masa kini. Dilengkapi pula dengan ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar dari pembahasan tersebut.
Dalam versi elektronik, Indeks buku ini dibagi menjadi "Indeks Bagian" dimana kita bisa melihat secara penuh setiap satu bagian, dan "Indeks Bab" dimana kita bisa melihat secara lengkap dan detail setiap satu bab. Sistem pengindeksan semacam ini merupakan standar kami untuk materi berbentuk buku, dan akan Anda temui dalam buku-buku lain.
- YLSA
HAK CIPTA
* VERSI BUKU (TINTA-KERTAS) *
JUDUL : Mengenali Kebenaran
PENULIS : Bruce Milne TAHUN: 1982*
JUDUL ASLI : Knowing The Truth: A Handbook of Christian belief
PENERJEMAH : Connie Item-Corputty TAHUN: 1993*
PENERBIT : PT BPK Gunung Mulia EDISI: 1*
PERCETAKAN : PT BPK Gunung Mulia
COPYRIGHT : PT BPK Gunung Mulia Lihat Halaman Judul di bawah
NOMOR BUKU : BPK/3412/174/93-B
JML HALAMAN : 391
BIBLIOGRAFI : Milne, Bruce. 1993. Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia
BISA DIDAPAT : Di Toko Buku Kristen
Atau hubungi Penerbit PT BPK Gunung Mulia
JL. Kwitang 22-23, Jakarta 10420
* VERSI ELEKTRONIK (SABDA) *
IZIN DARI : PT BPK Gunung Mulia
COPYRIGHT : Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
DIPROSES OLEH: Tim YLSA TAHUN: 1995*
DESKRIPSI :
Buku ini membahas tujuh bidang penting (terdiri dari 36 bab) dari teologi
Kristen, yaitu: Wewenang, Allah, Manusia, Yesus Kristus, Roh Kudus, Gereja,
dan Akhir Zaman. Pada setiap akhir bidang pembahasan terdapat bab-bab penerapan.
Masing-masing bidang memberikan tinjauan mengenai bagaimana ajaran itu
diungkapkan selama berabad-abad dan mengenai kecenderungan teologi masa kini.
Pada setiap akhir bab diberikan daftar ayat-ayat Alkitab yang menyangkut masing-
masing tema dan pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi (penyelidikan) dan daftar
pustaka.
CATATAN YLSA:
Sesuai dengan perjanjian dengan pihak Penerbit, maka kami hanya mengubah bentuk
format teks, tetapi TIDAK MENGEDIT/MENGUBAH ISI dari bahan ini. Kami berusaha
untuk setia kepada naskah aslinya, namun demikian, penilaian dan penggunaan
terhadap isi bahan/buku ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemakai.
- YLSA -
HALAMAN JUDUL
MENGENALI KEBENARAN
Panduan iman Kristen
Bruce Milne
MENGENALI KEBENARAN
Panduan iman Kristen
diterjemahkan oleh Connie Item-Corputty
PT BPK Gunung Mulia Jl. Kwitang 22-23, JAKARTA 10420, IND 1993
Perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan (KDT)
Bruce Milne Mengenali Kebenaran: Panduan iman Kristen/ oleh Bruce Milne; terjemahan oleh Connie Item-Corputty - Cet.1. - Jakarta: Gunung Mulia, 1993. 391 hlm.; 21 cm.
Judul asli: Knowing the Truth: A handbook of Christian belief
ISBN 979-415-755-4
1. Teologi Kristen
2. Item-Corputty, C.
3. Judul
230
MENGENALI KEBENARAN
Panduan iman Kristen
Judul asli: Knowing the Truth: A handbook of Christian belief
Coyright 1982: Bruce Milne
Published by Inter-Varsity Press, 38 De Montfort Street,
Leicester LE1 7GP, England
Hak cipta terjemahan Indonesia
PT BPK Gunung Mulia
Jl. Kwitang 22, Jakarta 10420
Anggota IKAPI
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Rancangan sampul: Sigit S.
Cetakan pertama: 1993
Dicetak oleh
Percetakan PT BPK Gunung Mulia
TEKS KULIT HALAMAN BELAKANG
Sikap anti-teologi sangat berpengaruh dalam kebudayaan Kristen modern, baik di Barat maupun di Timur. Namun sebenarnya sikap ini adalah penyimpangan besar dari naluri Kristen pada abad-abad yang lalu. Lagi pula, mengingat bahwa agama Kristen dalam dasawarsa terakhir abad ke-20 ini menghadapi tantangan dan kesempatan yang luar biasa, maka penolakan teologi hanya membawa bencana. Sebaliknya kita harus mengenali kebenaran iman kita, agar kita mampu mempertanggungjawabkannya secara rasional kepada mereka yang berbeda pendapat serta menerapkannya secara praktis dalam kehidupan kita sehari-hari.
Oleh karena itu, buku panduan ini ditunjukan bukan hanya kepada mahasiswa teologi tetapi kepada semua orang yang ingin tahu lebih banyak tentang iman Kristen. Di dalamnya bidang-bidang penting dari teologi Kristen dibahas secara sistematis dan praktis. Dasar semuanya adalah ajaran Alkitab, dilengkapi dengan tinjauan mengenai bagaimana ajaran itu diungkapkan oleh para teolog dan pemikir Kristen selama berabad-abad dan mengenai kecenderungan teologi masa kini.
BIOGRAFI SINGKAT PENULIS
Dr. Bruce Milne berasal dari Skotlandia. Dia pernah melayani di Gereja Afrika Timur, demikian juga di Inggris. Dia menjadi dosen dalam bidang teologi Alkitab serta sejarah teologi di Spurgeon`s College, London, dan telah menulis beberapa buku.
BPK GUNUNG MULIA
ISBN 979-415-755-4
[Lanjutan 01002]
KATA PENGANTAR
"Tentu saja aku bukan teolog". Betapa sering saya mendengar ucapan ini. Orang yang berkata demikian biasanya bermaksud bahwa berpikir serius tentang kepercayaan Kristen dan berusaha untuk menuangkannya ke dalam bentuk yang teratur adalah tugas para teolog. Sedangkan untuk orang Kristen biasa, kekristenan menyangkut hal-hal praktis saja seperti iman pribadi dengan Tuhan, kasih, kesaksian dan sebagainya. Mungkin saja orang itu mengakui bahwa para teolog ada gunanya, namun dia menganggap bahwa orang Kristen biasa tidak perlu direpotkan dengan mempelajari teologi. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa pelajaran demikian dapat menghambat kehidupan Kristen kalau dikaji terlalu dalam.
Sikap anti-teologi ini sangat berpengaruh dalam kebudayaan Barat kontemporer dan juga mempengaruhi kita di Indonesia. Namun sikap ini adalah penyimpangan besar dari naluri Kristen pada abad-abad yang lalu. Mengingat bahwa gereja Kristen dalam dasawarsa terakhir abad ke-20 ini menghadapi tantangan dan kesempatan yang luar biasa, maka penolakan teologi hanya membawa langsung kepada bencana.
Lalu mengapa pelajaran teologi itu begitu penting?
Pertama-tama, sebenarnya setiap orang Kristen adalah seorang teolog! Arti harfiah dari kata "teologi" adalah `ilmu tentang Tuhan` atau - lebih lengkap lagi - `pikiran dan perkataan yang didasarkan pada pengetahuan tentang Tuhan` (bnd.
Kedua, teologi yang benar adalah kunci untuk mengetahui kebenaran tentang segala sesuatu yang lain. Jika kita ingin mengetahui tentang siapa Tuhan, siapa kita dan apa yang Tuhan kehendaki dari kita, maka kita harus mempelajari Alkitab. Ini berarti mempelajari ajaran-Nya secara keseluruhan, yang berarti pula mempelajari teologi. Dan ini menyangkut semua segi kehidupan Kristen: ibadah (
Tentunya teologi yang benar saja tidak cukup, karena kebenaran-kebenaran ilahi itu harus dilaksanakan dalam praktik. Sayang, itu tidak selalu terjadi, dan inilah salah satu alasan mengapa teologi sering mendapat nama buruk. Jika teologi benar tidak membawa sang teolog kepada kehidupan yang kudus, matang dan penuh kasih, maka ada sesuatu yang sangat tidak beres. Tetapi itu bukanlah alasan untuk mengabaikan atau menolak teologi. Pokok ini digarisbawahi dengan pasal tentang penerapan yang mengakhiri setiap bagian utama buku ini. Apa yang disarankan dalam penerapan itu memang belum lengkap, namun dapat menunjukkan bahwa teologi yang benar adalah dasar bagi kehidupan benar.
Ketiga, pelajaran teologi adalah ungkapan kasih kepada Tuhan dengan pikiran kita (
Keempat, teologi penting karena tidak mungkin memisahkan Yesus Kristus sepenuhnya dari kebenaran yang dinyatakan Alkitab tentang Dia. Tidak ada Kristus lain selain Kristus yang dikenal melalui ajaran-ajaran yang terdapat di seluruh Alkitab. Sebab itu, kesetiaan kepada Kristus tidak bisa tidak akan meliputi keterikatan terhadap kebenaran mengenai Dia. Sebaliknya, jika kita acuh tak acuh terhadap ajaran Alkitab, maka kita tidak setia terhadap Dia.
Keempat alasan di atas saling mengisi. Pesan bersamanya ialah sederhana dan tak terelakkan: teologi itu penting. "Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang terus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." (
Buku panduan ini ditujukan bukan hanya kepada mahasiswa teologi tetapi kepada semua orang Kristen yang berpikir, yang ingin tahu lebih banyak tentang iman mereka. Di dalamnya dibahas bidang-bidang penting dari teologi Kristen sebagaimana yang sudah dirumuskan selama berabad-abad. Dasar semuanya adalah apa yang diajarkan oleh Alkitab, dilengkapi dengan tinjauan mengenai bagaimana ajaran itu diungkapkan selama berabad-abad, dan mengenai kecenderungan teologi masa kini.
Karena tujuan pokok adalah menguraikan ajaran Alkitab, maka pada akhir setiap pasal dalam buku ini diberikan daftar bahan utama dalam Alkitab yang menyangkut masing-masing tema. Mungkin ada pembaca yang lebih suka membaca pasal-pasal Alkitab itu terlebih dahulu sebelum membaca uraian. Juga disajikan pertanyaan-pertanyaan pada akhir tiap pasal untuk merangsang adanya refleksi dan diskusi. Selain itu diberikan juga daftar pustaka tentang setiap pokok bahasan dengan maksud mendorong pembaca untuk belajar lebih lanjut.
Lanjutan 01003 atau Lanjutan 01005
Tim penerjemah
Penerjemah : Ny. Connie Item-Corputty
Penyunting pengelola : Dr. David L. Baker
Penyunting peneliti : Pdt. Martin B. Dainton, M.A.
Pembaca pengoreksi : Ny. Hotmaida T. Hutasoit-Simanjuntak, B.A.
Penyunting teknis : Dra. Lisda T. Gamadhi
Laksmi Hutapea
Renni Setiono
[Lanjutan 01004]
Daftar singkatan ayat-ayat
BIS Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985), juga
disebut "Alkitab Kabar Baik"
bnd. bandingkanlah
dkk. dan kawan-kawan (et al.)
dll. dan lain-lain (etc.)
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya (ff.)
har. terjemahan harfiah
hlm. halaman
IBD The Illustrated Bible Dictionary (IVP, 1980). Buku ini
sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diharapkan
akan terbit dalam waktu dekat (Red. ini sudah terbit) dengan judul
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.
Ibr. bahasa Ibrani
Ing. bahasa Inggris
Lat. bahasa Latin
M Masehi
ps pasal
sM sebelum Masehi
TB Alkitab dalam Terjemahan Baru (1974)
t.t. tanpa tahun terbit
Yun. bahasa Yunani
Nama-nama kitab dari Alkitab disingkatkan sesuai dengan apa yang terdapat dalam TB [Red. tiga huruf pertama], misalnya "Yes" menyebut Kitab Yesaya.
Buku dan artikel lain disebut dengan nama penulis serta tahun terbit, dan keterangan lengkap dapat ditemukan dalam kepustakaan pada akhir setiap pasal atau dalam kepustakaan umum.
Lanjutan 01005
Indeks Buku: MENGENALI KEBENARAN
[Info]
Daftar Bagian
Judul Nomor-Nomor
Prawacana Kata Pengantar dan Lain ................... 01006
Bagian A. Wewenang .................................. 01007
Bagian B. Allah ..................................... 01008
Bagian C. Manusia ................................... 01009
Bagian D. Yesus Kristus ............................. 01010
Bagian E. Roh Kudus ................................. 01011
Bagian F. Gereja .................................... 01012
Bagian G. Akhir Zaman ............................... 01013
Indeks Bagian/Bab: DAFTAR ISI
Judul Nomor-Nomor
Prawacana Kata Pengantar dan Lain ...................... 01006
Bab P1 Kata Pengantar .................................. 01002
Bab P2 Tim Penerjemah .................................. 01003
Bab P3 Daftar Singkatan ................................ 01004
Bab L1 Kepustakaan Umum ................................ 01392
Bagian A. WEWENANG 01007
Bab 1 Arti dan Sumber Wewenang ........................ 01014
Bab 2 Penyataan ....................................... 01022
Bab 3 Alkitab ......................................... 01039
Bab 4 Penerapan ....................................... 01063
Bagian B. ALLAH 01008
Bab 5 Keberadaan Allah ................................ 01068
Bab 6 Allah Tritunggal ................................ 01079
Bab 7 Sifat-sifat Allah ............................... 01089
Bab 8 Karya Penciptaan ................................ 01097
Bab 9 Karya Pemeliharaan .............................. 01110
Bab 10 Penerapan ....................................... 01116
Bagian C. MANUSIA 01009
Bab 11 Watak Manusia ................................... 01121
Bab 12 Manusia Berdosa ................................. 01135
Bab 13 Manusia dalam Anugerah .......................... 01152
Bab 14 Penerapan ....................................... 01163
Bagian D. YESUS KRISTUS 01010
Bab 15 Kemanusiaan Yesus Kristus ....................... 01170
Bab 16 Keilahian Yesus Kristus ......................... 01178
Bab 17 Satu Pribadi .................................... 01193
Bab 18 Pendamaian I: Ajaran Alkitab .................... 01206
Bab 19 Pendamaian II: Perspektif Sejarah ............... 01214
Bab 20 Penerapan ....................................... 01223
Bagian E. ROH KUDUS 01011
Bab 21 Pribadi Roh Kudus ............................... 01233
Bab 22 Roh yang Dijanjikan ............................. 01240
Bab 23 Menjadi Orang Kristen ........................... 01247
Bab 24 Pertumbuhan Kristen ............................. 01260
Bab 25 Roh Kudus pd Masa Kini: Perspektif Sejarah ...... 01272
Bab 26 Penerapan ....................................... 01275
Bagian F. GEREJA 01012
Bab 27 Identitas Gereja ................................ 01280
Bab 28 Kehidupan Gereja ................................ 01299
Bab 29 Pertumbuhan Gereja .............................. 01311
Bab 30 Gereja dalam Sejarah ............................ 01324
Bab 31 Penerapan ....................................... 01336
Bagian G. AKHIR ZAMAN 01013
Bab 32 Kerajaan Allah .................................. 01341
Bab 33 Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya ........... 01349
Bab 34 Keadaan Akhir ................................... 01362
Bab 35 Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen ............. 01379
Bab 36 Penerapan ....................................... 01385
Kepustakaan Umum ......................................... 01392
Indeks Prawacana MENGENALI KEBENARAN
Prawacana KATA PENGANTAR DAN LAIN
Judul Nomor-Nomor
Bab P1 Kata Pengantar .................................. 01002
Bab P2 Tim Penerjemah .................................. 01003
Bab P3 Daftar Singkatan ................................ 01004
Indeks Bagian A: MENGENALI KEBENARAN
Bagian A. WEWENANG
Judul Nomor-Nomor
Bab 1 Arti dan Sumber Wewenang ........................ 01014
Ps 1.1 Arti Wewenang ................................ 01016
Ps 1.2 Sumber Wewenang .............................. 01017
Bab 2 Penyataan ....................................... 01022
Ps 2.1 Arti Penyataan ............................... 01023
Ps 2.2 Kemungkinan Penyataan ........................ 01026
Ps 2.3 Penyataan Umum ............................... 01027
Ps 2.4 Penyataan Khusus ............................. 01033
Bab 3 Alkitab ......................................... 01039
Ps 3.1 Alkitab: Bentuk Nyata dari Penyataan Khusus... 01040
Ps 3.2 Alkitab Sebagai Firman Allah yang Tertulis.... 01042
Ps 3.3 Pengilhaman .................................. 01046
Ps 3.4 Kanon ........................................ 01051
Ps 3.5 Masalah-masalah Lain ......................... 01054
Ps 3.6 Ilmu Tafsir (Hermeneutika) ................... 01057
Bab 4 Penerapan ....................................... 01063
Ps 4.1 Kelahiran Kembali ............................ 01064
Ps 4.2 Memahami Alkitab ............................. 01065
Ps 4.3 Memberitakan Firman .......................... 01066
Ps 4.4 Menaati Alkitab .............................. 01067
Indeks Bagian B: MENGENALI KEBENARAN
Bagian B. ALLAH
Judul Nomor-Nomor
Bab 5 Keberadaan Allah ................................ 01068
Ps 5.1 Alasan-alasan Bagi Teisme Kristen ............ 01069
Ps 5.2 Bukti Rasional tentang Keberadaan Allah ...... 01070
Ps 5.3 Mengevaluasi Pendekatan Rasional ............. 01074
Bab 6 Allah Tritunggal ................................ 01079
Ps 6.1 Ajaran Alkitab ............................... 01080
Ps 6.2 Mengerti Ajaran Ini .......................... 01082
Ps 6.3 Pentingnya Ajaran Ini ........................ 01085
Bab 7 Sifat-sifat Allah ............................... 01089
Ps 7.1 Kemuliaan Allah .............................. 01090
Ps 7.2 Ketuhanan Allah .............................. 01091
Ps 7.3 Kekudusan Allah .............................. 01092
Ps 7.4 Kasih Allah .................................. 01093
Bab 8 Karya Penciptaan ................................ 01097
Ps 8.1 Penciptaan dari yang Tidak Ada ............... 01099
Ps 8.2 Penciptaan yang Berkesinambungan ............. 01100
Ps 8.3 Masalah Bahasa ............................... 01101
Ps 8.4 Usaha Ilmiah ................................. 01102
Ps 8.5 Mujizat ...................................... 01103
Ps 8.6 Masalah Asal Usul ............................ 01104
Ps 8.7 Penciptaan Dunia Rohani ...................... 01106
Bab 9 Karya Pemeliharaan .............................. 01110
Ps 9.1 Jangkauan Pemeliharaan ....................... 01111
Ps 9.2 Pemeliharaan dan Kejahatan ................... 01112
Bab 10 Penerapan ....................................... 01116
Ps 10.1 Keberadaan dan Tabiat Allah .................. 01117
Ps 10.2 Penciptaan ................................... 01119
Ps 10.3 Pemeliharaan ................................. 01120
Indeks Bagian C: MENGENALI KEBENARAN
Bagian C. MANUSIA
Judul Nomor-Nomor
Bab 11 Watak Manusia ................................... 01121
Ps 11.1 Pertanyaan yang Abadi ........................ 01122
Ps 11.2 Manusia dalam Hubungan dengan Allah .......... 01123
Ps 11.3 Manusia dalam Hubungan dengan Dirinya ........ 01126
Ps 11.4 Manusia dalam Hubungan dengan Sesamanya ...... 01128
Ps 11.5 Manusia dalam Hubungan dengan Alam ........... 01130
Ps 11.6 Manusia dalam Hubungan dengan Waktu .......... 01131
Bab 12 Manusia Berdosa ................................. 01135
Ps 12.1 Kejatuhan Manusia ............................ 01136
Ps 12.2 Sifat serta Jangkauan Dosa ................... 01137
Ps 12.3 Pengaruh Dosa ................................ 01140
Ps 12.4 Soal-soal Lain ............................... 01144
Ps 12.5 Perdebatan Akhir-akhir Ini ................... 01146
Ps 12.6 Ringkasan .................................... 01148
Bab 13 Manusia Dalam Anugerah .......................... 01152
Ps 13.1 Yesus Kristus: Allah dan Manusia ............. 01153
Ps 13.2 Orang Kristen: Ciptaan Baru dalam Kristus .... 01156
Ps 13.3 Manusia yang akan Dimuliakan ................. 01159
Bab 14 Penerapan ....................................... 01163
Ps 14.1 Watak Manusia ................................ 01164
Ps 14.2 Manusia Berdosa .............................. 01166
Ps 14.3 Manusia dalam Anugerah ....................... 01168
Indeks Bagian D: MENGENALI KEBENARAN
Bagian D. YESUS KRISTUS
Judul Nomor-Nomor
Bab 15 Kemanusiaan Yesus Kristus ....................... 01170
Ps 15.1 Kehidupan Beragama ........................... 01172
Ps 15.2 Pengetahuan yang Terbatas .................... 01172
Ps 15.3 Pencobaan .................................... 01173
Ps 15.4 Sesudah Kebangkitan .......................... 01174
Bab 16 Keilahian Yesus Kristus ......................... 01178
Ps 16.1 Pernyataan-pernyataan Langsung ............... 01179
Ps 16.2 Kesamaan Yesus dengan Tuhan Allah ............ 01180
Ps 16.3 Bukti-bukti Lain ............................. 01184
Ps 16.4 Kesimpulan ................................... 01189
Bab 17 Satu Pribadi .................................... 01193
Ps 17.1 Perdebatan-perdebatan Awal ................... 01194
Ps 17.2 Beberapa Konsep Penting ...................... 01198
Ps 17.3 Tafsiran-tafsiran modern ..................... 01200
Ps 17.4 Komentar Selanjutnya ......................... 01202
Bab 18 Pendamaian I: Ajaran Alkitab .................... 01206
Ps 18.1 Pendamaian dalam Perjanjian Lama ............. 01207
Ps 18.2 Yesus Sang Mesias ............................ 01208
Bab 19 Pendamaian II: Perspektif Sejarah ............... 01214
Ps 19.1 Tafsiran-tafsiran Objektif ................... 01215
Ps 19.2 Tafsiran-tafsiran Subjektif .................. 01217
Ps 19.3 Tafsiran-tafsiran Modern ..................... 01219
Bab 20 Penerapan ....................................... 01223
Ps 20.1 Pribadi Kristus .............................. 01224
Ps 20.2 Kematian Kristus ............................. 01226
Ps 20.3 Kebangkitan Kristus .......................... 01229
Ps 20.4 Kenaikan Kristus ............................. 01231
Indeks Bagian E: MENGENALI KEBENARAN
Bagian E. ROH KUDUS
Judul Nomor-Nomor
Bab 21 Pribadi Roh Kudus ............................... 01233
Ps 21.1 Ajaran Perjanjian Lama ....................... 01234
Ps 21.2 Ajaran Perjanjian Baru ....................... 01235
Bab 22 Roh yang Dijanjikan ............................. 01240
Ps 22.1 Roh Kudus sebelum Kedatangan Kristus ......... 01241
Ps 22.2 Roh Kudus dan Kristus ........................ 01243
Bab 23 Menjadi Orang Kristen ........................... 01247
Ps 23.1 Anugerah Allah ............................... 01248
Ps 23.2 Persatuan dengan Kristus melalui Roh Kudus ... 01249
Bab 24 Pertumbuhan Kristen ............................. 01260
Ps 24.1 Kepastian .................................... 01261
Ps 24.2 Pengudusan ................................... 01262
Ps 24.3 Ketekunan .................................... 01267
Ps 24.4 Cara dan Tujuan .............................. 01268
Bab 25 Roh Kudus pd Masa Kini: Perspektif Sejarah....... 01272
Bab 26 Penerapan ....................................... 01275
Ps 26.1 Melayani Allah ............................... 01276
Ps 26.2 Hidup di Dunia ............................... 01277
Ps 26.3 Diri Kita Sendiri ............................ 01279
Indeks Bagian F: MENGENALI KEBENARAN
Bagian F. GEREJA
Judul Nomor-Nomor
Bab 27 Identitas Gereja ................................ 01280
Ps 27.1 Kiasan-kiasan tentang Gereja dalam Alkitab ... 01282
Ps 27.2 Ciri-ciri Gereja yang Sejati ................. 01289
Bab 28 Kehidupan Gereja ................................ 01299
Ps 28.1 Ibadah ....................................... 01300
Ps 28.2 Persekutuan .................................. 01302
Ps 28.3 Pelayanan .................................... 01303
Ps 28.4 Kesaksian .................................... 01307
Bab 29 Pertumbuhan Gereja .............................. 01311
Ps 29.1 Firman Allah ................................. 01312
Ps 29.2 Sakramen ..................................... 01315
Ps 29.3 Doa .......................................... 01318
Ps 29.4 Persekutuan .................................. 01319
Ps 29.5 Penderitaan .................................. 01320
Bab 30 Gereja dalam Sejarah ........................... 01324
Ps 30.1 Bentuk-bentuk Organisasi ..................... 01325
Ps 30.2 Perspektif Sejarah ........................... 01329
Ps 30.3 Masa Depan Gereja ............................ 01332
Bab 31 Penerapan ....................................... 01336
Ps 31.1 Pentingnya Gereja ............................ 01337
Ps 31.2 Kehidupan Gereja ............................. 01338
Ps 31.3 Masa Depan Gereja ............................ 01340
Indeks Bagian G: MENGENALI KEBENARAN
Bagian G. AKHIR ZAMAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 32 Kerajaan Allah .................................. 01341
Ps 32.1 Latar Belakang Perjanjian Lama ............... 01342
Ps 32.2 Yesus dan Kerajaan Allah ..................... 01343
Ps 32.3 Ajaran Lain dalam Perjanjian Baru ............ 01344
Ps 32.4 Kerajaan Allah dan Kehidupan Kristen ......... 01345
Bab 33 Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya ........... 01349
Ps 33.1 Istilah-istilah Perjanjian Baru .............. 01351
Ps 33.2 Sifat Kedatangan Kristus yang Kedua Kali ..... 01352
Ps 33.3 Tujuan Kedatangan Kristus yang Kedua Kali .... 01353
Ps 33.4 Waktu Kedatangan Kristus yang Kedua Kali ..... 01355
Ps 33.5 Masalah-masalah yang Terkait ................. 01356
Bab 34 Keadaan Akhir ................................... 01362
Ps 34.1 Kematian ..................................... 01363
Ps 34.2 Keadaan Peralihan ............................ 01365
Ps 34.3 Kebangkitan Orang Mati ....................... 01367
Ps 34.4 Penghakiman .................................. 01368
Ps 34.5 Hukuman yang Kekal ........................... 01371
Ps 34.6 Kehidupan yang Akan Datang ................... 01373
Bab 35 Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen ............. 01379
Ps 35.1 Abad-abad Pertama ............................ 01380
Ps 35.2 Abad Pertengahan ............................. 01381
Ps 35.3 Reformasi .................................... 01382
Ps 35.4 Abad ke-19.................................... 01383
Ps 35.5 Abad ke-20.................................... 01384
Bab 36 Penerapan ....................................... 01385
Ps 36.1 Pengharapan .................................. 01386
Ps 36.2 Kekudusan .................................... 01387
Ps 36.3 Kegiatan ..................................... 01388
Ps 36.4 Sikap ........................................ 01390
Indeks Bab 1: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 1 Arti dan Sumber Wewenang ........................ 01015
Ps 1.1 Arti Wewenang ................................ 01016
Ps 1.2 Sumber Wewenang .............................. 01017
Sb 1.2.a Pengakuan-pengakuan Iman (Kredo) .......... 01017
1.2.b Pernyataan-pernyataan Histori ................ 01018
1.2.c Pikiran Gereja ............................... 01018
1.2.d Pengalaman Kristen ........................... 01019
1.2.e Berpikir secara Kristen ...................... 01019
1.2.f "Kata hati" .................................. 01020
1.2.g Sumber Pokok ................................. 01020
Bahan Alkitab ............................................. 01021
Bahan Diskusi/penelitian .................................. 01021
Kepustakaan ............................................... 01021
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
A. WEWENANG
1. ARTI DAN SUMBER WEWENANG
"Berbicara dalam bahasa lidah hanya hasil emosi. Hal seperti itu terjadi dalam upacara penyembahan berhala dan tidak ada hubungan dengan Roh Kudus."
"Jangan main-main! Ada banyak pasal dalam Alkitab yang menyinggung hal itu. Saya sendiri sering memakai bahasa lidah".
Tidak banyak topik yang lebih sengit diperdebatkan daripada bahasa lidah di antara orang Kristen akhir-akhir ini. Tetapi karena suasana debat yang panas, kita sering tidak sadar bahwa pertentangan yang lebih mendasar terdapat di balik perdebatan itu, yakni pertentangan mengenai wewenang dalam agama Kristen. Apakah wewenang tertinggi adalah pengalaman pribadi kita mengenai Roh Kudus? Ataukah kita harus berpegang kepada ajaran Alkitab saja? Perlukah kita mendengar apa yang dikatakan para psikolog dan antropolog tentang sifat dan pola-pola pengalaman religius?
Pertentangan mengenai wewenang keagamaan juga terdapat di balik pokok-pokok lain yang senantiasa diperdebatkan, seperti keberadaan Allah, reinkarnasi, kebangkitan, aktivisme Kristen dalam bidang politis dan sebagainya. Boleh dikatakan bahwa hampir tidak ada pokok persoalan tentang iman atau perilaku Kristen yang tidak ditentukan oleh keputusan terlebih dulu, yang diambil secara sadar atau tidak, mengenai letak wewenang keagamaan. Dengan mengemukakan soal wewenang, kita mungkin tidak dapat menyelesaikan segala perselisihan, namun mungkin kita dapat menjelaskan tentang pokok-pokok perselisihan yang sesungguhnya; dan dengan demikian mencegah salah pengertian yang tidak perlu.
Setiap pembahasan ajaran dasar Kristen harus bertitik tolak dari sini. Bagaimana kita menentukan apa yang menjadi ajaran Kristen yang tepat? Ke mana harus berpaling untuk penyelesaian perbedaan pendapat kita? Apa yang menjadi tolok ukur kebenaran? Inilah persoalan pertama yang harus mendapat perhatian kita.
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
1.1 Arti wewenang
Wewenang adalah hak atau kuasa untuk mewajibkan kepatuhan. Akhir-akhir ini ada krisis wewenang yang menyebar luas dalam masyarakat, dan satu-satunya wewenang yang diterima oleh banyak orang adalah wewenang yang secara sadar dipilih oleh dirinya sendiri.
Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Seorang Kristen sejati tidak boleh berkata, `Aku tahu pandangan Allah tentang hal ini, tetapi aku tidak merasa wajib untuk menyesuaikan diri dengan pandangan itu`. Mungkin dia pernah melawan kehendak Allah, bahkan kadang-kadang dengan sadar. Tetapi ini selalu dilakukan secara bertentangan dengan pertimbangannya yang lebih baik. Perasaan bersalah yang dirasakannya kemudian akan menyaksikan bahwa wewenang Tuhan tetap berlaku dan terus diakui. Wewenang ada pada Tuhan.
Apabila orang Kristen telah mengerti prinsip ini, maka soal wewenang menjadi soal praktis tentang mencari tahu kehendak dan pikiran Allah dalam setiap masalah yang dihadapinya. Akan tetapi, bagaimana orang dapat menemui Allah dan mengetahui pikiran dan kehendak-Nya? Khususnya, apakah Allah telah menyediakan sumber dari mana kita dapat menimba kebenaran-Nya, dan dengan demikian menempatkan diri di bawah wewenang-Nya?
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
1.2 Sumber wewenang
Selama berabad-abad orang-orang Kristen telah meletakkan wewenang tertinggi dalam berbagai tempat.
a. Pengakuan-pengakuan iman (Kredo)
Beberapa ringkasan kebenaran Kristen dihasilkan pada zaman Kristen mula-mula dan menyatakan intisari iman Kristen pada zaman yang penuh kekacauan teologis itu. Pengakuan Iman Rasuli adalah kredo yang paling tua dan terkenal, yang berasal dari abad ketiga dan meringkaskan iman yang dipelajari calon-calon yang mau menerima baptisan. Isinya dapat dikatakan `rasuli`, walaupun pengakuan itu sendiri tidak ditulis pada zaman para rasul. Pengakuan itu memberikan patokan-patokan yang dapat dipakai dalam penjelasan iman Kristen, namun tak dapat dipakai sebagai sumber akhir dan tolok ukur kebenaran Kristen. Ada dua alasan. Pertama, karena pengakuan ini terlalu umum. Pengakuan itu dapat dipakai untuk menilai pandangan ekstrim, tetapi tidak memberikan keterangan yang cukup jelas tentang ajaran yang disebutkan di dalamnya. Kedua, karena wewenangnya terus terang didasarkan pada sesuatu yang lebih tua dan memiliki wewenang yang lebih mendasar, yaitu ajaran Yesus Kristus serta para rasul-Nya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
b. Pernyataan-pernyataan historis
Beberapa pernyataan iman Kristen dihasilkan pada zaman Reformasi dan sesudahnya. Pernyataan itu lebih lengkap daripada pengakuan-pengakuan kuno, tetapi sekali lagi tidak dapat dilihat sebagai wewenang tertinggi. Pertama, pada umumnya pernyataan itu adalah milik "partai" yang hanya membeberkan pandangan salah satu pihak dari gereja am; dan oleh karena itu mengandung unsur-unsur yang tidak diterima oleh pihak-pihak lain. Selain itu, pernyataan-pernyataan itu bersifat sekunder, yang secara sadar membenarkan penegasan-penegasannya dengan mengacu pada ajaran Alkitab.
c. Pikiran gereja
Menurut pandangan ini, kehadiran Tuhan dalam gereja berarti bahwa pikiran-Nya dapat diketahui dengan meneliti aliran utama dari pemikiran dalam gereja ("pikiran gereja"). Tetapi ada hambatan-hambatan serius untuk menerima pandangan ini. Konsensus orang-orang Kristen sulit untuk dipastikan. Kepada siapa harus kita dengar: para teolog, para pendeta, komisi gereja, pendapat awam umumnya atau siapa? Selanjutnya, kalau pikiran gereja itu adalah wewenang tertinggi, setiap perbedaan pendapat dalam gereja membawa kita pada jalan buntu, karena tidak ada wewenang yang lebih tinggi yang dapat menyelesaikannya. Lagi pula, sudah jelas bahwa konsensus pandangan gereja selama berabad-abad tidak selalu sesuai sepenuhnya dengan "iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (
--------------------
**1**.Menurut gereja Roma Katolik, Kristus mendirikan jawatan mengajar dalam gereja, yang dipegang oleh Petrus dan para penggantinya dalam kepausan: karena itu suara Paus adalah suara Tuhan. Beberapa kesulitan yang disebut di atas berlaku pada pernyataan ini pula. Pandangan Roma itu akan dibahas di bawah: ps 27.2@@.
--------------------
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
d. Pengalaman Kristen
Pandangan ini dimulai dari pengalaman manusia tentang Allah, dan mencoba untuk mengenal ajaran yang dinyatakan dalam pengalaman itu. Banyak teolog yang berpengaruh pada abad ke-19 mengikuti pandangan ini. Namun ada dua keberatan besar terhadap hal ini. Dalam pengalaman manusia tentang Allah, harus dibedakan kebenaran objektif mengenai Tuhan dan pandangan manusia secara subjektif yang serba terbatas dan berpraduga tentang Dia. Untuk itu diperlukan norma yang lebih tinggi daripada pengalaman itu sendiri. Kesulitan ini bertambah besar lagi karena manusia yang berdosa mempunyai pikiran yang berdosa pula. Pandangan ini juga membatasi penyataan kebenaran Kristen, karena tidak memberi kesempatan untuk memikirkan ajaran yang tak dapat dialami langsung, misalnya: ajaran tentang Allah Tritunggal.
e. Berpikir secara Kristen
Menurut pandangan ini, kebenaran Kristen adalah apa yang dapat kita tunjukkan mengenai Allah melalui penalaran. Pernah ada pengikut-pengikut pandangan ini sejak abad ketiga. Memang kita tidak sama sekali membuang pertimbangan-pertimbangan rasional bila kita merumuskan kebenaran Kristen, tetapi nalar tidak cukup sebagai wewenang tertinggi. Persepsi manusia yang telah jatuh dalam dosa mengenai kebenaran sangat terbatas, khususnya di bidang moral dan spiritual. Akal budi makhluk ciptaan tidak sanggup memahami sang Pencipta, lagi pula pendekatan ini selalu gagal memperlihatkan dinamika agama alkitabiah yang otentik.
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
f. "Kata hati"
Beberapa orang menegaskan bahwa Allah langsung berbicara di kedalaman kesadaran dan bahwa "kata hati" ini adalah wewenang tertinggi. Pandangan ini lazim pada masa kini dan sering ditafsirkan sebagai dorongan Roh Kudus. Tentu saja ada unsur kebenaran di dalamnya, karena Roh Kudus memainkan peran penting dalam pengertian Kristen mengenai wewenang, namun pada hakikatnya Ia bekerja di dalam dan melalui Alkitab. Tiap pernyataan pribadi tentang dorongan dari Roh Kudus harus diterima dengan rasa curiga kalau tidak ada acuan pada firman Tuhan yang tertulis ataupun ada dukungan dari pengalaman jemaat. Dalam hal ini ketulusan banyak orang yang yakin telah menerima dorongan tadi jangan sampai menutupi bahaya yang amat besar, bahwa orang dapat menipu diri sendiri. Penipuan diri ini berulang kali menyebabkan kerapuhan spiritual sebagaimana telah terbukti dari catatan-catatan sejumlah penyuluh Kristen.
g. Sumber pokok
Tak satu pun dari pandangan tersebut tadi dapat menerangkan pikiran Allah dan oleh sebab itu tidak dapat dianggap sumber kebenaran Kristen yang berwenang. Namun, masing-masing memberi sumbangan ke arah itu. Pengakuan iman, pernyataan-pernyataan historis dan pikiran gereja menitikberatkan tempat kita dalam gereja Yesus Kristus yang sudah hampir dua ribu tahun umurnya. Jelaslah bahwa kita harus mempertimbangkan kesaksiannya dengan saksama. Pengalaman Kristen mengingatkan kita bahwa teologi tidak bersifat intelektual saja, sedangkan nalar Kristen menuntut agar kita merumuskan teologi menurut cara berkomunikasi yang cocok. Akan tetapi sumber pokok wewenang adalah Allah Tritunggal sendiri sebagaimana Ia menyatakan diri melalui Alkitab. Ada tiga aspek kebenaran ini.
Pertama, Allah mengambil inisiatif. Kita belajar tentang Dia dan langsung masuk di bawah wewenang-Nya karena Ia sendiri memutuskan untuk memperkenalkan diri dan kehendak-Nya kepada kita. Inilah "penyataan diri".
Kedua, Allah telah datang kepada kita dalam Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia. Sebagai Firman abadi dan hikmat Allah, Yesus Kristus menyampaikan segala pengetahuan tentang Allah kepada kita (bnd.
Ketiga, pengetahuan kita tentang Allah datang melalui Alkitab. Ia telah membuat Alkitab ditulis dan melalui kata-kata Alkitab Ia berbicara kepada kita sebagaimana Ia berbicara kepada bangsa-Nya ketika kata-kata itu pertama-tama diberikan. Alkitab harus diterima sebagai firman Tuhan kepada kita dan oleh sebab itu dihormati dan ditaati. Pada waktu kita tunduk kepada wewenangnya, kita menempatkan diri di bawah wewenang Allah yang hidup, yang diperkenalkan kepada kita di dalam diri Yesus Kristus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 1. Arti dan Sumber Wewenang [Indeks]
Bahan Alkitab
Bahan diskusi/penelitian
Kepustakaan (1)
Artikel "Authority" dalam _IBD_.
Henry, C. F. H.
1976 _God, Revelation and Authority_ 1 & 2 (Word).
Heppe, H.
1978 _Reformed Dogmatics_ (Baker).
Ramm, B.
1957 _The Pattern of Religious Authority_ (Eerdmans).
Schaff, P.
1977 _The Creeds of Christendom_ (Baker).
Indeks Bab 2: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 2 Penyataan ............................................. 01023
Ps 2.1 Arti Penyataan ................................... 01023
Sb 2.1.a Manusia adalah Makhluk Ciptaan ................ 01024
2.1.b Manusia Sudah Menjadi Orang Berdosa ........... 01025
Ps 2.2 Kemungkinan Penyataan ............................ 01026
Ps 2.3 Penyataan Umum ................................... 01027
Sb 2.3.a Karya Ciptaan ................................. 01027
2.3.b Pengalaman Moral .............................. 01028
2.3.c Sejarah ....................................... 01029
2.3.d Naluri Religius yang Universal ................ 01029
2.3.e Faktor Dinamis ................................ 01030
2.3.f Fungsi-fungsinya .............................. 01031
2.3.g Keterbatasannya ............................... 01032
2.3.h Ringkasan ..................................... 01032
Ps 2.4 Penyataan Khusus ............................. ...01033
Sb 2.4.a Yesus Kristus ................................. 01033
2.4.b Kitab Suci .................................... 01033
2.4.c Hubungan antara Kedua Bentuk Kenyataan Itu ....01033
2.4.d Bentuk yang Ketiga?............................ 01034
2.4.e Penyataan yang Menyelamatkan .................. 01034
2.4.f Ringkasan ..................................... 01035
Bahan Alkitab .................................................. 01036
Bahan Diskusi/penelitian ....................................... 01037
Kepustakaan .................................................... 01038
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
2. PENYATAAN
2.1 Arti penyataan
Penyataan berarti melepaskan selubung dari hal yang tersembunyi, supaya dapat dilihat dan diketahui apa sebenarnya hal itu. Akar kata yang dipakai dalam Perjanjian Lama, _gala_, berarti keadaan telanjang (bnd.
Istilah-istilah ini menguraikan apa yang tersirat setiap kali Alkitab berbicara tentang Allah yang berfirman atau berhubungan dengan manusia. Agama Alkitab adalah agama penyataan; suatu iman yang didasarkan atas penegasan bahwa Allah telah mendatangi manusia dan menyatakan diri-Nya. Kalau manusia hendak mengenal Allah maka penyataan sangat diperlukan berdasarkan dua alasan yang saling mengisi.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
a. Manusia adalah makhluk ciptaan
"Pada mulanya Allah menciptakan ... manusia" (
Perbedaan ini tidak mutlak, karena manusia dijadikan "menurut gambar dan rupa Allah". Allah berkomunikasi dengan manusia (
Perbedaan dalam keberadaan ini meliputi perbedaan dalam hal mengetahui. "Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
b. Manusia sudah menjadi orang berdosa
Kebutuhan manusia akan penyataan menjadi makin besar karena keadaannya sebagai orang yang berdosa. Kejatuhan dalam dosa telah mempengaruhi setiap segi keberadaannya, khususnya pengertiannya tentang realitas moral dan spiritual. Dosa membuat manusia buta dan bodoh mengenai perihal Allah (
Oleh karena itu, tak ada jalan menuju pengetahuan sejati tentang Allah melalui persepsi intelektual dan moral manusia. Satu-satunya jalan menuju pengetahuan akan Allah bagi manusia adalah jika Allah rela menempatkan diri-Nya dalam jangkauan persepsi manusia dan memperbarui pengertiannya mengenai dirinya yang berdosa. Maka, jika manusia ingin mengenal Tuhan dan mendapatkan dasar yang cukup untuk pemahaman dan pengalaman Kristen, penyataan itu mutlak perlu.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
2.2 Kemungkinan penyataan
Oleh karena Allah adalah Pencipta, maka tidak mengherankan apabila Allah menyatakan diri kepada manusia yang diciptakan-Nya agar mereka mengetahui rencana-Nya dalam penciptaan. Dan karena manusia jelas adalah makhluk yang responsif dan mampu mengadakan hubungan, agaknya tujuan Allah ketika menciptakan manusia meliputi semacam hubungan dan respons terhadap diri-Nya. Hubungan serta respons seperti itu memerlukan suatu bentuk penyataan; penciptaan itu sendiri rupanya juga menyangkut penyataan. Rasanya tidak masuk akal kalau Pencipta yang jelas bijaksana dan cerdas akan membiarkan makhluk-makhluk-Nya meraba-raba dalam kegelapan mengenai keberadaan-Nya tanpa usaha dari pihak-Nya untuk menyatakan diri-Nya.
Selanjutnya, kalau kita yakin bahwa Allah Pencipta itu penuh kasih, maka kemungkinan akan terjadinya penyataan menjadi kuat sekali. Orang tua yang menyayangi anaknya tidak akan sengaja pergi jauh supaya tidak tampak oleh anaknya, hingga ia berkembang tanpa mengetahui bahwa ia mempunyai orang tua. Memang kita tidak dapat menyamakan kasih manusia dengan kasih Allah, namun kita dapat menganggap adanya taraf kesamaan yang cukup untuk mengatakan bahwa Allah yang mahakasih pasti akan menyatakan diri kepada mereka yang dikasihi-Nya. Namun senantiasa harus diingat bahwa kesanggupan manusia untuk memahami dan menarik keuntungan sepenuhnya dari penyataan menjadi sangat terbatas karena kejatuhannya ke dalam dosa, sebagaimana akan terlihat di bawah ini.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
2.3 Penyataan umum
Para teolog biasanya membedakan antara dua cara penyataan: yang "umum" dan yang "khusus". Penyataan umum adalah penyataan Allah kepada semua orang di mana-mana. Ada bermacam-macam bentuk dan ciptaan.
a. Karya ciptaan
Dalam
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
b. Pengalaman moral
Menurut
Bahan Alkitab ini membenarkan pandangan bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya kepada semua orang dalam pengalaman moral mereka. Tentu saja tidak semua tata susila manusia adalah sama dengan yang lain. Allah menyatakan diri-Nya kepada orang bukan Kristen dalam hati nuraninya, tetapi hal itu tidak berarti bahwa mereka mengetahui kehendak Allah dengan sempurna, karena mereka juga sudah jatuh ke dalam dosa. Dosa mengakibatkan kebebalan moral yang mengacaukan kesadaran manusia akan Allah dan kehendak-Nya. Karena itu, suara hati nurani orang bukan Kristen jelas bukan seratus persen "suara Tuhan dalam batin". Namun demikian, Allah telah menyatakan diri. Di balik semua pengalaman moralnya, manusia mempunyai semacam kesadaran bahwa kewajiban berbuat baik dan menolak kejahatan mencerminkan kehendak Tuhan Allah yang tertinggi, yang kepada-Nya manusia harus memberikan pertanggungjawaban.
Hal ini tidak "membuktikan" keberadaan Allah: sama seperti penyataan umum dalam ciptaan juga tidak membuktikannya. Lebih tepat dikatakan, Alkitab menegaskan bahwa Allah sebenarnya menyatakan diri kepada semua orang dalam dimensi-dimensi tertentu dari pengalaman mereka, terlepas dari apakah ini dapat dibuktikan dengan penalaran atau tidak.
Ada dua segi lain dari penyataan umum yang kadang-kadang disinggung, walaupun dasarnya dalam Alkitab kurang jelas.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
c. Sejarah
Pernah dikatakan, bahwa Allah dalam arti tertentu menyatakan diri-Nya melalui proses penghakiman sebagaimana tercermin dalam timbul tenggelamnya bangsa-bangsa dan negara-negara adikuasa.
d. Naluri religius yang universal
Dikatakan pula bahwa naluri religius manusia yang universal itu memperlihatkan sesuatu dari penyataan diri Allah kepada manusia. Pandangan ini sering didukung dengan mengacu kepada
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
e. Faktor dinamis
Penyataan Allah bukan sesuatu yang terlepas dan objektif seperti benda yang dipamerkan di museum. Penyataan Allah bersifat dinamis dan berkesinambungan. Allah berulang kali menyatakan diri dan manusia berulang kali menentang, menutupi dan menyalahgunakan penyataan itu (
Seorang yang berkali-kali menolak penyataan Allah pada akhirnya dapat hilang kesanggupan untuk mengenal dan menyambut-Nya. Alkitab memang mengenal "manusia duniawi" yang tidak menunjukkan pengertian akan realitas Allah. Tetapi Alkitab menegaskan bahwa Allah adil, Ia menyatakan diri kepada semua orang pada saat atau saat-saat tertentu dalam petualangan hidup mereka. Bila seseorang menolak terang itu dan hatinya dikeraskan, mungkin terang itu akan diambil dari orang itu.
Karena manusia berdosa senantiasa menunjukkan reaksi melawan penyataan Allah, walaupun penyataan ini membuktikan kebaikan dan kasih Allah terhadapnya, maka benarlah komentar mendalam bahwa kita manusia adalah orang bebal (
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
f. Fungsi-fungsinya
Jika penyataan umum menunjukkan kekurangan seperti tersebut di atas, apa gunanya penyataan itu?
Pertama, penyataan umum memantapkan masyarakat dengan memberi sanksi khusus kepada hukum moral. Pengertian tentang kewajiban moral, yang membedakan antara baik dan jahat, dengan mana kejahatan terkendalikan dan kehidupan manusia pada umumnya diperbolehkan berfungsi dengan lumayan tanpa dilanda oleh ledakan kejahatan yang tak terkendali, pada akhirnya hanya dapat ada berkat penyataan Allah, walaupun ini hampir-hampir tidak diakui oleh manusia.
Kedua, penyataan umum menyatakan kesalahan manusia. Allah bukan tidak menyatakan diri. Dalam pengalaman hidup Ia bersabda kepada semua orang. Bila terang yang diberikan-Nya dipadamkan, maka kegelapan yang kemudian timbul adalah tanggung jawab manusia sendiri. "Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong" (
Kebenaran ini terutama penting untuk penginjilan Kristen. Setiap orang dihadapkan kepada Allah dan oleh sebab itu harus bertanggung jawab atas kealpaannya memelihara hubungan sejati dengan Dia. Injil memperkirakan adanya kesalahan universal ini pada manusia. Sudah tentu, pada akhirnya manusia akan dihakimi menurut pengetahuan serta kesempatan yang diperolehnya; yang jelas tidak sama bagi setiap orang (
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
g. Keterbatasannya
Ada keterbatasan pada penyataan umum. Rupanya penyataan umum tidak cukup bagi Adam sebelum jatuh ke dalam dosa, karena Allah harus langsung berbicara kepadanya sebelum ia mengerti apa kehendak-Nya (
Jadi, karena penyataan umum tidak cukup, maka diperlukan penyataan lanjutan yang lengkap. Agar manusia dapat mengenal Dia, maka Allah masih memberi kesaksian lagi tentang diri-Nya secara khusus.
h. Ringkasan
Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya. Manusia hidup di dalam dunia Allah sebagai makhluk, setiap saat ia hidup di hadapan Allah. Kendatipun pengaruh dosa membutakan, namun manusia tidak dapat menuntut tidak adanya penyataan ilahi. Melalui penyataan umum Allah telah memperlihatkan sebagian dari hakikat-Nya serta rencana-Nya kepada manusia.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
2.4 Penyataan khusus
Yang dimaksudkan dengan penyataan khusus ialah cara-cara Allah menyatakan diri dengan lengkap dan jelas yang jauh melebihi penyataan umum. Penyataan itu berpusat pada mujizat penjelmaan, dan diketahui melalui kata-kata Alkitab yang diilhami Allah. Dengan demikian, penyataan khusus dapat mengambil berbagai bentuk.
a. Yesus Kristus
Yesus Kristus adalah Firman Allah yang abadi yang "menjadi manusia dan diam di antara kita" (
b. Kitab Suci
Alkitab akan dibicarakan dalam pasal berikut. Di sini hanya akan disebut penegasan bahwa Alkitab mencatat ucapan Allah kepada makhluk-Nya (
c. Hubungan antara kedua bentuk penyataan itu
Kedua bentuk ini tidak dapat dipisahkan. Kristus, Firman yang menjelma menjadi manusia, dikenal melalui firman Allah yang tertulis, yaitu Alkitab. Mengenal Kristus sudah tentu adalah pengalaman yang lebih kaya daripada mengenal ajaran Alkitab tentang Dia. Namun Kristus yang dikenal melalui pengalaman pribadi adalah Kristus yang disaksikan oleh Alkitab. Tidak ada Kristus lain. Respons kepada Kristus yang membawa keselamatan berarti terikat kepada-Nya, sesuai dengan kesaksian Alkitab tentang Dia.
Sebaliknya, firman yang tertulis tidak dapat dipisahkan dari Firman yang terjelma itu. Alkitab hanya dapat ditafsirkan dengan tepat kalau penafsir bermula dari iman yang hidup dalam Kristus, yang merupakan tema pokok, puncak dan pusat penyataan Alkitab tentang pribadi dan rencana Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
d. Bentuk yang ketiga?
Ada penulis yang berbicara tentang bentuk ketiga dari penyataan khusus, yaitu kesaksian orang Kristen tentang Injil, yang meliputi pemberitaan formal dan segala bentuk kesaksian atau pengajaran informal. Walaupun tidak setaraf dengan Kristus dan Alkitab, namun kesaksian Kristen ini menghubungkan bentuk-bentuk utama penyataan khusus itu dengan pengalaman pada masa kini, sama seperti terjadi pada zaman para rasul (
e. Penyataan yang menyelamatkan
Penyataan khusus merupakan kemajuan yang sangat besar atas penyataan umum. Jauh lebih banyak rahasia Allah yang tersingkap melalui salib Yesus daripada melalui langit yang diterangi beribu-ribu bintang. Meskipun demikian, penyataan khusus melalui Kristus dan Alkitab masih belum cukup untuk mendapatkan pengetahuan yang lengkap dan memuaskan tentang Allah, disebabkan oleh kodrat manusia. Sekiranya Adam tetap tidak berdosa, maka penyataan khusus sudah cukup sekali, sama seperti sebelum kejatuhan (
Menurut keajaiban anugerah Allah, memang itulah sifat penyataan khusus-Nya dalam Kristus dan Alkitab. Alkitab mencatat penyataan diri Allah yang makin lama makin jelas serta rencana penyelamatan-Nya bagi manusia. Penyataan berpusat pada salib, di mana Kristus mati untuk dosa kita (
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
f. Ringkasan
Ada dua bagian penyataan Allah: penyataan umum kepada semua orang terutama melalui alam dan melalui suara hati; dan penyataan khusus dalam Yesus Kristus dan Alkitab. Penyataan khusus itu harus dibagi lagi. Oleh sebagian orang penyataan khusus ini ditolak, sedangkan yang lain menerimanya melalui karya Roh Kudus yang memampukan mereka percaya kepada Kristus. Apabila kita menerimanya, maka terjadilah penyataan sesungguhnya yang membawa kita kepada pengetahuan sebenarnya tentang Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
Bahan Alkitab
Penyataan secara umum:
Kebutuhan manusia akan penyataan
Penyataan umum:
Penyataan khusus:
Karya Roh Kudus:
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Mengenali Kebenaran -- Bab 2. Penyataan [Indeks]
Kepustakaan (2)
Artikel "Revelation" dalam _IBD_.
Berkouwer, G. C.
1955 _General Revelation_ (Eerdmans).
Henry, G. F. H.
1959 _Revelation and the Bible_ (Tyndale Press).
1976 _Revelation and Authority_ 1 & 2 (Word).
Kuyper, A.
1963 _Principles of Sacred Theology_ (Eerdmans).
McDonald, H. D.
1980 _What the Bible says about the Bible_ (Kingsway).
Morris, L.
1976 _I Believe in Revelation_ (Hodder).
Packer, J. I.
1965 _God Has Spoken_ (Hodder; edisi ke-2, 1979).
Pinnock, C.
1971 _Biblical Revelation_ (Moody Press).
Ramm, B.
1961 _Special Revelation and the Word of God_ (Eerdmans).
Indeks Bab 3: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 3 Alkitab ............................................... 01040
Ps 3.1 Alkitab: Bentuk Nyata dari Penyataan Khusus ........ 01040
Sb 3.1.a Allah Merendahkan Diri ........................ 01040
3.1.b Penyataan Dalam Bentuk Kata-kata .............. 01040
3.1.c Kebenaran Berdasarkan Analogi ................. 01041
3.1.d Keuntungan Penyataan Tertulis ................. 01041
Ps 3.2 Alkitab sebagai firman Allah yang Tertulis ....... 01042
Sb 3.2.a Pandangan Yesus terhadap Perjanjian Lama ...... 01042
3.2.b Pandangan Para Rasul thd Perjanjian Lama ...... 01043
3.2.c Kata-kata dan Ajaran Yesus .................... 01043
3.2.d Wewenang Khusus Para Rasul .................... 01044
3.2.e Allah Sendiri Menyapa Manusia mll Alkitab ..... 01045
Ps 3.3 Pengilhaman ...................................... 01046
Sb 3.3.a Cara Pengilhaman .............................. 01047
3.3.b Teori-teori Pengilhaman ....................... 01048
3.3.c Dua Istilah yang Berkaitan Dgn Pengilhaman .... 01049
3.3.d Ulasan Akhir .................................. 01050
Ps 3.4 Kanon ............................................ 01051
Sb 3.4.a Kanon Perjanjian Lama ......................... 01052
3.4.b Kanon Perjanjian Baru ......................... 01053
Ps 3.5 Masalah-masalah Lain ............................. 01054
Sb 3.5.a Tidak Dapat Khilaf ............................ 01055
3.5.b Tidak Salah ................................... 01055
3.5.c Sesuai Dengan yang Asli ....................... 01055
3.5.d Kesulitan-kesulitan ........................... 01056
Ps 3.6 Ilmu Tafsir (Hermeneutika) ....................... 01057
Sb 3.6.a Penafsiran Secara Wajar ....................... 01057
3.6.b Penafsiran Menurut Kitab Suci ................. 01058
3.6.c Penafsiran Oleh Roh ........................... 01059
3.6.d Penafsiran Secara Dinamis ..................... 01060
Bahan Alkitab .................................................. 01061
Bahan Diskusi/penelitian ....................................... 01062
Kepustakaan .................................................... 01062
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
3. ALKITAB
3.1 Alkitab: Bentuk nyata dari penyataan khusus
Penyataan khusus dari Allah sampai kepada kita di dalam dan melalui Alkitab. Di sana kita belajar tentang Yesus Kristus dan bertemu dengan-Nya. Alkitab merupakan dasar dan norma bagi seluruh pemberitaan dan pengajaran Kristen. Oleh sebab itu, Alkitab dapat disebut bentuk nyata dari penyataan khusus. Ini menimbulkan berbagai-bagai dampak.
a. Allah merendahkan diri
Manusia mengetahui tentang Allah karena Dia berkenan merendahkan diri untuk berkomunikasi dengan kita. Seperti orang dewasa yang berbicara dengan anak kecil, Allah menyesuaikan bahasa dan ungkapan-Nya dengan kemampuan kita. "Seperti pengasuh terhadap bayi, Allah berbicara kepada kita" (Calvin; bnd.
b. Penyataan dalam bentuk kata-kata
Penegasan bahwa Allah telah berbicara melalui kata-kata dalam Alkitab adalah sesuai dengan perkiraan Kristen akan adanya Allah yang tidak diciptakan, yang berpribadi. Ia sanggup sepenuhnya untuk berkomunikasi dengan makhluk milik-Nya yang rasional dan yang dapat berbicara, pada tingkat daya tangkap mereka sendiri, yaitu dengan bahasa. Seandainya kita menolak kemungkinan penyataan lisan, seperti yang dilakukan beberapa orang, maka berarti kita menolak realitas Allah sang Pencipta. Dia yang membentuk mulut, masakan tidak berbicara (bnd.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
c. Kebenaran berdasarkan analogi
Allah menyatakan diri kepada manusia dengan menggunakan prinsip analogi, di mana sesuatu dalam bidang pengalaman dan bahasa tertentu dipakai untuk menjelaskan sesuatu di bidang lain. Dalam hal penyataan khusus, manusia pada satu pihak memperhatikan pengalaman Allah tentang diri-Nya serta ungkapan abadi tentang diri-Nya, dan pada pihak lain pengalaman manusia serta ungkapannya mengenai pengalaman itu. Allah memilih unsur-unsur dari pengalaman serta bahasa manusia yang dapat dipakai sebagai analogi yang relevan untuk pengalaman dan ungkapan diri-Nya sendiri. Hanya Dia yang mengenal diri-Nya sendiri, dan sebagai pencipta dan penebus Ia juga mengenal manusia, dan oleh sebab itu dengan kuasa mutlak Ia dapat menentukan titik-titik pertemuan, di mana bidang pengalaman-Nya benar-benar tercermin dalam bidang pengalaman kita. Ungkapan nyata dari penyataan diri Allah yang berupa analogi ini adalah Alkitab.
Tentu saja bahasa analogi tidak mencerminkan secara lengkap kebenaran yang diungkapkan dalam bentuk analogi itu. Manusia tetap manusia yang terbatas, dan bahasa Alkitab tetap bersifat manusiawi. Tidak semua kebenaran Allah yang dapat diungkapkan dengan cara itu. Alkitab sendiri membedakan antara "hal-hal yang tersembunyi", yang diperuntukkan bagi Allah, dan "hal-hal yang dinyatakan" yang diperuntukkan "bagi kita dan anak-anak kita sampai selama-lamanya" (
d. Keuntungan penyataan tertulis
Allah dalam hikmat-Nya yang besar memberikan kepada manusia dokumen tertulis yang berisi penyataan-Nya. Kuyper mencatat empat keuntungan dari adanya laporan tertulis:
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
3.2 Alkitab sebagai firman Allah yang tertulis
Salah satu cara untuk menyatakan keyakinan bahwa Allah sendirilah yang berbicara dalam Alkitab, adalah dengan menyebut Alkitab sebagai "firman Allah". Konsep ini terdapat dalam Alkitab sendiri. Perjanjian Lama berbicara tentang firman Allah yang kreatif (
Dalam kebudayaan Yunani klasik, kata _logos_ (`firman`) diartikan sebagai prinsip rasional yang mempersatukan semesta alam. Pada dasarnya, _logos_ menyampaikan pikiran tentang karya Allah untuk menyatakan diri. Orang Kristen menggunakan istilah ini untuk keseluruhan Alkitab, karena ingin mengikuti sikap Yesus terhadap Perjanjian Lama.
a. Pandangan Yesus terhadap Perjanjian Lama
Yesus mengutip dari Perjanjian Lama sebagai sumber otoritatif (
Ia menganggap sejarah dalam Perjanjian Lama itu benar, termasuk adanya para bapa leluhur (
Yesus menerima nubuat Perjanjian Lama (
Walaupun sebagai Allah yang menjelma Yesus mempunyai kuasa penuh dari Allah, namun Dia tidak pernah menggunakan wewenang pribadi-Nya melawan wewenang Perjanjian Lama. Ia memang menambahkan ajaran baru dan memberi tafsiran baru (bnd.
Pokok yang terakhir itu sangat berarti. Yakin bahwa Dia adalah Mesias yang ditunggu-tunggu, dan bahwa melalui Dia kerajaan Allah akan datang, maka Yesus menyesuaikan peranan mesianik-Nya dengan ajaran Perjanjian Lama. Perjanjian Lama itu meyakinkan Yesus bahwa Ia akan ditolak dan harus menderita, dan Perjanjian Lamalah yang mendorong-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan akhirnya menyerahkan diri kepada kengerian kayu salib (
Sudah barang tentu hubungan unik antara Yesus dan Bapa-Nya menjamin adanya bimbingan pada tiap tahap hidup-Nya. Namun, pengarahan intuitif ini jelas didukung dan dilengkapi dengan rencana ilahi bagi pelayanan Mesias yang tertera dalam Perjanjian Lama.
Hal ini penting dalam menghadapi keberatan-keberatan yang lazim dikemukakan terhadap penegasan di atas mengenai sikap Yesus terhadap Perjanjian Lama. Pernah dikatakan bahwa Yesus mengacu kepada Perjanjian Lama yang dianggap mempunyai wewenang dalam soal-soal agama pada waktu itu, karena hanya dengan cara demikian ajaran-Nya dirasakan lebih berbobot oleh orang-orang sezaman-Nya. Pendapat ini dibuktikan salah dengan cara Yesus membiarkan firman tertulis itu mengarahkan misi-Nya; dengan cara Ia memakai Perjanjian Lama untuk melawan Iblis di padang gurun (
Juga pernah dikatakan bahwa keyakinan Yesus dalam hal ini sama dengan keyakinan dan pola-pola pikir masyarakat dan kebudayaan pada zaman-Nya, bahwa memang hal "penjelmaan" mencakup hal penyesuaian diri demikian; karena itu sebenarnya keyakinan Yesus tidak begitu ber pengaruh dewasa ini. Akan tetapi, pandangan itu adalah berdasarkan asumsi yang sama sekali tidak beralasan, yaitu: karena _kita_ ditempa menurut aksioma dan norma-norma masyarakat, maka pasti Yesus demikian juga. Tetapi sebenaranya belum tentu hal itu berlaku mengenai tokoh sejarah mana pun yang agung, karena kehebatan tokoh itu justru terletak pada hal mempertanyakan asumsi-asumsi generasinya. Apabila Yesus terikat erat pada pandangan masyarakat-Nya mengenai soal dasar wewenang agama, berarti Dia kalah cemerlang dengan tokoh-tokoh sejarah lain.
Pandangan tersebut juga gagal memperhitungkan kesaksian Alkitab tentang apa yang terjadi dalam peristiwa kedatangan Kristus, yaitu bukan munculnya kesadaran manusiawi yang terikat oleh waktu seperti manusia biasa, tetapi pengambilan kodrat manusia oleh Dia yang adalah Firman dan hikmat Allah yang abadi (
Pada dasarnya soal itu lebih bersifat moral daripada akademis. Jika orang berpandangan lebih rendah terhadap sifat ilahi Perjanjian Lama daripada Yesus sendiri, bagaimanakah atau berdasarkan hak apa orang itu dapat mengakui-Nya sebagai Guru dan Tuhan? (
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
b. Pandangan para rasul terhadap Perjanjian Lama
Para rasul mengacu kepada Perjanjian Lama untuk memberi wewenang pada ajaran mereka dan senantiasa mengemukakan iman Kristen sebagai penggenapan Perjanjian Lama (
Para rasul sadar akan wewenang khusus mereka sebagai pendiri-pendiri gerakan baru (bnd.
c. Kata-kata dan ajaran Yesus
Yesus jelas yakin bahwa kata-kata-Nya berkuasa dan berwenang secara unik (
Para rasul mengakui kuasa ilahi kata-kata Yesus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
d. Wewenang khusus para rasul
Yesus sengaja memilih orang-orang tertentu untuk menjadi murid-murid-Nya (
Para rasul menegaskan bahwa mereka langsung mengalami wewenang dan pengetahuan unik (
Pandangan itu mengenai ajaran dan pemberitaan para rasul berlaku bukan hanya untuk penyataan lisan, tetapi untuk tulisannya juga. Ujian kebenaran adalah "apa yang kukatakan dalam surat" (
--------------------
**1**.TB "tulisan-tulisan yang lain" menerjemahkan Yun. tas loipas grafas dan
kata graf-biasanya menyebut kitab-kitab Perjanjian Lama.
--------------------
Kadang-kadang dikatakan bahwa argumentasi tadi tidak berujung pangkal, karena membuktikan wewenang Alkitab dengan cara mengacu pada ayat-ayat Alkitab. Sebagian respons kami terhadap tantangan ini tercakup dalam alasan terakhir di bawah ini, yang kami kemukakan untuk mendukung wewenang Alkitab. Di sini kami tekankan kesulitan menentukan letaknya wewenang tertinggi kecuali dengan mengacu pada apa yang berwenang tertinggi itu sendiri; karena jika kita mengukur wewenang itu dengan memakai pengukur lain, maka pengukur lain itu menjadi wewenang yang tertinggi. Prinsip ini juga berlaku bagi bidang-bidang ilmu yang lain. Yang dapat kami kemukakan ialah bahwa ajaran Kristen tentang wewenang adalah sesuai dengan fakta bahwa penulis-penulis Alkitab sendiri sering mengacu pada Alkitab. Dengan demikian, Allah yang berbicara dalam Alkitab secara konsisten merupakan wewenang tertinggi.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
e. Allah sendiri menyapa manusia melalui Alkitab
Banyak orang Kristen mengakui Alkitab sebagai firman Allah, terutama karena Allah sendiri berbicara kepada mereka melalui Alkitab itu. Ia berbicara dengan kata-kata Alkitab sedemikian rupa sehingga tiap keragu-raguan mengenai asal, sifat serta wewenang ilahinya hilang sama sekali. Akhirnya, hanya Allah yang dapat menjadi saksi yang memadai bagi diri-Nya sendiri. Segala kesaksian lain, seperti bukti sejarah atau pun ke-simpulan filsafat hanya mempunyai nilai sekunder.
Jutaan orang Kristen dari tiap generasi bersaksi bahwa ketika mereka membaca Alkitab atau mendengar uraian daripadanya, maka mereka tergerak untuk mengakui kuasa yang melekat padanya. Calvin melihat hal ini sebagai pekerjaan Roh Kudus yang memberi kesaksian ilahi mengenai Alkitab, dan dia menyebutnya "kesaksian batin dari Roh Kudus" yang "lebih kuat dari bukti apapun".
Orang Kristen yang mengenal "kesaksian batin" ini akhirnya hanya dapat bersaksi bahwa memang demikian halnya. Alkitab datang kepada kita dengan kuasa karena merupakan firman Allah yang menyentuh kita sampai ke lubuk hati. Di dalamnya kita menjumpai keagungan suatu panggilan tanpa syarat yang hanya dapat digambarkan sebagai suara dan firman Allah, Pencipta dan Penebus kita. Apabila ada tuduhan subjek-tivisme, maka kita dapat menjawab sebagai berikut:
Meskipun unsur subjektif harus ada jika wewenang yang dipersoalkan benar-benar pribadi (Allah menyapa _aku_), namun kesaksian Roh Kudus menuntun orang dari dirinya menuju suatu wewenang objektif yakni Alkitab tertulis. Dengan demikian, kalau orang Kristen membela "kesaksian batin" ini, ia tidak berbicara tentang pengalaman batin diri sendiri, tetapi mengutip Alkitab.
"Kesaksian batin" ini bukan soal pribadi, tetapi hal yang biasa bagi umat Allah. Persekutuan Kristen adalah bendungan terhadap subjek-tivisme, yang diambil dari pengalaman kesaksian Roh Kudus.
Kesaksian ini lazim di antara orang Kristen pada tiap zaman dan tiap kebudayaan dan pada tiap tingkat pemahaman. Allah tidak menggantungkan wewenang firman-Nya pada kesimpulan para ahli. Firman itu bersifat am, penuh kasih dan kemurahan sebagaimana yang kita harapkan dari Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus.
Ajaran wewenang ini adalah pandangan Kristen ortodoks, yang didukung secara implisit maupun eksplisit oleh tulisan-tulisan para teolog terkemuka dari gereja hampir setiap zaman.
Ada juga pengukur objektif terhadap ajaran ini berupa bukti sejarah dan bukti lain. Memang ada orang yang berpendapat bahwa tidak konsisten, bahkan tidak relevan, untuk mengemukakan bukti-bukti untuk memperkuat wewenang kesaksian Roh Kudus. Akan tetapi Perjanjian Baru sendiri memberi bukti rasional dan historis untuk mendukung keyakinan Kristen itu (
Tuduhan mengenai subjektivisme menjadi pudar di hadapan kesaksian Roh Kudus yang begitu menyentuh hati dan persuasif. Allah telah berbicara dan masih berbicara dengan kata-kata Alkitab. Setiap orang yang langsung ikut serta dalam penginjilan serta pemeliharaan orang Kristen baru, akan melihat bagaimana orang-orang itu terdorong secara naluri untuk mempelajari dan mematuhi Alkitab (bnd. analogi Petrus tentang susu bagi bayi yang baru lahir,
Para kritikus wewenang Alkitab tidak dapat melawan hal ini. Bagaimanapun kuatnya alasan mereka dan bagaimanapun canggihnya pertimbangan yang mereka kemukakan, semuanya akan tumbang di hadapan karya Roh Kudus yang penuh kuasa, pada waktu Ia menghidupkan generasi baru dan menanamkan di hati mereka kesadaran akan wewenang ilahi yang terdapat dalam Alkitab.
Akhirnya, kita mengakui wewenang Alkitab sebagai firman Allah karena tidak ada pilihan lain. Desakan datang dari luar diri manusia, dan kita tidak dapat berbuat lain kecuali membiarkan Allah bertindak sebagai Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
3.3 Pengilhaman
Bila dibicarakan bagaimana penyataan diri Allah telah diungkapkan dalam kata-kata Alkitab, maka istilah yang dipakai ialah "ilham" atau "pengilhaman". Istilah ini menyebut kegiatan Roh Allah yang mengawasi para penulis Alkitab, sehingga tulisan mereka menjadi salinan firman Allah kepada manusia. Mengatakan bahwa Alkitab "diilhami" searti dengan mengatakan bahwa Alkitab adalah penyataan diri Allah yang berwenang. Sesungguhnya pengilhaman ilahi memberi kepada Alkitab wewenangnya yang ditegaskan kembali oleh Roh Kudus. Sebab itu semua alasan yang dipakai untuk membuktikan wewenang Alkitab yang unik sebagai firman Allah, juga merupakan alasan yang mendukung pengilhamannya.
Setiap orang Kristen sejati sepakat bahwa Alkitab diilhami. Tetapi ada perbedaan pendapat tentang _cara _pengilhaman itu dan dampaknya bagi wewenang dan keterandalan kata-kata Alkitab sebagaimana adanya sekarang.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
a. Cara pengilhaman
Pengilhaman berarti Allah langsung terlibat dalam penulisan Alkitab. Seberapa jauh pengaruh ilahi itu terjadi?
Tiga perikop penting dari Perjanjian Baru
Yohanes 10:34-46 mencatat diskusi tentang pemakaian kata "Allah" dalam Perjanjian Lama, dalam hal ini
Pengakuan Yesus akan wewenang dan pengilhaman ilahi seluruh Perjanjian Lama sudah disebutkan di atas. Hal yang sama berlaku bagi tulisan Perjanjian Baru, sebagaimana ditunjukkan oleh:
Dengan demikian, seluruh Alkitab yang sampai kepada kita ditegaskan sebagai hasil pengilhaman ilahi, naskah yang dihembus nafas Allah.
Nabi-nabi Perjanjian lama
Pengertian mengenai bagaimana pengilhaman ini berpengaruh pada penulis-penulis Alkitab dapat diperoleh dengan mempelajari nabi-nabi Perjanjian Lama.
Inti pengilhaman kepada nabi diungkapkan dalam
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
b. Teori-teori pengilhaman
Sejumlah teori telah dikemukakan dalam usaha menggambarkan bagaimana Tuhan menghasilkan Alkitab.
Dikte (imla)
Teori ini dalam bentuk ekstrim menduga bahwa sebenarnya para penulis manusia tidak terlibat dalam menghasilkan Alkitab. Mereka hanya seperti mesin tik atau alat rekam manusiawi yang dilalui firman Allah dalam jalannya sampai pada himpunannya dalam kitab suci.
Contoh para nabi di atas yang menekankan peranan Allah mungkin mendukung teori dikte ini. Tetapi teori ini tidak memadai sepenuhnya, karena tidak menampung faktor manusia yang juga disebut dalam Alkitab, misalnya "orang berbicara" (
Cara pengilhaman yang tidak langsung terdapat dalam Injil Lukas, yang ditulis karena "aku mengambil keputusan" (
Jadi cara pengilhaman Alkitab umumnya tidak membiarkan pribadi serta niat para penulis manusianya dilampaui. Tidak benar bahwa mereka hanya seperti mesin tik. Pandangan "dikte" tidak didukung oleh teolog Protestan mana pun yang bertanggungjawab, sejak zaman Reformasi sampai pada masa kini.
Penyesuaian
Menurut pandangan ini, dalam proses pengilhaman, Allah menyesuaikan diri dengan keterbatasan para penulis. Ahli-ahli yang menganggap bahwa Alkitab banyak mengandung kekhilafan sering memperjuangkan teori ini. Menurut mereka kekhilafan manusia tak terelakkan karena Allah berkenan menyesuaikan diri pada keterbatasan manusia yang menulisnya. Sama seperti cahaya yang menembus kaca berwarna menjadi berwarna, begitu pula penyataan ilahi muncul dalam Alkitab diwarnai oleh keterbatasan penulisnya. Tetapi teori ini langsung bertentangan dengan pandangan Alkitab sendiri serta keyakinan orang Kristen yang diperoleh dari Roh Kudus, yakni bahwa Alkitab itu berasal dari Allah dan andal.
Pengawasan
Ini variasi dari teori penyesuaian dan menampung wawasan baik dari kedua alternatif tadi tanpa kelemahannya. Teori ini menyatakan bahwa dalam proses pengilhaman, Allah secara berdaulat mengawasi dan mengatur latar belakang, warisan keturunan dan keadaan sekitar masing-masing penulis. Sebagai akibat, pada waktu penulis-penulis itu mencatat kejadian, renungan atau khotbah, walaupun mereka secara sadar menggunakan kata-kata mereka sendiri namun kata-kata itu sekaligus merupakan firman Allah.
Kata-kata mereka yang diilhami itu dengan demikian jelas merupakan kepunyaan mereka sendiri dan langsung membahas situasi sekeliling mereka, namun dalam pemeliharaan Allah sekaligus merupakan bagian firman Allah kepada bangsa-Nya pada tiap zaman. Jadi perumpamaan kaca berwarna itu masih dapat dipakai, tetapi dengan arti lain. Boleh dikatakan bahwa jendela kaca berwarna itu sengaja dirancang oleh arsiteknya dengan tujuan supaya terang yang menembus kaca dan membanjiri katedral mendapat corak warnanya dari kaca berwarna itu. Dengan demikian firman Allah yang datang kepada bangsa-Nya dibentuk justru melalui kualitas orang-orang yang menyampaikannya, yang dibina oleh Allah khusus untuk tujuan itu.
Pernah dikatakan sebagai keberatan terhadap pandangan ini bahwa dosa manusia tidak diperhitungkan. Bagaimana jurang pemisah yang begitu besar antara Allah dan manusia dapat dijembatani sehingga manusia dapat mengeluarkan perkataan Allah sendiri? Sebagai jawaban dapat dikemukakan bahwa orang yang dipilih Allah untuk menyatakan kebenaran-Nya bukanlah "alami" melainkan orang yang telah diperbarui oleh Roh-Nya dan terhisap dalam hubungan dengan Dia. Walaupun para penulis Alkitab tetap orang berdosa sampai mati, namun itu tidak meng-hambat mereka menjadi alat penyampaian kebenaran ilahi. Mereka diawasi secara unik oleh Allah yang Mahakuasa, yang melalui Roh Kudus menguasai segala unsur yang mempengaruhi peran mereka.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
c. Dua istilah yang berkaitan dengan pengilhaman
Verbal
Istilah "verbal" berarti bahwa para penulis Alkitab tidak hanya diilhami dalam gagasan-gagasan umum, tetapi juga dalam perkataan yang mereka gunakan. Ini tidak sama dengan teori pengilhaman melalui "dikte". Sebenarnya, penegasan mengenai perkataan para penulis Alkitab hanya berlaku untuk tulisan asli mereka, bukan versi yang ada sekarang, yang merupakan turunannya. Namun dalam praktek perbedaan antara yang asli dengan versi Alkitab yang ada sekarang bersifat teoretis saja (lihat di bawah: ps 3.5.c).
Lengkap
Kata "lengkap" (Ing. _plenary_) menunjukkan bahwa pengilhaman berlaku bagi seluruh Alkitab. Allah menyebabkan seluruh Alkitab ditulis, bukan hanya bagian-bagian di mana pengilhaman itu nyata sekali. Ini tidak berarti bahwa semua bagian sama pentingnya dalam menjelaskan berita Alkitab. Dalam sebuah lukisan, bisa saja figur di tengah lebih penting dibanding dengan rincian latar belakangnya. Kendatipun demikian, kedua-duanya adalah hasil karya sang seniman dan masing-masing memberi sumbangan pada lukisan itu secara keseluruhan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
d. Ulasan akhir
Alkitab merupakan kitab yang diilhami oleh Allah secara langsung dan berdaulat, dan karena itu harus dipatuhi sebagai firman-Nya yang hidup, yang ditujukan kepada kita. Jika kita mengakui wewenangnya, maka pada saat itu pun kita harus mengakui dua hal, yakni bahwa firman Allah itu diilhami dan bahwa kita harus memperlakukannya dengan penuh hormat dan kepatuhan. Memegang pandangan lain daripada itu berarti melawan ajaran Alkitab.
Tentu saja selalu akan ada unsur misteri yang menyelubungi cara bagaimana Alkitab terjadi. Hal ini seharusnya tidak mengherankan, karena karya Allah terhadap makhluk-Nya sering diliputi oleh misteri. Begitupun penjelmaan merupakan misteri, karena manusia tidak pernah sanggup menjelaskan dengan tuntas bagaimana kodrat ilahi dan manusiawi dapat bersatu dalam pribadi Yesus Kristus yang satu itu. Namun misteri perbuatan Allah dalam kedua kasus itu tidak menghambat orang dalam percaya dan bersukacita karena kebenarannya.
Pada akhirnya, soal pengilhaman itu tergantung pada kepercayaan tentang Allah. Orang yang mengaku Allah "yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
3.4 Kanon
Istilah kanon berasal dari kata Yunani _kanon_ yang berarti `peraturan` atau `patokan`. Kata ini muncul dalam Perjanjian Baru, misalnya
Ada beberapa ulasan umum. Pengertian tentang suatu kitab suci pada dasarnya mengikat kita pada gagasan kanon, yakni suatu kumpulan tulisan berwenang dengan batas-batas yang persis. Gagasan ini terdapat dalam Alkitab sendiri (
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
a. Kanon Perjanjian Lama
Ada kesan dalam Perjanjian Lama bahwa kelima kitab Taurat (Pentateukh) diterima resmi pada waktu dini (misalnya
Rupanya jarang terjadi perselisihan paham antara orang Yahudi dari zaman mana pun mengenai isi kanon itu. Perjanjian Lama versi Yunani memuat beberapa kitab dari Apokrifa, tetapi rupanya tak satu pun di antaranya diakui di Palestina. Tidak ada bukti bahwa kitab-kitab Apokrif pernah diakui atau diterima oleh agama Yahudi secara resmi, baik di Palestina maupun di Alexandria, dan orang Yahudi zaman sekarang hanya menerima apa yang orang Kristen sebutkan Perjanjian Lama sebagai kitab suci mereka.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
b. Kanon Perjanjian Baru
Pada zaman rasuli tambahan pada kanon Perjanjian Lama belum dirasakan perlu. Ada sedikit-sedikitnya dua sebab:
Oleh karena lokasi gereja-gereja yang terpencar, maka pengumpulan dan pengakuan kitab-kitab Perjanjian Lama membutuhkan waktu yang cukup lama.
Meskipun demikian, pada zaman para rasul ada faktor-faktor tertentu yang menunjukkan bahwa kelak akan muncul kumpulan tulisan yang berwenang. Keprihatinan gereja untuk mempertahankan tradisi-tradisi mengenai Yesus menunjukkan kesadaran mereka tentang sifat normatif dari misi Yesus dan, berhubungan dengan itu, tentang sifat normatif dari catatan tertulis mengenai misi itu. Kesadaran itulah yang mendasari penulisan keempat kitab Injil. Selain itu gereja-gereja sangat menghormati surat-surat para rasul. Paulus, misalnya, membubuhi tanda tangannya pada suratnya untuk memperkuat wewenang rasulinya (
Petunjuk lain akan munculnya kanon Perjanjian Baru datang dari penulis-penulis Kristen dari masa langsung sesudah rasul-rasul. Para bapa gereja membedakan antara wewenang tulisan-tulisan mereka dengan wewenang utama dari tulisan-tulisan para rasul.
Usaha paling dini yang diketahui untuk membuat daftar kitab-kitab kanonis adalah "kanon Muratori" dari sekitar tahun 175 M. Daftar lengkap yang paling dini dibuat oleh Eusebius (meninggal tahun 340). Ia membedakan antara kitab-kitab yang diterima secara umum dan yang diterima oleh mayoritas jemaat-jemaat (sebanyak enam buah). Dasar sangsi terhadap enam kitab ini penting: kitab-kitab itu tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan salah satu sumber rasuli. Hal ini menunjukkan bahwa gereja menjaga supaya kitab-kitab kanon memberi kesaksian langsung dan otentik tentang kebenaran-kebenaran pokok iman Kristen. Jadi bahaya justru terletak dalam hal tidak mengikutsertakan kitab-kitab kanonis bukan dalam hal mengakui kitab-kitab bukan kanonis. Dapat dipahami bahwa pada umumnya orang enggan mengakui Kitab Wahyu sebagai kitab kanonis; beritanya agak terselubung dan orang yang berpandangan ekstrim sudah mulai menggunakan lambang-lambangnya untuk memperjuangkan pandangan fantastis. Tetapi menjelang akhir abad keempat, gereja mencapai kesepakatan mengenai kitab-kitab dalam kanon Perjanjian Baru.
Dengan membaca sepintas lalu kitab-kitab Apokrifa Perjanjian Baru sudah cukup untuk memperlihatkan perbedaannya dengan kitab-kitab Perjanjian Baru. Perlu disadari bahwa dalam proses kanonisasi, gereja tidak ingin memaksa wewenangnya atas beberapa di antara sekian banyak dokumen yang beredar di antara kelompok-kelompok Kristen. Seperti Newton tidak menciptakan gaya berat tetapi hanya menemukannya, begitu pula gereja tidak menciptakan kanon Perjanjian Baru tetapi mengakui dan mendefinisikannya. Dalam tulisan-tulisan ini dan hanya di situ, gereja yang dipimpin oleh Roh Allah mendengar suara otentik dari Gembalanya yang Baik (
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
3.5 Masalah-masalah lain
Jika Alkitab adalah wewenang tertinggi yang diilhamkan Allah sampai pada kata-kata yang dipakai para penulis aslinya, seberapa jauhkah harus diakui kebenaran dan keterandalan pernyataannya?
a. Tidak dapat khilaf
Bila dikatakan bahwa Alkitab "tidak dapat khilaf" (Ing. _infallible_), berarti bahwa pernyataannya tidak menyesatkan. Penegasan Alkitab adalah benar dan patut dipercaya, yang secara tidak langsung berbeda dengan kata-kata manusia yang bisa khilaf. Ditegaskan bahwa Alkitab tidak menyesatkan karena merupakan kesaksian Allah sendiri. Namun istilah ini dalam hubungannya dengan Alkitab harus didefinisikan dengan cermat dengan mengacu kepada sifat tulisan-tulisan Alkitab yang ada.
Alkitab "tidak dapat khilaf" dalam beritanya secara keseluruhan. Ini jangan diartikan bahwa ayat-ayat tertentu dapat khilaf, tetapi bahwa setiap pernyataan tidak dapat khilaf apabila dimengerti dalam konteks seluruh Alkitab. Kalau misalnya kita mengutip secara tersendiri pertanyaan Yakobus, "Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (
Alkitab "tidak dapat khilaf" berkaitan dengan maksud yang terkandung dalam pikiran si penulis.
Pokok-pokok di atas sebenarnya mengatakan bahwa Alkitab hanya tidak dapat khilaf kalau ditafsirkan dengan tepat. Tentu saja tidak mungkin setiap tafsiran ayat Alkitab atau Alkitab secara keseluruhan bersifat "tidak dapat khilaf". Intinya ialah bersepakat dengan Yesus bahwa "Kitab Suci tidak dapat dibatalkan" dan "firman-Mu adalah kebenaran" dan dengan cermat menuruti isi Alkitab seperti Dia. Bila Allah berbicara, ucapan-Nya tidak khilaf.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
b. Tidak salah
Istilah "tidak salah" (Ing. _inerrant_) sering dipakai seiring dengan "tidak dapat khilaf" dan juga merupakan akibat wajar dari pengilhaman ilahi. Kalau Alkitab telah diawasi sampai pada kata-katanya oleh Allah yang benar, pastilah tidak akan salah. Jadi apabila Alkitab menentukan isi ajaran Kristen (doktrin) atau pola kehidupan (etika) ataupun mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi (sejarah), itu adalah benar. Sekali lagi harus ditegaskan di sini bahwa tingkat "tidak salah" tergantung pada apa yang mau diajarkan oleh penulis yang bersangkutan. Bila suatu ayat Alkitab ditafsirkan sesuai dengan maksud penulisnya selaras dengan ayat-ayat Alkitab lain, maka kebenarannya akan jelas terlihat.
c. Sesuai dengan yang asli
Ungkapan "sesuai dengan yang asli" (Ing. _as originally given_) sering dipakai untuk mengakui bahwa kita tidak memiliki naskah asli Alkitab. Pemeliharaan Allah yang secara berdaulat mengatasi kesulitan dan mengilhamkan catatan firman Allah kepada manusia yang tak bersalah dan tak dapat khilaf, tidak sampai menjamin ketidak-khilafan salinan-salinan dan terjemahan-terjemahan yang ada dalam tangan kita sekarang.
Pandangan tentang wewenang yang diuraikan di atas tidak terpengaruhi oleh hal itu. Penelitian terhadap sejumlah besar naskah yang masih ada menunjukkan bahwa naskah-naskah itu tidak jauh berbeda dengan aslinya. Pekerjaan menyalin dilakukan dengan penuh tanggung jawab karena penyalin percaya bahwa aslinya bersifat ilahi. Salah seorang ahli yang telah meneliti naskah-naskah Alkitab beserta versi-versinya secara terinci menyimpulkan bahwa oleh pemeliharaan Allah secara luar biasa, teks Alkitab diturunkan kepada kita dalam keadaan begitu murni, sehingga bahkan edisi paling tidak kritis dari naskah Yunani dan Ibrani, atau terjemahan yang paling buruk ataupun yang paling berat sebelah, tidak memudarkan secara efektif berita Alkitab sejati atau mengurangi kuasanya untuk menyelamatkan (Bruce 1943). Ahli lain telah memperkirakan bahwa jumlah ketidaktentuan dalam pengetahuan tentang kata-kata aslinya hanya mencapai kurang dari seperseribu dari teks Perjanjian Baru.
Hal itu memberi kesaksian objektif bahwa Roh Allah tidak menyesatkan orang bila Ia bersaksi dalam gereja sekarang mengenai wewenang ilahi salinan-salinan itu. Dengan menggunakan ungkapan "sesuai dengan aslinya" orang menjaga agar tidak menuntut terlalu banyak untuk suatu naskah dan mendorong para ahli untuk terus mencari naskah yang lebih murni dan lebih andal.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
d. Kesulitan-kesulitan
Pandangan tentang Alkitab yang digambarkan di atas tanpa terlalu banyak kesulitan dapat dibuktikan sebagai ajaran ortodoks tentang wewenang Alkitab, yang berabad-abad telah didukung oleh mayoritas orang Kristen, secara tidak langsung melalui praktiknya dan secara langsung melalui pengakuan-pengakuan dan tulisan-tulisan teologis.
Akan tetapi, selama tiga abad terakhir pandangan ini sering dipersoalkan. Perdebatan terus-menerus terjadi dalam enam bidang, yaitu:
Pembicaraan panjang lebar mengenai pokok-pokok ini akan membutuhkan satu buku bagi masing-masing pokok (lihat kepustakaan pada akhir pasal ini). Tetapi berikut ini tercantum beberapa pokok umum yang dapat kami sampaikan.
Banyak kesulitan dapat dipecahkan dengan menegaskan batas-batas mana Alkitab dapat dikatakan "tidak dapat khilaf" dan "tidak salah".
Penelitian tulisan-tulisan yang bersangkutan akan menunjukkan bahwa tidak ada satu pun masalah yang dikemukakan oleh orang yang menyangkal bahwa Alkitab "tidak dapat khilaf" yang tidak dapat dijawab.
Kesulitan-kesulitan tersebut tidak dikemukakan hanya oleh ahli-ahli modern. Banyak di antaranya dihadapi oleh para bapa gereja mula-mula dan kemudian oleh para reformis serta tokoh-tokoh Puritan, yang sering menemukan penyelesaian yang memuaskan.
Janganlah kita segera menerima tuntutan ahli-ahli yang mengatakan telah menemukan bukti-bukti yang melawan pernyataan Alkitab. Sejarah kritik Alkitab penuh bertebaran dengan tuntutan demikian yang setelah diteliti lebih lanjut ternyata tidak benar. Misalnya, cerita-cerita Perjanjian Lama tentang para bapa leluhur Israel pernah disebutkan sebagai dongeng belaka oleh beberapa ahli. Tetapi sekarang dihadapkan bukti nyata bahwa isi Kitab Kejadian sangat cocok dengan sejarah dan kebudayaan di Asia Barat kuno sekitar dua ribu tahun sebelum Masehi; maka pandangan tersebut harus dibuang.
Ada beberapa masalah yang belum terpecahkan. Dalam hal seperti itu kita harus menunggu sampai ada pemecahan yang memuaskan. Sementara itu, perlu dijaga jangan sampai suatu masalah tertentu yang belum terpecahkan membuat kita ragu-ragu tentang ajaran Alkitab secara keseluruhan, atau mengaburkan kesaksian Allah sendiri mengenai firman-Nya melalui Roh.
Harus diingat, ajaran tentang wewenang Alkitab merupakan salah satu dari tumpukan ajaran iman Kristen. Sama seperti segala ajaran lain, ajaran ini juga menuntut kepercayaan dari pihak kita, yaitu penyerahan dengan iman yang berkesinambungan dengan iman Yesus Kristus dan para rasul-Nya serta dengan gereja Kristen yang historis. Kita tidak mengharapkan akan menerima keterangan mengenai segala pikiran, perkataan dan perbuatan Yesus sebelum kita percaya pada ketidak-berdosaan yang membuat-Nya layak menjadi Juruselamat; kita tidak mengharapkan akan menerima pernyataan yang ditandatangani para saksi mata sebelum kita percaya dan bergembira atas kebangkitan-Nya; demikian pula kita tidak perlu menunggu sampai setiap masalah dipecahkan sebelum kita percaya pada kebenaran Alkitab yang tidak salah itu dan mengabdikan diri di bawah wewenangnya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
3.6 Ilmu tafsir (hermeneutika)
Sebagaiman telah dikatakan di atas, soal "tidak dapat khilaf" tidak bisa dipisahkan dari soal menafsirkan Alkitab. Pernah terjadi ada orang yang menyatakan bahwa tafsiran-tafsiran yang tidak pasti dan bahkan yang eksentrik bersifat "tidak salah". Mengingat bahwa Alkitab bersifat "tidak dapat salah" kalau ditafsirkan dengan benar, maka kita bertanya: prinsip-prinsip apa yang harus membimbing tafsiran-tafsiran kita? Atau dengan istilah teknik, apa hermeneutika yang benar? Ada empat prinsip utama.
a. Penafsiran secara wajar
Alkitab harus ditafsirkan secara wajar (Ing. _historico-grammatical method_, yakni metode berdasarkan sejarah dan tatabahasa). Menurut prinsip ini, yang terpenting dalam tafsiran suatu ayat atau perikop adalah arti wajarnya. "Yang wajar" harus dibedakan dengan "yang harfiah", yaitu cara baku yang tidak memperhatikan kiasan, metafora, gaya sastra dan lain-lain. Sebagai contoh, kalimat "mata Tuhan menjelajah seluruh bumi" (
Alkitab harus ditafsirkan menurut artinya yang asli. Firman Allah asli dialamatkan pada keadaan-keadaan tertentu. Orang harus mengetahui sedapat mungkin tentang keadaan asli dan arti firman bagi orang dalam keadaan asli itu, sebelum menerapkan firman pada keadaan masa kini.
Alkitab harus ditafsirkan menurut bentuk sastranya. Firman Allah terdiri dari berbagai bentuk sastra: puisi, prosa, perumpamaan, alegori (misalnya
Alkitab harus ditafsirkan menurut konteksnya. Latar belakang suatu ayat atau ucapan dari Alkitab harus diperhatikan dalam penafsiran yang tepat. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pembagian dalam pasal dan ayat tidaklah terdapat dalam naskah Alkitab asli.
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
b. Penafsiran menurut Kitab Suci
"Patokan yang tidak dapat khilaf untuk menafsirkan Alkitab adalah Alkitab sendiri. Sebab itu, kalau ada persoalan mengenai pengertian yang sebenarnya dan selengkapnya dari suatu bagian Alkitab, maka kejelasan harus dicari melalui bagian-bagian lain yang berbicara dengan lebih jelas" (Pernyataan Iman Westminster). Prinsip ini, yang secara teknis dikenal sebagai prinsip penyelarasan, mengakui kesatuan dan kemantapan Alkitab yang berasal dari satu-satunya penulis yang ilahi. Prinsip ini dapat diperluas dengan sejumlah sub-prinsip.
Alkitab harus ditafsirkan menurut tujuan Alkitab. Ini berlaku bagi Alkitab secara keseluruhan (
Alkitab harus ditafsirkan dengan penjelasan dari bagian lain yang temanya sama. Prinsip ini dipakai kalau membaca buku pelajaran mana pun: pembaca menyelidiki apakah pokok yang sulit dijelaskan penulis di tempat lain. Misalnya beberapa ketidakjelasan dalam Kitab Wahyu dapat dimengerti jika dihubungkan dengan nubuat-nubuat dalam bagian Alkitab lain.
Alkitab harus ditafsirkan dengan penjelasan yang datang kemudian dan lebih lengkap. Penyataan Alkitab semakin berkembang mengikuti penyataan diri Allah serta maksud-maksud-Nya kepada umat-Nya. Khususnya, Perjanjian Baru menafsirkan Perjanjian Lama. "Kristus menggenapkan hukum" dan karenanya Perjanjian Lama harus ditafsirkan dalam terang penggenapan ini. Begitu juga surat-surat para rasul menafsirkan kitab-kitab Injil, karena dari pengajaran rasulilah dapat kita lihat seluruh tujuan Allah, yang mencapai puncaknya dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Komentar Calvin mengenai Surat Roma adalah nasihat yang masuk akal: "Kalau orang memahaminya, jalan yang pasti terbuka baginya untuk menuju pengertian seluruh Alkitab".
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
c. Penafsiran oleh Roh
Alkitab hanya dapat ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus. Pengertian sejati tidak mungkin bagi kita secara alami, tetapi merupakan pemberian Allah (
Prinsip hermeneutis yang ketiga ini mengandung tantangan spiritual yang mendalam. Roh Allah adalah kudus; karena itu, apa yang dimengerti oleh seseorang dari kebenaran-Nya tidak hanya berhubungan dengan daya pikir saja, tetapi terlebih dengan ketaatannya. Seberapa jauh orang dapat melihat, lebih tergantung pada seberapa jauh orang itu mendaki gunung daripada bagaimana lengkapnya perbekalan orang itu. Yesus berkata "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
d. Penafsiran secara dinamis
Alkitab harus ditafsirkan secara dinamis. Prinsip terakhir ini sebenarnya memperluas prinsip ketiga. Roh Allah adalah Roh yang hidup, yang menggunakan firman Allah untuk tujuan-Nya yang mulia bagi umat Allah, yaitu kelahiran kembali dan pengudusan. Penafsiran Alkitab tidak terbatas hanya pada menjelaskan arti Alkitab yang sesungguhnya menurut konteksnya. Firman yang digali dari tambang kebenaran abadi Allah harus diangkat ke permukaan dan dipergunakan. Pertama-tama kita bertanya, apa maknanya pada masanya serta dalam konteksnya sendiri dan apa maksudnya dalam konteks seluruh Alkitab. Kemudian kita bertanya, apa maknanya firman itu sekarang, pada saat ini, di sini, dalam kehidupan jemaat, bagi orang itu, atau bagi saya sendiri?
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenai Kitab Suci:
Perkataan Yesus:
Kewibawaan para rasul:
Kesaksian batin Roh Kudus:
Kanon:
Hermeneutika:
Mengenali Kebenaran -- Bab 3. Alkitab [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan berbagai arti ungkapan "firman Allah". Sebutkan alasan bagi pandangan bahwa Alkitab adalah firman Allah.
Apa pandangan Yesus mengenai Perjanjian Lama dan apa dampaknya bagi sikap orang terhadap Alkitab akhir-akhir ini? Apa jawaban Anda terhadap keberatan orang bahwa pandangan-Nya bersifat "kultural" saja dan karena itu tidak relevan pada masa kini?
Apa "kesaksian batin Roh Kudus" dan apa pengaruhnya bagi pengertian tentang wewenang Alkitab?
Apa yang dimaksudkan dengan "pengilhaman Alkitab"? Uraikan berbagai pandangan dengan menilai kelebihan serta kelemahan masing-masing.
Mengapa orang berbicara tentang
Selidiki hubungan antara wewenang Alkitab dan pengilhamannya.
Apa yang dimaksudkan dengan "kanon Alkitab"? Gambarkan proses penetapan
Selidikilah dasar keyakinan bahwa Alkitab tidak dapat khilaf dan tidak salah. Sampai berapa jauh jangkauan sifat-sifat itu?
Sebutkan satu demi satu pertimbangan-pertimbangan yang perlu dipikirkan kalau menghadapi apa yang kelihatannya kontradiksi atau kekhilafan dalam Alkitab. Bagaimana jawaban Anda terhadap tuduhan, "Alkitab penuh kesalahan" dan "Orang cerdas tidak lagi percaya bahwa Alkitab itu benar"?
Sebutkan prinsip-prinsip penafsiran yang utama. Jelaskan maknanya dengan contoh-contoh kekhilafan yang timbul karena mengabaikan prinsip tersebut.
Bahaslah pandangan bahwa "Hanya Roh Kudus saja yang diperlukan untuk membantu orang memahami Alkitab".
Apa peranan bahan pembantu seperti buku-buku pengantar dan tafsiran untuk memahami Alkitab? Apa peranan khotbah dalam menambah pemahaman Alkitab, dan bagaimana prinsip-prinsip penafsiran mempengaruhinya?
Kepustakaan (3)
Artikel "Canon","Inspiration","Interpretation" dalam _IBD_.
Berkhof, L.
1950 _The Principles of Biblical Interpretation_ (Evangelical Press).
Bruce, F. F.
1943 _The New Testament Documents_ (IVP, edisi baru 1960). Buku ini sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul _Dokumen-dokumen
Perjanjian Baru_ (BPK).
Calvin, J.
_Genesis_ (Banner of Truth, terjemahan, 1975): hlm. 79,
tafsiran Kej 1:6.
France, R. T.
1971 _Jesus and the Old Testament_ (Tyndale Press).
Geisler, N. (penyunting)
1979 _Inerrancy_ (Zondervan).
Harris, R. L.
1975 _The Inspiration and Canonicity of the Bible_ (Zondervan).
Henry, C. F. H. (penyunting)
1959 _Revelation and the Bible_ (Tyndale Press).
1976 _God, Revelation and Authority_ 1 & 2 (Word).
Kuyper, A.
1963 _Principles of Sacred Theology_ (Eerdmans).
Lloyd-Jones, D. M.
1959 _Studies in the Sermon on the Mount 1_ (IVP): hlm. 180-320.
Montgomery, J. W. (penyunting)
1974 _God`s Inerrant Word_ (Bethany).
Packer, J. I.
1965 _God Has Spoken_ (Hodder, 1979**2**).
1980 _Under God`s Word_ (Lakeland).
Pinnock, C.
1967 _A Defense of Biblical Infallibility_ (Presbyterian & Reformed).
1971 _Biblical Revelation_ (Moody).
Ramm, B.
1971 _Hermeneutics_ (Baker).
Stonehouse, N. B. & Woolley, P. (penyunting)
1946 _The Infallible Word_ (Presbyterian & Reformed).
Stott, J. R. W.
1972 _Christ the Controversialist_ (Tyndale Press).
Warfield, B. B.
1951 _The Inspiration and Authority of the Bible_ (Presbyterian & Reformed).
Wenham, J. W.
1972 _Christ and the Bible_ (Tyndale Press).
1974 _The Goodness of God_ (IVP).
Indeks Bab 4: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 4 Penerapan .......................................... 01064
Ps 4.1 Kelahiran Kembali ............................ 01064
Ps 4.2 Memahami Alkitab ............................. 01065
Ps 4.3 Memberitakan Firman .......................... 01066
Ps 4.4 Menaati Alkitab .............................. 01067
Mengenali Kebenaran -- Bab 4. Penerapan [Indeks]
4. PENERAPAN
4.1 Kelahiran kembali
Karena manusia adalah makhluk berdosa, maka kebenaran Allah hanya dapat diperoleh sebagai anugerah yang mengatasi perlawanan naluri manusia terhadap diri-Nya, dan menerangi pikiran gelap. Menurut bahasa Alkitab, orang tidak dapat mengenal Allah dan kebenaran-Nya sebelum dilahirkan kembali (
Mujizat kelahiran kembali dan penerangan ini selalu dihubungkan dengan respons pada Injil (atau "kabar baik") yang merupakan inti iman Kristen. Harus diakui, berita ajaib ini mula-mula tidak nampak sebagai kabar "baik", karena menghadapkan orang pada dosa, keadaan moral yang tidak berdaya, kebutaan intelektual dan hal yang suram yaitu murka Allah. Namun orang sekaligus diyakinkan akan kasih Allah yang maha-kuasa bagi manusia berdosa, yang diungkapkan dengan menganugerahkan putra-Nya, Yesus Kristus, yang mati di kayu salib bagi semua orang berdosa. Injil memanggil orang untuk meninggalkan dosa dan menggantungkan diri pada anugerah Allah yang ditawarkan Kristus kepada manusia.
Orang yang menjawab panggilan tersebut dengan penuh percaya mengalami permulaan baru dalam hidupnya, yakni suatu kelahiran baru, dan bersama dengan itu mendapat kemampuan baru untuk menanggapi penyataan Allah. Bagi orang Kristen sejati, kelahiran kembali ini sudah merupakan realitas, tetapi ia senantiasa harus mengingat "jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah". Prinsip ini bekerja sepanjang kehidupan Kristen. Allah memberikan kebenaran-Nya hanya kepada orang yang rendah hati. Bila orang datang kepada-Nya dengan penuh rasa ketergantungan pada-Nya sambil mengaku kebodohan yang penuh dosa serta kebutaan yang selalu memerlukan pencerahan ilahi, maka Ia akan menjenguk dalam kemurahan-Nya dan sekali lagi memberikan anugerah kebenaran-Nya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 4. Penerapan [Indeks]
4.2 Memahami Alkitab
Alkitab sampai kepada orang modern dari zaman yang meliputi sekian ribu tahun, dari pengalaman bangsa-bangsa yang kebudayaannya asing, dan dalam bahasa yang bukan bahasa kita. Oleh sebab itu, untuk mengerti dan menafsirkan Alkitab dengan tepat memerlukan disiplin untuk menjembatani jurang kultural dan linguistik yang memisahkan kita dari dunia dan zaman Alkitab.
Sudah jelas bahwa Roh Kudus adalah pemandu yang mutlak perlu, dan orang Kristen sederhana (artinya, tanpa pendidikan) yang mempunyai Roh Kudus dapat menangkap berita Alkitab dan menggunakannya sepenuhnya untuk memperkaya kehidupan rohaninya. Menyangkal kemampuan orang sederhana itu berarti mengambil sikap melawan bukti-bukti sejarah. Ada bahaya bahwa kita mengulangi kesalahan gereja Roma pra-Reformasi, yang menempatkan perantara antara Allah dan jiwa orang secara individu. Pada abad pertengahan di Eropa, imamat gereja menjadi perantara itu; pada zaman kita para ahli Alkitab. Ada kalanya Tuhan memberikan penerapan langsung, khusus dan relevan dari firman-Nya melalui Roh Kudus dalam keadaan tertentu, namun tentu saja ini tidak selalu terjadi dan biasanya dibutuhkan suatu proses belajar untuk merealisasikan apa yang dimaksud dengan hidup menurut Alkitab.
Sebagian besar kebenaran dalam Alkitab hanya dapat ditemui melalui penelitian yang saksama. Sering ditemukan segi-segi baru dari kebudayaan-kebudayaan pada waktu Alkitab ditulis, dengan akibat bahwa bagian-bagian Alkitab yang terkenal pun mendapat penyorotan baru. Panggilan menjadi ahli Alkitab dan ahli teologi sangat penting bagi gereja, dan sekalipun panggilan itu tidak datang kepada mayoritas, namun mayoritas itu juga pasti dipanggil untuk menggunakan pikiran mereka sebaik mungkin, dengan mempelajari Alkitab menurut kemampuan dan kesempatan mereka. Tidak ada pengganti bagi kerja keras dalam memahami firman Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 4. Penerapan [Indeks]
4.3 Memberitakan firman
Sarana paling unggul untuk mengungkapkan dan menyebarkan kebenaran Allah yang telah diberikan-Nya di dalam gereja adalah pemberitaan firman. Segala sesuatu yang telah kami kemukakan dalam bagian ini hanya menggarisbawahi betapa pentingnya khotbah dalam gereja bersifat dan mempunyai daya tarik yang alkitabiah.
Tentu saja hal ini tidak hanya berarti mengucapkan beberapa ayat Alkitab secara berturut-turut. Pada saat jemaat Kristen berkumpul untuk beribadah, harus diusahakan supaya pengkhotbah menjelaskan Alkitab secara mendalam dan kemudian secara peka menerapkannya langsung dalam kehidupan dan keadaan pendengar-pendengarnya. Segala sesuatu yang dikatakan mengenai kebutuhan untuk bekerja keras dalam memahami Alkitab tadi harus diterapkan pada persiapan khotbah seperti ini.
Orang yang tidak terpanggil untuk menjadi pengkhotbah tetap dapat memainkan peranan yang amat penting dengan berdoa dan menganjurkan khotbah-khotbah berdasarkan Alkitab. Tidak ada apa pun yang lebih mampu membawa pembaruan dalam hidup, semangat dan iman gereja dari generasi mana pun selain pemberitaan firman Allah yang kekal, yang dibawakan kepada umat Allah oleh pelayanan pengkhotbah yang menjelaskan firman itu di bawah pengurapan Roh Kudus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 4. Penerapan [Indeks]
4.4 Menaati Alkitab
Jika Allah menyatakan diri-Nya serta rencana-Nya kepada kita dalam Yesus Kristus yang dikenal melalui Alkitab, maka jelaslah kita wajib menyerahkan hidup kita seutuhnya untuk dipimpin oleh ajaran Alkitab. Khususnya di dunia akademis, pandangan bahwa kebenaran dialamatkan pada akal saja merupakan penggoda yang besar. Tetapi bagi Alkitab hal "mengenal kebenaran" berarti hidup menurut kebenaran itu dalam situasi tertentu. Dalam Perjanjian Lama, kebenaran terutama bersifat moral yang meliputi sifat dapat dipercaya atau setia (mis
Pada dasarnya ajaran tentang wewenang itu praktis sekali. Ajaran ini menghadapkan orang pada tantangan khusus, yakni menaati semua ajaran Alkitab setiap saat. Tidak ada yang lebih sederhana, sekalipun sangat menyelidiki hati, daripada tantangan itu.
Indeks Bab 5: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 5 Keberadaan Allah .................................. 01069
Ps 5.1 Alasan-alasan Bagi Teisme Kristen ............ 01069
Ps 5.2 Bukti Rasional tentang Keberadaan Allah ...... 01070
Sb 5.2.a Ontologi .................................. 01070
5.2.b Kosmologi ................................. 01071
5.2.c Teleologi ................................. 01071
5.2.d Moral ..................................... 01072
5.2.e Akal Budi ................................. 01073
5.2.f Kristologi ................................ 01073
Ps 5.3 Mengevaluasi Pendekatan Rasional ............. 01074
Sb 5.3.a Alasan-alasan yang Melawan Pendekatan
Rasional .................................. 01074
5.3.b Alasan-alasan yang Mendukung Teologi Alami. 01075
5.3.c Ulasan Akhir .............................. 01076
Bahan Alkitab .............................................. 01077
Bahan Diskusi/penelitian ................................... 01077
Kepustakaan ................................................ 01078
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
B. ALLAH
5. KEBERADAAN ALLAH
5.1 Alasan-alasan bagi teisme Kristen
Dasar kepercayaan kepada Allah secara prinsip telah dikemukakan di Bagian A di atas, yakni: Allah telah menyatakan diri kepada kita. Mengenai keberadaan Allah, Alkitab tidak memberikan petunjuk-petunjuk berdasarkan akal, tetapi menyajikan pokok-pokok tentang keberadaan-Nya yang tak dapat diragukan, misalnya:
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (
"Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah" (
Keberadaan-Nya dan penyataan diri-Nya merupakan prakiraan dasar agama Alkitab.
Kesadaran intuitif dari manusia akan adanya Allah dibenarkan oleh antropologi sosial, yang mengakui adanya kesadaran religius yang universal. Orang ateis tetap merupakan minoritas dalam dunia. Calvin menyebut kesadaran dasar akan Allah ini sebagai "suatu perasaan tentang keilahian". Seorang teolog Amerika, Hodge (1797-1879), berbicara tentang keyakinan universal pada manusia bahwa "ada Oknum yang menjadi tumpuan mereka dan mereka bertanggungjawab kepada-Nya". Namun, kesadaran lahiriah ini janganlah dinilai terlalu tinggi, karena:
Alkitab tidak menganggap pandangan ini sebagai dasar yang memadai untuk hubungan dengan Allah yang menyelamatkan;
dengan demikian orang Kristen dapat menjadi tidak peka dan menolak kesulitan yang menghalangi orang bukan Kristen untuk percaya; dan
Alkitab mengatakan bahwa manusia harus menghampiri Allah melalui iman (
Kesadaran lahiriah tentang adanya Allah tidak meniadakan perlunya mendekati Allah melalui iman dan rumusan-rumusan iman Kristen historis dimulai dengan kata-kata: "Aku percaya".
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
5.2 Bukti rasional tentang keberadaan Allah
Pemikir-pemikir Kristen sepanjang masa sudah berusaha untuk membuktikan keberadaan Allah dari unsur-unsur dalam dunia ini. Usaha ini disebut "teologi alami" dan didasarkan pada hukum-hukum logika, kenyataan dunia ini dan beberapa gagasan filsafat. Ada versi kuat, yang berargumentasi bahwa keberadaan Allah secara logis dibutuhkan. Ada juga versi lemah, yakni bahwa keberadaan Allah adalah mungkin, atau bahwa argumen-argumen bahwa Ia tidak ada kurang kuat, atau bahwa hal percaya akan keberadaan Allah bukan hal yang tidak masuk akal. Pandangan-pandangan utama yang dikemukakan akan diuraikan di bawah ini.
a. Ontologi
Secara filsafat, pandangan ini yang paling penting. Pernyataan klasik yang diberikan Anselmus (1033-1109) terdiri dari dua tahap:
Allah adalah oknum yang tidak bisa dibayangkan bahwa ada yang lebih besar (atau lebih sempurna) daripada Dia; dan sesuatu yang hanya berada dalam pikiran berbeda dengan sesuatu yang berada dalam pikiran dan sekaligus juga dalam kenyataan.
Kalau kedua tahap itu digabung, berarti kalau Allah hanya berada dalam pikiran dan tidak dalam kenyataan, maka dapat dibayangkan oknum yang lebih sempurna yaitu yang berada dalam pikiran dan juga dalam kenyataan. Tetapi Allah adalah oknum yang tidak bisa dibayangkan bahwa ada yang lebih sempurna daripada Dia, jadi Allah tidak berada hanya dalam pikiran saja. Karena itu harus diterima alternatifnya: oknum yang paling sempurna berada dalam kenyataan dan dalam pikiran.
Pandangan ontologis ini sangat dikritik oleh filsuf Jerman, Kant (1724-1804). Ia menunjukkan bahwa argumentasi ini hanya membuktikan bahwa jika ada oknum yang tertinggi, maka ia harus ada. Sifat ada saja tidak menambahkan apa-apa kepada suatu konsep. Contohnya, menurut pendapat ini, Rp. 1000,- yang nyata tidak bernilai lebih tinggi dari Rp 1000,- yang dibayangkan saja.
Akhir-akhir ini pandangan ontologis ini mengalami semacam kebangkitan kembali. Beberapa filsuf keagamaan masa kini percaya bahwa, jika diakui bahwa suatu oknum yang tertinggi adalah mungkin, maka Ia harus berada dalam kenyataan (lihat Plantinga 1974; Ross 1980).
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
b. Kosmologi
Pandangan ini, yang pernyataan klasiknya diberikan oleh Aquinas (kira-kira 1225-74), menegaskan bahwa keberadaan dunia memerlukan oknum tertinggi yang menyebabkan keberadaannya itu. Perhatian ditujukan pada fakta kausalitas yang berarti setiap kejadian ada sebabnya, yang pada gilirannya juga mempunyai sebab, dan seterusnya sampai pada sebab pertama, yaitu Allah.
Para kritikus menyatakan bahwa pandangan ini tidak dapat menghadapi alternatifnya, yaitu bahwa mungkin tidak ada "sumber" atau asal pertama. "Alam semesta ada, dan tak ada yang lain yang dapat dikatakan" (Russell). Tetapi para pembelanya yakin bahwa pandangan ini tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Akhir-akhir ini pandangan ini sering dirumuskan dengan memakai istilah "kemungkinan" (Ing. _contingency_). Segala sesuatu bersifat "mungkin" (= ada walaupun tidak harus ada) ataupun "perlu" (= harus ada). Adanya kenyataan-kenyataan tertentu yang mungkin, dapat dijelaskan pada tingkat tertentu dengan mengacu pada sebab-sebab terdahulu yang juga mungkin. Tetapi terjadinya dan kelanjutan segala sesuatu yang mungkin, dianggap sebagai keseluruhan, hanya dapat dijelaskan jika ada sesuatu yang harus ada, yaitu Allah (bnd. Geisler 1976; Mascall 1943; Farrer 1943).
c. Teleologi
Pandangan purba ini masuk ke dalam pikiran dunia barat melalui percakapan Plato, _Timaeus_. Dikatakan, bukti-bukti perencanaan dan tujuan dalam alam semesta mengharuskan adanya Perencana umum, yaitu Allah. Pernyataan klasik diberikan oleh Paley (1743-1805). Dalam karyanya_ Natural Theology_ (1802), ia menggunakan analogi suatu jam tangan yang masih jalan, yang ditemukan di atas tanah. Secara teoretis, keberadaannya dapat dijelaskan sebagai hasil pertemuan secara kebetulan dari kekuatan-kekuatan alam, seperti angin, hujan, panas dan sebagainya. Tetapi ini jelas kurang masuk akal dibandingkan dengan dugaan bahwa ada seorang ahli pintar yang membuat jam tangan tersebut. Begitu pula semesta alam yang memperlihatkan perencanaan menunjukkan adanya suatu Perencana Agung.
Kritikan terpenting terhadap pandangan ini dirumuskan oleh filsuf Skotlandia, Hume (1711-76). Menurut pandangan Hume, dalam waktu yang tak terhingga, suatu semesta alam seperti yang kita tempati ini dapat muncul karena probabilitas saja. Lagi pula semesta alam yang berada karena probabilitas saja itu tidak dapat tidak menunjukkan bukti "perencanaan", karena perlu ada penyesuaian antara faktor yang satu dengan yang lain jika alam semesta itu dapat berada dan berkesinambungan. Pandangan teleologis juga harus mempertimbangkan hal adanya disteleologi, yaitu proses-proses dalam alam semesta yang kelihatannya tanpa tujuan atau perencanaan, sepanjang pengetahuan kita.
Seorang ahli hukum Amerika, Horigan, berusaha untuk merehabilitasi pandangan teleologis dengan pendapat bahwa Darwinisme yang anti-agama tidak memperhitungkan fakta bahwa alam yang tak hidup bersifat harmonis dengan evolusi organik. Ditegaskannya pula, bahwa teori evolusi tidak dapat menjelaskan munculnya otak besar secara cepat dalam rumpun manusia yang sedang berkembang. Sudah tentu, banyak orang kalau diperhadapkan pada perencanaan dalam alam semesta dari jarak dekat, misalnya kalau menyaksikan keajaiban bayi yang baru lahir, atau melihat kecanggihan yang menakjubkan dari sel-sel mata manusia, menganggap keberatan-keberatan Hume agak teoretis. Namun, secara filsafat keberatan ini harus dipertimbangkan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
d. Moral
Pandangan ini mengatakan bahwa pengalaman universal manusia mengenai kewajiban moral, atau pengertian tentang "apa yang seharusnya dibuat", serta kegagalannya memenuhi tuntutan moral itu dari hati nuraninya, tidak dapat diterangkan secara memadai baik sebagai kepentingan diri sendiri saja, ataupun sebagai hasil penyesuaian sosial. Keberadaan nilai-nilai moral objektif ini menunjukkan keberadaan suatu dasar nilai-nilai yang transenden, yaitu Allah. Pernyataan klasik dari pandangan ini diberikan oleh Kant, yang mengatakan bahwa Allah (dan kebebasan dan kekekalan) adalah "landasan" kehidupan moral, yaitu kepercayaan dahulu yang mengakibatkan perasaan akan kewajiban moral tanpa syarat.
Penganut pandangan ini dituduh justru mengandaikan kebenaran yang hendak dibuktikannya, yakni bahwa pengalaman moral hanya dapat dijelaskan secara memuaskan dalam hubungannya dengan agama. Ia juga harus menghadapi bukti-bukti bahwa orang-orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksudkan dengan "baik" serta adanya dilema-dilema moral. Agar dapat dipertahankan, pandangan ini harus juga menunjukkan bahwa penjelasan-penjelasan lain (yang sosio-psikologis) tentang timbulnya serta berlanjutnya perasaan moral ini tidak memuaskan. Beberapa filsuf moral dan pembela Kristen berpendapat bahwa kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi (lihat Owen 1965; Lewis 1952).
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
e. Akal budi
Pandangan ini mengemukakan bahwa materialisme murni tidak dapat menerangkan kemampuan pikiran manusia untuk mengambil kesimpulan dari dasar-dasar pikiran. Operasi intelek manusia dengan efektif, dan sifat-sifat lain dari pikiran dan bayangan, hanya dapat diterangkan atas dasar adanya pikiran supra-alami, yaitu Allah. Seandainya tidak ada intelegensi ilahi, bagaimana orang dapat mengharapkan bahwa pemikirannya benar dan oleh sebab itu, apa alasannya sehingga argumen-argumen yang dikemukakan untuk mendukung ateisme dapat diterima? Lewis (1947) merupakan pendukung utama pandangan ini dan akhir-akhir ini didampingi oleh filsuf agama kebangsaan Amerika, Plantinga (1967), walaupun melalui jalan yang berbeda.
f. Kristologi
Pandangan ini mengacu pada kriteria dari probabilitas sejarah untuk menunjukkan bahwa Yesus Kristus hanya dapat dijelaskan secara memuaskan jika diperkirakan bahwa Allah hadir dan berkarya di dalam Dia. Para pendukung pandangan ini menunjukkan sifat pribadi-Nya yang tak bernoda, pernyataan-Nya yang mengherankan tentang diri-Nya dan misi-Nya, dan khususnya bukti kebangkitan-Nya. Dalam hal terakhir ini, perhatian khususnya ditujukan pada kesulitan yang dialami untuk memberikan penjelasan lain yang lebih memadai tentang munculnya gereja Kristen dengan begitu cepat sesudah kematian Yesus, jika Ia tidak bangkit.
Pandangan ini harus menghadapi pertanyaan mengenai keterandalan historis tulisan Perjanjian Baru dan kesulitan filosofis yang ditimbulkan oleh mujizat-mujizat Yesus. Akhir-akhir ini ada ahli-ahli yang bergabung dengan para pembela Kristen populer dalam pernyataan bahwa keberatan-keberatan ini dapat diatasi dan pertimbangan-pertimbangan yang historis semata-mata membawa orang dekat kepada kepercayaan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
5.3 Mengevaluasi pendekatan rasional
a. Alasan-alasan yang melawan pendekatan rasional
Ada penulis-penulis Kristen yang secara prinsip kurang senang dengan pendekatan ini. Mereka menekankan bahwa "bukti-bukti" yang diuraikan di atas sebenarnya tidak membuktikan keberadaan Allah secara tuntas, dan selanjutnya mereka mengajukan beberapa pertanyaan.
Siapakah Allah itu? Setinggi-tingginya pandangan-pandangan rasional dapat membuktikan adanya suatu Kuasa Mahabesar, Sebab Pertama, Penjamin moral dan sebagainya. Tetapi ini belum tentu sama dengan Allah Alkitab, yakni objek iman dan ibadah Kristen. (Tentulah argumentasi kristologis tidak kena keberatan ini.)
Bagaimana Allah dapat dikenal? Alkitab mengajarkan bahwa sesungguhnya Allah hanya dikenal melalui iman. Pembelaan rasional menganggap bahwa Ia dapat dikenal tanpa penyataan khusus. Tetapi justru inilah teori pengetahuan yang dipegang dalam abad pertengahan yang ditolak para reformis demi agama alkitabiah. Selanjutnya, seperti ditunjukkan dalam sejarah dengan jelas, kalau akal manusia diberikan otonomi sejauh ini, maka cepat atau lambat ia akan berkembang melampaui batas-batasnya dan merebut tempat iman; pada gilirannya hal ini mengancam pengertian tentang anugerah yang menyelamatkan dan mengurangi kemuliaan Allah. Misalnya, ada Socinianisme pada abad ke-16, unitarianisme pada abad ke-17, deisme pada abad ke-18, dan liberalisme klasik pada abad ke-19.
Apa sikap manusia dalam hubungannya dengan Allah? Pandangan rasional menganggap adanya kesinambungan antara manusia dan Allah, yang disangkal oleh Alkitab yang membuka fakta bahwa ketidak-percayaan merupakan permusuhan terhadap Allah. Rasionalisme tidak menolong orang yang tidak percaya karena menyembunyikan kenyataan ini. Lagi pula, kalau argumen rasional gagal meyakinkan orang bukan Kristen ada kemungkinan besar orang ini bahkan dikuatkan dalam sikap tidak percaya dan dengan demikian menjadi lebih tertutup terhadap tantangan moral Injil apabila dijumpai pada kemudian hari.
Apa yang diajarkan oleh Alkitab? Menurut Alkitab, manusia sudah sadar akan kehadiran Allah akan tetapi menolak kesaksian ini. Tugas orang Kristen adalah menghadapkan orang bukan Kristen dengan Allah, yang kehadiran-Nya sudah ia sadari sendiri, bukan untuk mempertim-bangkan prakiraannya bahwa mungkin Allah tidak ada. Orang berdosa hanya dapat memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang Allah melalui dilahirkan kembali oleh Roh Kudus sesudah mereka percaya kepada Injil.
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
b. Alasan-alasan yang mendukung teologi alami
Ada juga beberapa pemikir Kristen yang memanfaatkan pendekatan rasional.
_Secara teologis_ dikemukakan bahwa manusia, biarpun jatuh dalam dosa, tetap merupakan makhluk yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Oleh sebab itu Allah tidak sepenuhnya absen dari pikiran dan pengalaman manusia. Dengan demikian, pengalaman serta penalaran manusia tentang dunia boleh jadi merupakan jalan kepada Allah.
_Secara alkitabiah_ ditandaskan bahwa Yesus dan Paulus sering berdebat dengan pendengar-pendengarnya. Kesaksian Paulus di pusat-pusat kebudayaan Yunani meliputi pembelaan Injil terhadap kritik rasional (
_Secara penginjilan_ dianjurkan bahwa jurang antara orang Kristen dengan bukan Kristen begitu lebar, sehingga perlu memulai pekabaran Injil di tempat orang bukan Kristen hadir dan menghadapi keberatan serta pertanyaannya. Pembelaan rasional khususnya dapat membantu menghilangkan salah paham yang menyatakan bahwa menjadi Kristen itu sama dengan membunuh akal seseorang.
_Secara historis_ dijelaskan bahwa metode rasional telah membantu banyak orang untuk menjadi Kristen.
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
c. Ulasan akhir
Evaluasi kita tentang manfaat pendekatan rasional terhadap pembelaan Kristen akan mencerminkan evaluasi kita mengenai seberapa jauh kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mempengaruhi kesadaran dan kemampuan asli manusia bagi persekutuan dengan Allah.
Kelihatannya ada tempat bagi argumentasi pembelaan untuk menghadapi prasangka anti-rasional yang tajam terhadap agama Kristen. Agaknya ini sebaiknya dilakukan dengan cara menunjukkan kekonsekwenan dan kelebihan pandangan Kristen secara menyeluruh sebagai keterangan keberadaan, dan bukan mengikuti satu atau dua argumen tertentu.
Pendekatan rasional, khususnya dengan mendasarkan diri pada bukti keilahian Kristus serta kesaksian Alkitab tentang Dia, dapat membantu menangkis tuduhan bahwa iman Kristen tergantung pada faktor-faktor subjektif.
Akan tetapi orang Kristen harus menghindari pendekatan apa pun kepada orang bukan Kristen yang mengurangi kemuliaan Allah, yang tidak mengindahkan atau yang mengaburkan sifat moral dalam hubungan manusia dengan Allah, atau perlunya pertobatan, pengampunan dan perdamaian.
Memang Allah dalam Alkitab adalah jauh lebih besar daripada Allah dalam teologi alami. Cara mengenal Allah hanya dapat dibicarakan dengan baik dalam hubungannya dengan siapa sebenarnya Dia, maka orang Kristen akan menolong orang yang ingin mereka sadarkan akan iman, dengan cara menunjukkan sebaik-baiknya Allah Alkitab dalam keseluruhan kemuliaan dan kebesaran-Nya yang transenden, keindahan dan kuasa, anugerah dan kekudusan-Nya. Dan mereka harus juga memperlihatkan realitas-Nya dalam hidup pribadi mereka dan dalam persekutuan Kristen.
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
Bahan Alkitab
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkanlah beberapa pandangan filsafat tentang keberadaan Allah. Menurut Anda, manakah yang paling meyakinkan?
Selidiki nilai pandangan tersebut dalam terang
Apa fungsi dan keterbatasan pembelaan dalam hal
memperteguh iman orang Kristen,
membela iman terhadap kritikan, dan
membawakan Injil kepada orang bukan Kristen?
Apa pandangan Alkitab mengenai hubungan antara iman dan akal manusia?
Mengenali Kebenaran -- Bab 5. Keberadaan Allah [Indeks]
Kepustakaan (5)
Barclay, O. R.
1974 _Reasons for Faith_ (IVP).
Brown, C.
1969 _Philosophy and the Christian Faith_ (Tyndale Press).
Farrer, A. M.
1943 _Finite and Infinite_ (Westminster, 1959**2**).
Geisler, N.
1976 _Christian Apologetics_ (Baker).
Henry, C. F. H.
1976 _God, Revelation and Authority_ 1 (Word).
Holmes, A. F.
1979 _All Truth is God`s Truth_ (IVP).
Horigan, J. E.
t.t. _Chance or Design?_
Lewis, C. S.
1947 _Miracles_ (Geoffrey Bles).
1952 _Mere Christianity_ (Fontana).
Mascall, E. L.
1943 _He Who Is_ (London).
Owen, H. P.
1965 _The Moral Argument for Christian Theism_ (London).
Platinga, A.
1967 _God and Other Minds_ (Ithaca, New York).
1974 _The Nature of Necessity_ (Oxford).
Ramm, B.
1972 _The God who Makes a Difference_ (Word).
Ross, J. F.
1980 _Philosophical Theology_ (Hackett, edisi ke-2).
Schaeffer, F. A.
1968a _Escape from Reason_ (IVP).
1968b _The God Who is There_ (Hodder).
Van Til, C.
1955 _The Defense of the Faith_ (Presbyterian & Reformed).
Indeks Bab 6: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 6 Allah Tritunggal .................................. 01080
Ps 6.1 Ajaran Alkitab ............................... 01080
Sb 6.1.a Perjanjian Lama ........................... 01080
6.1.b Perjanjian Baru ........................... 01081
Ps 6.2 Mengerti Ajaran Ini .......................... 01082
Sb 6.2.a Keterbatasan Bahasa ....................... 01082
6.2.b Cara Memakai Kata "Allah" ................. 01083
6.2.c Tiga __Apa__?.............................. 01083
6.2.d Adakah Analogi Tritunggal dalam
Manusia?................................... 01084
Ps 6.3 Pentingnya Ajaran Ini ........................ 01085
Bahan Alkitab .............................................. 01086
Bahan Diskusi/penelitian ................................... 01087
Kepustakaan ................................................ 01088
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
6. ALLAH TRITUNGGAL
Bagaimana rupa Allah? Jawaban umum sementara adalah "Allah itu Roh berpribadi yang hidup". Allah yang dinyatakan dalam Alkitab sungguh-sungguh hidup dan bertindak (
6.1 Ajaran Alkitab
Alkitab berbicara tentang Allah sebagai tiga oknum yang dapat dibedakan, yang biasa disebut sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Istilah teknis untuk gagasan ini, Tritunggal, tidak terdapat dalam Alkitab, tetapi termasuk golongan istilah yang bersifat alkitabiah dalam arti mengungkapkan dengan jelas ajaran Alkitab.
a. Perjanjian Lama
Bagi bangsa Israel, keesaan Allah merupakan aksioma: "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa" (
Acapkali Allah memakai istilah jamak untuk diri-Nya sendiri (
Jelaslah bahwa Perjanjian Lama tidak mengajarkan mengenai Tritunggal secara lengkap, tetapi dengan menyajikan keesaan Allah dalam bentuk jamak, perikop-perikop tadi mendahului ajaran Perjanjian Baru yang lebih lengkap.
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
b. Perjanjian Baru
Ajaran tersirat dalam Perjanjian Lama muncul ke permukaan dalam Perjanjian Baru. Pertama, para rasul semakin tergerak untuk menyembah Yesus sebagai Tuhan, berdasarkan pengaruh dampak kehidupan dan watak-Nya, tuntutan dan mujizat-mujizat, dan terutama kebangkitan serta kenaikan-Nya. Kedua, realitas dan kegiatan Roh Kudus di antara mereka jelas merupakan kehadiran Allah sendiri. Sebab itu, acuan yang Yesus berikan kepada mereka (
Berbagai perikop mengandaikan atau menyatakan ketritunggalan Allah, secara langsung atau tidak langsung (
Dengan demikian Alkitab menyajikan realitas yang misterius dan unik: satu Allah, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Satu cara untuk memahami perbedaan antara sang Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah dengan menghubungkan fungsi yang berbeda dengan masing-masing oknum itu. Bentuk paling populer menghubungkan penciptaan dengan sang Bapa, penyelamatan dengan Anak dan pengudusan dengan Roh Kudus. Paulus memberikan bentuk lain dalam
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
6.2 Mengerti ajaran ini
Penyataan Alkitab tentang ketritunggalan Allah itu telah diteliti oleh beberapa gereja pasca-rasuli yang mencoba menjelaskan imannya secara rinci dalam konteks kebudayaan Yunani Romawi. Hasil perdebatan ini dituangkan dalam Pengakuan Iman Athanasius (kira-kira abad ke-8): "Kita menyembah satu Allah dalam ketritunggalan, dan Tritunggal dalam kesatuan; tanpa mengacau-balaukan Oknum-oknum, atau membeda-bedakan keilahian".
Bukan maksud buku ini untuk menelusuri rincian pertikaian yang timbul mengenai pokok ini. Kiranya cukuplah membahas secara singkat empat persoalan penting.
a. Keterbatasan bahasa
Kehidupan Allah sebagai Tritunggal jelas tidak ada padanannya dalam pengalaman manusia. Kita berbicara tentang misteri ini hanya karena Allah sendiri telah berbicara tentang hal ini dalam Alkitab. Sudah tentu timbul kesulitan dalam mengungkapkannya dengan bahasa yang dapat dimengerti. Augustinus, misalnya, dalam membahas kelayakan memakai istilah "oknum" berhubungan dengan Tritunggal, mengatakan,
"Ketika ditanyakan tiga _apa_?, bahasa manusia sangat terbatas karena miskin dalam perbendaharaan kata. Namun dikatakan `tiga oknum`, bukan untuk menjelaskan sejelas-jelasnya, tetapi untuk mengatakan sesuatu yang menyampaikan arti sekalipun terbatas".
Hal yang serupa dikemukakannya tentang angka tiga berkaitan dengan keberadaan Allah: "Dalam ketritunggalan ini dua atau tiga oknum tidak lebih besar daripada salah satu oknum."
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
b. Cara memakai kata "Allah"
Para penulis Kristen memakai kata "Allah" dengan dua cara: kadang-kadang mereka maksudkan sang Bapa khususnya dan kadang-kadang Allah dalam ketritunggalan-Nya. Jika dianggap bahwa yang dimaksudkan dengan "Allah" hanya sang Bapa, maka perendahan Anak dan Roh Kudus di bawah sang Bapa tak terelakkan. Banyak sekte tidak menyadari perbedaan yang sangat penting itu, dan oleh karena itu terjadi kesulitan dengan ajaran Alkitab mengenai keilahian penuh dari Anak dan Roh Kudus. Saksi-saksi Yehowa, misalnya, tidak mengerti bahwa dalam Perjanjian Lama, Allah (_Yhwh_, yang mereka sebut "Yehowa") berarti Allah yang Tritunggal (bnd. ps 16 di bawah tentang keilahian Kristus). Sang Bapa tidak dibedakan dengan Anak dan Roh Kudus karena Dia adalah Allah. Keilahian sama-sama dimiliki oleh ketiga Oknum; berdasarkan ini Allah adalah esa tetapi juga tritunggal.
c. Tiga _apa_?
Bagaimana manusia dapat mengacu pada ketritunggalan dalam diri Allah tanpa membahayakan keesaan-Nya? Di Indonesia, masyarakat Kristen telah memakai istilah "oknum" sebagai padanan istilah klasik Yunani _hupostasis _dan Latin _persona_. Pada zaman ini, istilah itu hampir tidak dipakai lagi kecuali dalam konteks teologi Kristen, sehingga dapat dikatakan tidak lagi mempunyai arti bagi orang biasa. Istilah "pribadi" yang acapkali dipakai cenderung memberi kesan bahwa ada tiga kepribadian dalam Allah, masing-masing dengan ciri-ciri kekhususan secara tersendiri, dan karena itu membahayakan keesaan Allah. Istilah "cara berada" pernah dipakai, tetapi sekali lagi memberi kesan bahwa keberadaan Bapa berbeda dengan keberadaan Anak, dan seterusnya. Tetapi karena masih belum ada istilah yang dapat diterima secara umum sebagai alternatifnya, maka istilah tradisional "oknum" tetap dipertahankan sekalipun tidak seratus persen memadai.
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
d. Adakah analogi Tritunggal dalam pengalaman manusia?
Kesulitan memahami Allah sebagai "tiga dalam satu" telah mendorong para pemikir Kristen berabad-abad untuk mencari analogi-analogi Tritunggal yang dapat mencerahkan pemahaman. Dalam pembahasan klasik Augustinus, Tritunggal digambarkan dengan mengacu pada kesatuan dan perbedaan daya ingat, pengertian dan kehendak dalam jiwa manusia. Tetapi dilihat dari segi psikologi modern, pandangan tentang manusia ini agak sewenang-wenang; lebih parah lagi, analogi ini tidak menyoroti kesatuan Allah yang unik, di mana ketiga Oknum saling menyusup dan terlibat dalam karya masing-masing.
Di bawah pengaruh pandangan modern tertentu tentang kepribadian, maka sejumlah teolog telah menghidupkan kembali analogi purba tentang kelompok tiga orang. Sama seperti kepribadian orang dapat bergabung dan menyatu dengan kepribadian-kepribadian lain, begitu pula Oknum-oknum dalam Allah menyusup satu dengan yang lain dan mengungkapkan diri dalam kesatuan ilahi. Mungkin ada ayat-ayat Alkitab yang mendukung pandangan ini, khususnya yang berbicara tentang perkawinan. Yesus mengatakan bahwa dalam perkawinan "mereka bukan lagi dua, melainkan satu" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
6.3 Pentingnya ajaran ini
Permasalahan yang kompleks ini dapat menimbulkan pertanyaan, apa gunanya membahas pokok ini, khususnya mengingat tidak ada keterangan tentang teka-teki "satu tambah satu tambah satu adalah satu". Namun hampir semua pokok yang penting dalam agama Kristen tergantung pada ajaran bahwa Allah adalah tiga dalam satu.
Ambillah pokok persoalan mengenai dosa yang memisahkan manusia dari Allah dan mengakibatkan murka-Nya. Dosa melibatkan dua pihak saja, yaitu orang yang berdosa yang melanggar hukum dan Allah yang hukum-Nya dilanggar. Jadi kalau Yesus bukan ilahi, dosa bukanlah urusan Dia. Suatu ketika, pada waktu Yesus mengampuni dosa seseorang, Ia dituduh menghujat karena hanya Allah yang dapat mengampuni dosa (
Sama halnya dengan Roh Kudus. Orang Kristen percaya bahwa kuasa Allah telah menguasai hidupnya serta memberinya hidup baru. Ia mengenal Tuhan dan mengalami kehadiran-Nya, ia yakin akan kuasa firman-Nya dan mendapat kekuatan untuk hidup bagi Dia dan menerima karunia untuk melayani Dia. Akan tetapi, kalau bukan Allah sendiri yang bekerja di dalam orang Kristen, maka keyakinan akan kegiatan Roh Kudus hanyalah khayalan yang tidak ada kaitan dengan realitas ilahi. Hanya kalau Roh Kudus yang bertindak atas manusia adalah Allah maka pengalaman tentang keselamatan benar-benar menyelamatkan. Sekali lagi harus diakui bahwa keesaan Allah adalah kompleks.
Dengan demikian, seluruh pengertian keselamatan Kristen dan penerapannya pada pengalaman manusia tergantung pada ketritunggalan Allah. Begitu penting maknanya. Ketritunggalan dalam Allah juga merupakan dasar pokok penegasan bahwa Allah itu kasih adanya. Allah tidak kesepian, yang memerlukan ciptaan sebagai objek kasih-Nya. Sebagai Tritunggal, Allah sudah puas dengan diri-Nya dan tidak _perlu_ menciptakan ataupun menyelamatkan. Penciptaan dan penyelamatan merupakan tindakan kemurahan hati sepenuhnya, ungkapan Allah sebagai kasih yang bebas dan abadi.
Dalam ajaran ini ada kesulitan yang muncul dari rumusan sederhana yang dibentuk berdasarkan pengalaman manusia. Tetapi kita harus mengingat bahwa Allah adalah Tuhan segala yang ada yang berada di luar segalanya. Seandainya kita tidak menemukan keajaiban dan misteri yang sangat dalam mengenai keberadaan Allah, maka itulah alasan untuk meragukan penegasan Alkitab. Jadi kendatipun sulit dipahami, namun ajaran tentang ketritunggalan melukiskan Allah yang cukup mulia untuk disembah dan dilayani.
Akhirnya, merenungkan Allah dalam ketritunggalan-Nya, Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang dapat dibedakan-bedakan menurut oknum dan tugas tetapi tetap merupakan keesaan yang sempurna dan harmonis dalam kasih mengasihi yang kekal, membuat orang melihat sesuatu yang agung dan tak terperikan, bahkan indah dan menarik. Sepanjang masa, misteri yang mulia itu telah menggerakkan hati orang dan membawanya kepada puncak pujaan dan ibadah, kasih dan pujian.
Kudus, kudus, kudus Tuhan mahakuasa, Allah Tritunggal, agung nama-Mu!
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Apa yang ditegaskan oleh ajaran Tritunggal?
Tunjukkan bagaimana ajaran Kristen tentang Tritunggal berakar dalam (a) Perjanjian Lama dan (b) Perjanjian Baru.
Bagaimana Anda akan menerangkan ketritunggalan Allah kepada orang yang beragama lain (yang tidak mengakui wewenang Alkitab tetapi mengakui adanya satu Allah)?
Apa jawaban Anda atas ucapan: "Tritunggal adalah ajaran yang tidak praktis dan kurang penting?"
Mengenali Kebenaran -- Bab 6. Allah Tritunggal [Indeks]
Kepustakaan (6)
Augustinus
_On The Trinity_ (SCM, terjemahan, 1954).
Bavinck, H.
1977 _The Doctrine of God_ (Banner of Truth).
France, R. T.
1971 _The Living God_ (IVP).
Hodgson, L.
1943 _The Doctrine of the Trinity_ (Nisbet).
Knight, G. A. F.
1953 _A Biblical Approach to the Doctrine of the Trinity_ (Oliver and Boyd).
Wainwright, A. W.
1962 _The Trinity in the New Testament_ (SPCK).
Indeks Bab 7: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 7 Sifat-sifat Allah ................................. 01090
Ps 7.1 Kemuliaan Allah .............................. 01090
Ps 7.2 Ketuhanan Allah .............................. 01091
Ps 7.3 Kekudusan Allah .............................. 01092
Ps 7.4 Kasih Allah .................................. 01093
Bahan Alkitab .............................................. 01094
Bahan Diskusi/penelitian ................................... 01095
Kepustakaan ................................................ 01096
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
7. SIFAT-SIFAT ALLAH
Allah Tritunggal telah menyatakan diri-Nya sedemikian rupa sehingga kita dapat mengenal beberapa sifat diri-Nya. Sifat-sifat Allah itu telah digolongkan menurut berbagai cara. Cara yang paling penting membedakan antara:
sifat-sifat yang unik (Ing. _incommunicable_), seperti keberadaan diri-Nya yang tidak ada kesejajaran dengan manusia; dan
sifat-sifat yang tidak unik (Ing. _communicable_), seperti kasih atau keadilan, yang dapat dicerminkan dalam makhluk moral lain.
Dalam membahas sifat-sifat Allah, Calvin menulis "agar kita tetap bijaksana, Allah berbicara sedikit saja tentang hakikat-Nya". Oleh sebab itu, tanpa meniadakan satu segi pun dari penyingkapan diri Allah sebaiknya kita jangan menggambarkan dan membedakan terlalu rinci. Perlu pula mengingat bahwa sifat-sifat itu ada pada Allah sebagai kesatuan yang tak terpisahkan.
7.1 Kemuliaan Allah
Istilah "kemuliaan" sering ditemukan dalam Alkitab dan biasanya berarti manifestasi keberadaan Allah. Kemuliaan-Nya mengungkapkan inti keberadaan-Nya sebagai Allah, kemegahan ilahi-Nya, dan keilahian-Nya yang murni. Istilah senada "kemahatinggian" menunjukkan sifat Allah yang melampaui realitas yang terbatas.
Dalam Alkitab, sifat ini dinyatakan pada saat Allah memperlihatkan diri di Gunung Sinai (
Sifat ini juga meliputi berbagai segi lain. Kemuliaan Allah menunjukkan:
ketakterbatasan Allah, yang "bersemayam dalam terang yang tak terhampiri" (
keberadaan diri Allah yang tidak tergantung pada apa pun yang lain (
kemantapan Allah yang selalu konsisten, yang tidak berubah (
Kemuliaan Allah menyatakan keunggulan dan swasembada Allah yang mutlak. Penciptaan alam semesta dan manusia adalah perbuatan-perbuatan anugerah yang bebas, bukan keperluan bagi Allah. Dengan begitu, nilai akhir dan arti manusia terletak dalam kemuliaan-Nya itu (bnd.
Pandangan tentang Allah ini tidak disukai oleh manusia modern. Ada juga orang yang berpendapat bahwa Allah yang swasembada, yang bertindak hanya demi kemuliaan-Nya sendiri, tidak patut dipuja. Namun orang ini lupa bahwa Allah yang mulia juga murah hati, yang mengorbankan diri di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian, sekalipun rencana Allah mencakup kemuliaan-Nya sendiri, namun rencana itu sekaligus ditujukan untuk memperoleh kesejahteraan yang kekal bagi manusia. Prinsip yang mendasari pemikiran ini dinyatakan oleh Calvin: "Di atas segala-galanya kita dilahirkan bagi Allah dan bukan bagi diri kita sendiri". Apakah orang setuju atau tidak dengan pernyataan itu merupakan batu ujian bagi seluruh pemikiran manusia mengenai Tuhan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
7.2 Ketuhanan Allah
Nama Allah yang paling sering dipakai dalam Perjanjian Lama ialah _Yhwh_, yang dihubungkan khususnya dengan perjanjian antara Allah dan bangsa Israel. _Yhwh_ adalah sebutan Allah bagi diri-Nya ketika Musa menanyakan nama-Nya (
Keyakinan yang sama diperlihatkan dengan menunjuk pada _kedaulatan_ Allah. Ia memerintah dunia dan kehendak-Nya merupakan penyebab akhir dari segala sesuatu, termasuk penciptaan dan pemeliharaan (
Ketuhanan Allah diungkapkan dalam tiga sifat yang terkait, yakni kemahakuasaan, kemahahadiran dan kemahatahuan.
Kemahakuasaan Allah
Allah adalah Yang Mahakuasa (
Ada bukti serupa dalam Perjanjian Baru. Allah menyatakan diri sebagai Dia yang bagi-Nya "tidak ada yang mustahil", antara lain kelahiran Yesus dari anak dara (
Inilah inti ketuhanan Allah yang menuntut sikap kepercayaan penuh di tengah-tengah "kemustahilan" sejarah manusia dan situasi pribadi. Allah adalah Tuhan: "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?".
Kemahahadiran Allah
Dia hadir di seluruh alam semesta (
Kemahahadiran Allah dapat juga memberikan rasa aman. Kalau kejahatan merajalela dan ketidakadilan serta kekuasaan mutlak tidak ditentang, Allah mengetahui dan melihat semuanya (
"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbatMu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?" (
Sifat lain yang berhubungan dengan kemahahadiran adalah _kekekalan_ Allah. Kemahahadiran di ruang angkasa ada jajarannya dalam waktu. "Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah" (
Kemahatahuan Allah
Sifat Allah yang ketiga ini erat hubungannya dengan kemahahadiran-Nya (
Sifat ini merupakan dasar gagasan bahwa penyataan diri Allah adalah lengkap. Seandainya Allah hanya mengetahui sebagian, kebenaran-Nya bersifat sementara saja. Kemahatahuan Allah berarti kita tidak menunggu penyataan lagi yang dapat menggantikan penyingkapan diri-Nya dalam Yesus Kristus. Sebagai Anak Allah yang kekal, Yesus adalah penyataan yang terakhir, kebenaran yang di dalamnya tersembunyi segala hikmat dan pengetahuan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
7.3 Kekudusan Allah
Ada orang yang merasa kesulitan dalam menghubungkan Allah sebagai pemberi hukum yang kudus, dengan Allah yang penuh kasih dalam Injil. Sebagian orang mencoba mengatasi kesulitan ini dengan terlalu menitik-beratkan kekudusan Allah. Allah digambarkan secara keras dan kaku, yang memaksakan orang tanpa henti-hentinya untuk bergumul secara moral karena ancaman penghakiman kelak. Yang lain terlalu menitik-beratkan kasih Allah dan mengubah-Nya menjadi tokoh yang pemurah dan sentimental, yang tidak ada keteguhan moral. Sedangkan Allah dalam Alkitab adalah kudus dan juga pengasih, dan kedua sifat itu terikat dalam kesatuan yang tak terpisahkan dalam masing-masing oknum Allah.
Kekudusan Allah adalah inti keberadaan-Nya dan terutama menonjol dalam Perjanjian Lama (
Pertama, Allah terlepas dari oknum-oknum lain; hanya Dialah Allah. Menurut pengertian ini, kekudusan Allah mirip dengan kemuliaan-Nya. Hal ini diungkapkan dalam penglihatan Yesaya: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya" (
"Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" (
Kedua, yang dimaksudkan dengan kekudusan Allah dalam pengertian etis adalah pemisahan diri-Nya dari segala sesuatu yang menentang dan melawan Dia. Inilah dasar semua perbedaan moral. Yang baik adalah yang dikehendaki Allah; yang jahat adalah yang menentang dan melawan kehendak-Nya, dan oleh sebab itu hakikat-Nya juga.
Kekudusan Allah berarti bahwa Ia betul-betul murni dan sempurna, tanpa dosa atau kejahatan; keberadaan-Nyalah yang merupakan penyemarakan dan luapan kemurnian, kebenaran, kebajikan, keadilan, kebaikan serta kesempurnaan moral apa pun. Tantangan etis yang diakibatkan oleh kekudusan itu cukup jelas dalam Alkitab. Dalam Kitab Yesaya, Allah sering disebut "Yang Mahakudus, Allah Israel" (
Kegagalan orang dalam mendasarkan kekudusan Allah pada hakikat-Nya menyebabkan kekhilafan mereka yang memisahkan kekudusan dari kasih-Nya. Jika kekudusan adalah kehendak Allah, maka perbuatan kasih dan pengampunan-Nya harus juga merupakan perbuatan kudus.
Ada tiga istilah terkait yang perlu dicatat.
_Keadilan_ atau _kebenaran_ Allah berarti kesesuaian-Nya yang kudus dengan diri-Nya, dan juga tindakan kehendak-Nya yang kudus: "adil dan benar Dia" (
Keadilan ini meliputi membebaskan dan membenarkan bangsa-Nya (
Beberapa teolog membedakan antara keadilan Allah dalam pemerintahan-Nya atas dunia pada umumnya dan keadilan-Nya yang membagi-bagikan ganjaran dan hukuman. Sifat ini berhubungan dengan kasih dan anugerah Allah, karena keadilan-Nya kadang-kadang membenarkan orang miskin dan orang yang bertobat (
_Murka_ Allah timbul dari kemantapan diri Allah yang kekal. Watak-Nya yang dinyatakan adalah pengungkapan hakikat-Nya yang tak dapat berubah. Segala sesuatu yang menentang Dia dilawan secara menyeluruh dan final. Murka Allah adalah reaksi Allah yang kudus melawan apa yang berlawanan dengan kekudusan-Nya. Murka Allah itu bersifat pribadi, yakni merupakan sifat dari Pribadi yang menjadi patokan semua kepribadian. Tanpa sifat ini, Allah tidak lagi benar-benar kudus dan kasih-Nya merosot menjadi sentimentalitas. Murka-Nya tidak sewenang-wenang, tersendat-sendat atau emosional seperti kemarahan manusia. Murka Allah dinyatakan dalam sejarah bila manusia memetik hasil moral dan spiritual dari penolakannya terhadap penyataan ilahi (
_Kebaikan_ Allah dapat digolongkan di bawah kekudusan maupun kasih dan oleh sebab itu menggarisbawahi kenyataan bahwa tidak mungkin memisahkan kedua sifat tersebut (
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
7.4 Kasih Allah
"Allah kasih adanya" (
Kata Yunani yang dipakai dalam Alkitab untuk menyebut kasih Allah (_agape_) tidak banyak dipakai di luar Perjanjian Baru. Ada kata Yunani yang lebih sering dipakai secara umum, yakni _eros_, yang menyebut cinta-kasih yang berhubungan dengan objek yang layak. Sedangkan _agape_ adalah kasih kepada objek yang tidak layak, yaitu orang yang tidak berhak atas kesetiaan kekasihnya. Dalam Perjanjian Lama, ada kesaksian tentang hal ini berhubung dengan kasih Allah kepada Israel (
Ini seolah-olah menghadirkan lagi pemisahan antara kekudusan dan kasih Allah. Bagaimana Allah yang bertindak bebas dalam kasih dapat disamakan dengan Allah yang kudus, yang mempedulikan kemuliaan-Nya? Akan tetapi, harus diingat bahwa kekudusan Allah adalah dasar dan sumber segala sesuatu yang baik; dengan begitu kita dapat melihatnya sebagai landasan kasih-Nya. Di samping itu, hanya Dia yang adalah Allah sepenuhnya dapat dengan bebas merendahkan diri sepenuhnya dan mengasihi yang lain dengan kasih _agape_, didasarkan pada saling mengasihi yang kekal di antara ketiga Oknum dalam Tritunggal.
Kekudusan dan kasih bergabung dengan sempurna dalam diri Yesus Kristus dan pekerjaan-Nya. Sebagai Anak Allah, Ia mewujudnyatakan kekudusan ilahi yang terlepas dari dosa dan kejahatan apa pun, namun justru kedatangan-Nya merupakan jawaban kasih Allah yang penuh kemurahan terhadap kesalahan manusia dan keadaannya yang tak berdaya. Kedua sifat itu juga bersatu dalam pelayanan Roh Kudus, yang membaharui dan menguduskan umat Allah sebagai penggenapan rencana kasih Allah.
Sebab itu, kasih Allah selalu erat hubungannya dengan anugerah, seperti Allah membungkuk untuk memeluk mereka yang tidak layak. Kasih-Nya adalah keputusan-Nya yang bebas dan tak dipaksa untuk menyelamatkan orang berdosa dalam Yesus Kristus dan memperbarui serta menguduskan mereka dalam Roh Kudus. Karena itu kasih Allah ini sungguh-sungguh merupakan mujizat.
Tiga aspek tambahan perlu dicatat. Pertama, kasih (_agape_) Allah diungkapkan terutama dalam pembebasan orang-orang berdosa serta segala yang berhubungan dengan hal itu. Tetapi kasih ini juga dinyatakan dalam kepedulian-Nya terhadap ciptaan-Nya. Ini sering disebut sebagai kebaikan atau kemurahan yang juga kelihatan dalam alam (
Kedua, rahmat Allah adalah kasih-Nya pada saat menghadapi dosa manusia. Dalam rahmat-Nya, Ia mengampuni pelanggaran-pelanggaran manusia. Rahmat Allah selalu mahal harganya karena menyangkut penerimaan konsekuensi dosa manusia di kayu salib oleh Allah (
Ketiga, perjanjian adalah gagasan penting dalam Alkitab dan banyak ajaran tentang kasih Allah berkisar pada hal itu. Perjanjian mengacu pada kasih Allah ketika Ia mengadakan hubungan dengan manusia. Perjanjian pokok dalam Perjanjian Lama diadakan dengan Abraham dan mencapai puncak perkembangan dengan perjanjian baru dalam Kristus. Dengan perjanjian ini, Allah secara bebas mengikat diri-Nya untuk membebaskan umat-Nya dan tetap menjadi Allah mereka. Kata-kata Ibrani untuk anugerah (_khen, khesed_) dipakai berhubungan dengan perjanjian dengan arti kasih setia, atau kasih yang tabah.
Aspek kasih yang ketiga ini adalah jaminan yang paling mendasar bagi orang Kristen: "jika kita tidak setia, Dia tetap setia" (
Inilah Allah yang dinyatakan dalam Alkitab:
Yang Mahamulia, dalam kemegahan yang tak terhampiri;
Yang Mahatinggi, Tuhan atas segala sesuatu,
yang memakai segala sesuatu untuk pemenuhan rencana-Nya;
Yang Mahakudus, yang agung dan lepas dari dosa dan kejahatan;
Yang Mahakasih, yang kekal, murah hati dan suka menebus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
Bahan Alkitab
Kemuliaan Allah:
Ketuhanan Allah:
Kekudusan Allah:
Kasih Allah:
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Berikan dasar alkitabiah bagi masing-masing sifat itu.
Coba hubungkan masing-masing sifat dengan ketiga oknum Tritunggal.
Mengenali Kebenaran -- Bab 7. Sifat-sifat Allah [Indeks]
Kepustakaan (7)
Bavinck, H.
1977 _The Doctrine of God_ (Banner of Truth).
Charnock, S.
1958 _The Attributes of God_ (Evangelical Press).
Packer, J. I.
1973 _Knowing God_ (Hodder).
Pink, A. W.
t.t. _The Attributes of God_ (Reiner Publications).
Mikolaski, S. J.
1966 _The Grace of God_ (Eerdmans).
Tozer, A. W.
1976 _The Knowledge of the Holy_ (STL).
Indeks Bab 8: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 8 Karya Penciptaan .................................. 01098
Ps 8.1 Penciptaan Dari yang Tidak Ada ............... 01099
Ps 8.2 Penciptaan yang Berkesinambungan ............. 01100
Ps 8.3 Masalah Bahasa ............................... 01101
Ps 8.4 Usaha Ilmiah ................................. 01102
Ps 8.5 Mujizat ...................................... 01103
Ps 8.6 Masalah Asal Usul ............................ 01104
Sb 8.6.a Kisah dalam Kitab Kejadian ................ 01104
8.6.b Persoalan Lain ............................ 01105
Ps 8.7 Penciptaan Dunia Rohani ...................... 01106
Bahan Alkitab .............................................. 01107
Bahan Diskusi/penelitian ................................... 01108
Kepustakaan ................................................ 01109
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8. KARYA PENCIPTAAN
Penciptaan adalah karya pertama Allah Tritunggal. Dalam karya itu Ia memberi keberadaan pada segala yang ada, yang sebelumnya tidak ada, baik materi maupun spiritual.
Selain
Hanya Engkau adalah Tuhan! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu.
Perlu dicatat bahwa masing-masing Oknum dari Tritunggal diikutsertakan dalam penciptaan: sang Bapa (
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.1 Penciptaan dari yang tidak ada
Pada mulanya Allah menciptakan alam semesta dari yang tidak ada (Lat. _ex nihilo_). Walaupun ungkapan "dari yang tidak ada" itu tidak terdapat secara langsung dalam Alkitab, namun gagasannya jelas diajarkan oleh Alkitab (
Kita mengalami penciptaan sebagai penataan kembali bahan yang sudah ada menjadi bentuk dan pola baru. Jadi perbuatan yang menyebabkan munculnya ruang angkasa dan waktu adalah sama sekali di luar daya tangkap kita. Akan tetapi, mengingat bahwa Allah telah menyatakannya, kita dapat meyakini fakta ciptaan, walaupun kita tidak mungkin memahaminya sepenuhnya.
Ada persamaan penting antara ciptaan _ex nihilo_ dengan penebusan (
Secara positif ajaran tentang penciptaan ini menunjukkan kemaha-tinggian Allah yang bebas dan berdaulat serta ketergantungan segala sesuatu pada-Nya. Secara negatif tersirat di dalamnya tiga hal.
Pertama, Allah tidak membuat alam semesta dari zat yang sudah ada sebelumnya. Hal ini jelas bertentangan dengan pemikiran Plato yang mengakui dua prinsip yang mendasari dunia, yaitu Allah dan zat utama. Melawan segala macam dualisme, ajaran Alkitab tentang penciptaan menegaskan kausalitas tunggal dari Allah, dengan kata lain bahwa Dia sendiri menciptakan segala sesuatu dan sebelumnya tidak ada apa-apa.
Kedua, beberapa orang telah menafsirkan rumusan "penciptaan dari yang tidak ada" seolah-olah "yang tidak ada" itu adalah sesuatu yang ada, yakni sesuatu yang bersifat negatif yang diatasi Allah dalam karya penciptaan-Nya. Spekulasi yang tak beralasan ini tidak ada dukungannya dalam bahan Alkitab tentang ciptaan.
Ketiga, Allah tidak menciptakan dunia dari diri-Nya sendiri. Dunia bukan perluasan dari keberadaan Allah. Dunia diberi keberadaan yang sungguh-sungguh dan bebas, di luar Allah. Karena itu, penciptaan _ex nihilo_ tetap melawan segala bentuk panteisme. Ini mempunyai akibat yang mendalam bagi masalah asal kejahatan; sebab kalau dunia adalah perluasan dari Allah maka (a) kejahatan dan kebaikan sama-sama bersifat final atau (b) tidak ada perbedaan akhir antara yang jahat dan yang baik: apa yang ada adalah baik. Pandangan pertama tadi dianut oleh pengikut Zoroaster dan yang kedua oleh agama Hindu. Ada juga dampaknya bagi penelitian manusia akan dunia, seperti akan dilihat nanti.
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.2 Penciptaan yang berkesinambungan
Pandangan Alkitab mengenai Allah sebagai pencipta meliputi pemeliharaan dan pembaruan-Nya terhadap dunia secara terus-menerus dan tak terputus-putus. Ini diungkapkan dengan istilah menopang (
Kegiatan penciptaan yang berkesinambungan ini kelihatan dalam cara Alkitab mengacu pada apa yang kita sebut tatanan alam. Bintang-bintang dan musim (
Dalam bahasa filsafat dapat dikatakan bahwa Allah menciptakan semesta alam dari yang tidak ada dan karena itu pada setiap saat semesta alam dapat dikatakan tergantung di atas jurang ketidakberadaan. Sekiranya Allah menarik firman-Nya yang menopang, maka semua keberadaan, material maupun spiritual, langsung jatuh ke dalam jurang ketiadaan dan tidak lagi ada. Maka kesinambungan semesta alam dari saat ke saat merupakan mujizat yang sama besar dan sama-sama merupakan karya Allah seperti penciptaannya pada permulaan zaman. Menurut pengertian ini, maka semua manusia hidup dari saat ke saat hanya karena rahmat Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.3 Masalah bahasa
Orang sering membedakan "alam" (di mana segala sesuatu terjadi menurut hukum sebab-akibat) dan "alam gaib" atau "daerah supra-alami" (di mana Allah ada dan bekerja). Perbedaan ini dapat menyesatkan, dan kedua segi penciptaan yang baru diuraikan menyoroti bahaya itu.
Banyak perdebatan antara ilmu pengetahuan dan agama telah diadakan dalam kerangka alam/supra-alami itu, dengan hasil yang merugikan kedua belah pihak. Pernah dikatakan bahwa Allah adalah aktif dalam "kesenjangan-kesenjangan" dalam ilmu pengetahuan, di mana yang "alami" mengalah pada yang "supra-alami". Tetapi bila karya Allah hanya dilihat dalam hal-hal yang belum bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, dan para ahli terus-menerus mengumpulkan penjelasan dan rangkaian sebab-sebab, maka kesenjangan atau wilayah intervensi ilahi menciut praktis sampai nol. Dalam keadaan demikian, orang percaya mempertahankan imannya dengan menolak usaha ilmiah, dan ahli ilmu pengetahuan mempertahankan kejujuran ilmiahnya dengan melepaskan agama Alkitab yang sejati.
Para ahli pikir di Barat cenderung memahami Alam (Ing. _Nature_) sebagai suatu kuasa yang menguasai alam semesta dan menyebabkan segala fenomena alami. Tetapi dalam pemikiran Ibrani, sebagaimana ditemukan dalam Alkitab, kuasa itu tidak lain dari Allah sendiri. Menurut pandangan Alkitab, "peristiwa alami" seperti hujan dan "peristiwa supra-alami" seperti "hujan burung puyuh" (
Pandangan Alkitab ini dapat ditelusuri sepanjang sejarah teologi dan tercermin pada tokoh-tokoh Kristen yang menjadi bapa-bapa revolusi pengetahuan modern (misalnya Galileo, Kepler dan Newton, untuk menyebut beberapa ahli termashyur saja; bnd. Hooykaas 1972). Oleh sebab itu dalam beberapa hal, lebih baik menggantikan perbedaan alami/supra-alami dengan perbedaan lain seperti imanen/transenden yang sejarahnya lebih panjang dan yang menggambarkan kegiatan penciptaan Allah yang berkesinambungan dalam alam semesta secara lebih baik.
Gagasan alkitabiah ini harus dibedakan dengan pandangan filsafat bukan alkitabiah, yang juga dikenal sebagai teori "penciptaan berkesinambungan", yang mengajarkan bahwa Allah sendiri juga berkembang dan mengalami evolusi bersama-sama dengan dunia.
Secara ringkas, ajaran tentang penciptaan menegaskan dua pokok:
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.4 Usaha ilmiah
Ajaran bahwa Allah menciptakan _ex nihilo_ sangat penting bagi penelitian ilmiah terhadap dunia. Kendatipun tergantung sama sekali pada Allah untuk keberadaannya, namun dunia berbeda dengan Allah. Allah tidak menciptakan dunia dari diri-Nya sendiri. Karena itu dunia dapat diteliti tanpa mencari keterangan di luar dunia.
Pendekatan Kristen kepada usaha ilmiah tidak mencari Allah dalam kesenjangan penjelasan ilmiah, melainkan dengan kagum melihat alam semesta sebagai ciptaan dan pemberian-Nya. Karya Allah kelihatan dalam penjelasan ilmiah sama seperti dalam kesenjangan pengetahuan ilmiah. Alam bersaksi tentang kuasa serta kemegahan ilahi (
Ini juga benar dalam pengertian lebih lanjut. Proses-proses alami bukan peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tetapi merupakan respons ciptaan kepada perintah sang Pencipta. Dengan demikian pernah dikatakan bahwa sebenarnya tidak ada hukum-hukum alam, hanya ada kebiasaan-kebiasaan Allah. Justru karena itu, proses-proses alami dapat diandalkan dan diramalkan sesuai dengan kemantapan diri dan kesetiaan sang Pencipta. Keseragaman sebab-sebab alami yang menjadi dasar eksperimen ilmiah adalah dampak langsung dari penyataan Alkitab. Bukan kebetulan bahwa revolusi ilmiah terjadi di negara Barat yang beragama Kristen pada penghujung abad pertengahan, begitu pula tidak kebetulan bahwa banyak pemimpin revolusi itu adalah orang Kristen yang berpegang pada iman Alkitab.
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.5 Mujizat
Kalau begitu, apakah kekristenan itu hanya suatu cara khusus untuk memandang alam semesta? Bagaimana dengan hal mujizat dan keyakinan tradisional bahwa itu adalah tindakan Allah di dunia?
Dalam rangka pengertian Kristen tentang Allah dan alam semesta, maka semesta alam milik Allah terbuka di hadapan-Nya. Ia berdaulat dan bebas dan pada saat mana pun Dia dapat mengatur dunia-Nya menurut cara yang lain, seandainya demikian kehendak-Nya. Apakah Ia akan berbuat demikian? Jawabannya tergantung pada pertanyaan lain: mengapa Allah menciptakan dunia? Dan jawaban terhadap pertanyaan itu melibatkan penciptaan umat manusia oleh Allah untuk menerima penyataan Allah tentang diri-Nya, untuk menikmati hubungan dengan Allah dan untuk memuliakan Penciptanya.
Dengan demikian tindakan Allah pada saat-saat tertentu yang kritis dalam sejarah untuk menyatakan diri dengan jelas dan untuk menjalin hubungan yang memuaskan dengan umat manusia bukan saja mungkin tetapi hampir pasti. Pada waktu-waktu seperti itu Allah bertindak secara luar biasa, meskipun juga di sini proses-proses alami tercakup dalam tindakan-Nya (misalnya keterangan mengenai angin pada peristiwa pembelahan Laut Merah,
Dengan kerangka dasar ini, orang percaya dapat hidup dalam keyakinan teguh akan penebusan ajaib yang Allah kerjakan dalam Yesus Kristus pada masa lampau, dan akan perhatian Allah dan kebebasan-Nya yang berdaulat untuk mengabulkan doa dan menggenapkan rencana penebusan-Nya pada waktu sekarang dan yang akan datang. Seorang ilmuwan Kristen dapat sekaligus melakukan penyelidikan dengan penuh keyakinan akan kemantapan Allah sebagaimana terungkap dalam keteraturan-keteraturan yang diamati dalam alam semesta fisik pada masa lampau dan yang akan datang.
Pandangan bahwa mujizat tidak mungkin terjadi kelihatan lebih kuat ketika pengikut-pengikut Newton menggambarkan alam semesta sebagai mekanisme tertutup yang bekerja menurut prinsip-prinsip melangsungkan diri. Bila model "mesin" itu diterima, maka mujizat merupakan campur tangan ilahi yang tidak perlu dalam alam yang seragam dan berpautan. Tetapi teori relativitas yang dikemukakan Einstein telah memberikan gambaran baru mengenai alam semesta, sehingga pembatasan dulu yang tajam antara materi dan roh serta gagasan tentang hukum gerakan yang tak dapat diubah, sebagian besar harus dilepaskan. Ini tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan telah membuktikan agama. Masih ada pokok-pokok yang menyebabkan ketegangan. Tetapi kita tidak perlu terikat pada gambaran semesta alam yang sifat alaminya menutup kemungkinan mujizat. Pada masa kini sebagian besar para ahli tidak begitu dogmatis tentang fenomena apa yang dapat terjadi atau tidak dapat terjadi dalam semesta alam.
Ada juga beberapa filsuf yang menganggap bahwa mujizat tidak mungkin terjadi, misalnya Hume (belakangan ini diperbarui oleh beberapa pemikir skeptis seperti Flew). Namun tak satu pun dari argumen-argumen yang dikemukakan bersifat meyakinkan. Usaha menyangkal terjadinya mujizat secara prinsip hanya dapat berhasil kalau kesimpulannya diterima dahulu sebagai dasar pemikiran. Pada akhirnya terjadi atau tidaknya mujizat menjadi persoalan menyelidiki setiap peristiwa ajaib dan menimbang bukti yang ada sangkut pautnya. Berdasarkan prakiraan alkitabiah-teistis, kemungkinan terjadinya mujizat tidak perlu dipersoalkan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.6 Masalah asal usul
Apa kaitannya antara kisah Alkitab tentang penciptaan (
a. Kisah dalam Kitab Kejadian
Pasal-pasal pembukaan Kitab Kejadian sepenuhnya diilhami oleh Roh Kudus seperti bagian lain dari Alkitab. Yesus Kristus serta para rasul jelas melihatnya demikian (lihat misalnya
Salah satu pendekatan menafsirkannya secara harfiah. Alam semesta dibentuk oleh Allah dari yang tidak ada melalui enam sabda selama enam periode berturut-turut yang terdiri dari 24 jam. Variasi pendekatan ini melihat "hari" dalam Kitab Kejadian sebagai zaman atau tahapan dalam pembentukan kosmos oleh Allah (bnd.
Pada bagian pertama di atas ditekankan bahwa Alkitab harus ditafsirkan menurut bentuk sastranya (puisi sebagai puisi, sejarah sebagai sejarah, dst.) dan bahwa maksud si penulis harus dipertimbangkan. Dalam hal ini timbul pertanyaan, apakah
Dalam usaha mencari jawaban atas pertanyaan seperti ini, ada baiknya menyelidiki perikop-perikop Alkitab lain yang mengacu pada hal-hal alami. Kesimpulan-kesimpulan yang muncul adalah sebagai berikut:
bahasa Alkitab pada umumnya bahasa populer, yang berusaha menyampaikan berita penyelamatan kepada semua bangsa pada setiap zaman, dan oleh karena itu menggunakan bahasa populer yang tidak teknis;
bahasa Alkitab adalah bersifat fenomenal, artinya berkaitan dengan apa yang nampak dan menggambarkan sesuatu dari sudut pandang pengamat, sehingga matahari disebut "terbit" dan "terbenam" (walaupun sebenarnya yang bergerak adalah bumi, bukan matahari);
bahasa Alkitab tidak teoretis dan tidak langsung mengemukakan teori tentang hakikat benda atau suatu kosmologi tertentu, walaupun tentu saja ajarannya relevan dengan masalah-masalah seperti itu, misalnya dengan melawan dualisme dan panteisme;
bahasa Alkitab menyampaikan penyataan ilahi terutama melalui kebudayaan zamannya.
Semua faktor itu perlu dipertimbangkan dengan saksama sebelum kita mengemukakan pendapat tentang tafsiran
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
b. Persoalan lain
Pertama, gagasan ciptaan waktu menimbulkan kesulitan khusus. Augustinus memperhatikan ini berabad-abad yang lalu ketika mengatakan bahwa Allah tidak mencipta di dalam waktu tetapi dengan waktu. Manusia tidak dapat memahami peristiwa seperti itu dengan tepat, oleh karena semua pemikiran kita berlandaskan pengertian waktu sebagai masa yang terdiri dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Dalam tiap sistem yang dapat diterima menurut penalaran manusia, tiap peristiwa ada masa lampaunya yang dalam prinsip dapat diketahui. Jadi tindakan mencipta pada prinsipnya tidak dapat diselidiki manusia karena tidak ada masa lampau sebelumnya: masa lampau yang dalam prinsip dapat diketahui adalah bagian dari apa yang dijadikan Allah pada saat menciptakan ruang dan waktu.
Kedua, ruang dan waktu saling berkaitan. Terjadinya semesta alam pada titik tertentu di dalam waktu juga menyiratkan terjadinya pada titik tertentu di dalam ruang. Hal ini seharusnya membuat kita hati-hati sebelum berbicara mengenai dampak kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian itu bagi keterangan ahli fisika mengenai asal usul alam semesta (lihat juga pembahasan tentang teori evolusi di bawah: ps 11.2.b.).
Ada banyak buku yang membahas persoalan ini secara lebih mendalam. Di sini cukuplah dikatakan bahwa kita berbicara tentang penciptaan pada permulaan zaman karena begitulah kata Alkitab. Kita jangan ragu-ragu berbicara tentang tindakan Allah pada permulaan zaman, yang menciptakan alam semesta dari yang tidak ada. Tetapi alangkah baiknya bila kita tidak terlalu ketat mengenai penafsiran bahan Alkitab tentang caranya alam semesta itu diciptakan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
8.7 Penciptaan dunia rohani
Karya penciptaan Allah tidak terbatas pada alam semesta yang dapat dilihat, tetapi meliputi juga alam rohani (
Makhluk yang mendiami dunia rohani digambarkan dengan bermacam cara seperti: malaikat, roh, setan, kerub, seraf, anak-anak Allah, pemerintah, kuasa, penguasa (
Tugas mereka antara lain ialah memuja Allah (
Berbeda dengan nenek moyang kita, orang Kristen kini tidak begitu memikirkan malaikat Allah. Kita enggan terhadap pokok ini karena pengaruh masyarakat modern yang tidak percaya adanya dunia rohani, kesadaran akan bahaya perasaan ingin tahu di bidang ini dan keseganan menampilkan perantara Allah dan manusia selain Kristus (keseganan yang timbul dari ekses dalam gereja tertentu). Dan Alkitab memang tidak memberi tempat yang menonjol kepada pelayan-pelayan surgawi Allah ini. Namun perhatian yang makin besar terhadap setan-setan dan roh-roh jahat lain dalam masyarakat modern, dan daya pesona cerita-cerita fiksi tentang ilmu pengetahuan, seharusnya mendorong kita merenungkan "beribu-ribu malaikat", kumpulan meriah warga-warga tatanan surgawi, yang antara lain sibuk melayani kepentingan kita (
Dua bahaya muncul. Ada kemungkinan orang praktis mengabaikan ajaran ini, seperti yang terjadi dalam banyak tulisan teologi modern. Pada pihak lain, orang dapat terlalu menitikberatkannya, khususnya mengenai setan. Menjadi orang Kristen alkitabiah berarti bukan saja percaya pada segala yang diajarkan oleh Alkitab, tetapi juga menjaga keseimbangan antara berbagai ajaran di dalam Alkitab. Oleh sebab itu, kita harus memandang serius terhadap pergumulan dengan kuasa-kuasa jahat, sebagaimana dilakukan Yesus dan para rasul. Namun dimensi ini tidak terlalu muncul di dalam Perjanjian Baru dan harus demikian juga dalam pemikiran kita.
Keseimbangan alkitabiah sekali lagi harus menentukan sikap dalam memikirkan roh-roh jahat. Mereka pun makhluk Allah, yang keberadaannya tergantung pada Dia, dan akhirnya merupakan pelayan maksud-Nya. Agaknya jelas bahwa mereka tidak diciptakan jahat (
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
Bahan Alkitab
Penciptaan "dari tidak ada":
Kebergantungan:
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan ajaran Kristen tentang penciptaan dan tunjukkan dasarnya.
Jelaskan mengapa orang Kristen sepanjang masa mengartikan penciptaan "dari yang tidak ada". Selidiki dampak pandangan ini
Apa makna sikap Allah yang menopang semesta alam terhadap cara berpikir tentang hubungan-Nya dengan dunia?
Dalam hal apa ajaran Alkitab tentang penciptaan dapat menyumbang kepada penyelidikan ilmiah?
Sebutkan pertimbangan-pertimbangan yang harus dipakai dalam menafsirkan kisah penciptaan dalam
Pernah dikatakan, "Mujizat tidak terjadi". Orang lain berkata "Mujizat harus dialami sebelum dapat dipercayai". Bahaslah kedua pendapat ini.
Apa yang Alkitab ajarkan mengenai malaikat Allah? Manfaat apa yang dapat ditarik orang Kristen dari ajaran ini?
Mengenali Kebenaran -- Bab 8. Karya Penciptaan [Indeks]
Kepustakaan (8)
Artikel "Miracles" dalam _IBD_.
Geisler, N.
1976 _Christian Apologetics_ (Baker).
Hooykas, R.
1959 _Natural Law and Divine Miracle_ (Brill).
1972 _Religion and the Rise of Modern Science_ (Scottish Academic Press).
Jeeves, M. A.
1969 _The Scientific Enterprise and Christian Faith_ (Tyndale Press).
Klaaren, E. M.
1977 _Religious Origins of Modern Science_ (Eerdmans).
Lewis, C. S.
1960 _Miracles_ (Fontana).
Mackay, D. M.
1965 _Christianity in a Mechanistic Universe_ (IVP).
1973 _Science and Christian Faith Today_ (Falcon).
1974 _The Clockwork Image_ (IVP).
1978 _Science, Chance and Providence_ (OUP).
Ridderbos, N. H.
1957 _Is There a Conflict Between Genesis I and Natural Science?_ (Eerdmans).
Schaeffer, F. A.
1972 _Genesis in Space and Time_ (Hodder).
Indeks Bab 9: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 9 Karya Pemeliharaan ................................ 01111
Ps 9.1 Jangkauan Pemeliharaan ....................... 01111
Ps 9.2 Pemeliharaan dan Kejahatan ................... 01112
Bahan Alkitab .............................................. 01113
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01114
Kepustakaan ................................................ 01115
Mengenali Kebenaran -- Bab 9. Karya Pemeliharaan [Indeks]
9. KARYA PEMELIHARAAN
Istilah "pemeliharaan" menyebut karya sang Pencipta yang memelihara semua makhluk-Nya, bekerja dalam segala sesuatu yang terjadi di dunia dan mengarahkan segala hal kepada tujuan yang ditetapkan-Nya. Dengan demikian ajaran tentang pemeliharaan berhubungan erat dengan ajaran tentang penciptaan. Pemeliharaan menyatakan bahwa Allah yang menyebabkan dunia ini terjadi senantiasa mempertahankan, memperbarui dan mengaturnya. Ajaran ini digambarkan dalam kisah Yusuf, yang diculik dan dibuang ke Mesir: pada kemudian hari peristiwa itu dilihat sebagai pemeliharaan Allah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang dilanda kelaparan (lihat
9.1 Jangkauan pemeliharaan
Menurut Alkitab, pemeliharaan Allah meliputi seluruh alam semesta dan Allah bekerja dalam segala sesuatu (
Untuk mengurangi kesulitan moral yang timbul karena ajaran ini, beberapa teolog menyatakan bahwa Allah pada umumnya bekerja di "latar belakang" dengan menyediakan "masukan" yang perlu untuk hidup, yang kemudian berjalan menurut prinsip-prinsipnya sendiri secara relatif bebas. Melawan pandangan ini Calvin mengemukakan pengertian Alkitab mengenai pemeliharaan dengan menegaskan bahwa kemahakuasaan Allah berarti Ia memerintah surga dan dunia melalui pemeliharaan-Nya, dan mengatur segala sesuatu sehingga tak ada yang terjadi tanpa pertimbangan-Nya.
Sang Pemelihara yang bertindak untuk menopang dan mengarahkan dunia adalah Allah Tritunggal. Hal ini sangat penting diingat bila membedakan pandangan Kristen dengan teori kausalitas buta atau nasib, sebagaimana diajarkan oleh aliran Stoa pada zaman dulu dan dalam beberapa agama pada masa kini. Tujuan karya Allah dalam dunia adalah rencana-Nya untuk menyelamatkan dan menguduskan manusia dan rencana itu berpusat pada Yesus Kristus. Demikianlah bila kita membaca bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" bagi umat-Nya (
Kadang-kadang dibedakan antara kausalitas Allah yang primer dan sekunder. Yang pertama berarti peristiwa-peristiwa di mana Allah bertindak langsung tanpa perantaraan manusia, seperti kebangkitan Yesus; yang kedua menyangkut peristiwa di mana Allah bertindak dengan perantaraan faktor-faktor dalam ciptaan, seperti ketika menentukan timbul tenggelamnya bangsa-bangsa atau pengaturan hidup umat-Nya sehari-hari.
Perbedaan yang serupa kadang-kadang diadakan antara kehendak Allah yang mengarahkan dan kehendak-Nya yang membiarkan. Yang pertama menyangkut peristiwa-peristiwa yang diarahkan-Nya secara berdaulat untuk penggenapan rencana anugerah dan penghakiman-Nya, sedangkan yang terakhir menyangkut peristiwa-peristiwa yang dibiarkan terjadi. Meskipun tidak selalu mudah menerapkannya dalam praktek, namun perbedaan ini perlu untuk menyangkal bahwa Allah menyebabkan kejahatan. Namun harus diingat, kalau kejadian mengerikan seperti peristiwa kayu salib dapat dikatakan terjadi oleh karena Allah menghendakinya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 9. Karya Pemeliharaan [Indeks]
9.2 Pemeliharaan dan kejahatan
Bagaimana kita dapat mempertemukan pemerintahan Allah dalam pemeliharaan dengan kejahatan dan dosa dalam dunia ini? Usaha memecahkan masalah ini disebut "teodiki". Dalam kepustakaan pada akhir pasal ini didaftarkan beberapa karya filsafat dan apologetika yang memakai alasan-alasan rasional untuk mencoba menyelaraskan fakta kejahatan dengan keyakinan Kristen bahwa Allah bersifat baik dan Mahakuasa.
Alkitab mengakui masih adanya rahasia dalam hal kejahatan dan dosa (
Dalam hal _hakikat manusia_, Alkitab menceritakan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa (
Dalam hal _masa depan manusia_, Alkitab menempatkan kejahatan dan penderitaan dalam konteks kemenangan rencana Allah bagi manusia kelak. Dosa, kejahatan dan penderitaan bukan merupakan bagian rencana asli Allah bagi manusia, juga bukan merupakan bagian permanen dari pengalamannya. Hal-hal ini merupakan gangguan-gangguan sementara yang tidak dapat mencegah kenyataan akhir dari rencana-Nya pada saat "Allah ada di tengah-tengah manusia . . . Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita" (
Dalam _diri Kristus_, Allah telah mengambil daging manusia dalam kepekaan dan kelemahannya, suatu dimensi penting lain lagi dari tanggapan Alkitab terhadap masalah kejahatan. Persamaan jati diri Kristus dengan kita mencapai ungkapan paling mulia di kayu salib, di mana Allah menerima penderitaan manusia menjadi penderitaan-Nya sendiri dan memasuki penderitaan manusia yang paling dalam, dengan mengubah kengerian Golgota menjadi alat pengampunan dan kegembiraan bagi semua yang percaya.
Dalam terang _kebangkitan Yesus_, kita lihat kemenangan Allah atas segala kuasa kejahatan dan kegelapan. Kemudian, melalui hidup baru di dalam Kristus yang dikerjakan Roh Kudus, orang dapat masuk ke dalam kerajaan Allah dan mulai mengalami kuasa-kuasa zaman yang akan datang di mana semua kuasa kebinasaan tidak ada lagi.
Dari segi _kedatangan Kristus kembali_, jelas bahwa tatanan dosa dan penderitaan sekarang ini bukan realitas terakhir. Kita yang berada dalam dunia tidak mendapat sudut pandang yang memadai untuk menilai sifatnya yang benar. Iman Kristen mengharapkan kembalinya Kristus, ketika ketidakadilan dan penderitaan kehidupan sekarang akan hilang dan segala sesuatu akan kelihatan dalam terang penyataan Allah serta kemenangan sepenuhnya dari rencana-Nya. Boleh dikatakan perspektif akhir Kristen sebenarnya bersifat doksologis, yaitu pemujaan Allah karena Ia menang atas segala lawan-Nya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 9. Karya Pemeliharaan [Indeks]
Bahan Alkitab
Markus 5:45; 10:29-30; Lukas 13:1-5; Kisah 14:17; 17:28;
Mengenali Kebenaran -- Bab 9. Karya Pemeliharaan [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Apa yang dimaksudkan dengan pemeliharaan oleh Allah? Apa dasar Alkitab untuk pemahaman ini? Selidikilah dampak-dampak kepercayaan akan pemeliharaan itu bagi kehidupan sehari-hari.
Bahaslah ketepatan pembedaan antara kehendak Allah yang mengarahkan dan yang membiarkan.
Apa "masalah kejahatan"? Dalam menghadapi masalah ini, wawasan apa yang diperoleh dari hubungannya dengan
Apa yang Anda jawab kepada orang yang bertanya, "Mengapa doaku untuk penyembuhan tidak terjawab?" atau "Mengapa Tuhan membiarkan ibuku meninggal dalam kecelakaan lalu lintas?"
Mengenali Kebenaran -- Bab 9. Karya Pemeliharaan [Indeks]
Kepustakaan (9)
Berkouwer, G. C.
1952 _The Providence of God_ (Eerdmans).
Carson, H. M.
1978 _Facing Suffering_ (Evangelical Press),
Farrer, A. M.
1966 _Love Almighty and Ills Unlimited_ (Fontana).
Lewis, C. S.
1957 _The Problem of Pain_ (Fontana).
Orr, J.
1947 _The Christian View of God and the Word_ (Eerdmans).
Whale, J. S.
1936 _The Problem of Evil_ (SCM).
Indeks Bab 10: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 10 Penerapan ......................................... 01117
Ps 10.1 Keberadaan dan Tabiat Allah .................. 01117
Sb 10.1.a Dia Harus Disembah ........................ 01117
10.1.b Dia Harus Dilayani ........................ 01118
10.1.c Dia Harus Diberitakan ..................... 01118
Ps 10.2 Penciptaan ................................... 01119
Ps 10.3 Pemeliharaan ................................. 01120
Mengenali Kebenaran -- Bab 10. Penerapan [Indeks]
10. PENERAPAN
10.1 Keberadaan dan tabiat Allah
Siapakah Allah? Jawaban kita terhadap pertanyaan tersebut boleh dikatakan hal yang paling penting mengenai kita. Apabila kita mengenal Allah, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus, sempurna dalam kemuliaan, ketuhanan, kekudusan dan kasih, maka pastilah hal itu mempengaruhi seluruh kehidupan kita.
a. Dia harus disembah
Percaya kepada Allah yang demikian berarti dipanggil untuk:
mencurahkan diri di hadapan-Nya sambil menyembah Dia dengan rasa terima kasih dan puji-pujian serta bersukacita di dalam Dia;
menikmati kebenaran, keindahan, kemurnian dan kesetiaan-Nya; memuliakan anugerah, rahmat, kebaikan dan kasih setia-Nya;
bergembira atas kebebasan-Nya yang berdaulat dan kuasa-Nya yang tak terbatas;
membesarkan nama-Nya karena kemegahan dan kemuliaan-Nya;
mengaku Dia sebagai realitas terakhir, kebenaran segala kebenaran, sukacita segala sukacita, kasih segala kasih, terpuji selama-lamanya.
Percaya kepada Allah demikian berarti mengaku dan menyembah Dia sebagai Allah Tritunggal, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus yang bersatu dan tak terpisahkan secara abadi, berhubungan secara sempurna, masing-masing berada dan bekerja dalam kesatuan yang sempurna dengan oknum-oknum yang lain, selalu satu, selalu tiga. Hal itu juga berarti mengaku dan menyembah Dia di dalam kekayaan yang tak terperikan dan keindahan yang kekal sebagai Allah, yang di samping-Nya segala sistem kebenaran memudar menjadi bayangan yang fana, berhala yang menyedihkan, yang sama sekali tidak sanggup bertahan.
Pada waktu menyembah Allah, kita perlu merenungkan setiap sifat ilahi dan menyembah Dia menurut masing-masing sifat itu.
Kita memuja Dia, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena sifat _kemuliaan-Nya_. Ia yang Mahatinggi di atas segala-galanya, Allah satu-satunya di dalam kemegahan-Nya yang tak terdekati. Terpujilah nama-Nya.
Kita memuja Dia, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena sifat _ketuhanan-Nya_. Ia yang Mahatinggi yang membedakan diri dari ilah-ilah dan objek penyembahan lain dan menegaskan kuasa-Nya di atas mereka. Terpujilah nama-Nya.
Kita memuja Dia, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena sifat _kekudusan-Nya_. Dialah Allah dalam kemegahan yang mengagumkan, ditinggikan atas segala-galanya, yang memisahkan diri dari segala yang menantang dan melawan-Nya. Terpujilah nama-Nya.
Kita memuja Dia, sang Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena sifat _kasih-Nya_. Ia yang mengasihi sejak sebelum pembentukan dunia, dalam kemurahan hati-Nya berkenan merangkul dan menebus makhluk berdosa yang telah menyangkal dan menentang Dia. Terpujilah nama-Nya.
Pemujaan ini dapat terjadi baik dalam ibadah umat Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 10. Penerapan [Indeks]
b. Dia harus dilayani
Satu-satunya respons yang tepat kepada Allah yang demikian adalah melayani Dia. Secara negatif, pelayanan kepada Allah berarti melepaskan segala hak atas diri dan menempatkan kehendak kita di bawah kehendak Dia (
c. Dia harus diberitakan
Sebagian respons kita terhadap Allah adalah pemberitaan tentang Dia di dalam dunia yang umumnya tidak mengindahkan-Nya atau yang menolak-Nya. Dunia tidak netral, tetapi penuh dengan berhala, yaitu objek-objek pujaan palsu. Objek-objek ini dapat berupa pemimpin manusia, ideologi politik, kelompok atau kelas sosial, sistim pemikiran manusia, bahkan kuasa-kuasa gelap. Orang Kristen terpanggil untuk menentang perampas-perampas kekuasaan ini dan menghadapi ilah-ilah palsu ini demi nama Allah yang benar dan hidup. Ini meliputi hal menyebarkan pengetahuan mengenai Allah ke seluruh dunia, baik secara geografis maupun budaya, melalui doa, melalui sumbangan keuangan dan melalui kesaksian pribadi.
Pemberitaan Allah tidak hanya secara langsung dengan kata-kata, tetapi juga secara tidak langsung. Orang Kristen harus hidup sedemikian rupa sehingga Allah yang diberitakan dengan kata-kata juga dinyatakan dalam tiap bidang kehidupan kita. Di sini kita perlu mengingat pemeliharaan Allah melalui Anak-Nya dan Roh Kudus untuk membuat apa yang tidak mungkin secara manusiawi menjadi mungkin (
Ketiga penerapan dari keberadaan dan tabiat Allah itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain:
Mengenali Kebenaran -- Bab 10. Penerapan [Indeks]
10.2 Penciptaan
Kenyataan bahwa Allah adalah Pencipta mempunyai beberapa dampak praktis.
Pertama, dunia tidak boleh disangkal. Dunia yang datang dari Dia adalah kepunyaan-Nya. Memang dunia sangat tercemar oleh dosa, tetapi dosa tidak merenggutnya dari Allah atau mengasingkannya sama sekali daripada-Nya. Oleh sebab itu, kita harus menolak gagasan bahwa keberadaan dalam waktu dan ruang tidak bernilai. Demikian pula pandangan bahwa dari perspektif Kristen usaha manusia tidak ada harganya harus ditolak, begitu pula pandangan bahwa seksualitas manusia tidak layak. Kebudayaan dan adat, kreativitas dalam bidang seni, pekerjaan sosial dan politik, prestasi di bidang olah raga dan lain-lain, semuanya mempunyai tempat dalam dunia yang diciptakan Allah. Pandangan yang merendahkan dunia mencerminkan kegagalan melihat Allah sebagai Pencipta atau kekhilafan karena membedakan antara Allah Pencipta dan Allah Penebus.
Kedua, dunia jangan dipuja. Dunia dibuat Allah tetapi dunia bukanlah Allah. Dunia terlibat dalam akibat-akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa dan karena itu tidak boleh dinilai berlebihan. Kesetiaan akhir manusia harus disediakan bagi Allah sendiri, yang dicari di luar ciptaan, walaupun kadang-kadang orang bertemu dengan Dia di dalam ciptaan itu. Itulah sebabnya dunia pada akhirnya tidak pernah memberi kepuasan. Manusia diciptakan oleh Allah bagi diri-Nya; dan dengan begitu, dengan kata-kata Augustinus yang sering dikutip, "hati kita gelisah sampai mendapatkan perhentiannya di dalam Dikau". Jadi, bila pengalaman hidup di dunia pada akhirnya tidak memuaskan, bila orang tidak pernah sukses, bila karena keadaan yang menyedihkan kemampuan menikmati dunia hilang, bila kehidupan terancam, janganlah kita terlalu putus asa. Allah sendiri adalah tujuan dan penggenapan kita. Mengenal Dia kini dan di dunia akhirat adalah pemenuhan terlengkap kehidupan manusia.
Ketiga, dunia harus digunakan. Allah menciptakan dunia untuk maksud-Nya sendiri, sebagai pentas kemuliaan-Nya. Dalam dunia waktu-ruang ini Ia telah menjelma dan menyatakan kemuliaan-Nya, dan kita pun harus menggunakan dunia dengan menyembah, melayani dan memberitakan Allah sepanjang hidup kita.
Perspektif Kristen ini merupakan dasar untuk penilaian dunia secara tepat, sehingga sumber-sumbernya dipakai dengan baik, keterbatasannya diakui tanpa pura-pura dan kita hidup dengan penuh sukacita, rasa terima kasih dan kebebasan demi kemuliaan Allah Pencipta.
Mengenali Kebenaran -- Bab 10. Penerapan [Indeks]
10.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan Allah berarti bahwa Ia menguasai seluruh hal ikhwal kita. Kita tidak terletak dalam tangan kuasa-kuasa tak berpribadi yang sewenang-wenang, melainkan sepanjang hidup kita berhadapan dengan Allah sendiri: sang Bapa, Anak dan Roh Kudus. Maka perlu kiranya disebutkan dengan jelas segala manfaat dan berkat khas yang diberikan kepada kita, supaya kita dapat mengucapkan syukur kepada-Nya.
Tujuan keseluruhan karya pemeliharaan Allah, seperti juga karya-Nya dalam penciptaan dan penyelamatan, adalah untuk kemuliaan-Nya dan untuk kebaikan kita. Lebih khusus lagi, Allah bermaksud menguduskan kita, baik secara individu maupun sebagai kelompok, dalam keluarga, masyarakat dan gereja. Begitu pula Dia menghendaki Injil disebarkan untuk memperluas kerajaan-Nya. Maksud-maksud inilah yang menerangkan perbuatan-Nya terhadap kita. Di dalamnya Allah tidak hanya campur tangan secara langsung tetapi sering memakai sebab-sebab sekunder seperti bakat pribadi, aktivitas dan minat anggota keluarga, tetangga, teman sekerja, kerangka fisik, sosial dan ekonomi kehidupan.
Karena Allah bekerja melalui faktor-faktor ini dalam pemeliharaan-Nya, kita seharusnya tidak membatasi campur tangan-Nya dalam hidup kita hanya pada saat-saat pengambilan keputusan yang kritis penting saja; dan sebaliknya jangan kita anggap bahwa faktor-faktor sehari-hari yang sekunder ini selalu merupakan intervensi-Nya secara langsung. Sebaiknya kita menerima hidup ini sebagai pemberian tangan-Nya dan kita jalani dengan tenang dan penuh keyakinan untuk kemuliaan-Nya, sambil percaya bahwa dalam segala hal kita berada di dalam tangan pengasihan-Nya. Kita yakin, Ia yang menciptakan dan menebus kita, dan dengan pengaturan hidup sehari-hari Ia sedang melanjutkan rencana-Nya melalui kita.
Pemeliharaan Allah seharusnya membuat kita rendah hati karena olehnya kita disadarkan akan ketergantungan pada Dia. Sebab itu, kebanggaan akan kuasa dan prestasi seharusnya mundur sewaktu kita mengakui ketergantungan total pada pemeliharaan yang menopang dan memerintah kita.
Pemeliharaan Allah sangat menghibur pada saat menghadapi kesulitan dan penderitaan yang bukan akibat kebodohan atau kejahatan kita melainkan Allah secara berdaulat membiarkannya terjadi. Ia yang terlibat dalam siklus kehidupan burung pipit, terlibat sepenuhnya dalam kehidupan dan keadaan kita yang dijadikan-Nya objek khusus untuk kasih-Nya. Oleh sebab itu, kita dapat hidup dengan yakin meskipun menghadapi kesulitan seperti itu, karena pasti bahwa Allah Bapa dalam pemeliharaan-Nya membiarkan hal ini terjadi bagi kebaikan kita dan kemuliaan-Nya. Dan pasti Ia akan menopang dan menjaga kita pada waktu menghadapinya. Bagi orang yang sedang menderita sekali, mungkin perkataan ini kedengaran hambar dan tidak ada apa-apanya. Tetapi Alkitab menyaksikan kebenarannya dan kesaksian ini diperkuat lagi oleh pengalaman orang Kristen sepanjang masa.
Kepercayaan akan pemeliharaan Allah dapat membantu kita melihat masa-masa kegembiraan dan kesuksesan dalam perspektif yang tepat, yaitu sebagai anugerah Allah dan bukan sebagai hasil kemampuan dan kebijaksanaan kita belaka. Sikap ini juga mempersiapkan kita untuk kemungkinan bahwa nanti kegembiraan dan keberhasilan itu akan ditarik, seandainya Allah dalam hikmat pengasihan-Nya menganggap itu perlu.
Pemeliharaan Allah memberi ketenteraman di tengah-tengah dunia yang tidak tenteram bahkan penuh kekerasan. Dia bertakhta di atas segala kekuatan militer, politik, sosial dan ekonomi dalam zaman ini; rencana-Nya yang ditetapkan dari semula secara kekal berlangsung terus semakin matang. Tidak ada yang tak terkendalikan dan tidak bakal terjadi. Karena itu kita dapat hidup hari demi hari dalam pengetahuan bahwa tangan yang berkuasa atas kehidupan kita adalah tangan yang mengendalikan segala sesuatu.
Pemeliharaan Allah berarti kemenangan terakhir dari rencana-Nya terjamin. Ada banyak kuasa yang melawan Allah -- dosa dan kejahatan, korupsi dan ketidakadilan, keserakahan dan eksploitasi, dan lain-lain - dan semuanya dikuasai Allah, dikendalikan oleh pemerintahan-Nya dan sebenarnya hanya mempunyai arti sementara saja. Allah telah menetapkan satu hari ketika kemuliaan pemerintahan-Nya akan nyata di seluruh alam semesta dan segala sesuatu yang melawan Dia akan dihakimi dan akan dienyahkan dari hadapan-Nya untuk selama-lamanya.
Pengakuan akan pemeliharaan Allah tidak membebaskan kita dari tanggung jawab atas kehidupan pribadi kita. Alkitab mengajarkan secara jelas bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam dan manusia bertanggung jawab kepada Dia atas dirinya dan apa yang dilakukannya. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati dalam mengambil keputusan, dan berusaha secara sadar untuk bertindak dan mengatur kehidupan sedekat-dekatnya dengan kehendak Allah bagi diri kita.
Maka tanggapan Kristen terhadap pemeliharaan Allah jangan diungkapkan dengan menarik diri dari tanggung jawab biasa atau dari keterlibatan dalam masalah-masalah yang dihadapi dunia dan masyarakat. Sebaliknya, orang Kristen yang menerima tanggung jawab ini mendapat kepastian yang luar biasa bahwa nilai-nilai adil, murni dan luhur yang mencirikan kehidupannya di dunia sehari-hari mencerminkan hakikat Allah yang memerintah dan mengatur segala sesuatu. Selain itu kendatipun masalah-masalah yang dihadapi orang sangat rumit, namun kita yakin bahwa nilai-nilai ini akan bertahan sampai selama-lamanya dalam zaman baru pemerintahan Allah.
Indeks Bab 11: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 11 Watak Manusia ..................................... 01122
Ps 11.1 Pertanyaan yang Abadi ........................ 01122
Ps 11.2 Manusia Dalam Hubungan dengan Allah .......... 01123
Sb 11.2.a Asal Usul Kehidupan ....................... 01123
11.2.b Asal Usul Manusia ......................... 01124
11.2.c Gambar Allah .............................. 01125
Ps 11.3 Manusia Dalam Hubungan dengan Dirinya ........ 01126
Sb 11.3.a Dikotomi atau Trikotomi?................... 01126
11.3.b Kesatuan Pribadi Manusia .................. 01127
Ps 11.4 Manusia Dalam Hubungan dengan Sesamanya ...... 01128
Sb 11.4.a Makhluk Sosial ............................ 01128
11.4.b Laki-laki dan Perempuan ................... 01129
Ps 11.5 Manusia Dalam Hubungan dengan Alam ........... 01130
Ps 11.6 Manusia Dalam Hubungan dengan Waktu .......... 01131
Bahan Alkitab .............................................. 01132
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01133
Kepustakaan ................................................ 01134
Bahan Alkitab .............................................. 01132
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01133
Kepustakaan ................................................ 01134
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
C. MANUSIA
11. WATAK MANUSIA
11.1 Pertanyaan yang abadi
"Apakah manusia?" tanya pemazmur berabad-abad yang lalu (
Berbagai faktor berpadu menjadi penyebab krisis antropologi (pengetahuan tentang manusia) itu. Akhir-akhir ini kita menghadapi kemungkinan kemusnahan umat manusia secara total, apakah itu karena bom nuklir, kekurangan bahan pangan, polusi lingkungan hidup ataupun gangguan-gangguan lain yang tak terduga. Unsur-unsur lain yang turut mempercepat krisis ini adalah kecepatan dan luasnya perubahan (_future shock_), serta kehidupan modern yang luar biasa rumitnya sehingga mengakibatkan rontoknya dasar-dasar pikiran kebudayaan yang seragam.
Namun antropologi sekuler tidak memberikan bantuan yang diperlukan. Terlepas dari masalah jumlah teori yang terlalu besar, antropologi gagal memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan paling pokok seperti:
Di samping itu, dalam pengertiannya mengenai umat manusia, ilmu ini masih dilanda ketegangan-ketegangan yang belum terpecahkan. Apakah kita harus melihat diri kita terutama dalam pengertian kemampuan rasional dan spiritual, seperti dalam filsafat klasik atau pemikiran Timur, atau terutama dalam pengertian jasmani kita, seperti yang dikemukakan Epicurus, Marxisme dan segala bentuk materialisme? Apakah manusia harus dilihat terutama sebagai individu, seperti yang dianjurkan eksisten-sialisme dan banyak psikologi modern; atau sebagai masyarakat, seperti dalam sosiologi dan Marxisme? Apakah kita seharusnya pesimistis, seperti pada eksistensialisme dan beberapa bentuk penafsiran psikologis; atau optimistis seperti pada humanisme, Marxisme dan hedonisme populer?
Pertanyaan ini mengarisbawahi relevansi pandangan Kristen karena menimbulkan pertanyaan apakah semua bukti sudah dipertimbangkan. Apakah tidak ada dimensi lebih lanjut yang menjadi kunci buat pengertian diri kita sendiri? Menurut antropologi Kristen memang ada dimensi demikian dan asal mula semua kekacauan sekarang ialah pengabaiannya. Calvin menyatakan begini, "Manusia tidak pernah mencapai pengetahuan jelas akan dirinya kecuali jika ia sebelumnya melihat wajah Tuhan, kemudian beranjak dari memandang Dia dan mulai meneliti dirinya sendiri". Manusia hanya dapat dimengerti sepenuhnya dalam hubungannya dengan Allah serta rencana-Nya untuk umat manusia, yaitu dalam terang penyataan ilahi.
Menurut Alkitab, manusia adalah mutlak ciptaan Allah (bnd.
Pada waktu diciptakan, manusia diberi harkat khusus. Diangkat Allah sebagai pemerintah dunia di bawah Dia, ia mendapat tugas untuk memiliki dan menguasainya serta memerintah makhluk-makhluk lain (
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
11.2 Manusia dalam hubungan dengan Allah
a. Asal usul kehidupan
Mereka yang menolak adanya Pencipta melihat penyebab kehidupan di bumi sebagai hal untung-untungan saja. Dalam sejenis kolam air pada zaman pertama, dan sesudah kurun waktu yang sangat besar, suatu rentetan reaksi dan kombinasi yang unik tetapi kompleks akhirnya menghasilkan protoplasma dengan ciri-ciri yang membuatnya layak dikatakan "hidup". Eksperimen-eksperimen untuk menciptakan kembali kondisi-kondisi ini telah menimbulkan pertanyaan apakah kehidupan dapat "diciptakan" dalam tabung kimia, dan jika demikian apa pula dampaknya bagi ajaran Kristen tentang ciptaan. Namun:
para ilmuwan tidak sependapat bahwa hal itu mungkin;
sekalipun itu terjadi, kelihatannya tidak ada kontradiksi pokok dengan ajaran Alkitab karena Tuhan membiarkan manusia untuk mengikuti pikiran-Nya melalui penyataan diri-Nya dan meniru karya penciptaan-Nya dalam hal-hal lain, misalnya dengan menghasilkan varietas tanaman dan binatang baru; dan
banyak tergantung dari apa yang dimaksudkan dengan "hidup" di sini.
Sebenarnya adalah hampir tidak mungkin bahwa kehidupan yang begitu kompleks terjadi di planet ini secara kebetulan. Mengingat hal ini, maka kepercayaan Kristen akan adanya penciptaan bertujuan oleh kehendak sang Pencipta jelas lebih mudah diterima.
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
b. Asal usul manusia
Masalah asal manusia telah menimbulkan perdebatan yang menggairahkan dan kadang-kadang juga sengit selama dua ratus tahun terakhir ini. Penerbitan karya Darwin, _The Origin of Species_ (1859), menyebabkan terjadinya bentrokan antara penjelasan biologis dan agama yang sudah lama membara. Kami mengakui pengilhaman sepenuhnya dan kewenangan ilahi dari perikop Alkitab yang bersangkutan dengan hal ini (
Yang menjadi pokok persoalan adalah hubungan antara perikop-perikop Alkitab ini dengan teori evolusi. Evolusi organik secara umum dapat didefinisikan sebagai "asal usul spesies dari spesies yang sudah ada sebelumnya melalui proses penurunan dengan modifikasi". Ada empat pandangan utama tentang teori ini.
Pertama, _evolusionisme_ yakin bahwa teori evolusi mempunyai penjelasan menyeluruh mengenai asal usul manusia dan membuang segala keterangan mengenai karya suatu Pencipta. Tentu saja seorang Kristen tidak mungkin menerima pandangan tersebut.
Kedua, ada pandangan _kreationisme langsung_ yang percaya bahwa asal mula manusia adalah secara harfiah seperti yang digambarkan dalam
Ketiga, pandangan _kreationisme progresif_ menyatakan bahwa
Keempat, _evolusi teistis_ menerima teori evolusi sebagai penjelasan umum tentang bagaimana Allah bekerja dalam menciptakan dunia dan membentuk kehidupan di dalamnya. Namun, mengenai munculnya manusia diajukan faktor lain lagi, yaitu tindakan ilahi di mana antropoid tertentu dipisahkan dan dikembangkan sampai tingkat kesadaran baru dan dalam hubungan dengan Allah. Dalam mengevaluasi pandangan-pandangan itu harus dipertimbangkan delapan pokok berikut.
Seharusnya penciptaan dari "yang tidak ada" jangan dipersoalkan. Menurut pandangan ketiga dan keempat, bahkan untuk sebagian pandangan kedua juga, ada pola sebagai berikut:
tindakan penciptaan pertama dari yang tidak ada mengadakan bahan baku semesta alam;
proses yang dikendalikan oleh Allah, yang mungkin ditandai oleh lanjutan tindakan-tindakan kreatif primer, yang membentuk semesta alam yang kita kenal sekarang ini;
puncak proses ini yakni penciptaan manusia secara khusus, atau sebagai suatu produk baru atau dengan pembentukan kembali dari bentuk makhluk yang sudah dikembangkan.
Kita sebaiknya menghindari pandangan yang kaku tentang hal ini. Penafsir-penafsir Alkitab yang terpercaya, cerdas dan beriman pernah mendukung pandangan kedua, ketiga dan keempat di atas. Hal ini mengharuskan adanya toleransi antara orang Kristen yang keyakinannya berbeda-beda. Para ahli ilmu pengetahuan juga tidak boleh bersifat dogmatis karena evolusi masih merupakan teori saja, yang mungkin akan diganti dengan teori yang lebih tepat pada suatu waktu.
Manusia berbeda dari binatang lain karena sifatnya yang luar biasa. Daya rasional, kesadaran moral, pengutamaan keindahan, pemakaian bahasa, rasa takut akan punah dan persepsi spiritual, segalanya menunjang penegasan Alkitab bahwa manusia adalah unik dalam kerangka penciptaan. Beberapa ahli ilmu pengetahuan Kristen yang lebih muda percaya bahwa dasar ilmiah teori evolusi harus dipertanyakan dan bahwa pandangan kreationisme langsung bukan saja sesuai dengan Alkitab tetapi tidak perlu bertentangan dengan penyelidikan ilmiah paling teliti tentang asal manusia.
Para pendukung teori evolusi teistis menunjukkan kemanusiaan Yesus Kristus sebagai faktor yang membantu pandangan mereka. Secara jasmani, Yesus tidak berbeda dari orang-orang sezaman-Nya. Ia mendapat bentuk fisik-Nya menurut proses normal keturunan dari generasi ke generasi (bnd.
Satu pokok persoalan ialah bahwa proses penciptaan pada titik-titik perkembangan tertentu nampaknya serampangan. Bayangkanlah seekor serangga yang merayap di Borobudur: apakah serangga itu dapat mengetahui tujuan keseluruhan candi itu? Seandainya pun serangga itu dapat mengerti susunan batu-batu dalam bangunan itu dan terbang memandangnya secara keseluruhan, apakah ia dapat menangkap tujuan gedung itu menurut pemahaman manusia? Demikian juga, kita mengakui adanya tujuan ilahi bagi semesta alam karena penyataan sang Pencipta, walaupun belum tentu kita memahami semuanya.
Persoalan lain yang terkait adalah mengenai kepurbaan manusia. Persoalan ini timbul karena silsilah-silsilah yang terdapat dalam Kitab Kejadian, yang menunjukkan hubungan kekeluargaan Adam dengan Abraham dan bangsa Israel (
Jadi kapan Adam itu hidup? Jika bukti paleontologi dapat diterima secara umum, ia dapat ditempatkan pada bagian permulaan pada skala waktu genealogis ataupun mendekati bagian akhirnya.
Kalau kita menempatkannya pada permulaan skala waktu, maka ini cocok dengan penegasan dalam
Alternatifnya adalah pandangan bahwa Adam muncul agak kemudian pada skala waktu. Dengan demikian dihasilkan hubungan yang lebih baik antara skala waktu Alkitab dan skala waktu paleontologis, tetapi tidak menyelesaikan kesulitan adanya "manusia" lain yang hidup pada zaman yang sama dengan Adam. Salah satu penyelesaiannya adalah bahwa Adam mempunyai fungsi khusus sebagai wakil manusia dalam hubungan asli dengan Allah (bnd. tentang federalisme di bawah ini: ps 12.2.c) dan bahwa ia mewakili semua leluhurnya serta "manusia" lain yang hidup pada zaman itu. Yang kedua itu ditingkatkan bersama dengan dia kepada tingkat manusia benar. Ini cocok dengan kesan yang diberikan
Namun, "manusia" lain itu (hominid) mungkin juga punah begitu saja, seperti dikatakan kebanyakan ahli antropologi akhir-akhir ini. Dalam hal demikian, maka varietas bangsa-bangsa yang ada di dunia sekarang semua berasal dari satu keturunan, _homo sapiens _(
Pada lain pihak, bukti paleontologis secara keseluruhan dapat dipertanyakan, menurut beberapa ilmuwan. Kalau begitu, mungkin juga tidak ada ketegangan penting antara pandangan alkitabiah dan ilmiah.
Banyak tergantung pada cara kita menafsirkan Kej 1:1-31-3:1-32. Apakah ini mitos agama? Ataukah gambaran sejarah yang terus terang, bahkan gambaran "ilmiah"? Suatu penafsiran "religius" (bahwa Kitab Kejadian mengajarkan kebenaran-kebenaran agama, bukan kebenaran-kebenaran sejarah) tentu mengurangi konflik dengan teori-teori evolusi yang umum diterima; pendekatan demikian diterima oleh cukup banyak orang Kristen, tetapi juga mempunyai kesulitan-kesulitan.
Misalnya, pandangan ini tidak memberi tempat layak pada segi ruang dan waktu dalam
Dalam semuanya ini, kita harus mengingat sifat khusus dari peristiwa-peristiwa ini yang berada pada batasan antara dunia yang kita ketahui (yang penuh dosa) dan dunia sebelum masuknya dosa, yang tidak kita ketahui. Pengalaman kita secara tegas dibatasi oleh dosa dan kejatuhan dan peristiwa-peristiwa dalam
Akhirnya, kita harus menjaga supaya perdebatan mengenai hal-hal ini tidak meniadakan pernyataan pokok Alkitab, yakni bahwa umat manusia adalah makhluk yang ditempatkan Allah di dunia kepunyaan-Nya, yang berhubungan secara unik dengan Dia serta bertanggung jawab secara khusus untuk menjaga tatanan ciptaan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
c. Gambar Allah
Manusia dikatakan telah diciptakan "menurut gambar dan rupa" Allah (
Bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah membedakannya dari makhluk-makhluk lain. Dalam tradisi Kristen, "gambar" itu ditafsirkan sebagai ciri-ciri seperti pengetahuan, kesadaran moral, kesempurnaan moral asli dan kekekalan. Beberapa pakar ingin memberikan arti fisik kepada "gambar" itu (bnd.
Ada bermacam-macam pandangan mengenai bagaimana gambar itu dipengaruhi oleh kejatuhan. Irenaeus (130-200) membedakan antara "gambar" (Ibr. _tselem_), yang diartikannya sebagai akal manusia dan kebebasan moral, dan "rupa" (Ibr. _demut_) yang disamakan dengan kebenaran aslinya, dan dia mengajarkan bahwa hanya "rupa" itu yang hilang pada saat kejatuhan. Tafsiran ini diikuti terus sepanjang abad pertengahan di Eropa dan membantu menghasilkan pandangan yang pada dasarnya optimistis tentang sifat manusia tersebut. Sedangkan Luther menjelaskan bahwa
Namun Alkitab sebenarnya tidak berbicara tentang kehilangan total gambar Allah dan pada tempat-tempat tertentu memakai istilah itu untuk manusia yang sudah jatuh (bnd.
Namun pandangan alkitabiah juga mencakup anugerah Allah melalui Yesus Kristus, karena melalui Dia gambar Allah akan pulih sepenuhnya dalam mereka yang percaya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
11.3 Manusia dalam hubungan dengan dirinya
Alkitab membedakan beberapa segi dalam sifat manusia, misalnya:
Kata "hati" (Ibr. _lev_, Yun. _kardia_) biasanya mengacu pada manusia seluruhnya, yang dilihat dari pusat pengendalian dirinya, manusia secara hakiki. Ada tiga pokok persoalan teologis yang perlu dicatat.
a. Dikotomi atau trikotomi?
Telah terjadi perdebatan mengenai apakah manusia terdiri dari tubuh dan jiwa (dikotomi) atau tubuh, jiwa dan roh (trikotomi).
Para pendukung dikotomi menunjukkan pemakaian istilah jiwa dan roh secara berganti-ganti dalam Alkitab (bnd.
Pendukung trikotomi terutama mengacu pada
Beberapa pihak, termasuk John Wesley, mengatakan bahwa manusia adalah dikotomi sebelum lahir kembali dan sesudahnya menjadi trikotomi, namun patut diragukan apakah kelahiran kembali itu memberi unsur tambahan kepada pribadi orang. Sikap ini dapat mendorong pandangan bahwa "unsur ketiga" pada orang percaya adalah Allah yang merupakan Roh Kudus itu sendiri. Secara teologis pandangan ini berbahaya karena membuka pintu pada pendapat yang hampir bersifat menghujat bahwa manusia "memiliki Allah" sebagai bagian dari dirinya. Secara pastoral pandangan ini berbahaya karena berdasarkannya orang dapat menyatakan bahwa keinginan rohnya adalah pancaran dari Roh Allah dan dengan demikian mengesampingkan koreksi dari Alkitab dan gereja.
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
b. Kesatuan pribadi manusia
Kini persoalan dikotomi/trikotomi sebagian besar sudah digeser dengan menekankan keterpaduan pribadi manusia. Menurut Alkitab, manusia tidak terdiri dari beberapa bagian yang digabung, apakah dua bagian atau tiga, melainkan merupakan kesatuan psikosomatis. Istilah yang digunakan Alkitab -- "tubuh", "jiwa", "roh", "hati", "akal budi" dan sebagainya -- kesemuanya hanya merupakan cara yang berbeda-beda untuk melihat pribadi yang satu itu. Penting sekali bahwa kata-kata yang diterjemahkan sebagai "jiwa" (Ibr. _nefesy_, Yun. _psukhe_) di tempat-tempat tertentu (
Keterpaduan alkitabiah ini kelihatan jelas sekali bila dibandingkan dengan pemikiran filsafat Yunani. Plato melihat manusia terdiri dari dua bagian yang dapat dipisahkan yakni tubuh dan jiwa; pada saat meninggal jiwa dibebaskan, api ilahi dalam manusia meninggalkan kehidupan dalam perangkap gelap tubuh manusia untuk kehidupan di dunia nyata yang melampaui peleburan fisik. Bertentangan dengan hal itu, pandangan Alkitab tentang hidup sesudah kematian adalah kebangkitan tubuh. Manusia hanya dapat masuk dalam kehidupan sebenarnya jika ia mempunyai tubuh.
Namun dua hal perlu dikemukakan di sini. Pertama, meskipun kehidupan manusia yang sesungguhnya adalah bertubuh, namun ini tidak berarti bahwa tubuh itu mutlak perlu untuk pengungkapan dirinya yang hakiki. Perjanjian Baru dan khususnya Yesus melihat kemungkinan manusia terlepas dari tubuhnya (
Kedua, tujuan akhir manusia ini terletak dalam hubungannya dengan Allah pada tingkat rohani dan akhlak. Kendatipun hubungan ini mempunyai dampak pada setiap tingkat kehidupan manusia, termasuk tingkat lahiriah dan sosial, dan juga mengandung janji akan pembaruan akhir seluruh keberadaan manusia, namun dimensi-dimensi ini bukanlah hal yang pokok dari hubungan ini. Demikianlah kelahiran kembali tidak mempunyai dampak langsung bagi tubuh manusia sekarang (bnd.
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
11.4 Manusia dalam hubungan dengan sesamanya
a. Makhluk sosial
Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, Allah menyatakan bahwa keadaan Adam yang seorang diri itu "tidak baik" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
b. Laki-laki dan perempuan
Di samping membenarkan sifat hidup manusia sebagai hidup berkelompok di bawah Allah, hubungan Adam dan Hawa mengungkapkan perbedaan kelamin yang diciptakan Allah. Alkitab mengatakan dua hal yang saling mengisi mengenai hal ini.
Laki-laki dan perempuan sederajat dalam nilai dan status Hawa adalah "tulang dari tulangku dan daging dari dagingku" bagi Adam (
Fungsi laki-laki dan perempuan berbeda tetapi saling melengkapi Persamaan status diwujudnyatakan dalam peranan yang saling melengkapi. Ini pada dasarnya dinyatakan dalam peranan laki-laki dan perempuan yang berbeda, walaupun saling melengkapi, dalam memimpin keluarga (
Ada yang menegaskan bahwa hubungan laki-laki dan perempuan merupakan patokan bagi kehidupan manusia, artinya manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan. Di sinilah terdapat kebenaran yang mendalam (bnd.
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
11.5 Manusia dalam hubungan dengan alam
Untuk membahas pokok ini kita perlu memperhatikan
Hubungan manusia dengan dunia sesuai dengan kehendak Allah dapat diungkapkan dengan dua kata. Yang pertama adalah _kuasa_. Manusia ditempatkan di atas bentuk-bentuk kehidupan lain (
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
11.6 Manusia dalam hubungan dengan waktu
Dunia tempat manusia hidup, berkuasa dan mengadakan penatalayanan adalah dunia waktu dan ruang. Manusia diberi waktu oleh Allah supaya dia mengisinya secara bertanggung jawab dan menikmati persekutuan dengan Pencipta (
Alkitab secara nyata menghubungkan kematian dengan dosa (
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
Bahan Alkitab
Manusia diciptakan oleh Allah:
Manusia sebagai gambar Allah:
Sifat manusia:
Matius 10:28; 22:37; Markus 8:35-36; 16:19-31; 23:43;
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Uraikan relevansi pandangan Kristen tentang manusia mengingat
Dapatkah penjelasan secara alkitabiah dan penjelasan ilmiah tentang asal usul manusia disesuaikan? Bagaimana penilaian Anda terhadap kekuatan dan kelemahan dari berbagai penyelesaian yang dikemukakan?
Apa penafsiran Anda mengenai ungkapan "gambar Allah"? Selidikilah dampak-dampaknya bagi
Menurut pandangan Anda, apakah manusia itu terdiri dari dua bagian, tiga bagian atau berbentuk lain lagi? Tunjukkanlah dasar alkitabiah bagi pendapat Anda.
"Manusia adalah manusia dalam masyarakat." Sebutkanlah ajaran Alkitab yang berhubungan dengan pernyataan ini dan selidikilah dampak-dampaknya bagi
Mengenali Kebenaran -- Bab 11. Watak Manusia [Indeks]
Kepustakaan (11)
Berkouwer, G. C.
1962 _Man: the Image of God_ (Eerdmans).
Boston, T.
1964 _Human Nature in its Fourfold State_ (Banner of Truth).
Cairns, D.
1973 _The Image of God in Man_ (Fontana).
Davidheiser, B.
1969 _Evolution and the Christian Faith_ (Presbyterian & Reformed).
Houston, J. M.
1979 _I Believe in God the Creator_ (Hodder).
Kidner, D.
1967 _Genesis_ (Tyndale Press).
Machen, J. G.
1965 _The Christian View of Man_ (Banner of Truth).
MacKay, D. M.
1973 _Science and Christian Faith Today_ (Falcon).
Orr, J.
1948 _God`s Image in Man_ (Eerdmans).
Pearce, E. K. V.
1976 _Who was Adam?_ (Paternoster).
Ramm, B.
1955 _The Christian View of Science and Scripture_ (Paternoster).
Schaeffer, F. A.
1972a _Genesis in Space and Time_ (Hodder).
1972b _Back to Freedom and Dignity_ (Hodder).
Whitcomb, J. C. & Morris, H. M.
1961 _The Genesis Flood_ (Evangelical Press).
Indeks Bab 12: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 12 Manusia Berdosa ....................................01136
Ps 12.1 Kejatuhan Manusia ............................ 01136
Ps 12.2 Sifat Serta Jangkauan Dosa ................... 01137
Sb 12.2.a Sifat Dosa ................................ 01137
12.2.b Jangkauan Dosa ............................ 01138
12.2.c Penyebaran Dosa: Dosa Warisan ............. 01139
Ps 12.3 Pengaruh dosa ................................ 01140
Sb 12.3.a Dalam Hubungan dengan Allah ............... 01140
12.3.b Dalam Hubungan dengan Sesama .............. 01141
12.3.c Dalam Hubungan dengan Dirinya ............. 01142
12.3.d Dalam Hubungan dengan Alam Semesta ........ 01142
12.3.e Dalam Hubungan dengan Waktu ............... 01143
Ps 12.4 Soal-soal Lain ............................... 01144
Sb 12.4.a Dosa yang Tak Terampuni ................... 01144
12.4.b Kebebasan Manusia ......................... 01145
Ps 12.5 Perdebatan Akhir-akhir Ini ................... 01146
Sb 12.5.a Marxisme .................................. 01146
12.5.b Eksistensialisme .......................... 01147
Ps 12.6 Ringkasan .................................... 01148
Bahan Alkitab .............................................. 01149
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01150
Kepustakaan ................................................ 01151
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
12. MANUSIA BERDOSA
Pasal 11 di atas memberi gambaran mengenai apa yang mungkin terjadi seandainya Adam tetap setia. Tetapi kenyataannya ia jatuh, jadi kita harus menilik umat manusia dalam dosa.
12.1 Kejatuhan manusia
Pertama,_ pandangan harfiah _melihat kisah dalam Kitab Kejadian sebagai tulisan sejarah. Inilah pandangan yang diterima secara umum di gereja selama berabad-abad dan masih terus dibela oleh banyak pendukung. Namun akhir-akhir ini timbullah pendapat-pendapat yang lain.
Kedua, _pandangan mitologis _menolak adanya sedikit pun unsur sejarah. Pandangan ini menganggap cerita dalam Kitab Kejadian sebagai suatu gambaran religius yang menyampaikan kebenaran-kebenaran penting tentang manusia dan kondisi moralnya. Dengan demikian cerita Kejadian bukan mengenai asal dosa melainkan mengenai hakikatnya. Memang ada unsur kebenaran dalam pandangan ini dan dalam
Ketiga, _pandangan "historis" _menegaskan bahwa -- walaupun
Untuk menafsirkan perikop yang sangat penting ini dengan tepat, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan.
Ada kesulitan dalam memakai bahasa sehari-hari kita dengan keadaan sebelum kejatuhan, karena _semua bahasa dibentuk oleh pengalaman sejak kejatuhan_. Begitu pula, tentang waktu pengaruh-pengaruh kejatuhan itu ditiadakan oleh kedatangan kembali Kristus, Alkitab sekali lagi menggunakan semacam simbolisme untuk menggambarkan situasi masa mendatang (
Berkouwer mengemukakan bahwa kejatuhan tidak mungkin dipahami sepenuhnya kalau kita tidak mengakui keterlibatan pribadi kita dalam peristiwa menyedihkan itu. Sekalipun prinsip ini tidak perlu menghambat segala pembahasan tentang sifat kejatuhan, namun sebaiknya kita hindari pendekatan yang terlalu teoretis.
Para evolusionis sering menolak gagasan tentang dosa dan argumen-argumen Kristen lain yang terkait. Akan tetapi orang percaya sekurang-kurangnya dapat melihat bahwa sekali kegagalan moral manusia diakui (dan bukti empiris bagi kegagalan itu cukup besar!) maka kecenderungan dalam manusia itu harus ada titik pangkal dalam waktu. Telah terjadi suatu tindakan pemberontakan pertama yang melawan norma-norma moral yang diketahui, dalam hal ini kehendak Allah. Oleh sebab itu asal dosa dapat ditempatkan dalam waktu dan dihubungkan dengan keseluruhan rangkaian peristiwa manusia.
Dalam
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
12.2 Sifat serta jangkauan dosa
a. Sifat dosa
Alkitab menggunakan beraneka macam istilah untuk dosa. Hal ini tidak mengherankan karena tema utama Alkitab adalah pemberontakan manusia terhadap Allah dan jawaban-Nya yang penuh anugerah. Istilah-istilah alkitabiah serta berbagai corak artinya dapat dicari dalam ensiklopedi Alkitab. Di sini kita cukup mencatat kata-kata utama dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diterjemahkan sebagai "dosa".
Istilah paling lazim dalam Perjanjian Lama adalah _khattat_ (misalnya
Kata utama untuk dosa dalam Perjanjian Baru _hamartia _(
Aspek yang paling khas dari dosa adalah bahwa dosa bertujuan melawan Allah (bnd.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
b. Jangkauan dosa
Dosa itu _universal_. "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak" (
Dosa itu menyeluruh bukan hanya secara geografis, tetapi mempengaruhi setiap manusia secara keseluruhan:
Keadaan ini menurut tradisi disebut "kerusakan total" (_total depravity_). Ini tidak berarti bahwa taraf kejahatan setiap manusia sudah maksimal, yang akan membuatnya setaraf dengan setan, tetapi bahwa tak satu pun dari segi watak yang luput dari pengaruh dosa. Tidak ada satu segi dari kepribadian manusia yang dapat dikemukakan untuk menyatakan diri benar.
Kenyataan bahwa orang sewaktu-waktu berpikir, berbicara atau bertindak dengan cara yang relatif "baik" (
Alkitab juga mengajarkan mengenai kerusakan total dengan mengatakan bahwa dosa telah mempengaruhi inti manusia. Hati (Ibr. _lev_) adalah hakikat seseorang, yang telah disesatkan oleh dosa. Kita ingat pernyataan Yesus, "dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan...Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (
Justru karena "kerusakan total" dalam arti alkitabiah ini, manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kerusakan total berarti "ketidak mampuan total".
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
c. Penyebaran dosa: dosa warisan
Hubungan antara ketidaktaatan Adam dan dosa manusia selanjutnya adalah persoalan dosa warisan. Alkitab mengajarkan bahwa dosa Adam melibatkan seluruh umat manusia. Dalam
_Realisme _menafsirkan kata-kata Paulus dalam
_Federalisme _mengingat perbandingan yang diadakan antara Adam dengan Kristus (
Prinsip ini jangan dianggap sewenang-wenang, seolah-olah manusia dihukum untuk dosa yang tidak diperbuatnya. Allah yang adil menyatakan seluruh dunia bersalah di hadapan-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
12.3 Pengaruh dosa
Kejatuhan ke dalam dosa mempunyai pengaruh luas sekali bagi masing-masing bagian manusia yang diuraikan dalam pasal terdahulu.
a. Dalam hubungan dengan Allah
Inilah inti dari segala dampak dosa yang diuraikan secara rinci di bawah. Dalam hubungannya dengan Allah, dosa berarti beberapa hal.
Pertama, _kita tidak layak untuk menghadap kepada Allah._ Pengusiran Adam dari Taman Eden adalah ungkapan secara geografis dari pemisahan spiritual manusia dari Allah, serta ketidaklayakan untuk menghadap Dia dan menikmati keakraban dengan Dia (
Kedua, _kita tidak sanggup melakukan kehendak Allah._ Walaupun Allah memanggil dan memerintah manusia dan menawarkan kepada kita jalan kehidupan dan kebebasan, kita tidak sanggup lagi menjawab panggilan-Nya sepenuhnya. Manusia tidak bebas lagi untuk menyesuaikan diri dengan rencana Allah dan telah menjadi budak dosa (
Ketiga, _kita tidak benar di hadapan Allah._ Kegagalan untuk mematuhi kehendak atau hukum Allah mempunyai dampak lanjut yang serius bahwa manusia sudah di bawah kutukan hukum, rasa bersalah dan penghukuman yang makin bertambah bagi pelanggar hukum (Ula 27:26,28;
Keempat, _kita tidak peka lagi terhadap firman Allah._ Allah berbicara melalui ciptaan, melalui hukum moral, melalui bangsa Israel dalam Perjanjian Lama dan gereja dalam Perjanjian Baru, dan di atas segala-galanya melalui Firman-Nya baik yang menjelma maupun yang tertulis. Dalam keadaan berdosa manusia hanya mendengar secukupnya sehingga tidak beralasan untuk tidak percaya, namun tidak cukup untuk benar-benar mengerti jalan dan kehendak Allah. Pada akhirnya, dosa membawa manusia pada keadaan tidak mengenal Allah dan tidak sanggup mengerti hal-hal mengenai Roh.
Pengaruh-pengaruh dosa ini nyata dalam _keangkuhan _manusia. Manusia menentang pemerintahan Allah dan menentukan diri sebagai penguasa, membuat diri sebagai patokan realitas, dan akal serta pengalaman adalah patokan kebenaran. Manusia menyatakan kekuasaan atas dunia dan memikul tanggung jawab atas masa depan ras. Keangkuhan yang paling parah berbentuk perasaan seperti raksasa yang serba bisa, yang membuat manusia seperti di Babel memanjat ke arah surga dengan maksud merendahkan Allah (bnd.
Dalam lingkungan keagamaan, keangkuhan ini diungkapkan sebagai _pembenaran diri_. Manusia menentukan norma-norma bagi dirinya dan membenarkan diri menurut norma-norma tersebut. Ia mencari-cari alasan bagi dosa dan merasa yakin di hadapan Allah karena prestasi-prestasi moral dan religiusnya.
Namun manusia tidak luput dari Allah. Hubungan yang terputus nyata sebagai ketakutan kepada Allah; bukan sikap rendah hati dari orang yang beriman (bnd.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
b. Dalam hubungan dengan sesamanya
Putusnya hubungan dengan Allah langsung mempengaruhi hubungan manusia dengan sesamanya. Adam menuduh Hawa dan mempersalahkannya mengenai kelakuannya sendiri (
Dosa membawa konflik dan menghasilkan perpecahan-perpecahan besar di antara bangsa-bangsa. Dosa menyebabkan prasangka rasial dan antagonisme, dan membentuk blok-blok kekuasaan internasional yang besar. Dosa menciptakan perpecahan sosial dan dengan begitu membawa kepada konflik antar kelompok atau kelas. Dosa memisahkan orang-orang kaya dengan orang-orang miskin dan menyebabkan konflik dalam semua kelompok manusia, baik kelompok pendidikan, masyarakat, sosial, waktu senggang maupun agama. Lagi pula dosa membawa perpecahan dalam keluarga dan gereja. Secara paradoks, ancaman dari sesama membuat manusia mencari keamanan dengan membentuk berbagai persekutuan yang kadang-kadang tidak masuk akal.
Dosa juga menyebabkan eksploitasi sehingga kita "memakai" sesama kita. Kita mengeksploitasi dia untuk menjaga harga diri, untuk membenarkan rencana-rencana jahat dan untuk menopang kelemahan-kelemahan diri kita. Kita membuat dia menjadi korban dari frustrasi dan perasaan bersalah kita. Eksploitasi ini bahkan dinyatakan sebagai kekerasan fisik atau psikologis, seperti dalam hubungan pria/wanita yang sepanjang sejarah bercirikan dominasi pria, penggunaan wanita untuk kepentingan egois pria dan penolakan memberinya persamaan hak dan martabat yang hakiki. Bahkan dalam mengasihi sesama kita mencoba mendapat manfaat dari tanggapan terhadap kasih itu: pemberian kita tidak lain dari penerimaan belaka.
Putusnya hubungan dengan sesama sering dinyatakan sebagai ketakutan bahwa orang lain akan menjadi sadar akan pribadi kita sebenarnya dengan segala kelemahan, rasa bersalah dan rasa jijiknya. Oleh sebab itu kita mencoba bersembunyi dari dia, di satu pihak dengan memproyeksikan gambaran palsu dari diri kita dan di pihak lain dengan usaha memadamkan ancaman dari dia dengan mengotak-ngotakkannya, melihatnya sebagai anggota suatu kelompok: "kasus", "mahasiswa", "guru", "direktur", "pekerja".
Salah satu hasil paling getir dari pemisahan diri dari sesama adalah pengalaman yang berulang kali terjadi ialah _salah paham_ bahkan juga walaupun ada keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengenal dan dikenal orang.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
c. Dalam hubungan dengan dirinya
Dosa mengadudombakan manusia melawan dirinya; ia hidup dengan konflik batin dan perpecahan sambil berseru, "Aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku?" (
d. Dalam hubungan dengan alam semesta
Umat manusia kehilangan keharmonisan dengan alam. Penatalayanan lingkungan sesuai dengan kehendak Allah tergeser oleh perampasan oleh manusia yang berdosa. Ini diwujudkan sebagai eksploitasi dan perusakan dunia, tanpa memikirkan keindahannya yang tercipta ataupun nilai hakikinya. Ini juga terungkap sebagai polusi, penggunaan bahan baku yang mengotorkan samudera dan suasana secara serakah, hanya untuk kepentingan diri dengan keuntungan ekonomi belaka, kehidupan mewah dan pemuasan hati.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
e. Dalam hubungan dengan waktu
Manusia yang jatuh ke dalam dosa hidup dalam waktu yang dibatasi karena dosa itu. Karena dosa, manusia kehilangan kekekalan (
Pengaruh dosa ini terungkap dalam _materialisme _manusia serta hedonisme praktis yang sebenarnya hanyalah penerapan materialisme. Kita berpegang pada dunia yang nyata bagi pancaindera sebagai usaha untuk mempunyai pegangan dalam dunia yang terus bergolak. Usaha ini juga nyata dalam keinginan untuk menciptakan tanda-tanda peringatan, bentuk-bentuk materi yang dapat memperpanjang kenangan kepada orang setelah ia tiada.
Pembatasan waktu ini juga mengkibatkan _kegelisahan_. Kematian tak ada bandingnya untuk menyadarkan orang akan keadaannya yang tak berarti dan kelemahannya, dan menunjukkan kebodohan orang yang berlagak mulia. Bahkan kalaupun seorang mencoba menghadapi kematian dengan hati teduh, ia tidak berhasil sepenuhnya mengatasi kegelisahan ini. Takut akan kematian menguasai manusia sampai akhirnya ia juga pergi menerima hasil dosanya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
12.4 Soal-soal lain
a. Dosa yang tak terampuni
Beberapa perikop Perjanjian Baru berbicara tentang dosa yang tidak dapat diampuni, yakni dosa atau penghujatan terhadap Roh Kudus. Yesus menyinggung hal ini (
Penafsiran akhir-akhir ini melihat hakikat dosa itu lebih bersifat kristologis. Yesus membedakan antara dosa terhadap Roh Kudus dan dosa "menentang Anak Manusia" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
b. Kebebasan manusia
Masalah arti dan batas kebebasan manusia sejak kejatuhan telah diperdebatkan dengan gigih berabad-abad. Sering perdebatan ini lebih banyak menghangatkan situasi daripada memberi kejelasan. Ini cukup sering disebabkan oleh kecenderungan mengacau permasalahan teologis dengan masalah yang jelas-jelas bersifat filsafat, yakni determinisme dan indeterminisme. Ada paling sedikit tiga arti istilah "kebebasan".
Pertama, orang mengalami kebebasan secara psikologis sehari-hari ketika dia menghadapi beberapa alternatif dan membuat pilihan. Ini meliputi hal-hal sepele, seperti "Koran mana yang akan saya beli pagi ini?" sampai pada yang serius seperti "Maukah engkau menikah dengan saya?" Inilah kebebasan yang mendasari tanggung jawab moral. Alkitab menganggap bahwa kuasa untuk memilih secara bertanggungjawab dan atas kemauan sendiri adalah milik semua orang, baik orang Kristen maupun yang bukan Kristen.
Tingkat pengertian yang kedua timbul dari pertanyaan apakah perbuatan-perbuatan kita pada masa mendatang akan ditentukan oleh faktor-faktor pada masa kini dan oleh sebab itu dapat diramalkan. Agaknya Alkitab tidak membenarkan atau menolak kebebasan dalam arti ini. Yang pasti adalah bahwa watak dipengaruhi oleh perbuatan orang: keputusan dan perbuatan masa lampau membentuk tipe manusia yang ada sekarang. "Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (
Ketiga, segi teologis dari kebebasan muncul dengan persoalan apakah orang bukan Kristen bebas untuk menggenapi kehendak Allah, khususnya apakah mereka bebas untuk menyesali dosanya dan percaya kepada Kristus sebagai Penebus dan Tuhan. Perbudakan kemauan manusia karena kejatuhan kelihatannya tidak memungkinkan orang benar-benar secara bebas menaati Allah. Ketidaksanggupan untuk berpaling kepada Allah tanpa bantuan-Nya tercermin dalam kenyataan bahwa orang hanya dapat masuk ke dalam kerajaan surga melalui kelahiran kembali (tentang ini lihat di bawah: ps 23.2.c).
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
12.5 Perdebatan akhir-akhir ini
Persoalan-persoalan antropologis merupakan inti perdebatan antara orang Kristen dan bukan Kristen masa kini, dan kita tidak dapat meramalkan hubungan apa antara pandangan Kristen tentang manusia dan penafsiran ilmiah, psikologis, dan sosiologis yang nantinya akan muncul. Di sini kita akan menyelidiki dua pendekatan yang sangat berpengaruh. Untuk pembahasan yang lebih lengkap, pembaca dipersilakan membaca bahan kepustakaan pada akhir pasal ini.
a. Marxisme
Antropologi Marxis sebaiknya dilihat sebagai suatu bentuk antropologi humanis: umat manusia ditempatkan pada pusat dan peningkatan kehidupan manusia merupakan tujuan nyatanya. Namun, berlainan dengan kebanyakan teori humanis akhir-akhir ini, Marxisme tidak merasa optimis secara naif tentang umat manusia tetapi mengambil kesengsaraannya sekarang sebagai titik tolaknya.
Segala sesuatu tentu tergantung pada pengertian kesengsaraan itu. Dalam Marxisme, agama dianggap sebagai bagian dari proyeksi diri manusia yang bersifat khayalan, jadi dimensi keagamaan ditolak. Manusia dimengerti menurut kategori-kategori materialis dan sosiologis semata-mata, sebagai wujud nyata dari hubungan-hubungan sosial dan ekonomi. Sumber segala kesedihan manusia terletak dalam kenyataan bahwa hubungan-hubungan tadi salah sehingga manusia menjadi terasing dari keberadaannya yang benar. Tentu saja analisis sosial ekonomi Marxisme merupakan satu di antara sekian banyak alat untuk menemukan sebab-sebab kejahatan sosial ekonomi yang hendak dikurangi oleh orang Kristen atau jika mungkin ditiadakan.
Marxisme gagal dalam semua usahanya untuk memikirkan "manusia kongkret yang sebenarnya" sekalipun, karena tidak melihat keterasingan manusia dari Allah dan keadaannya yang tak terlindungi dari murka-Nya. Dan lagi, bagi Marxisme umat manusia hanya merupakan bagian dari arus kesadaran yang sedang terbentang, yang terbentuk oleh hubungannya dengan faktor-faktor sosial ekonomi. Karena itu ia dapat diubah secara wajar. Secara khusus, ia dapat diubah melalui revolusi sosial untuk menjadi Manusia Baru, yang hidup dalam sistem sosial baru yaitu komunisme.
Tentu saja komunisme dalam praktek nyata-nyata telah gagal menghasilkan manusia baru, seperti disaksikan oleh pertikaian-pertikaian antar negara komunis, pengusikan dan penganiayaan pemrotes-pemrotes, penolakan hak-hak asasi, kamp-kamp tawanan yang biadab dan sistem polisi rahasia yang sangat luas di negara-negara Marxis. Kegagalannya tak terelakkan, karena manusia memang tidak dapat diubah secara fundamental oleh lingkungan sosial ekonomi, ataupun oleh inisiatif atau kuasa manusia mana pun. Ini tidak berarti tanggapan tepat terhadap kejahatan sosial adalah berdiam diri secara sosial, tetapi dengan jelas menunjukkan kesemuan akhir Marxisme.
Sekian banyak analisis ilmiah sosial pun tak akan berhasil memberi dasar yang efektif bagi optimisme Marxisme mengenai masa depan umat manusia. Optimisme ini merupakan kepercayaan buta yang diperoleh dengan memasukkan faktor-faktor ideologi yang sudah ditentukan terlebih dahulu ke dalam analisis sosial itu. Kegagalannya mengidentifikasikan masalah yang sebenarnya mempunyai dampak lebih lanjut, yang digarisbawahi oleh ajaran Kristen tentang penciptaan. Dalam Marxisme, setiap orang merupakan titik sementara, dan karena itu kebetulan saja, dari kesadaran diri material yang terjadi karena proses sosial. Dengan demikian diletakkanlah dasar untuk penaklukan individu demi kepentingan masal, dan penggunaan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan secara amoral. Dampak-dampak mengerikan dari pandangan ini dalam rezim-rezim Marxis di seluruh dunia sudah cukup terkenal.
Bertentangan dengan itu, ajaran Kristen tentang penciptaan manusia menurut gambaran Allah, serta kasih Allah bagi kita hingga pada pengorbanan diri-Nya dalam diri Yesus di kayu salib, membuka jalan untuk mengakui nilai hakiki dan arti dari setiap individu, serta martabat manusia meskipun dalam kemalangan dan dosa. Oleh sebab itu, Alkitablah yang meletakkan dasar untuk humanisme sejati, bebas dari optimisme humanisme sekuler seperti Marxisme. Alkitab mengungkapkan kebutuhan manusia yang sebenarnya dan mendalam serta menunjukkan satu-satunya penyelesaiannya, yakni manusia baru dalam Yesus Kristus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
b. Eksistensialisme
Antropologi eksistensialis sebaiknya dipelajari melalui Kierkegaard (1813-55), pemikir Denmark yang saleh walaupun tidak ortodoks. Kierkegaard menuduh gereja negara Lutheran mengaburkan kekristenan yang sejati, karena sama sekali tidak menitikberatkan keadaan manusia sebagai orang berdosa di hadapan Allah, rasa bersalah, penderitaan batin, serta keputusasaan pribadi, yang oleh Kierkegaard dianggap sangat penting untuk dialami sebelum orang dapat menjadi Kristen. Ia juga menentang filsafat Hegel yang sangat berpengaruh pada waktu itu, yang menerangkan segala sesuatu menurut suatu kerangka cakupan menyeluruh, tetapi tidak menerangkan kebebasan pribadi serta kegelisahan yang diciptakannya bagi manusia, yang oleh Kierkegaard dilihat sebagai realitas manusia yang fundamental. Eksistensialisme Kristen dikembangkan, walaupun dengan perubahan, oleh para ahli teologi seperti Tillich (1886-1965) dan Bultmann (1884-1976), yang teologinya jelas menyimpang dari ortodoksi Kristen historis.
Untuk bagian terbesar masa pengaruhnya, eksistensialisme terputus dari asalnya yang Kristen. Nietzsche (1844-1900) secara nyata membawanya ke arah anti-Kristen. Bagi Sartre (1905-80), tidak adanya Tuhan merupakan aksioma, sebab hanya jika Tuhan mati maka manusia dapat bebas. Eksistensialisme menolak setiap pembahasan keberadaan manusia yang bersifat umum, teoretis, objektif, baik pembahasan filsafat maupun ilmiah. "Kebenaran adalah subjektivitas" (Kierkegaard), yang hanya dapat dialami oleh subjek manusia secara individual dengan berpartisipasi secara pribadi dan batiniah dalam keberadaan. "Dengan melibatkan diri dalam dunia, dengan menderita dan bergumul, manusia mendapat arti sedikit demi sedikit" (Sartre). Menurut pandangan ini, manusia hanya "berada" sebagaimana ia menciptakan dirinya dengan memutuskan untuk bertanggung jawab atas keberadaannya dan menegaskan diri menghadapi tantangan-tantangan hidup dan panggilan menuju kebebasan.
Dalam praktek, eksistensialisme menekankan unsur-unsur keberadaan yang negatif dan tragis. Keberadaan manusia sewenang-wenang sekali, tanpa arti akhir: "Setiap orang yang ada dilahirkan tanpa alasan, memperpanjang keberadaannya karena kelemahan dan mati secara kebetulan" (Sartre). Meskipun demikian, manusia terpanggil secara tak terelakkan untuk bebas dan dengan begitu mengalami rasa takut dan kegelisahan.
Peradaban modern cenderung tak bersifat pribadi, seringkali mengorbankan individu untuk kepentingan program atau keuntungan, dan merencanakan pada skala besar serta cenderung ke arah monopoli dalam administrasi dan pemerintahan. Sebagai protes terhadap pengurangan kesadaran individual ini, maka eksistensialisme dapat dianggap sebagai jeritan dari lubuk hati untuk nasib manusia. Dalam hal itu, diperlukan perspektif yang lebih bersifat Kristen. Penekanan pada individu yang bertentangan dengan masyarakat sosial merupakan perbaikan yang bermanfaat atas teori sosial Marxis.
Penekanannya pada ketidakcakapan dan rasa bersalah manusia, kelihatannya juga dapat menguntungkan. Novel dan drama eksistensialis menyuguhkan penilaian manusia yang lebih realistis daripada utopianisme akhir abad ke-19, dan memberi imbangan yang bermanfaat bagi optimisme sentimental yang bahkan juga berasal dari beberapa mimbar dan penerbit Kristen. Namun, sampai pada titik ini pun eksistensialisme pada akhirnya tidak menyajikan kebenaran; analisis kesengsaraan manusia tidaklah cukup. Kepelikan manusia tidak terletak dalam keputusasaan eksistensinya, atau "keberadaan yang tidak otentik" (Heidegger), _Angst_ atau `ketakutan` (Kierkegaard), "kegelisahan" (Tillich). Semua ini merupakan ciri-ciri dari sesuatu yang lebih dalam dan lebih menakutkan, yakni pemisahan manusia dari Tuhan dan keadaan tak terlindungi dari murka-Nya. "Jalan ateisme yang panjang dan berat" yang dibicarakan Sartre menjadi jalan menyenangkan dibandingkan dengan jalan orang terkutuk di hadapan Allah, jalan yang ditempuh Yesus ke Bukit Golgota, yakni jalan yang menunggu mereka yang tidak bertobat pada hari penghakiman. "Ngeri benar kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup" (
Selanjutnya, eksistensialisme pada akhirnya akan membawa pada kehancuran umat manusia, pada penyangkalan martabat manusia sebagai makhluk kesayangan Allah, karena eksistensialisme tidak dapat membenarkan masyarakat manusia, bahwa manusia hidup dengan dan bagi orang lain. Berdasarkan prakiraan ekistensialis, sesama manusia menjadi ancaman yang menghambat dan mempengaruhi kebebasan individu. Bahkan kasih yang dimengerti sedcara eksistentialis berakhir dengan frustrasi karena bertujuan memiliki yang dikasihi. Bertentangan dengan gambaran suram ini terdapat pengalaman mengenai kasih sejati yaitu kasih kepada sesama yang diwujudkan oleh Kristus (
Akan tetapi, keputusasaan akhir dari eksistensialisme bukan kebetulan. Ia tak mengenal penebus yang dapat mengangkat manusia dari keadaannya yang tanpa arti, mengampuni kesalahan yang lalu, menanamkan kekuatan moral dan spiritual baru di tengah-tengah persekutuan mereka yang ditebus pada waktu sekarang, dan mengisi kehidupan dengan tujuan akhir dalam pelayanan kerajaan Allah yang kekal.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
12.6 Ringkasan
Alkitab mengajarkan dua hal mendasar tentang umat manusia. Pertama, kita adalah makhluk-makhluk Allah yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, bukan suatu kejadian kosmis yang kebetulan saja ataupun angka birokratis. Manusia pernah berdiri dengan gemilangnya di hadapan Penciptanya. Kedua, kita adalah orang berdosa yang jatuh menjauhi Tuhan dan maksud-Nya bagi kita. Kita hidup dalam pemberontakan secara implisit dan eksplisit melawan Dia. Pascal memadukan kedua kebenaran ini ketika ia berbicara tentang manusia sebagai raja yang diturunkan dari takhtanya, didepak dari kebesarannya, ditundukkan, bejat moral, namun tak pernah dapat melupakan keadaannya dulu yang seharusnya dinikmati sekarang juga.
Kita harus mempertahankan kebenaran ajaran Alkitab mengenai umat manusia sebagai makhluk dan orang berdosa melawan semua antropologi alternatif, baik yang dari zaman purba maupun yang modern.
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
Bahan Alkitab
Kejatuhan:
Sifat dan jangkauan dosa:
Pengaruh dosa:
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Menurut Anda, tafsiran mana tentang kejatuhan yang paling cocok dengan ajaran Alkitab? Mengapa pandangan "mitos" tidak cukup?
"Kejatuhan merupakan hipotesis bisu dari seluruh ajaran Alkitab tentang dosa dan penebusan". Bahaslah.
Apa artinya "kerusakan moral total"? Apa pengaruh ajaran ini bagi pesan serta cara-cara para penginjil?
Apa penafsiran Anda mengenai pernyataan Paulus, "oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa" (
Sebutkan pengaruh-pengaruh utama dosa terhadap hubungan manusia dengan
Berikan contoh-contoh dari biografi Alkitab dan dari surat kabar.
Sebutkan pengaruh dosa terhadap hubungan manusia dengan sesamanya dalam kaitannya dengan
Bayangkan diri Anda berbicara dengan
Bagaimana akan Anda sampaikan Injil Kristus kepada mereka masing-masing?
Mengenali Kebenaran -- Bab 12. Manusia Berdosa [Indeks]
Kepustakaan (12)
Berkouwer, G. C.
1971 _Sin_ (Eerdmans).
Luther, M.
1957 _The Bondage of the Will_ (James Clarke).
Murray, J.
1959 _The Imptutation of Adam`s Sin_ (Eerdmans).
Philip, J.
1972 _The Christian Warfare and Amour_ (Victory Press).
Venning, R.
1965 _The Plague of Plagues_ (Banner of Truth).
Perdebatan akhir-akhir ini
Bockmuehl, K.
1980 _The Challenge of Marxism_ (IVP).
Carey, G.
1977 _I Believe in Man_ (Hodder).
Cook, D.
1980 _Blind Alley Beliefs_ (Pickering & Inglis).
Guinness, O.
1973 _The Dust of Death_ (IVP).
Jeeves, M. A.
1976 _Psychology and Christianity, the View Both Ways_ (IVP).
Kaye, B. & Wenham, G.
1978 _Law, Morality and the Bible_ (IVP).
Kitwood, T. M.
1970 _What is Human?_ (IVP).
Lloyd-Jones, D. M.
1959 _Conversions, Psychological and Spiritual_ (IVP).
1979 _Karl Marx_ (Lion).
MacKay, D. M.
1979 _Human Science and Human Dignity_ (Hodder).
Stott, J. R. W.
1972 _Your Mind Matters_ (IVP).
Indeks Bab 13: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 13 Manusia dalam Anugerah ............................ 01153
Ps 13.1 Yesus Kristus: Allah dan Manusia ............. 01153
Sb 13.1.a Dalam Hubungan dengan Allah ............... 01154
13.1.b Dalam Hubungan dengan Sesama-Nya .......... 01154
13.1.c Dalam Hubungan dengan Diri-Nya ............ 01155
13.1.d Dalam Hubungan dengan Alam Semesta ........ 01155
13.1.e Dalam Hubungan dengan Waktu ............... 01155
Ps 13.2 Orang Kristen: ciptaan Baru dalam Kristus .... 01156
Sb 13.2.a Dalam Hubungan dengan Allah ............... 01157
13.2.b Dalam Hubungan dengan Sesama Kita ......... 01157
13.2.C Dalam Hubungan dengan Diri Kita Sendiri ... 01158
13.2.d Dalam Hubungan dengan Alam Semesta ........ 01158
13.2.e Dalam Hubungan dengan Waktu ............... 01158
Ps 13.3 Manusia yang Akan Dimuliakan ................. 01159
Bahan Alkitab .............................................. 01160
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01161
Kepustakaan ................................................ 01162
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
13. MANUSIA DALAM ANUGERAH
Tak ada sesuatu dalam manusia yang dapat memperpanjang sejarahnya melampaui penciptaan dan kejatuhan. Manusia yang "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa" (
13.1 Yesus Kristus: Allah dan manusia
Riwayat manusia diperpanjang melampaui kejatuhan, semata-mata karena mujizat anugerah Allah. Dengan penjelmaan-Nya, Allah mempersatukan keberadaan manusia dengan diri-Nya dan bergerak dalam waktu dan ruang sebagai mitra manusiawi. Paulus menggambarkan Yesus sebagai Adam terakhir atau yang kedua (
Meskipun Alkitab tidak menyajikan biografi Yesus yang lengkap, namun cukup banyak bahan terdapat dalam kitab-kitab Injil untuk menunjukkan kesempurnaan kemanusiaan Yesus sebagaimana yang terungkap dalam lima aspek antropologi yang tercatat dalam dua pasal terdahulu.
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
a. Dalam hubungan dengan Allah
Yesus selalu hidup dalam hubungan erat dengan Bapa yang menyatakan kekuasaan atas tatanan yang tercipta yang tadinya diberikan kepada umat manusia
(
b. Dalam hubungan dengan sesama-Nya
Yesus dengan sempurna mewujudkan perintah untuk mengasihi sesama manusia (
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
c. Dalam hubungan dengan diri-Nya
Sedikit sekali disinggung tentang kehidupan batin Tuhan Yesus, tetapi sudah cukup untuk memperlihatkan bahwa Ia tidak mengalami ketegangan batin, kebingungan dan konflik yang disebabkan oleh kejatuhan dan rasa bersalah (
d. Dalam hubungan dengan alam semesta
Walaupun tidak banyak buktinya, jelaslah Yesus memperlihatkan kepekaan terhadap tatanan dunia di sekitar-Nya dengan mengakuinya sebagai ciptaan Allah (
e. Dalam hubungan dengan waktu
Yesus bebas dari dosa yang mengakibatkan kematian. Ia menguasai kematian (
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
13.2 Orang Kristen: ciptaan baru dalam Kristus **1**
-------------------- **1**.Tema-tema ini dibahas secara lebih lengkap di bawah ini: ps 20-21. --------------------
Segi terakhir dari antropologi Alkitab ini paling bagus diuraikan dengan dua istilah, kelahiran kembali dan pengudusan. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Roh Kudus yang memampukan orang-orang berdosa untuk berbalik dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai penebus mereka, dan bangkit dari kematian rohani menuju kehidupan yang baru (bnd.
Dari segi Allah, kesatuan dengan Kristus ini dicapai pada saat kelahiran kembali; dari segi manusia, kesatuan itu mulai pada saat adanya pertobatan secara sadar dari dosa dan beriman kepada Kristus. Hal ini diikuti oleh suatu periode di mana keuntungan dari iman dengan Kristus semakin disadari, yaitu suatu proses yang biasa disebut pengudusan. Jadi manusia baru, karena anugerah, adalah manusia yang telah dilahirkan kembali dan sekarang dalam proses untuk dikuduskan; hal ini mempengaruhi setiap bagian keberadaan kita.
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
a. Dalam hubungan dengan Allah
Penghalang dosa dihilangkan melalui iman dalam Kristus. Kita didamaikan dengan Allah dan murka-Nya disingkirkan (
b. Dalam hubungan dengan sesama kita
Bersatu dengan Kristus berarti bersatu dengan umat-Nya, yaitu tubuh Kristus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
c. Dalam hubungan dengan diri kita sendiri
Selanjutnya kita semakin sadar mengenai diri kita sendiri dalam hubungan dengan Allah dan semakin bebas dari pandangan yang salah mengenai diri kita sendiri. Dengan kesadaran dan kemanusiaan baru, kita melihat diri kita sebagaimana sebenarnya dan kita menemukan kebebasan baru dari cara kita berpikir dalam hubungan dengan tujuan Allah secara keseluruhan. Dengan hal ini rasa menghargai diri juga akan bertambah, karena walaupun perbuatan kita yang jahat terungkap, namun kita mengakui bahwa kita adalah makhluk dan anak-anak Allah, dan merupakan sasaran kasih-Nya yang berlimpah. Kita juga menyadari adanya kemampuan kita sejak lahir dan karunia-karunia Roh. Bila hal-hal ini dipersembahkan kepada Allah dan secara aktif digunakan, maka akan ada perkembangan yang semakin bertambah mengenai kepuasan diri yang sejati.
d. Dalam hubungan dengan alam semesta
Kita mempunyai perasaan hormat dan tanggung jawab terhadap dunia yang tercipta dengan bermacam-macam spesiesnya. Jelaslah bahwa tebalnya perasaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, pendidikan dan watak, tetapi setiap orang Kristen sedikit atau banyak akan dibina mengenai suatu hubungan seperti yang dikenal Adam di Taman Eden sebagai tuan dan penatalayan alam.
e. Dalam hubungan dengan waktu
Kelahiran kembali mengantar kita melalui krisis yang oleh Alkitab dilukiskan sebagai hal dibuat mitra Kristus dalam kematian-Nya di kayu salib (
Bagi orang Kristen, waktu tidak lagi merupakan musuh yang bergerak terus tak terkendalikan, yang mendorong orang setiap jam lebih mendekati akhir hidup yang tak terelakkan. Orang Kristen mempunyai waktu, bukan untuk disia-siakan tetapi untuk digunakan dalam pelayanan menurut pengarahan Kristus. Dimensi akhir keberadaan baru ini mengantar kita melampaui batas kehidupan fana menuju bagian terakhir antropologi Alkitab, yaitu umat manusia dalam kemuliaan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
13.3 Manusia yang akan dimuliakan
Pokok ini akan dibahas dnegan lebih lengkap di bawah (ps 34). Di sini kita hanya mencatat bahwa keadaan manusia yang dimuliakan adalah penggenapan pembaruan dan pemulihan umat Allah yang oleh anugerah sudah dimulai pada zaman ini. Umat manusia akan bangkit sekali lagi untuk mencapai ketinggian dari mana ia jatuh. Alkitab menyebut ini sebagai pemulihan menjadi serupa dengan gambaran Kristus (
Begitulah kelima aspek antropologi, yang dibicarakan dalam bagian ini sebagai kerangka pembahasan, akan disempurnakan. Dalam kemuliaan, manusia akan berhubungan secara sempurna dengan Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
Bahan Alkitab
Yesus Kristus: Allah dan manusia:
Orang Kristen: ciptaan baru:
Manusia dalam kemuliaan:
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Menurut Anda, apa yang dimaksudkan dengan menyebut Kristus sebagai "Adam kedua"? Selidikilah dampak-dampak julukan ini.
Sebutkanlah bukti-bukti Alkitab yang menopang keyakinan Kristen bahwa Yesus adalah manusia sempurna atau manusia normatif.
Pada titik-titik mana kemanusiaan Kristus yang sempurna paling tegas menantang pengalaman serta sikap saat ini
Menurut Anda, dengan cara bagaimana kemuliaan manusia pada masa yang akan datang seharusnya mempengaruhi sikap kita sekarang?
Selidikilah dampak ajaran Alkitab tentang umat manusia bagi
Mengenali Kebenaran -- Bab 13. Manusia dalam Anugerah [Indeks]
Kepustakaan (13)
Kuyper, A.
1931 _Calvinism_ (Eerdmans).
Lewis, C. S.
1955 _Mere Christianity_ (Fontana).
Lloyd-Jones, D. M.
1974a _Life in the Spirit_ (Banner of Truth).
1974b _Romans 8:5-17 -- The Sons of God_ (Banner of Truth).
1975 _Roma 8:17-39 -- The Final Perseverance of the Saints_
(Banner of Truth).
Macaulay, R. & Barrs, J.
1979 _Christianity with a Human Face_ (IVP).
Schaeffer, F. A.
1970 _The Church at the End of the Twentieth Century_ (Norfolk Press).
Stott, J. R. W.
1966 _Men Made New_ (IVP).
Triton, A. N.
1970 _Whose World_ (IVP).
Indeks Bab 14: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 14 Penerapan ......................................... 01164
Ps 14.1 Watak Manusia ................................ 01164
Sb 14.1.a Ketergantungan ............................ 01164
14.1.b Penegasan ................................. 01164
14.1.c. Konfrontasi ............................... 01165
14.1.d. Tujuan .................................... 01165
Ps 14.2 Manusia Berdosa .............................. 01166
Sb 14.2.a Pandangan Kita Mengenai Dunia (Masyarakat). 01166
14.2.b Pandangan Kita Mengenai Diri Kita ......... 01167
Ps 14.3 Manusia dalam Anugerah ....................... 01168
Sb 14.3.a Ibadah .................................... 01168
14.3.b Pengharapan ............................... 01168
14.3.c Persekutuan ............................... 01169
14.3.d Kemuliaan ................................. 01169
Mengenali Kebenaran -- Bab 14. Penerapan [Indeks]
14. PENERAPAN
14.1 Watak manusia
a. Ketergantungan
Penciptaan menjelaskan ketergantungan manusia sepenuhnya pada Allah. Seluruh keberadaan kita dan segala yang kita miliki datang dari Dia, setiap nafas kita memang sesungguhnya merupakan anugerah-Nya. Oleh sebab itu, tanggapan kita yang pantas adalah kerendahan hati di hadapan-Nya, baik secara nyata dalam ibadah maupun secara tidak langsung dalam seluruh semangat kehidupan.
b. Penegasan
Karena manusia dan dunia adalah ciptaan Allah, maka orang Kristen menerima dan menegaskan kenyataan yang tercipta dalam segala bentuknya.
Pertama sekali, orang Kristen menerima dan menegaskan _diri sendiri_. Kadang-kadang dalam Alkitab Allah memperlihatkan semacam "ketidaksabaran" kepada orang yang tidak melakukan hal itu (bnd.
Penegasan diri ini meliputi ciri-ciri khas dan unik dari kepribadian, "aku" yang hakiki, dengan makna tersendiri yang tak dapat diganti dalam hubungan dengan Allah dan rencana-Nya (bnd.
Kedua, orang Kristen menerima dan menegaskan _sifat sosialnya_ (Kej 2:18; 22:39). Ini berarti menerima kehidupan berkeluarga dari Allah dan mengakui sepenuhnya tanggungjawabnya. Mereka yang mengabaikan tugas ini ditegur tajam oleh Alkitab (
Kemanusiaan yang dinyatakan Yesus dan dikuduskan-Nya membenarkan hal ini. Ia menjadi "sahabat" bagi koruptor dan wanita tuna susila untuk menolong mereka dan Dia sering disambut di pertemuan-pertemuan sosial (
Mengenali Kebenaran -- Bab 14. Penerapan [Indeks]
c. Konfrontasi
Fakta bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu berarti bahwa tidak ada satu pun bagian kehidupan (bahkan dari kehidupan seluruh kosmos) yang berada di luar perhatian-Nya atau asing di hadirat-Nya. Karena itu, orang Kristen harus membawa sikap sungguh-sungguh dan tanggung jawab yang wajar dalam segala aspek kehidupannya, karena Allahlah yang selalu dihadapinya pada setiap saat di tempat pekerjaan, di rumah, dalam masyarakat, gereja, aktivitas waktu luang dan lain-lain.
d. Tujuan
Segala sesuatu diciptakan untuk tujuan tertentu. Oleh sebab itu, manusia juga dijadikan sebagai makhluk bertujuan, yang dibentuk untuk mencari kemuliaan Allah di dalam segala hal, kebaikan bagi orang lain dan pewujudnyataan diri di bawah bimbingan Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 14. Penerapan [Indeks]
14.2 Manusia berdosa
a. Pandangan kita mengenai dunia (masyarakat)
Fakta bahwa semua orang berdosa menghindarkan orang Kristen dari rasa optimisme yang tidak realistis. Kita harus mengakui keterbatasan segala usaha untuk mencapai perbaikan moral, yang hanya mengarah pada kesanggupan manusia untuk mengangkat diri menuju pengendalian diri dan persaudaraan. Tidak mengherankan kalau rencana perbaikan sosial gagal, kalau "orang-orang besar" ternyata ketahuan juga berbuat dosa; bahkan di lingkungan Kristen pun, kita harus menjaga agar jangan terlalu mengangkat-angkat pemimpin sebagai orang ideal, begitu pula dengan hamba-hamba Tuhan yang lain yang teramat diandalkan.
Kejatuhan ke dalam dosa juga berarti dunia sudah menjadi wilayah kegiatan kuasa kegelapan. Kendatipun kuasa Iblis dipatahkan oleh kemenangan Kristus, namun dia tetap mempertahankan cengkeramannya di tempat-tempat di mana Injil tidak diterima. Jadi kejatuhan telah mengakibatkan dunia ini menjadi tempat percekcokan dan peperangan bagi mereka yang mengikuti Yesus Kristus; dan oleh sebab itu, penegasan orang Kristen terhadap dunia, seperti tersebut di atas, harus dilakukan dengan mata terbuka dan hati yang bijaksana. Dunia bukan tempat yang netral, namun itu pun jangan dijadikan sebagai alasan untuk lari dari dunia. Orang Kristen yang mengingat kejatuhan akan mempelajari Alkitab untuk mengenal musuh rohaninya, tentang bagaimana Iblis menyatakan diri di dunia, jenis serangan yang dilancarkannya terhadap anak-anak Allah serta karya-Nya dan bagaimana ia dapat dikalahkan oleh orang Kristen yang menggunakan senjata-senjata Allah dalam perang rohani ini (
Dengan mengakui kejatuhan dunia dan kepelikan manusia sezamannya, kita harus menyampaikan kepada dunia satu-satunya berita yang dapat menyelamatkan dan membebaskannya, yakni kabar baik tentang Yesus Kristus. Motivasi untuk menginjili lebih daripada belas kasihan saja, tetapi unsur ini juga terdapat di dalamnya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 14. Penerapan [Indeks]
b. Pandangan kita mengenai diri kita
Ajaran tentang kejatuhan manusia seharusnya membangkitkan kerendahan hati dan penyesalan atas dosa bila kita melihat diri sebagai orang yang dalam ketololan dan pemberontakannya terhadap Allah tidak dapat diselamatkan dengan jalan lain kecuali melalui salib Kristus. Meskipun kesalahan kita diampuni di hadapan Allah, namun kita tetap berwatak jatuh dalam dosa. Semua dosa adalah perlawanan terhadap Allah dan rencana-Nya bagi kita tidak dapat dipenuhi sebelum seluruh dosa dihapuskan dari hidup kita. Jadi, bagi setiap orang Kristen ada tugas pembaruan moral yang harus dilakukan, suatu kursus sepanjang hidup tentang pembangunan kembali watak kita. Karena itu, kita terpanggil untuk mawas diri dalam terang firman Allah untuk mengenal dosa-dosa, agar kita dapat bertobat dan meninggalkannya. Dalam hal ini, kita harus realistis secara praktis dan alkitabiah dan mengakui bahwa dosa telah berakar dalam diri kita dan bahwa pekerjaan pembaruan yang dibutuhkan sangat luas, sehingga kita pun jangan cepat putus asa kalau pekerjaan anugerah dalam diri kita itu kelihatan lambat dan terputus-putus.
Dalam proses pembaruan ini, kita dapat mengharapkan bahwa Allah akan menggunakan keadaan kehidupan kita, bahkan peristiwa yang mungkin terjadi yang membawa penderitaan atau cobaan seperti kekecewaan, frustrasi, penyakit fisik atau emosional, dan lain-lain. Itu tidak berarti bahwa kita tidak harus mencari pertolongan, malahan sebaliknya. Akan tetapi, kalau peristiwa itu datang tanpa diharapkan, atau bahkan sebagai hasil kebodohan atau ketidaktaatan, seringkali kita dapat melihat tangan Allah yang menertibkan kita "untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya" (
Semua ini hanya merupakan segi negatif dari pekerjaan Allah di dalam kita. Ada juga segi positifnya, yaitu mengalami berkat kehidupan Kristen karena Roh Kudus dan perkembangan buah Roh dalam diri kita (
Mengenali Kebenaran -- Bab 14. Penerapan [Indeks]
14.3 Manusia dalam anugerah
a. Ibadah
Kisah umat manusia tidak akan berkelanjutan kalau manusia dibiarkan mengurus dirinya sendiri. Adanya pria dan wanita yang hidup di dalam anugerah hanya terjadi karena Allah yang hidup memiliki anugerah. Pada waktu menyadari itu, orang tidak bisa berbuat lain kecuali memuji dan beribadah kepada-Nya.
b. Pengharapan
Walaupun terdapat halangan terhadap pertumbuhan sebagai orang Kristen, serta serangan-serangan si jahat dan masa-masa kekeringan, namun orang yang menerima anugerah tidak putus asa sama sekali karena sadar bahwa "Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya" (
Pengharapan orang Kristen juga diungkapkan dalam sikap terhadap orang bukan Kristen; sebab jika Allah telah mengubah kehidupan kita oleh anugerah-Nya yang berdaulat, maka ada pengharapan bagi setiap orang.
Mengenali Kebenaran -- Bab 14. Penerapan [Indeks]
c. Persekutuan
Karya anugerah Allah berlangsung terus dalam persekutuan umat Allah yang hidup. Dalam persekutuan itu keterbatasan dan kelemahan masing-masing individu dilengkapi dan umat Allah bertumbuh bersama menuju kedewasaan di dalam Kristus (
d. Kemuliaan
Di sini pengharapan Kristen terungkap sepenuhnya. Pada suatu hari umat manusia akan diperbarui sepenuhnya dan akan berdiri di hadapan Allah sebagaimana Adam pernah berdiri sebelum kejatuhan. Banyak orang Kristen telah diracuni pikirannya oleh materialisme yang semakin merajalela, sehingga praktis mengabaikan prospek surga, sampai betul-betul dihadapkan kepada kematian dan dunia sesudah mati. Para penulis Perjanjian Baru tidak dihambat demikian, begitu pula orang Kristen pada zaman-zaman terdahulu. Calvin misalnya menganggap bahwa hal merenungkan hidup masa depan adalah ciri utama orang Kristen. Hanya kalau kita sengaja menerima perspektif abadi ini, maka kita dapat melihat keberadaan manusia di dunia ini dalam proporsi sebenarnya dan melihat kematian sebagai pintu gerbang yang akan kita lalui menuju hidup yang kekal. Selanjutnya, sifat moral yang sempurna yang akan jadi milik kita di dunia yang akan datang, akan merupakan rangsangan penting untuk maju terus dalam pekerjaan pengudusan.
Perspektif ini akan memacu puji-pujian yang baru, sehingga kita memuliakan Allah karena segala yang telah dicapai-Nya dalam mengangkat umat manusia yang jatuh dari kedalaman kerusakannya dan menempatkannya di hadapan diri-Nya serta mengucapkan kata-kata yang pertama-tama diucapkan-Nya mengenai Adam, yakni "sungguh amat baik" (
Indeks Bab 15: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 15 Kemanusiaan Yesus Kristus ......................... 01171
Ps 15.1 Kehidupan Beragama ........................... 01172
Ps 15.2 Pengetahuan yang Terbatas .................... 01172
Ps 15.3 Pencobaan .................................... 01173
Ps 15.4 Sesudah Kebangkitan .......................... 01174
Bahan Alkitab .............................................. 01175
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01176
Kepustakaan ................................................ 01177
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
D. YESUS KRISTUS
15. KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS
Ada cukup banyak bahan dalam kitab-kitab Injil untuk menetapkan bahwa Yesus adalah manusia sejati. Bahkan pokok ini merupakan salah satu pokok yang disetujui oleh hampir semua peneliti kitab Injil akhir-akhir ini.
Berita Injil dimulai dengan menempatkan Yesus dalam rentetan silsilah manusia (
Menurut kitab-kitab Injil, Yesus juga mempunyai keterbatasan fisik normal: keletihan (
Ia mengalami segala macam emosi manusia, misalnya kegembiraan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
15.1 Kehidupan beragama
Yesus mengikuti ibadah umum (
15.2 Pengetahuan yang terbatas
Hal ini sulit untuk ditentukan dengan tegas, karena sudah tentu pengetahuan Yesus tidak pernah hanya setingkat dengan kesadaran kita yang terbatas dan berdosa. Dengan demikian, Ia mengetahui sejarah seseorang yang belum pernah terungkap (
Perbedaan antara ketidaktahuan dan kesalahan penting sekali. Pikiran, pengalaman dan persepsi manusia merupakan rangkaian kesatuan yang tak terputus-putus. Karena itu, tidak mungkin menganggap bahwa Yesus salah mengenai keyakinan-Nya, atau dalam pengajaran-Nya, dan sekaligus percaya bahwa Ia bertindak sebagai wakil tak bercela yang menanggung dosa kita (bnd. di atas: ps 3.2.a). Alkitab di sini menyajikan keseimbangan dalam hal pengetahuan Yesus yang terbatas namun tanpa salah. Yesus mempunyai kesadaran unik dan jelas mengenai sang Bapa dan kehendak-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
15.3 Pencobaan
Kemanusiaan Yesus jelas juga dalam hal pencobaan (
Sering dikemukakan keberatan bahwa pencobaan Yesus tidak murni karena Ia bukan orang berdosa dan karena itu dosa dan Iblis tidak berpengaruh atas Dia, atau karena sebagai Allah yang menjadi manusia, Ia tidak mungkin berbuat dosa. Tetapi penegasan bahwa pencobaan-pencobaan itu bersifat "tidak murni" sama sekali tidak sesuai dengan penyajian Alkitab mengenai hal itu. Selain itu, Adam sebelum kejatuhan adalah contoh watak manusia tak berdosa yang mengalami pencobaan yang sungguh-sungguh (
Apabila satu pasukan tentara menyerang tentara lain, faktor penentu adalah kekuatan menyeluruh dari serangan. Dalam hal pencobaan Yesus oleh Iblis, Ia menghadapi serangan yang sama atau malahan lebih dahsyat daripada kita. Paulus menyebut tindakan Allah untuk mengekang kuasa pencobaan supaya kita dicobai "tidak melebihi kekuatan manusia" tetapi akan diberikan "jalan ke luar" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
15.4 Sesudah kebangkitan
Sesudah kebangkitan-Nya Yesus masih nampak sebagai manusia sejati. Misalnya sewaktu bertemu dengan Maria (
Bukti yang dikemukakan sampai sekarang pada umumnya terbatas pada keempat kitab Injil. Tetapi bagian Perjanjian Baru lainnya memberi kesaksian lebih lanjut yang sangat mengesankan tentang kemanusiaan Yesus yang sejati (
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan secara ringkas bukti-bukti Perjanjian Baru tentang kemanusiaan Yesus yang sejati. Menurut Anda segi mana yang paling meyakinkan dan mengapa?
Pernah dikatakan bahwa (a) pencobaan dan (b) ketidaktahuan Yesus tidak nyata atau tidak sesuai dengan keilahian-Nya. Bagaimana reaksi Anda terhadap pendapat-pendapat tersebut?
Sebutkan dampak-dampak teologis dari kemanusiaan Kristus yang sejati bagi
Mengenali Kebenaran -- Bab 15. Kemanusiaan Yesus Kristus [Indeks]
Kepustakaan (15)
France, R. T.
1975 _The Man they Crucified_ (IVP).
Grogan, G. W.
1979 _What is the Bible Says about Jesus_ (Kingsway).
McDonald, H. D.
1968 _Jesus, Human and Divine_ (Pickering & Inglis).
Morris, L.
1958 _The Lord from Heaven_ (IVP).
Stott, J. R. W.
1970 _Christ the Controversialist_ (Tyndale Press).
Warfield, B. B.
1950 _The Person and Work of Christ_ (Presbyterian & Reformed).
Indeks Bab 16: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 16 Keilahian Yesus Kristus ........................... 01179
Ps 16.1 Pernyataan-pernyataan Langsung ............... 01179
Ps 16.2 Kesamaan Yesus dengan Tuhan Allah ............ 01180
Sb 16.2.a Nama Allah ................................ 01180
16.2.b Kemuliaan Allah ........................... 01181
16.2.c Ibadah kepada Allah ....................... 01181
16.2.d Penciptaan ................................ 01182
16.2.e Keselamatan ............................... 01182
16.2.f Penghakiman ............................... 01183
16.2.g Kesaksian ................................. 01183
Ps 16.3. Bukti-bukti Lain ............................. 01184
Sb 16.3.a Kebangkitan ............................... 01184
16.3.b Kenaikan .................................. 01185
16.3.c Kesadaran diri Yesus dan Pernyataan-Nya ... 01186
16.3.d Kelahiran dari Anak Dara .................. 01188
Ps 16.4 Kesimpulan ................................... 01189
Bahan Alkitab .............................................. 01190
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01191
Kepustakaan ................................................ 01192
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
16. KEILAHIAN YESUS KRISTUS
Di sini kita tiba pada salah satu pokok kepercayaan dalam agama Kristen yang menggemparkan, yakni bahwa Kristus bukan hanya manusia yang sejati tetapi sekaligus juga Allah yang sejati. Ini salah satu kekhasan agama Kristen. Orang Yahudi dan Islam juga mengakui Allah sebagai yang Mahaesa dan Mahatinggi, dan mereka menghormati para bapa leluhur dan nabi Perjanjian Lama, tetapi mereka menolak keyakinan Kristen mengenai Yesus. Dalam pemahaman tentang Yesus, agama Kristen unik.
16.1 Pernyataan-pernyataan langsung
Ayat-ayat yang menegaskan keilahian Kristus adalah yang paling diperdebatkan dalam seluruh Perjanjian Baru. Banyak ayat yang menyinggung pokok ini dapat ditafsirkan secara berbeda-beda. Namun dalam sekurang-kurangnya lima perikop, bukti yang berbobot menunjang tafsiran bahwa di sini terdapat penegasan langsung tentang keilahian Kristus:
"Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya" (
"Tentang Anak Ia [Allah] berkata: `TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya`" (
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" (
"Tomas menjawab Dia: `Ya Tuhanku dan Allahku" (
"Keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (
Perjanjian Baru juga berisi banyak ayat lain yang mungkin menunjukkan keilahian Kristus, walaupun penafsirannya tidak pasti (mis
Keilahian Kristus juga ditegaskan oleh ayat-ayat tentang Allah Tritunggal, yang menyamakan Dia dengan Bapa dan Roh Kudus dalam keilahian (
Selain pernyataan-pernyataan langsung seperti itu, ada banyak bahan lagi yang menyangkut keilahian Yesus secara tidak langsung.
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
16.2 Kesamaan Yesus dengan Tuhan Allah
Perjanjian Baru menghubungkan Yesus dengan beberapa sifat Tuhan Allah (_Yhwh_), sang Pencipta dan Penebus dalam Perjanjian Lama. Ada tujuh pokok utama persamaan.
a. Nama Allah
Pada abad kedua dan ketiga sebelum Masehi, Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta). Dalam terjemahan itu, nama Allah yang kudus (_Yhwh_, yang kadang-kadang diucapkan "Yahweh") diterjemahkan dengan kata Yunani _kurios_ (`Tuhan`) sebanyak kurang lebih 7000 kali. Menurut Perjanjian Baru, panggilan yang mulia dan kudus ini diberikan juga kepada Yesus (
Bukti lain juga terdapat dalam sebutan Allah bagi diri-Nya sendiri yang juga digunakan oleh Yesus, atau yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menyebut Yesus. Yang paling penting artinya adalah ungkapan "AKULAH AKU" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
b. Kemuliaan Allah
Kemuliaan Allah adalah penyataan kemegahan-Nya secara visual (
c. Ibadah kepada Allah
Beribadah kepada siapapun selain Tuhan Allah (_Yhwh_) sangat menjijikkan bagi orang Yahudi. Itulah dosa yang paling mendasar (
Lagu-lagu pujian diberikan bagi Kristus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
d. Penciptaan
Allah menciptakan segala sesuatu dan karena itu Dia adalah Tuhan segala sesuatu. Hal itu diterima oleh Perjanjian Lama tanpa dipertanyakan (
Keempat segi ini dikaitkan dengan Yesus. Melalui Dia segala sesuatu terjadi (
e. Keselamatan
Tuhan Allah adalah penyelamat, demikian keyakinan Perjanjian Lama. Bertentangan dengan ilah-ilah lain, hanya Dia yang mempunyai kuasa untuk menyelamatkan: "Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
f. Penghakiman
Bagi Perjanjian Lama, hanya Allah adalah hakim. Kekudusan serta kemegahan-Nya diungkapkan dalam penghakiman-Nya yang adil (
g. Kesaksian
Satu lagi hubungan antara Yesus dan Tuhan Allah dapat disebutkan. Dalam Perjanjian Lama, Allah menugaskan umat-Nya sebagai saksi-saksi-Nya (
Seperti telah kita lihat, beberapa penulis Perjanjian Baru pernah menyebut Yesus sebagai Allah secara langsung, namun demikian alam pikiran Yahudi mereka lebih mudah menyatakan keyakinan ini dengan menyebutkan bahwa Yesus melakukan hal-hal yang hanya dapat dilakukan dengan baik oleh Allah. Oleh sebab itu, cara mereka membicarakan keilahian Yesus tidak berbentuk pernyataan metafisik (seperti "Yesus adalah Allah"), tetapi berupa penegasan bahwa Ia mengambil bagian dalam ciri-ciri serta tugas-tugas Allah yang tak dapat dibagi-bagikan. Dengan demikian kebenaran yang menggemparkan itu disingkapkan: Yesus -- manusia yang hidup di Nazaret, bergumul di Getsemane dan mati pada kayu salib di Golgota -- harus disamakan dengan Tuhan, Allah Pencipta dan Penebus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
16.3 Bukti-bukti lain
a. Kebangkitan
Kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang sangat pokok dalam Alkitab dan ada banyak sekali acuan kepada peristiwa itu dalam seluruh Perjanjian Baru. Menyangkal fakta ini sama dengan mencabut isi dan nilai iman Kristen (
Kritik tentang teks kitab-kitab Injil
Serangan dipusatkan pada dua pokok:
Tetapi sebenarnya cerita-cerita tentang penampakan itu tidak bertentangan dan pendapat bahwa kubur kosong itu bukan merupakan bagian dari kesaksian rasuli adalah pendapat yang sewenang-wenang dan tidak terbukti. Dari penampakan Yesus yang sudah bangkit itu tentu saja para rasul menarik kesimpulan mengenai jenazah yang telah dilihat oleh para pengikut-Nya di kayu salib, dan yang telah dibaringkan di dalam kuburan (Mar 15:57). Di samping itu, kubur kosong itu dengan jelas dinyatakan secara tidak langsung dalam pemberitaan terdahulu dari Injil Kristen (
Kritik teologis
Menurut filsafat Kant (1724-1804), ada perbedaan antara fakta dan arti. Berdasarkan perbedaan tersebut pernah dikemukakan bahwa faktor Perjanjian Baru yang menentukan adalah iman para murid, yaitu keyakinan bahwa Kristus telah mengalahkan musuh mereka dan mengangkat mereka menuju kehidupan baru yang penuh harapan dan arti. Apakah Yesus benar-benar bangkit dari kubur atau tidak, kurang penting menurut pandangan ini dan sulit untuk dipastikan. Pada masa kini diakui bahwa fakta dan arti tidak dapat dipisahkan secara demikian, lagi pula perbedaan ini jelas tidak cukup untuk menerangkan timbulnya iman Kristen dalam kebangkitan Yesus. Pandangan tersebut mengatakan bahwa tradisi mengenai fakta kebangkitan timbul dari iman para murid, padahal yang sebaliknya yang benar. Keadaan sekitar kematian Yesus membuat pandangan tersebut terlalu fantastis.
Bukti-bukti historis
Ada tiga macam bukti tentang kebangkitan Yesus yang sulit untuk dikesampingkan, artinya tafsiran skeptis apa pun mengenai hal itu lebih sulit dipertahankan daripada penjelasan Perjanjian Baru bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Tiga bukti tersebut adalah:
Kenyataan yang ketigalah (yang berdasar pada kedua bukti terdahulu) yang menampilkan gereja di dunia dan, walaupun banyak kelemahannya, gereja masih tetap ada sekarang untuk bersaksi tentang Kristus. Dalam pengertian ini, bukti tentang kebangkitan Yesus tidak dapat dibantah, sama seperti iman yang mendasari penulisan buku ini tidak dapat dibantah, ataupun batu-batu dan semen dari gereja terdekat. Tanpa kebangkitan tidak akan ada umat Kristen yang mempertahankan dan memberitakan Injil selama dua puluh abad. Mengingat keadaan meninggalnya Yesus, kebangkitan merupakan satu-satunya penjelasan yang dapat diterima mengenai kelahiran gereja dengan penuh gairah dan keyakinan, dan kita masih dapat menyelidikinya dan mengalaminya dari karya sastranya, yaitu Perjanjian Baru.
Kebangkitan dan keilahian Yesus
Pernah dikatakan bahwa kebangkitan itu, kalaupun benar, tidak membuktikan keilahian Yesus karena Ia membangkitkan orang lain dari kematian tanpa menganggap mereka ilahi. Namun pandangan ini tidak mempertimbangkan dua hal. Pertama, kebangkitan-kebangkitan ini dilakukan oleh kuasa Yesus, suatu kenyataan yang penuh arti; orang-orang tidak setiap hari bertemu dengan seseorang yang dapat membangkitkan orang mati, dalam masyarakat mana pun! Kedua, kebangkitan Yesus tidak hanya menyangkut pemulihan kehidupan fisik. Ia tidak tampil di hadapan para murid sebagai mayat yang bangkit kembali untuk sementara. Yang menyebabkan pujaan dan penyembahan spontan mereka adalah kemenangan atas kematian oleh seseorang yang telah bergumul dan menginjak-injak musuh yang ditakuti itu (
Dalam Perjanjian Lama pemberian hidup adalah hak istimewa Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
b. Kenaikan
Kenaikan Yesus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
c. Kesadaran diri Yesus dan pernyataan-Nya
Kesadaran diri Yesus tak ada tandingannya dalam sejarah dan merupakan bukti kuat tentang kekhasan kodrat-Nya. Hal ini khususnya diungkapkan dalam hubungan-Nya dengan Bapa-Nya. Pada usia 12 tahun Dia menunjukkan perasaan hubungan khusus dan tanggung jawab luar biasa kepada Bapa (
Yesus juga sadar akan eksistensi-Nya terdahulu, waktu hidup dengan Bapa sebelum menjelma di bumi (
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
Mesias
Gelar "Mesias" (Ibr. _masyiakh_), dalam bentuk "Kristus" (Yun. _khristos_), menjadi panggilan yang paling lazim bagi Tuhan Yesus. Secara harfiah gelar ini berarti "Ia yang diurapi". Dalam Perjanjian Lama kata ini biasanya dipakai untuk raja (
Ada yang mempertanyakan apakah Yesus menganggap diri-Nya sebagai Mesias, mengingat bahwa Ia enggan menggunakan gelar tersebut khususnya pada awal pelayanan-Nya. Keengganan ini sebagian besar dapat dijelaskan karena salah pengertian pada zaman-Nya baik dari orang Yahudi (
Anak Manusia
Inilah sebutan yang paling disukai Yesus untuk menyebut diri-Nya. Asalnya terutama dari
Konsep Paulus tentang Kristus sebagai Adam terakhir (
Anak Allah
Dalam kebudayaan berbahasa Yunani pada zaman Perjanjian Baru, gelar "anak Allah" diberikan kepada para kaisar dan kepada orang yang bisa mengadakan mujizat. Dalam Perjanjian Lama, istilah ini dipakai tentang:
Perjanjian Baru juga menghubungkan gelar ini dengan Mesias (
Gelar ini juga dihubungkan dengan Yesus pada baptisan-Nya (
Tuhan
Gelar "Tuhan" (Yun. _kurios_) dipakai pada zaman Perjanjian Baru dengan arti umum "tuan" atau "pemilik", juga sebutan lazim bagi ilah (
Kini Yesus adalah Tuhan atas semesta alam (
Pernyataan tidak langsung
Yesus memanggil orang untuk mengikuti diri-Nya. Panggilan radikal itu mendengungkan panggilan Allah dalam Perjanjian Lama (
Jelaslah Yesus adalah tokoh yang luar biasa, yang tak ada bandingnya dalam seluruh sejarah manusia. Pernyataan-Nya dan kesadaran diri-Nya, serta dampak moral Yesus pada orang sezaman-Nya, memperlihatkan segi kepribadian Yesus yang tidak dapat dijelaskan secara memadai jika kita berpendapat bahwa Ia manusia saja.
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
d. Kelahiran dari anak dara
Kelahiran Yesus dari anak dara diajarkan dengan jelas (
Beberapa pengritik menolak kelahiran dari anak dara dengan berkata bahwa ajaran itu bersifat doketis (artinya, menyangkal kemanusiaan Yesus yang sejati). Tetapi kesimpulan itu tidak perlu. Asal saja kita menegaskan bahwa Anak abadi sungguh-sungguh dipersatukan dengan kodrat manusia sejak saat pembuahan, maka ajaran tersebut tidak menyangkal kemanusiaan-Nya yang sejati.
Di pihak lain ada bahaya bahwa kita terlalu membesar-besarkan arti kelahiran dari anak dara. Ajaran itu hanya menjelaskan bahwa kemanusiaan Yesus tidak berasal dari seorang ayah insani, seperti orang lain. Perlu diperhatikan bahwa Alkitab tidak pernah melukiskan Allah Bapa sebagai leluhur pria yang memberikan kromosom laki-laki untuk pengembangan janin. Harus ditegaskan pula bahwa orang Kristen tidak percaya bahwa Allah kawin dengan Maria dan mendapat anak dengan cara persetubuhan insani. Kalau dipikir sepintas lalu memang pandangan ini harus ditolak, karena makhluk yang akan dilahirkan dengan cara demikian tentu bukan Allah dan manusia sejati tetapi semacam hibrida yang setengah Allah dan setengah manusia. Pandangan seperti itu tentang Yesus pernah muncul pada abad kelima dan dinyatakan sebagai ajaran sesat (lihat di bawah tentang Eutychianisme: ps 17.1.g). Pandangan ini membuka pintu bagi pendapat Ireneus yang melihat persamaan yang tak beralasan antara Hawa dan Maria, sehingga pada kemudian hari Maria dipandang sebagai penebus di samping Yesus. Bagi orang yang peka terhadap ajaran Alkitab, pandangan ini kedengaran sebagai penyangkalan bahwa Kristus adalah Penebus satu-satunya yang sempurna dan mantap. Dalam sejarah pemikiran Roma Katolik, pandangan ini telah menyebabkan pengagungan yang berlebihan akan keperawanan.
Penggabungan kodrat kekal Anak Allah dan kodrat manusia sejati dalam satu pribadi merupakan misteri. Misteri itu tidak dikurangi oleh kelahiran dari seorang anak dara. Namun kita boleh bertanya, apa saja maknanya?
Peristiwa ini memproklamasikan keunikan bayi yang dilahirkan. Dalam Alkitab, bayi-bayi istimewa biasanya lahir secara khusus (
Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah yang supra-alami itu bekerja dalam penjelmaan. Karena itu keberatan-keberatan biologis sama sekali tidak pada tempatnya. Berdasarkan keyakinan bahwa Allah mahakuasa, maka pembuahan pada anak dara memang tidak mustahil.
Turunnya Roh Kudus atas Maria menyatakan bahwa dalam Kristus, Allah masuk selengkapnya dan sepenuhnya ke dalam pengalaman manusia sejak saat pembuahan.
Peristiwa ini sesuai dengan ajaran Paulus (
Kelahiran itu konsisten dengan keberadaan Yesus sebelum segala sesuatu. Untuk semua orang lain, penghamilan adalah permulaan eksis-tensi suatu pribadi baru; dalam hal Yesus, Firman abadi berada sebelum saat pembuahan. Ini diungkapkan dalam kata-kata Alkitab, "Roh Kudus akan turun atas" dan "menaungi" Maria (
Peristiwa ini menyuguhkan analogi dengan penebusan yang digambarkan sebagai "kelahiran kembali" (
--------------------
**1**.Tidak dikatakan bahwa dosa warisan dielakkan dengan cara tidak ada
persetubuhan seksual warisan, seolah-olah dosa adalah penyakit genetik. Kalaupun
itu benar, maka dosa warisan masih akan diwariskan kepada Yesus melalui Maria
sendiri. Memang ada orang yang berpendapat bahwa Maria tak tercela, atas dasar
prinsip bahwa hanya seorang ibu tak berdosa dapat melahirkan anak tak berdosa.
Tetapi sama sekali tidak ada dukungan Alkitab untuk pendapat itu.
---------------------
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
16.4 Kesimpulan
Bukti-bukti yang dikemukakan di atas menunjukkan secara meyakinkan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah abadi yang telah menjelma menjadi manusia untuk menebus orang berdosa. Ia adalah pribadi kedua dalam Tritunggal, Allah yang menjadi manusia.
Terlepas sama sekali dari bukti-bukti ini, keilahian Yesus Kristus merupakan dasar pokok bagi kepercayaan bahwa penyataan Kristen bersifat akhir dan penyelamatan Kristen adalah sejati. Jika bukan Allah sendiri yang datang kepada kita dalam Kristus, maka penyataan yang dibawa-Nya bukanlah penyataan terakhir dan mungkin masih akan diganti dengan yang lain. Penolakan keilahian Kristus dengan sekali pukul menumbangkan kebenaran pokok kekristenan dan kita kembali lagi pada situasi sebelum Injil disampaikan kepada kita, yaitu mencari-cari kebenaran dalam kegelapan.
Jika Yesus bukan Allah sendiri yang datang kepada kita, penyelamatan yang dibawa-Nya tak berdaya untuk mengampuni dan menyelamatkan. Allah yang ditentang manusia dan hanya Allah yang dapat menebusnya. Jika Yesus bukan Anak Allah, Ia tidak relevan bagi soal hubungan manusia dengan Allah, kematian dan pendamaian-Nya tidak relevan bagi keadaan moral manusia di hadapan Allah, dan perasaan kita tentang damai dan pengampunan melalui Dia tinggal hanya perasaan dan tidak lebih dari subjektivitas saja. Dan sekali lagi kita terikat pada tugas yang tak ada habis-habisnya dan tak mungkin berhasil untuk membenarkan diri di hadapan Allah.
Syukurlah kita dapat melupakan dua mimpi buruk ini. Kita mengingat lagi akan kenyataan bahwa Yesus adalah Anak Allah, dan dengan demikian kebenaran akhir terungkap dalam Dia dan penebusan akhir dibawa melalui Dia.
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
Bahan Alkitab
Yesus Kristus sebagai Allah:
Yesus dan Tuhan Allah:
Keterangan Perjanjian Baru lainnya:
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Uraikan tanggapan Anda atas pernyataan, "Tidak ada pernyataan dalam Perjanjian Baru bahwa Yesus adalah Allah."
Tunjukkan bukti-bukti utama Alkitab yang menyamakan Yesus dengan Tuhan Allah.
Apa arti
Mengapa penting untuk menegaskan bahwa kebangkitan Yesus sungguh-sungguh merupakan fakta sejarah?
Selidikilah dampak keilahian Yesus bagi usaha manusia untuk mencari
Mengenali Kebenaran -- Bab 16. Keilahian Yesus Kristus [Indeks]
Kepustakaan (16)
Anderson, J. N. D.
1950 _The Evidence for the Resurection_ (IVP).
Green, M.
1977 _The Truth of God Incarnate_ (Hodder).
Ladd, G. E.
1975 _I Believe in the Resurection_ (Hodder).
Machen, J. G.
1958 _The Virgin Birth of Christ_ (James Clarke).
McDonald, H. D.
1968 _Jesus: Human and Divine_ (Pickering and Inglis).
Marshall, I. H.
1976 _The Origins of New Testament Christology_ (IVP).
Morris, L.
1958 _The Lord from Heaven_ (IVP).
Moule, C. F. D.
1977 _The Origins of Christology_ (CUP).
Owen, J.
1965 _The Glory of Christ_ (_Works_ 1, Banner of Truth).
Vos, G.
1954 _The Self-Disclosure of Jesus_ (Eerdmans).
Indeks Bab 17: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 17 Satu Pribadi ...................................... 01194
Ps 17.1 Perdebatan-perdebatan Awal ................... 01194
Sb 17.1.a Ebionisme ................................. 01195
17.1.b Doketisme ................................. 01195
17.1.c Gnostisisme ............................... 01196
17.1.d Arianisme ................................. 01196
17.1.e Apolinarianisme ........................... 01197
17.1.f Nestorianisme ............................. 01197
17.1.g Eutychianisme ............................. 01197
17.1.h Konsili Kalkedon .......................... 01197
Ps 17.2 Beberapa Konsep Penting ...................... 01198
Sb 17.2.a Kesatuan Hipostatik ....................... 01198
17.2.b Persekutuan Sifat-sifat ................... 01198
17.2.c Pandangan Calvinis ........................ 01199
17.2.d Kristologi Dua Keadaan .................... 01199
17.2.e Kenosis ................................... 01199
Ps 17.3 Tafsiran-tafsiran modern ..................... 01200
Sb 17.3.a Kristologi Fungsional Melawan Kristologi 01200
Ontologis ................................. 01200
17.3.b "Mitos" Penjelmaan ........................ 01201
Ps 17.4 Komentar Selanjutnya ......................... 01202
Bahan Alkitab .............................................. 01203
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01204
Kepustakaan ................................................ 01205
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
17. SATU PRIBADI
Bukti Alkitab menghasilkan dua pernyataan mengenai pribadi Tuhan Yesus Kristus: Ia manusia sejati; Ia Allah sejati. Bagaimana dua kenyataan ini bisa digabungkan dalam satu orang yang otentik, Yesus Kristus, selalu akan merupakan misteri. Namun, ini tidak perlu menghentikan usaha untuk menyelidiki penjelmaan secara mendalam. Kalau kita mengabaikan tugas ini, pihak lain akan mengusahakannya dengan cara-cara yang akan mengakibatkan kekeliruan dan kebingungan. Dalam hal ajaran tentang pribadi Kristus, sama seperti dalam bidang-bidang ajaran Kristen lain, gembala yang kurang hati-hati pasti akan mengundang serigala buas untuk datang (
17.1 Perdebatan-perdebatan awal
Pembahasan teologis sebelum tahun 500 Masehi masih penting karena selama berlangsungnya kebanyakan pandangan penting tentang kristologi sudah muncul. Pembicaraan yang mencapai puncaknya dengan menghasilkan rumusan yang disetujui di Kalkedon pada tahun 451 adalah kerangka semua pembicaraan selanjutnya.
Generasi-generasi pertama orang Kristen mungkin puas dengan iman yang tidak berbelit-belit. Plinius dalam suratnya kepada Kaisar Trajanus pada permulaan abad kedua melaporkan bahwa orang Kristen "menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Kristus seperti kepada Allah". Namun pada zaman purba itu pun sudah ada pandangan yang berbeda-beda.
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
a. Ebionisme
Cabang Kristen Yahudi ini memecahkan persoalan hubungan kemanusiaan dengan keilahian dalam Kristus dengan cara menghapuskan sama sekali keilahian-Nya. Yesus cuma manusia, meskipun diangkat oleh Allah sebagai Mesias, yang ditakdirkan kembali pada akhir zaman untuk memerintah dunia berdasarkan kuasa Allah yang berdaulat. Sebenarnya pandangan ini gagal menjembatani kesenjangan antara Allah dan manusia.
b. Doketisme
Gerakan ini sudah ada sejak zaman rasuli. Berlawanan dengan Ebionisme, gerakan ini menyelesaikan masalah dengan menghilangkan kemanusiaan Kristus. Menurut mereka, Yesus hanya menyerupai manusia (Yun. _dokeo_ berarti `menyerupai`). Gerakan ini mempunyai akarnya dalam keyakinan Yunani dan Asia Barat bahwa materi pada hakikatnya jahat dan bahwa Allah tidak mempunyai perasaan serta pengalaman manusiawi lain. Doketisme tidak diterima karena memutuskan jembatan Allah dengan manusia di ujung seberang; Allah tidak sesungguhnya datang kepada manusia, jadi tidak terjadi pengorbanan yang efektif bagi dosa-dosanya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
c. Gnostisisme
Waktu tepatnya aliran ini muncul masih dipersoalkan, namun sudah dibuktikan bahwa bukan zaman pra-Kristen. Dunia pemikiran Gnostis-isme sarat dengan spekulasi aneh dan tidak jelas sampai berapa jauh merupakan sistem pemikiran terpadu. Kristus oleh beberapa penulis Gnostik dikatakan turun dari surga tertinggi atau "kegenapan" (Yun. _pleroma_). Selama beberapa waktu Ia menggabungkan diri dengan pribadi historis Yesus, yang badan-Nya dibentuk dari bahan psikis dan kedua unsur terdapat pada hubungan yang tidak erat. Gnostisisme jelas cenderung ke arah Doketisme dan secara efektif memutuskan jembatan di kedua ujung: Kristus bukan Allah sejati ataupun manusia sejati.
d. Arianisme
Ketiga pandangan yang baru disebut tidak banyak mempengaruhi gereja secara keseluruhan. Hal ini tidak dapat dikatakan mengenai pandangan kemudian, khususnya sekitar pandangan Arius (256-336), seorang presbiter dari Aleksandria yang telah dipengaruhi oleh guru besar Origenes. Arius mengemukakan bahwa "Anak itu diciptakan". Ia telah menyerap pembedaan yang dibuat Plato antara dunia yang terjamah pengalaman indera, dan dunia gagasan-gagasan yang tak terjamah. Allah yang absolut dan unik, sumber segala sesuatu yang tak berasal, termasuk dunia kedua tadi sehingga dengan radikal terpisah dari dunia tercipta. Jika kerangka ini diterima, maka sulitlah untuk menempatkan Anak (_logos_, Firman,
Perdebatan berlangsung berapi-api sepanjang hampir seluruh abad keempat. Setelah Kaisar Konstantinus menjadi Kristen pada tahun 312, politik kekaisaran menjadi faktor penting dalam pasang surut perdebatan tersebut, yang bahkan segi teologisnya sering mengalami kekacauan. Konstantinus mengkhawatirkan keesaan gereja dan memanggil Konsili Nikea pada tahun 325 untuk menyelesaikan masalahnya, tetapi baru pada Konsili Konstantinopel pada tahun 381 perdebatan terselesaikan secara berarti.
Oposisi terhadap Arius dipimpin Athanasius (296-373) yang dididik di sekolah uskup Aleksandria dan yang tetap mempunyai hubungan dengan tradisi Alkitab dan Ibrani. Penderitaan dan kematian martir-martir Kristen yang disaksikannya pada waktu ia masih remaja, sewaktu Diokletianus memerintah, meninggalkan kesan yang mendalam. Ia menolak dualisme absolut dalam pandangan lawannya Arius dan berusaha memahami Yesus Kristus melalui kesaksian Alkitab baginya. Athanasius bersikap tegar dan gagah berani, dan kadang-kadang praktis sendirian dalam mempertahankan pendiriannya. Dengan ketajaman berpikir yang luar biasa ia menyadari bahwa untuk kebutuhan manusia diperlukan seorang Penebus yang ilahi sepenuhnya. Oleh sebab itu, ia berpegang erat pada pendapat bahwa Kristus sehakikat (_homoousios_) dengan sang Bapa, yaitu pandangan yang telah dikukuhkan di Nikea dan Konstantinopel.
Kristologi corak Arius masih tetap ada. Saksi-saksi Yehowa, aliran Christadelphian serta banyak lagi aliran lain tidak mengakui keilahian sesungguhnya Yesus Kristus. Hal ini sering dituangkan dalam istilah filsafat dan teologi yang canggih-canggih. Ajaran sesat tak alkitabiah ini dengan tegas harus ditolak dalam segala bentuknya, seperti pada abad keempat, begitu pun sekarang ini, karena menolak Injil dan tidak mengakui siapa sebenarnya Tuhan kita Yesus Kristus.
Walaupun Nikea dan Konstantinopel menetapkan ajaran bahwa Kristus bukan makhluk yang diciptakan dan menjelaskan hubungan-Nya dengan Bapa, namun masalah-masalah lain belum diselesaikan. Dalam periode berikut perhatian dipusatkan pada pribadi Yesus sendiri dan menanyakan mengenai bagaimana unsur ilahi dan manusiawi digabungkan dalam diri-Nya. Tiga pandangan diunggulkan tetapi kemudian terpaksa ditolak.
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
e. Apolinarianisme
Apolinarius (310-390), pendukung Athanasius yang terlalu bersemangat, mengatakan bahwa Firman kekal (_logos_) menggantikan jiwa manusiawi dalam Yesus. Dengan kata lain, Allah Anak menempati tubuh manusia sehingga Kristus tidak mempunyai kodrat manusia sepenuhnya. Gagasan yang jelas berbau Doketisme ini, kemudian ditolak karena sebenarnya menyangkal bahwa Allah benar-benar menjadi manusia.
f. Nestorianisme
Nestorius diangkat sebagai uskup Konstantinopel pada tahun 428. Ia ingin mempertahankan kemanusiaan Sang Perantara, dan untuk itu ia mengajarkan pemisahan kedua kodrat dalam diri Kristus sedemikian rupa sehingga membuat kesatuan kepribadian Kristus dipersoalkan. Dampaknya ialah hampir meniadakan penjelmaan dan penebusan terancam. Namun kita dapat mencatat bahwa banyak ahli akhir-akhir ini berpendapat bahwa banyak pandangan yang oleh lawan-lawannya dikatakan berasal dari Nestorius sebenarnya bukanlah keyakinannya. Setelah dipecat sebagai uskup pada tahun 431, ia menghabiskan sisa hidupnya dengan kerja keras dalam tugas pekabaran Injil.
g. Eutychianisme
Eutyches, lawan Nestorianisme secara terang-terangan, memperjuangkan pandangan bahwa pribadi Kristus merupakan kesatuan. Ditegaskannya bahwa, walaupun ada dua kodrat sebelum penjelmaan, namun setelah itu hanya ada satu kodrat gabungan. Ini berarti bahwa Yesus adalah semacam oknum jenis ketiga yang bukan manusia sejati dan bukan Allah sejati; dan karena itu, dapat disimpulkan bahwa Ia tidak sanggup untuk bertindak sebagai perantara. Eutyches dikutuk pada Sinode Konstan-tinopel tahun 448, tetapi dengan cara yang agak meragukan ia dikembalikan pada kedudukannya semula oleh Konsili Efesus pada tahun 449.
h. Konsili Kalkedon
Jelaslah bahwa keadaan demikian tidak boleh berlangsung terus, sehingga suatu konsili besar dipanggil di Kalkedon pada tahun 451 untuk menyelesaikan perdebatan secara tuntas. Pernyataan Konsili Kalkedon, yang dipengaruhi teologi Barat yang bersifat pragmatis, gagal memuaskan semua pihak; meskipun begitu, pernyataan itu telah menjadi dasar perumusan ortodoks mengenai pribadi Kristus sejak waktu itu. Pasal utamanya menegaskan "kita harus mengakui bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Anak tunggal yang sama...sempurna dalam keilahian...sempurna dalam kemanusiaan...sehakikat (_homoousios_) dengan Bapa dalam keilahian, sehakikat (_homoousios_) dengan kita dalam kemanusiaan bauran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan...sifat-sifat kedua kodrat tetap terpelihara dan berada sekaligus dalam satu pribadi (_prosopon_) dan satu hakikat (_hupostasis_)."
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
17.2 Beberapa konsep penting
a. Kesatuan hipostatik
Ini adalah istilah pendek untuk apa yang terlibat dalam inkarnasi, yakni: penyatuan dalam satu pribadi (Yun. _hupostasis_) dari kodrat manusia sepenuhnya dan kodrat ilahi sepenuhnya. Di Kalkedon, gereja mengungkapkan hal ini dengan pernyataan yang hati-hati dan berimbang: kedua kodrat bersatu dalam kesatuan pribadi ini, "tanpa pembauran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan".
b. Persekutuan sifat-sifat
Menurut rumusan lama ini, walaupun kedua kodrat dalam kesatuan hipostatik masing-masing mempertahankan sifat-sifat hakikinya, namun ada persekutuan sungguh-sungguh antara kedua kodrat sehingga sifat masing-masing disampaikan kepada yang lain. Yang hendak dihindarkan di sini ialah kenyataan bahwa beberapa tindakan Yesus tertentu berasal dari kodrat ilahi-Nya (misalnya membangkitkan orang mati, melipat-gandakan roti dan ikan), sedangkan yang lain berasal dari kodrat manusia-Nya (misalnya keletihan, ketidaktahuan mengenai waktu kembali-Nya).
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
c. Pandangan Calvinis
Menurut pandangan Calvinis dalam perdebatan abad ke-16, baik selama pelayanan-Nya di dunia maupun kemudian sebagai Tuhan yang sudah naik ke surga, Firman abadi tidak pernah melepaskan fungsi atau ciri-ciri keilahian-Nya. Ia terus mempertahankan segala sesuatu (
d. Kristologi dua keadaan
Gerakan Reformasi membawa pengalaman baru akan realitas hidup dari Kristus dalam Injil anugerah-Nya sebagaimana ditemukan dalam sejarah. Ini membuat gerakan Reformasi memperkaya rumusan Kalkedon, yang didukung sepenuhnya, dengan "kristologi dua keadaan". Dalam hal ini, pribadi Kristus dilihat dalam kerangka gerakan dinamis suatu pribadi tunggal dari keadaan penghinaan dalam daging yang mencapai puncaknya di kayu salib, menuju keadaan kemuliaan dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya (
e. Kenosis
Teori kenosis mengembangkan kristologi dua keadaan dengan mengemukakan bahwa dalam kehidupan-Nya sebagai manusia, Firman abadi menanggalkan banyak ciri ilahi yang hakiki (sering diperinci sebagai kemahakuasaan, kemahatahuan dan kemahahadiran). Sebagai pendukung alkitabiah diambil penegasan bahwa Kristus "mengosongkan diri" (Yun. _ekenosen_) dalam
Memang benar bahwa semacam bentuk merendahkan diri terjadi bagi Firman abadi dalam menyatukan diri dengan kodrat manusia yang terjadi di dalam rahim Maria. Namun dapat diragukan apakah konsep kenosis membantu untuk mengungkapkan hal ini.
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
17.3 Tafsiran-tafsiran modern
a. Kristologi fungsional melawan kristologi ontologis
Akhir-akhir ini sejumlah penulis ingin menggantikan "kristologi ontologis" (yang menafsirkan pribadi Kristus dengan berpikir tentang keberadaan dan kodrat-Nya, biasanya dengan memakai rumusan Kalkedon) dengan "kristologi fungsional" (yang menafsirkan pribadi Kristus dengan berpikir tentang peranan aktif-Nya dalam rencana Allah). Tentu saja ada perbedaan antara kedua pandangan ini, namun jangan kita mengatakan keduanya adalah pilihan dan tidak saling mengisi. Pengertian ontologis tidak dapat dilepaskan tanpa mengurangi pribadi Kristus serta kesanggupan-Nya sebagai Perantara. Keinginan melepaskan ontologi itu tidak ada dukungan dari Alkitab. Peryataan seperti "Firman itu menjadi manusia" (
Selanjutnya pandangan Alkitab tentang realitas, perbedaan antara berbagai keberadaan dengan kodrat tetap (Allah, manusia, malaikat, dsb.) dan kategori-kategori umum yang mendasari tafsiran penebusan ("dalam Adam", "dalam Kristus") bersifat ontologis dan menyediakan kerangka tentang "substansi" dan "entiti" yang dipakai dalam rumusan Kalkedon. Jadi ontologi tidak mungkin dibuang begitu saja. Memang rumusan Kalkedon tidak ada dalam Alkitab dan pada prinsipnya terbuka untuk ditinjau kembali atau diganti. Namun apabila kita bertanya tentang penyajian Alkitab mengenai Kristus, maka sesuatu yang praktis serupa dengan rumusan Kalkedon itu tak terelakkan. Ajaran kristologi harus bersifat ontologis dan juga fungsional.
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
b. "Mitos" penjelmaan
Akhir-akhir ini beberapa penulis tentang kristologi mengemukakan bahwa berbicara tentang Yesus sebagai Allah yang menjelma adalah cara yang mitologis atau puitis untuk mengungkapkan kepentingan-Nya bagi manusia. Menurut mereka Yesus sebenarnya hanya seorang yang disetujui Allah, terbuka bagi Allah secara khusus dan mempunyai kesadaran unik tentang kenyataan ilahi. Pada dasarnya pandangan ini menghidupkan kembali pemikiran yang berasal dari Ebionisme pada zaman gerjea mula-mula. Persoalannya dipecahkan dengan mencabut unsur ilahi dan menyusutkan Yesus menjadi orang biasa saja: memang orang istimewa, namun tetap manusia belaka.
Pernyataan ulang modern dari ajaran sesat kuno ini, sama seperti pendahulu historisnya, tak meyakinkan. Usaha menemukan seorang "Yesus asli" yang hanya manusia belaka di balik tokoh Perjanjian Baru yang begitu agung itu sudah sering ditangani, namun gagal total. Kepercayaan akan keilahian Yesus bukanlah suatu tambahan pada pengertian asli tentang Dia, tetapi dari permulaan sudah merupakan kepercayaan gereja. Lagi pula, bukti Alkitab yang mapan tentang keilahian Kristus tak tergoyahkan.
Kristologi insani ini berarti:
penolakan ajaran Kristen tentang Allah -- Yesus tidak ilahi, sebab itu Allah bukan Tritunggal, paling tidak menurut cara yang dapat diketahui manusia;
penghapusan ibadah Kristen -- tidak ada lagi doa dan puji-pujian kepada atau melalui Yesus;
keyakinan Kristen ditumbangkan -- tidak ada penyataan akhir dalam Kristus, dan ini membuat kita menjadi agnostik mengenai Allah dan akhirnya mengenai segala sesuatu;
penyelamatan Kristen menjadi tidak berlaku, oleh karena Kristus bukan Allah yang menjelma, Ia tidak relevan lagi bagi hubungan manusia dengan Allah; dan
pencemaran hormat dan kemuliaan Allah dalam Kristus.
Tak satu pun orang Kristen yang mengasihi kemuliaan Allah akan tertarik untuk mendukung pandangan ini.
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
17.4 Komentar selanjutnya
Petunjuk akan pengertian lebih mendalam tentang inkarnasi dapat ditemukan dalam Injil Yohanes (bnd. Anderson 1978: ps 6; Packer 1977). Dasar penyajian mengenai Kristus itu adalah ketergantungan-Nya yang mutlak pada Bapa-Nya (
Akhirnya harus diakui bahwa penjelmaan berada dalam kelas tersendiri, sehingga tidak mungkin ditafsirkan berdasarkan analogi dengan pengalaman manusia. Memang, analogi manusiawi ada gunanya karena Kristus adalah Allah yang menjadi manusia dan umat manusia diciptakan menurut gambaran dan rupa Allah, tetapi semua analogi ada batasnya karena kita tidak tahu apa artinya menjadi ilahi dan manusiawi sekaligus. Melebihi batas tertentu Yesus dapat dimengerti hanya dari kesaksian diri-Nya, yang berarti kesaksian Alkitab yang diilhami Allah. "Agunglah rahasia ibadah kita: `Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia"` (
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan ajaran-ajaran sesat utama tentang pribadi Kristus. Dapatkah Anda sebutkan dalam bentuk apa kekhilafan-kekhilafan ini muncul akhir-akhir ini?
"Tidak ada kristologi yang dapat melepaskan rumusan Kalkedon". Bahaslah!
Apa yang dimaksudkan dengan "kenosis"? Seberapa jauh konsep ini membantu atau menghalangi pemahaman tentang pribadi Kristus?
Jelaskan pentingnya kristologi yang tepat dalam hubungannya dengan
Mengenali Kebenaran -- Bab 17. Satu Pribadi [Indeks]
Kepustakaan (17)
Artikel "Incarnation" dalam _IBD_.
Anderson, J. N. D.
1978 _The Mystery of the Incarnation_ (Hodder).
Berkouwer, G. C.
1954 _The Person of Christ_ (Eerdmans).
Green, M.
1977 _The Truth of God Incarnate_ (Hodder).
Marshall, I. H.
1976 _The Origins of New Testament Christology_ (IVP).
Mascall, E. L.
1977 _Theology and the Gospel of Christ_ (SPCK).
Moule, C. F. D.
1977 _The Origin of Christology_ (CUP).
Packer, J. I.
1977 "Jesus Christ the Lord" dalam _Obeying Christ in a Changing World 1_
(Fountain Books).
Indeks Bab 18: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 18 Pendamaian I: Ajaran Alkitab ...................... 01207
Ps 18.1 Pendamaian dalam Perjanjian Lama ............. 01207
Ps 18.2 Yesus Sang Mesias ............................ 01208
Sb 18.2.a Jabatan Nabi .............................. 01208
18.2.b Jabatan Imam .............................. 01209
18.2.c Jabatan Raja .............................. 01210
Bahan Alkitab .............................................. 01211
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01212
Kepustakaan ................................................ 01213
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
18. PENDAMAIAN I: AJARAN ALKITAB
Inti pokok karya Kristus ialah pendamaian antara Allah dan manusia, khususnya cara hubungan yang terganggu akibat dosa diperbaiki sehingga mereka didamaikan.
18.1 Pendamaian dalam Perjanjian Lama
Ada pendapat yang mengatakan bahwa agama Perjanjian Baru berdasarkan anugerah (manusia diterima Allah berdasarkan iman kepada Kristus), sedangkan agama Perjanjian Lama berdasarkan hukum (manusia diterima Allah berdasarkan perbuatannya). Tetapi sebenarnya, sama seperti dalam Perjanjian Baru, keselamatan dalam Perjanjian Lama bergantung pada anugerah dan kemurahan secara cuma-cuma dari Allah (
Dengan perjanjian sebagai dasar, hukum Taurat berlaku sebagai tuntutan Allah supaya umat-Nya hidup menurut sifat-Nya yang kudus (
Sistem persembahan kurban dalam Perjanjian Lama juga setujuan dengan ajaran Perjanjian Baru mengenai pendamaian. Ada beberapa macam kurban. Kurban persembahan mengungkapkan rasa hormat dan syukur (
Sistem mempersembahkan kurban ini menanamkan kesadaran akan kekudusan Allah dan mengajarkan bahwa melawan kehendak Allah (melanggar hukum-Nya) menuntut kematian pengganti yang bersih untuk mendapatkan pendamaian dengan Allah. Kalau dipersembahkan dengan iman dan ketaatan, terlepas dari kemungkinan bertambahnya amal dan dengan kepercayaan akan rahmat Allah saja, persembahan itu membawa berkat perjanjian. Perjanjian Lama mengetahui dengan jelas bahwa persembahan itu sendiri tidak dapat menebus dosa (
Fokus anugerah Allah juga identik dalam kedua perjanjian, yakni pada pribadi dan karya Kristus. Kalau bagi kita dampak salib Kristus diproyeksikan ke depan, bagi orang percaya dalam Perjanjian Lama dampak itu diproyeksikan ke belakang (
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
18.2 Yesus sang Mesias
Seperti telah kita lihat, Mesias berarti yang diurapi Allah. Di Israel ada tiga jabatan yang pejabatnya diangkat dengan upacara pengurapan dengan minyak, yakni raja (
a. Jabatan nabi
Nabi berbicara atas nama Allah (
Orang sezaman Yesus mengenal Dia sebagai nabi (
Sebab itu, Kristus berfungsi sebagai nabi dalam hal membawa kebenaran Allah yang sesungguhnya kepada manusia yang bebal dan buta karena dosa. Dengan menyatakan Allah sendiri kepada kita (
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
b. Jabatan imam
Keimaman mengisyaratkan adanya keterasingan manusia berdosa dari Allah. Imam adalah perantara yang ditetapkan Allah untuk menjembatani keterasingan itu (
Pertama, _identitas-Nya_: "imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah" (
Kedua, _pengurbanan diri-Nya_: "Setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan" (
Pandangan ini diperkuat karena Yesus menyinggung gagasan tentang hamba yang menderita dalam Kitab Yesaya. Perikop-perikop tentang hamba yang menderita (
Tugas keimaman meliputi seluruh karya Kristus yang menyelamatkan melalui kematian-Nya. Untuk menguraikan arti sepenuhnya, perlu diuraikan tiga kiasan Perjanjian Baru yang dipakai untuk menafsirkan kematian Kristus.
Kiasan hukum: pembenaran
Pemikiran Ibrani mengenai kebenaran senantiasa bernafaskan hukum dan keadilan. Orang benar adalah "yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN" (
Sebab itu, setiap pelanggaran hukum moral adalah serangan langsung terhadap Allah. Saat orang melakukannya, tindakan itu menjadi bagian integral dari seluruh perlawanan manusia terhadap Allah yang harus diperhitungkan dan ditentang oleh Allah untuk menegaskan keilahian-Nya.
Tindakan Allah dalam "memperhitungkan" dosa menarik perhatian pada perasaan bersalah yang senantiasa menyertai semua perbuatan dosa. Saat orang berbuat dosa, tindakan itu terhitung masa lampau dan tak dapat diubah-ubah. Orang berdosa adalah orang dengan masa lampau buruk, yang lembaran-lembaran hidupnya cacat dan bernoda. Kita tidak dapat mulai dengan lembaran baru karena dosa yang lalu masih tetap ada, yang pasti menghadapi Allah dan menentang kemegahan dan keilahian-Nya. Kita cenderung menganggap bahwa waktu saja mampu membatalkan dosa, tetapi sebenarnya waktu sendiri tidak dapat mengubah fakta atau salahnya dosa.
Kalau begitu, apa yang dapat dilakukan? Dari satu segi, tidak ada yang dapat dilakukan. Ketika berhadapan dengan kesalahan dosa, manusia tidak berdaya dan hanya dapat menunggu penghakiman akhir yang merupakan dampak dosa, yang tak terelakkan di dunia yang diciptakan Allah.
Pada tahap menghadapi keadaan tak berdaya itu, Alkitab menuntun orang pada keajaiban anugerah Allah dalam Yesus Kristus. Sebagai manusia, Ia "takluk kepada hukum Taurat" (
Allah mengampuni orang bersalah dan membenarkan mereka berdasarkan ketaatan Kristus sebagai wakil dan kematian penebusan-Nya, dan pegampunan itu dalam Alkitab disebut "pembenaran" (
Perlu diperhatikan tentang segi positif pembenaran (
Allah berbuat adil dengan membenarkan orang-orang berdosa di dalam Kristus, Ia tidak mengesampingkan dosa atau menganggapnya tidak penting (
Secara singkat, Alkitab mengajarkan bahwa inti karya Kristus adalah sebagai berikut: demi kita Ia telah menanggung hukuman yang seharusnya kita jalani karena dosa, dan Dia telah membawa pengampunan dan pendamaian bagi kita. Ajaran ini disebut _penal substitution_ (orang lain menjadi pengganti orang yang dihukum) dan merupakan pokok ajaran dan pemberitaan pendamaian sejak Reformasi.
Ajaran ini sering dikritik dengan alasan bahwa:
penggunaan istilah-istilah hukum (Allah sebagai hakim yang memberi hukuman, manusia sebagai penjahat, dsb.) sangat mengurangi hubungan pribadi manusia dengan Allah;
Allah menurut ajaran ini menuntut penghukuman, lain dari Allah penuh kasih yang mengampuni dengan leluasa;
pemikiran tentang penggantian tidaklah adil, bahkan tak bermoral dalam konteks ini, karena yang tak bersalah dihukum dan yang bersalah luput; atau, dengan kata lain, pengadilan Allah lebih mudah didamaikan daripada pengadilan manusia, karena dalam pemikiran manusia pengadilan tidak berlaku kecuali kalau yang bersalah sendiri mendapat hukuman.
Namun, ajaran bahwa orang pengganti yang dihukum dapat dipertahankan walaupun melawan tiga macam kritikan tadi. Pertama-tama kita ingat bahwa hal ini jelas diajarkan dalam firman Allah: ajaran ini bukanlah buatan manusia tetapi bagian dari ajaran ilahi mengenai salib Kristus. Secara lebih khusus lagi mengenai keberatan bahwa ajaran tersebut mengurangi hubungan pribadi Allah dengan manusia, maka cukup jelas bahwa Alkitab tidak membedakan dasar pribadi dan hukum dengan cara demikian. Para penulis Alkitab gemar menggunakan kiasan hukum dan berulang kali mengacu pada proses peradilan untuk menjelaskan cara Allah berurusan dengan manusia. Mendasari kritikan seperti ini hampir selalu terdapat kegagalan mengerti hukum secara alkitabiah, yakni sebagai sifat Allah yang tak berubah yang menyentuh keberadaan manusia.
Kritikan kedua menolak Allah yang menghendaki hukuman, dan melukiskan-Nya sebagai Allah yang dalam kasih tidak mengindahkan dosa. Tetapi Allah seperti ini sebenarnya hanya khayalan manusia yang tidak terdapat dalam Alkitab. Pasti ini bukan Allah Perjanjian Lama. Ia juga bukan Allah yang dinyatakan Yesus, sebagaimana nyata dari peringatan-Nya yang serius dan berulang kali akan bahaya tidak bertobat (
Mengenai tuduhan ketiga tentang ketidakadilan, Packer (1974) mengemukakan bahwa adalah salah jika kita memaksakan kategori Alkitab seperti orang pengganti yang dihukum itu melebihi batas yang dimaksudkan. Ajaran ini sebenarnya merupakan kiasan yang diberikan Allah untuk mengajar kita tentang diri-Nya serta karya-Nya. Pembenaran adalah pemberian Allah Tritunggal dalam kasih-Nya, yang dikerjakan oleh Anak-Nya sesuai dengan keadilan-Nya.
Jika dilihat dari sudut pandang ini, kiasan tentang hukuman pada orang pengganti dapat dipertahankan tanpa mengacu pada praktek hukum manusia atau pada norma-norma lain mengenai hubungan-hubungan pribadi. Walaupun kita tidak menyepelekan naluri moral manusia yang umum, karena Allah adalah pencipta dan penebus, namun kita juga tidak dapat menjadikan norma-norma kita yang telah jatuh sebagai pengukur terakhir atas tindakan Allah. Pada hakikatnya terjadi ungkapan keadilan yang paling mendalam ketika Allah mengampuni orang-orang berdosa yang terhukum dan tak berdaya melalui salib Kristus, yaitu keadilan kasih Allah yang menyelamatkan (
Kiasan ibadah: pendamaian
Kiasan ini berkaitan dengan kiasan terdahulu dan memaparkan lebih lanjut cara pembenaran. Salah satu hasil ketidaktaatan manusia terhadap hukum Allah adalah ketidaklayakannya di hadirat Tuhan, serta keadaannya yang tak terlindung dari murka Allah. Jalan kembali ke Taman Eden dihalangi oleh pedang berapi (
"Pendamaian" berarti penghapusan permusuhan antara dua pihak yang telah bertikai. Istilah ini digunakan untuk penyelamatan Kristen dalam beberapa ayat penting (
Ajaran Alkitab sangat disalahtafsirkan kalau pendamaian dibatasi pada pihak manusia saja dalam hubungan ini, seolah-olah hanya sikap manusia saja yang perlu berubah. Walaupun gambarannya kadang-kadang sangat menyimpang, namun murka Allah adalah kenyataan Alkitab yang sungguh-sungguh (
Cara pendamaian ini dirinci lebih cermat lagi dengan istilah yang erat hubungannya, yaitu _hilasterion_ (
Aspek lain dari kiasan ini adalah _pengurbanan_ (
Unsur dasar lain lagi dari karya Kristus yang terdapat di sini adalah _penggantian_. Segi ini tak terelakkan lagi kalau konteks Perjanjian Lama tetap menjadi perhatian. Kematian binatang yang bersih secara keagamaan (ini yang dimaksudkan dengan pertumpahan darah) sebenarnya bersifat menggantikan; binatang mati sebagai ganti dari pemberi kurban yang bersalah (
Kadang-kadang ada desakan supaya konsep penggantian diubah menjadi _perwakilan_ agar hubungan antara Kristus dan orang berdosa dalam pekerjaan pendamaian-Nya menjadi lebih nyata. Istilah ini dapat diterima, khususnya untuk mengungkapkan persekutuan orang Kristen dengan Dia dalam kematian dan kebangkitan-Nya (
Kiasan dramatis: penebusan
Penebusan adalah istilah dengan dua tingkat pengertian. Kata ini sering dipakai sebagai padanan dari karya penyelamatan dan sering digabungkan dengan penciptaan (
Penebusan mengandung arti pembebasan dengan membayar harga (
Orang pernah ragu-ragu tentang harga tebusan. Mengapa Allah harus membayarnya? Dan kepada siapa? Ada orang yang menghindari kesulitan ini dengan menciutkan arti kata penebusan menjadi sinonim pembebasan. Ini tidak memadai dan membingungkan. Penebusan yang dipaparkan Alkitab sebagai salah satu segi keselamatan, dicapai Yesus dengan pengurbanan diri di bukit Golgota. Makna gagasan harga tebusan itu adalah bahwa keselamatan itu mahal harganya. Allah tidak dapat membebaskan manusia dengan cara yang semena-mena. Ada bayaran, yang tidak kurang dari hidup Kristus, Allah yang menjadi manusia.
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
c. Jabatan raja
Jabatan ini berakar dalam nubuat Perjanjian Lama mengenai takhta dan kerajaan Daud yang berkesinambungan (
Pada saat kelahiran-Nya Yesus disambut sebagai yang memenuhi harapan Perjanjian Lama ini (
Peranan Yesus sebagai raja terkait secara penuh arti dengan bukit Golgota karena di sana Ia bergumul dengan kuasa-kuasa kegelapan yang memperbudak (
Tugas raja ini berkaitan dengan tiga peristiwa khusus dalam misi Yesus: kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya dan kedatangan-Nya kembali dalam kemegahan. Ketiganya bersama-sama menjadi puncak karya-Nya.
Kebangkitan
Kami telah mengomentari kebangkitan dalam hubungannya dengan pribadi Tuhan Yesus. Di sini kita akan menyelidiki dampaknya bagi pekerjaan-Nya.
_Kebangkitan menggenapi karya keimaman-Nya_. Perantaraan Kristus sebagai Imam meliputi hal menanggung hukum dan murka Allah yang kudus di kayu salib, supaya kita dibenarkan, diperdamaikan dengan Allah dan dibebaskan dari dosa. Dengan membangkitkan-Nya, sesungguhnya Allah Bapa mengucapkan "Amin" ilahi atas karya keimaman Anak-Nya (
_Kebangkitan mengungkapkan karya-Nya sebagai raja_. Di kayu salib, Yesus menghadapi musuh turun-temurun dari manusia yang malang, yaitu dosa, kematian dan kuasa-kuasa kegelapan. Kebangkitan-Nya memberitakan kemenangan-Nya atas ketiga-tiganya. Ia telah menaklukkan dosa (
_Kebangkitan mewujudkan janji akan pemerintahan-Nya nanti_. Ketika para murid bertemu dengan Yesus yang bangkit, mereka benar-benar menatap akhir zaman: kemenangan akhir dari Allah berupa ciptaan surga dan dunia baru yang adil (
Kenaikan
Jabatan Kristus sebagai raja nyata dalam kenaikan-Nya untuk duduk di sebelah kanan Allah.
_Kenaikan memberitakan kemenangan Kristus_. Ia ada "di sebelah kanan Allah...sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya" (
_Kenaikan menetapkan keadaan bagi pelayanan gereja_. Kita hidup, bekerja, berdoa, percaya, bersaksi, beribadah, tunduk dan mati di bawah Tuhan yang sekarang ditinggikan sebagai kepala di bumi dan di surga. Inilah rahasia kegairahan yang tak terpendam dan optimisme yang meluap-luap dari orang Kristen mula-mula pada waktu menghadapi penganiayaan dan pertentangan keras. Inilah rahasia ketenteramanan gereja ditengah-tengah dunia yang bergolak dan bekalnya untuk pelayanan yang efektif. Yesus sebagai Kepala mengirimkan Roh-Nya kepada gereja seperti arus hidup yang mengalir dari kepala yang diagungkan kepada anggota-anggota badan yang terpaut di dunia dan dengan demikian Dia menyampaikan kuasa kemenangan-Nya kepada mereka (lihat di bawah: bagian E).
Ini juga memberi semangat besar bagi gereja dalam hubungannya dengan pelayanan Kristus sebagai Imam Besar. Kristus mengenakan kemanusiaan-Nya ketika naik menuju Allah. Karena itu, Ia dapat memihak kepada kita dengan penuh pengertian dan dalam kemurahan hati melayani umat-Nya dalam berbagai ragam penderitaan dan kebutuhan mereka (
_Kenaikan menjamin pemerintahan akhir Kristus dalam kemuliaan_. Dengan kenaikan-Nya Ia mengambil alih kekuasaan atas semesta alam. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi penggenapan kemenangan-Nya. Allah "telah menetapkan suatu hari" (
Kedatangan Kristus yang kedua kali
Aspek ini dari jabatan raja akan dibahas secara lengkap dalam Bagian G di bawah, dan di sini perlu sekadar disebutkan saja. Pembahasan tentang karya Kristus yang tidak mengikutsertakan segi mendatang (keakanan) tidak memadai karena pemerintahan Kristus yang akan datang dalam kemuliaan adalah perspektif yang harus menjadi titik tolak segala sesuatu. Pada saat itu Ia akan menghimpun segala sesuatu di bawah Dia dan memerintah secara terbuka atas jagat raya yang diselamatkan sepenuhnya (
Di sinilah ungkapan tertinggi dari jabatan kerajaan Kristus, karena pada kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan Dia akan diungkapkan sebagai Raja dan kepala dari semua, Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
Bahan Alkitab
Pendamaian dalam Perjanjian Lama:
Kristus sebagai nabi:
Kristus sebagai imam:
Ibrani 4:14-15:10; 7:23-28; 9:11-14,23-26; 10:11-18.
Pembenaran:
Pendamaian:
Penebusan:
Kristus sebagai raja:
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Pokok-pokok mana yang menunjukkan kesinambungan ajaran pendamaian dari Perjanjian Lama menuju Perjanjian Baru dan pokok mana yang menunjukkan ketidaksinambungan?
Apa yang dimaksudkan dengan jabatan Kristus sebagai nabi? Baca
Mengapa Kristus menjadi "Imam Besar Agung" kita? Apa dampaknya bagi
Cari dan pelajari ayat-ayat tentang pokok-pokok ini dalam Surat Ibrani.
Berikan definisi pembenaran, disokong dengan ayat-ayat Alkitab. Mengapa Allah tidak dapat "acuh tak acuh" terhadap dosa kita?
Apa yang dimaksudkan dengan "kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada orang percaya", dan apa dampaknya bagi sikap orang Kristen terhadap kegagalan?
Bagaimana ajaran "orang pengganti yang dihukum" dapat dipertahankan terhadap pendapat bahwa ajaran itu tidak adil?
Apa yang dimaksudkan dengan pendamaian? Sebutkan ayat-ayat Alkitab yang menunjang jawaban Anda.
Apa makna
Sebutkan ayat-ayat Alkitab yang mendukung kesimpulan Anda.
Apa yang dimaksudkan dengan jabatan Kristus sebagai raja? Bagaimana kebangkitan dan kenaikan terkait dengan pengertian tentang pendamaian? Selidiki dampaknya bagi
Mengenali Kebenaran -- Bab 18. Pendamaian I: Ajaran Alkitab [Indeks]
Kepustakaan (18)
Bruce, F. F.
1979 _What the Bible Says About the Work of Christ_ (Kingsway).
Bannerman, J.
1961 _The Doctrine of Justification_ (Banner of Truth).
Colquhoun, F.
1962 _The Meaning of Justification_ (IVP).
Davies, R. E.
1970 "Christ in our Place"_, Tyndale Bulletin_ 21: hlm. 71-91.
Denney, J.
1951 _The Death of Christ_ (Tyndale Press).
Forsyth, P. T.
1948 _The Cruciality of the Cross_ (Independent Press).
Green, M.
1965 _The Meaning of Salvation_ (Hodder).
Guillebaud, H. E.
1937 _Wahy the Cross?_ (IVF).
Lloyd-Jones, D. M.
1970 _Roma 3:20-4:25 -- Atonement and Justification_ (Banner of Truth).
Marshall, I. H.
1969 _The Work of Christ_ (Paternoster).
Morris, L.
1955 _The Apostolic Preaching of the Cross_ (Tyndale Press).
1965 _The Cross in the New Testament_ (Paternoster).
Murray, J.
1961 _Redemption Accomplished and Applied_ (Banner of Truth).
Packer, J. I.
1974 "What Did the Cross Achieve?" _Tyndale Bulletin_ 25: hlm. 3-45.
Indeks Bab 19: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 19 Pendamaian II: Perspektif Sejarah ................. 01215
Ps 19.1 Tafsiran-tafsiran Objektif ................... 01215
Sb 19.1.a Anselmus dan Teori Pemuasan ............... 01215
19.1.b Luther dan Teori Penghukuman .............. 01216
Ps 19.2 Tafsiran-tafsiran Subjektif .................. 01217
Sb 19.2.a Abelard dan Pandangan Pengaruh Moral ...... 01217
19.2.b Schleiermacher dan Pandangan Mistik ....... 01218
Ps 19.3 Tafsiran-tafsiran Modern ..................... 01219
Sb 19.3.a Aulen dan Pandangan Klasik ................ 01219
19.3.b Tafsiran Politis .......................... 01220
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01221
Kepustakaan ................................................ 01222
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
19. PENDAMAIAN II: PERSPEKTIF SEJARAH
Kami hanya dapat memberi secara garis besar beberapa pandangan penting tentang bagaimana Kristus mengerjakan penebusan bagi umat-Nya. Sebagian pandangan ini menekankan pendamaian yang dicapai secara objektif oleh Kristus sedangkan yang lain menekankan tanggapan subjektif dari manusia pada apa yang dilakukan oleh Kristus.
19.1 Tafsiran-tafsiran objektif
a. Anselmus dan teori pemuasan
Anselmus (1033-1109) berusaha menunjukkan bahwa Allah tidak dapat begitu saja melupakan dosa. Dosa itu telah merampas hormat Allah sehingga Ia harus menghukumnya (yang akan menghalangi tujuan-Nya), atau menerima pemuasan yang memadai untuk pencemaran hormat-Nya. Namun manusia tidak pernah mampu memberi pemuasan yang diperlukan, sekalipun dia hidup dengan sempurna dari saat ini sampai mati. Sebabnya ialah karena pencemaran hormat Allah pada waktu dahulu masih tetap ada. Biarpun begitu, manusialah yang harus memberi pemuasan karena ia yang telah melakukan pelanggaran. Dilemanya yaitu, hanya Allah yang sanggup memberikan pemuasan itu dan hanya manusia yang harus mempersembahkannya. Penyelesaian ada dalam tangan Dia yang adalah Allah dan juga manusia. Karena hidupnya sempurna, Kristus tidak perlu mati. Sebab itu, kematian-Nya adalah kebajikan yang tak terhingga nilainya, yang tersedia bagi manusia sebagai jalan untuk mengadakan pemuasan bagi dosa karena Dia. Tetapi Anselmus tidak menjelaskan cara bagaimana kita dapat memperoleh kebajikan tersebut.
Ada segi-segi tertentu dari teori ini yang terlalu dicari-cari seperti mengukur kebajikan, atau pendapat bahwa Allah dapat menghadapi dilema. Kelemahan lain adalah pandangan bahwa penghukuman ialah alternatif dari pemuasan dan bukan cara pemuasan yang paling dasar; keterangan yang kurang memadai mengenai kasih ilahi sebagai dasar dan motif pendamaian; dan tidak adanya ajaran mengenai persekutuan dengan Kristus berdasarkan iman sebagai jalan menerima berkat pendamaian. Namun ada juga kekuatannya. Anselmus berusaha mendasarkan pendamaian di dalam sifat moral Allah, ia sangat merasakan kemegahan dan ketuhanan Allah yang menentukan cara perlakuan-Nya terhadap makhluk-Nya, ia mengakui keseriusan satu dosa sekalipun, dan sadar akan pentingnya salib bagi penebusan umat manusia.
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
b. Luther dan teori penghukuman
Martin Luther (1483-1546) dikenal sebagai salah satu tokoh sejarah gereja yang besar. Seluruh kehidupannya menunjukkan kebutuhan yang teramat besar akan ajaran sejati mengenai pendamaian dan malapetaka yang akan menimpa gereja kalau hubungannya dengan Injil alkitabiah terputus. Sebagai biarawan ordo Augustinus, Luther bertahun-tahun begumul dengan masalah penyelamatan pribadinya. Ia berusaha dengan tekun mendapatkannya melalui berbagai upaya seperti doa, sakramen dan amal sebagaimana yang ditentukan oleh gereja saat itu. Baru ketika ia menggumuli Kitab Suci dan ajaran Paulus tentang pembenaran melalui iman dalam Kristus (
Dalam generasi berikut, Calvin mengembangkan ajaran Luther dan menguraikan teologi reformasi secara sistematis. Ia memandang dosa sebagai perbuatan melawan hukum moral yang pada akhirnya ada hubungannya dengan sifat kekal Allah. Pendamaian adalah perbuatan kasih Allah yang menebus, yang dalam Kristus telah menanggung sendiri hukuman dan penghakiman dosa; dan dengan demikian memperoleh pengampunan dari kesalahan serta pemberian kebenaran di hadapan Allah secara cuma-cuma, melalui iman kepada Kristus yang menanggung dosa itu. Dengan begitu alternatif Anselmus, hukum atau pemuasan, digabungkan menjadi satu, yaitu pendamaian oleh pemuasan hukum.
Para reformis juga melawan bahaya objektivitas yang berlebihan dalam penafsiran karya Kristus. Luther, misalnya, menegaskan bahwa walaupun "hanya iman membenarkan, namun iman tidak pernah berdiri sendiri" tetapi diikuti oleh kasih. Calvin memberi dasar teologis yang lebih lengkap pada pandangan ini dengan ajaran mengenai iman sebagai persatuan dengan Kristus melalui iman (lihat di bawah: ps 23). Kebenaran kita sepenuhnya merupakan kebenaran Kristus, yang diterapkan kepada orang percaya yang tidak menyumbangkan apa-apa. Namun orang yang percaya kepada Kristus dipersatukan dengan Dia, sehingga pembenaran terkait dan tak terpisahkan dari pengudusan. Umat Allah diperbarui secara moral oleh persatuan dengan Kristus melalui iman.
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
19.2 Tafsiran-tafsiran subjektif
Tafsiran ini hampir tidak menaruh perhatian pada karya Kristus dari segi penanganan kesalahan melalui salib, dan memusatkan perhatiannya pada dampak karya tersebut bagi manusia. Pandangan ini secara eksplisit atau implisit menyangkal karya objektif Kristus, maka sebenarnya kurang pantas menyebutnya pandangan Kristen sejati, namun penganut-penganutnya masih banyak. Pendekatan ini umumnya dianggap berasal dari Abelard.
a. Abelard dan pandangan pengaruh moral
Bagi Abelard (1079-1142), Allah yang sepenuhnya adalah kasih tidak membutuhkan pengurbanan Kristus. Dosa bukanlah rintangan objektif antara manusia dan Allah, tetapi suatu keadaan pikiran subjektif, yang dapat diatasi dengan kasih yang dibangkitkan dalam hati orang berdosa oleh kematian Kristus. "Penebusan adalah kasih yang mahabesar yang dihidupkan dalam diri kita oleh penderitaan Kristus". Kasih yang dibangkitkan ini menebus sehingga memungkinkan orang untuk hidup dalam kepatuhan kepada Allah karena kasih kepada-Nya. Pandangan ini bermanfaat dalam mengingatkan orang bahwa rasa syukur dan terima kasih adalah respons yang pantas atas pendamaian yang dikerjakan Allah dalam Kristus, namun sebagai teori pendamaian pandangan ini sangat tidak memadai. Tidak disebut atas dasar apa orang berdosa dapat didamaikan dengan Allah; lagi pula kekudusan dan kemuliaan Allah serta gawatnya dosa di hadapan Dia praktis diabaikan, diganti dengan pemikiran yang agak sentimental tentang kasih-Nya yang menyebar pada segala sesuatu.
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
b. Schleiermacher dan pandangan mistik
Abelard menyibukkan diri dengan tanggapan moral kepada Kristus. Schleiermacher (1768-1834), dalam "Injil untuk manusia modern", menaruh perhatiannya pada penyampaian kepada manusia semacam persekutuan mistik dengan Allah. Schleiermacher melihat Yesus sebagai manusia pola dasar, panutan, kepala spiritual dari ras, manusia sempurna yang keunikan dan kesempurnaan-Nya adalah kesadaran yang tak putus-putus tentang persatuan dengan Allah. Pendamaian berarti hal menyampaikan kepada orang berdosa pengalaman batin tentang kesadaran akan Allah seperti yang dimiliki Kristus sendiri. "Sang penebus mengangkat orang percaya ke dalam kuasa kesadaran akan Allah, dan inilah karya penebusan-Nya". Pandangan ini pun gagal total untuk memperhitungkan gawatnya dosa dan kesalahan di hadapan Allah yang tercakup di dalamnya. Pandangan ini tidak menghargai kesaksian Alkitab yang jelas mengenai Yesus, bukan saja sebagai manusia sempurna melainkan juga sebagai Allah yang menjadi manusia, dan dengan demikian mengurangi peranan-Nya sebagai perantara. Lagi pula, pandangan Schleiermacher ini mengesampingkan seluruh kesaksian Alkitab tentang kematian Kristus sebagai perbuatan yang menebus orang berdosa sekali untuk selama-selamanya. Sama seperti pandangan mengenai pengaruh moral, sebenarnya pandangan ini bukanlah teori pendamaian, tetapi usaha untuk menjelaskan unsur-unsur psikologis tertentu dalam pengalaman manusia mengenai Kristus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
19.3 Tafsiran-tafsiran modern
a. Aulen dan pandangan klasik
Aulen (1879-1978), dalam bukunya _Christus Victor_, melihat kemenangan atas dosa dan Iblis sebagai inti karya Kristus. Kristus sebagai pemenang membebaskan manusia dari perbudakan dengan kemenangan-Nya di atas salib. Dalam arti tertentu Aulen hanya menerangkan gagasan Alkitab tentang penebusan. Tetapi ia membuat gagasan ini menjadi keterangan utama mengenai pendamaian dan berusaha menunjukkan bahwa gagasan ini pula yang merupakan pokok pemikiran mengenai pendamaian sepanjang sejarah gereja mula-mula; sebab itu diberi nama "pandangan klasik".
Pandangan ini sederhana dan dinamis dibandingkan dengan pendekatan lain yang agak abstrak dan bersifat hukum. Kesadarannya akan realitas keadaan manusia yang terikat pada dosa dan kuasa-kuasa jahat juga berhubungan dengan kesadaran manusia masa kini. Pandangan ini tidak dapat dikatakan tidak alkitabiah karena penebusan dari perbudakan pada dosa sering dibicarakan dalam Alkitab. Tetapi kekurangannya terdapat dalam pernyataannya sebagai keterangan eksklusif. Dosa tidak digambarkan dalam Alkitab hanya sebagai perbudakan; dosa juga mencakup ketidaktaatan yang membuat manusia jahat dan berada di bawah kutukan, dan kenajisan moral yang membuatnya objek dari amarah ilahi. Dengan kata lain, keterangan tentang pendamaian harus juga meliputi kesalahan masa lampau.
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
b. Tafsiran politis
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan cukup besar untuk menafsirkan karya Kristus dari segi sosial politik. Kecenderungan ini sebagian bersumber dari teologi radikal tahun enam pulanan: pengertian mengenai Allah yang "jauh di sana", yang benar-benar secara objektif dan dikenal melalui penyataan, digeser oleh pengertian mengenai Allah yang hadir "di sini", yang terlibat dalam proses kehidupan manusia dan dijumpai dalam persoalan hidup sehari-sehari. Pandangan tersebut dikembangkan dalam Dewan gereja-gereja sedunia, yang perhatiannya semakin berkembang untuk menafsirkan misi gereja dalam pengertian sosial politik, yang mencapai puncaknya pada pertemuan Uppsala pada tahun 1968. Di sana tujuan misi dinyatakan sebagai "humanisasi" bukan penginjilan. Namun sumber utama tafsiran politis adalah kenyataan sosial dan budaya, seperti kemiskinan yang berurat berakar, ketidakadilan, ketergantungan ekonomis dan kegagalan gereja dalam menghadapi masalah-masalah itu.
Kunci pandangan teologis ini adalah istilah Marxis, _praksis_, yang menegaskan bahwa teori dan praktek tak terpisahkan. Menurut pandangan ini, pernyataan teologis pasti bersifat ideologis dan mencerminkan tanggung jawab sosial politik dari sang teolog. Oleh sebab itu, teologi harus mulai dari kenyataan sosial politik dan keterlibatan gereja dan teolog Kristen di dalamnya, sebagaimana dimengerti dalam ilmu pengetahuan sosial. Dari analisis praksis akan berkembang suatu pengertian Alkitab dan tradisi gereja yang bersifat baru.
Unsur kedua dalam tafsiran politis adalah gagasan bahwa kerajaan Allah dapat diartikan sebagai orde sosial dan politik yang ideal, yang merupakan tujuan yang dijanjikan dalam rencana Allah bagi dunia. Orde yang akan datang ini menghakimi semua sistem pemerintahan dan tatanan sosial yang tidak adil akhir-akhir ini dan mendorong semua upaya untuk membentuk kembali kehidupan manusia.
Lalu bagaimana dengan karya Kristus? Ini ditafsirkan sesuai dengan pandangan "klasik" mengenai pendamaian. Kristus mewujudkan rencana Allah bagi dunia, dalam hidup dan kematian Dia menghadapi kuasa-kuasa kejahatan dalam alam semesta, dan dengan demikian menjanjikan orde baru pada masa mendatang. Kuasa-kuasa yang diatasi-Nya bukan dosa dan kejahatan pribadi tetapi terlebih "dunia" dalam pengertian tatanan politik dan sosial, khususnya kuasa-kuasa reaksioner seperti ketidakadilan, penindasan, ketidaksamaan hak, prasangka dan sebagainya.
Teologi politis, khususnya teologi pembebasan (suatu gerakan terkait yang berasal dari Amerika Latin), masih berkembang dan rupanya sudah mulai mengubah penekanan tertentu. Walaupun terlalu dini untuk memperkirakan bentuk akhirnya, namun perlu diadakan penilaian sementara.
Secara positif, tafsiran karya Kristus ini setidaknya menyadarkan orang akan bahaya bahwa ekonomi dan politik dapat mempengaruhi cara orang mendengar Injil dan memberi respons kepada firman Allah. Tentu saja gereja dan individu-individu Kristen sering gagal atau jelas menolak menerapkan penilaian kritis Alkitab serta hukum-hukum Allahnya yang kudus, pada dasar politik dan ekonomi dalam masyarakat mereka sendiri. Para ahli teologi politik menggemakan ajakan Yakobus, yang memanggil jemaat untuk mengungkapkan iman dengan "karya" yang relevan bagi dunia dan sesama manusia masa kini (lihat
Tetapi walaupun ada segi positifnya, ada juga beberapa pertanyaan penting. Seharusnya kita tidak berusaha mengerti tentang apa yang benar dengan cara mulai dari pengalaman manusia tetapi mulai dari Allah sebagaimana Ia menyatakan diri dalam Firman-Nya yang menjelma dan yang tertulis. Kita tidak tahu apa yang benar tentang manusia kecuali jika Allah memberitahukannya kepada kita. Jika prinsip dasar ini ditinggalkan, maka sejarah Kristen selama berabad-abad menyaksikan bahwa mau tidak mau orang tidak mengerti lagi kodrat manusia, dan kembali lagi harus bertumpu pada wawasan sendiri yang menyimpang dan yang jatuh.
Dalam pandangannya mengenai kebutuhan manusia, teologi politik sangat tidak memadai. Keadaan manusia yang pelik tidak dapat dianggap sebagai pengasingan sosial dan politik saja. Memang sukar untuk memastikan penyebab utama pengasingan itu dan cara penanganan sosial dan politik yang tepat, karena ini pun sering merupakan masalah yang subjektif. Tetapi kebutuhan manusia yang paling dalam jauh lebih berat daripada kehilangan secara ekonomis dan politik. Seperti diajarkan oleh Yesus sendiri, kebutuhan manusia bukan mengenai tubuh tetapi jiwa (
Kerajaan Allah dikaitkan dengan orang tunasosial dalam beberapa ucapan Yesus, namun jelas Ia tidak menafsirkannya menurut pemikiran sosial politik. Gerakan fanatik Zelot berusaha menggulingkan kekuasaan penindas Roma dengan kekerasan. Jalan ini ditolak sama sekali oleh Yesus. Dia menafsirkan kerajaan Allah pada pokoknya secara moral dan spiritual dengan menekankan iman dan pengampunan serta pertobatan kepada Allah (
Perhatian Allah secara khusus bagi orang miskin serta penghakiman-Nya terhadap penindas ditekankan dalam Alkitab. Namun, jangan sampai kita terlalu menitikberatkan hal ini dan membahayakan salah satu kemuliaan Injil, yakni daya tariknya yang universal. Kemurahan Allah ditawarkan kepada semua orang, terlepas dari sejarah moral, status ekonomi atau tanggung jawab politik mereka. Manifestasi kebejatan moral manusia dapat lebih besar dalam kelompok sosial tertentu dibandingkan dengan kelompok sosial lain, sehingga dampak Injil dan tuntutan etisnya mungkin lebih tajam bagi suatu kelompok daripada bagi kelompok lain. Namun kita tidak boleh menutup-nutupi kenyataan bahwa Allah juga mengasihi si penindas, bahwa Kristus juga mati untuk orang kaya dan, sebaliknya, bahwa yang miskin dan yang tertindas juga harus menghadapi penghakiman Allah kelak kalau mereka tidak bertobat.
Akhirnya, tidak adanya ajaran tentang kelahiran kembali dalam teologi politik ini berarti bahwa janji kebebasan sangat meragukan, juga pada tingkat sosial. Memang setiap kesempatan untuk memperbaiki keadaan sosial seharusnya tidak disia-siakan, namun pada akhirnya hanya kelahiran kembali oleh Roh Kudus dalam konteks iman pribadi terhadap Injil Kristus yang dapat mematahkan kuasa dosa dan egoisme yang sudah berurat berakar dalam hati manusia. Dan hanya kelahiran baru itulah yang dapat menghasilkan orang yang menjadi bahan baku bagi masyarakat yang benar-benar bebas.
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Bahaslah hubungan antara unsur subjektif dan objektif dalam teori tentang pendamaian. Mengapa teori objektif itu sangat dibutuhkan?
"Kebenaran, tetapi bukan segala kebenaran". Apakah ini penilaian yang wajar terhadap teori "klasik" mengenai pendamaian?
Bagaimana penilaian Anda terhadap segi positif dan negatif dari teologi politik dan teologi pembebasan mengenai karya Kristus?
Ciri-ciri apa yang sangat diperlukan bagi suatu "teori pendamaian masa kini"?
Mengenali Kebenaran -- Bab 19. Pendamaian II: Perspektif Sejarah [Indeks]
Kepustakaan (19)
Anselm
_Cur Deus Homo_.
Aulen, G.
1970 _Christus Victor_ (SPCK).
Berkouwer, G. C.
1965 _The Work of Christ_ (Eerdmans).
Cave, S.
1937 _The Doctrine of the Work of Christ_ (ULP).
Denney, J.
1918 _The Christian Doctrine of Reconciliation_ (Hodder & Stoughton).
Kirk, J. A.
1980 _Theology Encounters Revolution_ (IVP).
Wells, D. F.
1978 _The Search for Salvation_ (IVP).
Indeks Bab 20: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 20 Penerapan ......................................... 01224
Ps 20.1 Pribadi Kristus .............................. 01224
Sb 20.1.a Penegasan ................................. 01224
20.1.b Merendahkan Diri .......................... 01225
20.1.c Teladan ................................... 01225
Ps 20.2 Kematian Kristus ............................. 01226
Sb 20.2.a Takjub .................................... 01226
20.2.b Tantangan ................................. 01227
20.2.c Syukur .................................... 01227
20.2.d Pengudusan ................................ 01228
20.2.e Penginjilan ............................... 01228
Ps 20.3 Kebangkitan Kristus .......................... 01229
Sb 20.3.a Sukacita .................................. 01229
20.3.b Damai ..................................... 01229
20.3.c Ibadah .................................... 01230
20.3.d Pengharapan ............................... 01230
20.3.e Kemenangan ................................ 01230
Ps 20.4 Kenaikan Kristus ............................. 01231
Sb 20.4.a Keamanan dalam Dunia yang Gelisah ......... 01231
20.4.b Penghiburan dalam Penderitaan ............. 01231
20.4.c Penginjilan dalam Nama Kristus ............ 01232
20.4.d Sumber bagi Kehidupan dan Pelayanan Kristen 01232
20.4.e Janji tentang Pemerintahan Kristus Kelak... 01232
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
20. PENERAPAN
20.1 Pribadi Kristus
Kenyataan bahwa Allah menjadi manusia membawa dampak besar bagi seluruh sikap kita terhadap hidup di dunia.
a. Penegasan
"Firman itu menjadi manusia" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
b. Merendahkan diri
"Kristus Yesus mengosongkan diriNya" (
c. Teladan
"Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
20.2 Kematian Kristus
Inilah pusat kepercayaan dan pengertian Kristen, pemberitaan dan kehidupan, pelayanan dan kematian. Ada beberapa dampak yang seharusnya nampak dalam kehidupan kita.
a. Takjub
"Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
b. Tantangan
"Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita" (
c. Syukur
"Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya . . . bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
d. Pengudusan
"Demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup" (
e. Penginjilan
"Kasih Kristus yang menguasai kami . . . dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
20.3 Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Yesus mempunyai arti banyak bagi orang Kristen.
a. Sukacita
"Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan tidak terkatakan" (
b. Damai
Ia "dibangkitkan karena pembenaran kita" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
c. Ibadah
"Dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah" (
d. Pengharapan
"Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (
e. Kemenangan
"KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
20.4 Kenaikan Kristus
Kenaikan mempunyai dampak atas kehidupan Kristen yang besar sekali.
a. Keamanan dalam dunia yang gelisah
"KepadaKu telah diberikan segala kuasa" (
b. Penghiburan dalam penderitaan
"Kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 20. Penerapan [Indeks]
c. Penginjilan dalam nama Kristus
"KepadaKu telah diberikan segala kuasa . . . Karena itu pergilah" (
d. Sumber bagi kehidupan dan pelayanan Kristen
"Roh Kudus yang dijanjikan itu . . . maka dicurahkanNya" (
e. Janji tentang pemerintahan Kristus kelak
"Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya" (
Indeks Bab 21: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 21 Pribadi Roh Kudus .............................. 01234
Ps 21.1 Ajaran Perjanjian Lama ....................... 01234
Ps 21.2 Ajaran Perjanjian Baru ....................... 01235
Sb 21.2.a Oknum Berpribadi ............................ 01235
21.2.b Oknum Ilahi .................................... 01236
Bahan Alkitab ........................................... 01237
Bahan Diskusi/penelitian................................. 01238
Kepustakaan ............................................. 01239
Mengenali Kebenaran -- Bab 21. Pribadi Roh Kudus [Indeks]
E. ROH KUDUS
21. PRIBADI ROH KUDUS
21.1 Ajaran Perjanjian Lama
Kata Ibrani untuk "Roh" (_ruakh_) juga berarti "angin" (
Ada hubungan antara Roh Allah dengan kecakapan manusia. Misalnya, Firaun menyadari bahwa Yusuf berakal budi dan bijaksana oleh karena dia penuh dengan Roh Allah (
Roh Allah juga berperan dalam menetapkan dan memampukan para pemimpin Israel dalam tugas mereka. Musa memperoleh Roh Allah untuk menyanggupkan dia dalam mengemban tanggung jawab atas bangsa Israel (
Akhirnya, Perjanjian Lama melihat ke depan pada zaman baru, yakni zaman Roh Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 21. Pribadi Roh Kudus [Indeks]
21.2 Ajaran Perjanjian Baru
Istilah Yunani untuk Roh (_pneuma_) juga mencakup "angin" dan "nafas" (
Dalam pesan perpisahan kepada murid-murid, Yesus menyebut Roh Kudus sebagai "Penghibur" (
a. Oknum berpribadi
Roh Kudus bukan "sesuatu", suatu daya atau kuasa tak berpribadi. Walaupun kata benda Yunani untuk "roh" itu tidak menyatakan jenis kelamin tertentu, namun Perjanjian Baru selalu mengacu pada Roh Kudus dengan sebutan "Ia" yang berarti kepribadian (
Istilah_ parakletos_ atau penghibur pada dasarnya mengacu pada seorang wakil pribadi (
Mengenali Kebenaran -- Bab 21. Pribadi Roh Kudus [Indeks]
b. Oknum ilahi
Alkitab secara jelas menyaksikan keilahian Roh Kudus. Ia adalah Allah yang disembah, dikasihi dan dipuji, yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak mempunyai kodrat ilahi (
Roh itu "Roh Tuhan" (_Yhwh/kurios_;
Mengenali Kebenaran -- Bab 21. Pribadi Roh Kudus [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 21. Pribadi Roh Kudus [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan bukti-bukti Alkitab untuk keilahian Roh Kudus.
Selidikilah dampak-dampak keilahian Roh Kudus bagi
Bandingkanlah ajaran Kristen tentang Roh Kudus dengan kepercayaan dalam agama-agama suku tentang adanya roh-roh yang beurkuasa atau yang harus disembah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 21. Pribadi Roh Kudus [Indeks]
Kepustakaan (21)
Green, M.
1975 _I Believe in the Holy Spirit_ (Hodder).
Kuyper, A.
1966 _The Work of the Holy Spirit_ (Eerdmans).
Morris, L.
1960 _Spirit of the Living God_ (IVP).
Moule, C. F. D.
1978 _The Holy Spirit_, Oxford (Mowbray).
Neve, L.
1972 _The Spirit of God in the Old Testament_ (Tokyo).
Owen, J.
1966 _Works_ 3 (Banner of Truth).
Packer, J. I.
1984 _Keep in Step with the Spirit_ (IVP).
Peck, J.
1970 _What the Bible Teaches about the Holy Spirit_ (Kingsway).
Stibbs, A. M. & Packer, J. I.
1967 _The Spirit Within You_ (Hodder).
Winslow, O.
1961 _The Work of the Holy Spirit_ (Banner of Truth).
Indeks Bab 22: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 22 Roh yang Dijanjikan ............................... 01241
Ps 22.1 Roh Kudus sebelum Kedatangan Kristus ......... 01241
Sb 22.1.a Kehidupan ................................. 01241
22.1.b Pengetahuan ............................... 01242
22.1.c Janji ..................................... 01242
Ps 22.2 Roh Kudus dan Kristus ........................ 01243
Sb 22.2.a Kristus Menerima Roh ...................... 01243
22.2.b Kristus Mengaruniakan Roh .................... 01243
Bahan Alkitab .............................................. 01244
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01245
Kepustakaan ................................................ 01246
Mengenali Kebenaran -- Bab 22. Roh yang Dijanjikan [Indeks]
22. ROH YANG DIJANJIKAN
22.1 Roh Kudus sebelum kedatangan Kristus
Karya Roh Kudus pada masa itu dapat dihimpun dalam sekitar tiga tema utama.
a. Kehidupan
Roh Kudus sering disebutkan dalam kerangka penciptaan alam semesta.
Mengenali Kebenaran -- Bab 22. Roh yang Dijanjikan [Indeks]
b. Pengetahuan
Roh Kudus mencerahkan pikiran dengan pengetahuan tentang Allah dan kebenaran-Nya (
c. Janji
Hubungan Roh Kudus dengan zaman mesianik berangkap dua. Pertama, Mesias yang akan datang akan diurapi oleh Roh Kudus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 22. Roh yang Dijanjikan [Indeks]
22.2 Roh Kudus dan Kristus
Hubungan Yesus dengan Roh Kudus menetapkan dasar teologis bagi pelayanan Roh Kudus, sehingga pemahaman hubungan itu mutlak perlu untuk mendapatkan pandangan tepat tentang pekerjaan-Nya. Kita dapat membedakan dua segi dalam hubungan itu.
a. Kristus menerima Roh
Penerimaan Roh Kudus oleh Kristus terlihat paling jelas pada saat baptisan-Nya ketika "turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atasNya" (
b. Kristus mengaruniakan Roh
Yohanes Pembaptis menubuatkan bahwa pelayanan Yesus akan meliputi pembaptisan "dengan Roh Kudus dan dengan api" (
Kita ingat bahwa Perjanjian Lama menghubungkan zaman baru yang akan datang dengan pemberian baru dan mulia dari Roh Kudus. Zaman baru kerajaan Allah dimulai dan ditetapkan oleh Yesus dalam kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya. Jadi pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah kedatangan kerajaan Allah ke dalam sejarah manusia yang dimulai oleh kemenangan Yesus. Inilah alasan Yesus untuk menyatakan bahwa jika Ia tidak pergi, Roh Kudus tidak akan datang (
Hal ini dikuatkan oleh Lukas dengan cara yang sengaja memulai kisahnya tentang kelahiran dan permulaan gereja di bawah dampak pencurahan Roh Kudus (
Oleh karena itu, Roh Kudus _adalah Allah yang menerapkan hasil-hasil kemenangan Kristus yang dicapai melalui hidup, kematian dan pengagungan-Nya ke dalam hidup umat Allah._ Dalam hal ini, pelayanan Roh Kudus dapat diartikan sebagai semacam "tumpahan" dari takhta Allah dari berkat-berkat yang diperoleh Kristus demi orang berdosa.
Pengertian demikian membawa dampak yang penting. Antara lain digarisbawahi tentang kebodohan setiap usaha memisahkan karya Roh Kudus dari karya Kristus. "Penyataan Roh" (
Pada pihak lain, bila kita mengakui hubungan yang tak terputuskan antara pelayanan Roh Kudus dan pengagungan Yesus, maka kita akan dilepaskan dari ketakutan mengenai pelayanan Roh Kudus itu. Roh itu bukan hantu, suatu kuasa yang mengerikan atau sewenang-wenang. Ia adalah "Roh Yesus" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 22. Roh yang Dijanjikan [Indeks]
Bahan Alkitab
Perjanjian Lama:
Roh dan Kristus:
Mengenali Kebenaran -- Bab 22. Roh yang Dijanjikan [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan unsur-unsur pokok dari karya Roh Kudus dalam Perjanjian Lama. Tunjukkan bagaimana unsur-unsur ini dikembangkan dalam Perjanjian Baru.
"Anak sekaligus menjadi pembawa dan pembagi Roh Kudus". Apakah pernyataan ini mengungkapkan dengan tepat ajaran Perjanjian Baru?
Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hal bahwa Roh Kudus pada saat-saat tertentu melayani Yesus?
Selidikilah ayat-ayat Alkitab mengenai hubungan antara karya Roh Kudus dan karya Anak. Apa dampaknya bagi pengalaman kita akan Roh Kudus akhir-akhir ini?
Mengenali Kebenaran -- Bab 22. Roh yang Dijanjikan [Indeks]
Kepustakaan (22)
Berkhof, H.
1964 _The Doctrine of the Holy Spirit_ (John Knox).
Green, M.
1975 _I Believe in the Holy Spirit_ (Hodder).
Kuyper, A.
1966 _The Work of the Holy Spirit_ (Eerdmans).
Morris, L.
1960 _Spirit of the Living God_ (IVP).
Smail, T. A.
1975 _Reflected God_ (Hodder).
Indeks Bab 23: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 23 Menjadi Orang Kristen ............................. 01248
Ps 23.1 Anugerah Allah ............................... 01248
Ps 23.2 Persatuan dengan Kristus melalui Roh Kudus ... 01249
Sb 23.2.a Pemilihan ................................. 01250
23.2.b Panggilan ................................. 01251
23.2.c Kelahiran Kembali ......................... 01252
23.2.d Pertobatan ................................ 01253
23.2.e Iman ...................................... 01254
23.2.f Pembenaran ................................ 01255
23.2.g Pengangkatan .............................. 01256
Bahan Alkitab .............................................. 01257
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01258
Kepustakaan ................................................ 01259
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
23. MENJADI ORANG KRISTEN
Kehidupan Kristen dibahas dalam bagian mengenai Roh Kudus ini, dan tidak di tempat lain yang mungkin, karena semua pengalaman Kristen yang sah adalah karya Roh Allah dalam dan melalui orang percaya. Namun uraian kami ini mencakup hubungan antara karya Roh Kudus dan karya Kristus di satu pihak (bnd. bagian D) dan antara pekerjaan Roh Kudus dan gereja di pihak lain (bnd. bagian F).
23.1 Anugerah Allah
Realitas tertinggi yang melandasi seluruh pengalaman Kristen tentang Roh Kudus adalah anugerah Allah yang berdaulat (
--------------------
**1**.TB: "kasih karunia"; Ibr. kh-n; Yun. kharis; Lat. gratia.
--------------------
Anugerah Allah juga _berdaulat_ (
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
23.2 Persatuan dengan Kristus melalui Roh Kudus
Inti pengalaman Kristen tentang Roh Kudus adalah bahwa Ia membawa orang percaya ke dalam hubungan yang hidup dengan Yesus Kristus, sehingga mereka ikut menikmati penebusan dan berkat-berkat yang mengalir dari penebusan itu. Seluruh pengalaman Kristen difokuskan pada pemberian satu-satunya dari Allah ini melalui Roh Kudus, yaitu persatuan dengan Kristus.
Dasar alkitabiah dari persatuan dengan Kristus terdapat dalam pandangan Perjanjian Baru mengenai iman. Iman adalah iman "kepada" atau "dalam" Kristus (
Latar belakang gagasan "persatuan dengan Kristus melalui iman" adalah konsep Perjanjian Lama mengenai solidaritas antara Mesias dan umat mesianik. Seorang Mesias yang dipisahkan dari umat-Nya tidak masuk akal; Ia mewakili Allah kepada umat-Nya (
Selanjutnya, dipersatukan dengan Kristus berarti dipersatukan dengan Dia dalam keseluruhan misi penebusan-Nya (bnd.
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
a. Pemilihan
Pemilihan adalah karya anugerah Allah yang memilih individu-individu serta kelompok-kelompok untuk suatu rencana atau tujuan sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Perjanjian Lama pemilihan pertama-tama berhubungan dengan Abraham (
Gereja disebut "yang dipilih" (
Pemilihan adalah kebenaran yang _dinyatakan_, disingkapkan dalam Alkitab. Oleh sebab itu, pemilihan harus diterima dari Allah dengan kerendahan hati dan dipercaya dengan teguh sama seperti kebenaran lain yang dinyatakan. Allah telah berbicara mengenai pemilihan dan hal itu jelas berarti ada manfaatnya bagi manusia dan kemuliaan bagi Allah kalau ajaran itu diterima dan dipercaya.
Pemilihan adalah kebenaran _Kristen_ yang hanya dapat dinilai sesudah mengalami kelahiran kembali karena anugerah Allah. Ajaran ini bukanlah bagian Injil yang harus diberitakan kepada orang tak percaya. Lagi pula ajaran ini seharusnya tidak menghambat pekabaran Injil Kristen kepada semua orang (
Pemilihan adalah kebenaran yang berhubungan dengan _Tritunggal_, tidak hanya berhubungan dengan Allah Bapa. Yesus Kristus memilih murid-murid-Nya (
Pemilihan adalah kebenaran _kristologis_. Menurut Perjanjian Baru, rencana Allah yang kekal berpusat pada pribadi dan karya Yesus Kristus. Alkitab tidak menyajikan pemilihan sebagai keputusan sewenang-wenang oleh Bapa, diambil dalam kekekalan dan terisolasi total dari pelayanan dan kehendak Anak. Ada hubungan dan identitas yang tak terpisah-pisahkan antara Bapa dengan Anak. Orang "dipilih di dalam Kristus" (
Pemilihan adalah kebenaran yang _tidak berdiri sendiri_. Pemilihan harus dipegang bersama-sama dengan penegasan Alkitab yang jelas mengenai tanggung jawab manusia untuk mendengarkan panggilan Allah dalam Injil (
Pemilihan adalah kebenaran _ilahi_. Hubungan kebebasan manusia dengan pilihan ilahi itu tidak pernah dapat dipahami oleh akal budi manusia. Keduanya diajarkan oleh Alkitab dan kedua-duanya harus dipercayai. Janganlah orang Kristen berhenti mempercayai kedua kebenaran ini, atau meragukan keabsahan atau asal ilahinya. Jika kita mengaku bahwa setiap usaha menggambarkan Allah sendiri tidak mungkin lepas dari misteri, maka kita tidak perlu merasa heran atau menolak misteri mengenai hal bagaimana Allah yang transenden berhubungan dengan kita manusia.
Pemilihan adalah kebenaran _praktis_. Sama seperti semua kebenaran yang diajarkan dalam Alkitab, ajaran tentang pemilihan diberikan untuk kebaikan dan pertumbuhan umat Allah. Selalu akan ada bahaya dalam membahas ajaran tentang pemilihan kalau konteks praktisnya dalam Alkitab tidak diperhatikan. Konteks itu dapat dijelaskan dengan tiga kata, yang akan kita bahas satu demi satu.
Pembicaraan tentang pemilihan terlalu sering mengabaikan hal bahwa pembahasan terlengkap Paulus tentang pemilihan adalah _doksologi_ (tulisan tentang pengagungan Allah).
Dalam
Kata ketiga adalah _kekudusan_. Pemilihan Israel meliputi pelayanan berat yang banyak tuntutannya (
Masalah-masalah yang terkait
Ada satu cara untuk meredakan ketegangan antara pemilihan ilahi berdaulat dan kebebasan manusia, yakni pandangan bahwa pemilihan itu tidak lain dari _pra-pengetahuan_. Allah yang maha-tahu melihat bagaimana manusia akan bereaksi terhadap Injil, lalu "memilih" mereka yang diketahui-Nya akan memberi tanggapan bebas. Walaupun mengacu kepada
Istilah _penolakan_ mengacu pada pandangan bahwa Allah bukan hanya memilih orang tertentu untuk diselamatkan, tetapi juga memilih orang tertentu untuk dikutuk. Memang secara logis pemilihan sejumlah orang berarti ada orang lain yang ditolak, tetapi Alkitab secara jelas enggan untuk menyeimbangkan kedua gagasan ini. Perikop yang paling sering dikutip untuk menopang ajaran tentang penolakan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
b. Panggilan
Unsur kedua persatuan dengan Kristus adalah panggilan. Yang dimaksud adalah pekerjaan Allah melalui Roh Kudus yang memanggil orang untuk menerima rahmat-Nya dalam Yesus Kristus. Gagasan Allah "yang memanggil" sering ditemukan dalam Alkitab (
Tidak semua orang yang mendengar panggilan Allah melalui Injil memberi tanggapan yang diharapkan dan hal ini adalah misteri ketidak-percayaan manusia. Dengan demikian kita dapat membedakan antara panggilan Allah secara umum, yaitu bila Ia memanggil orang yang mendengar Injil untuk datang kepada-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
c. Kelahiran kembali
Perjanjian Lama mengacu pada pekerjaan Roh Kudus pada masa yang akan datang ketika Ia akan tinggal "di dalam" umat Allah dan membawa kehidupan baru, sehingga mereka dapat memenuhi kehendak Allah (
Kelahiran kembali menandakan saat dan cara kita memasuki persatuan dengan Kristus, suatu perubahan serentak dari kematian spiritual menuju kehidupan spiritual, suatu kebangkitan spiritual (
Belum tentu kelahiran kembali disertai emosi-emosi tertentu. Kesadaran orang akan perubahan dalam pandangan hidup, keinginan, dan sikapnya mungkin timbul secara berangsur-angsur. Seorang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen dan diajarkan tentang Injil sejak kecil, mungkin tertarik kepada Kristus dan mencapai kedewasaan dengan keyakinan jelas mengenai Kristus tanpa mengalami krisis tertentu sebagai saat tepat ketika ia dilahirkan kembali. Tidak perlu setiap orang menunjukkan waktu dan tempat tertentu sebagai saat kelahirannya kembali. Banyak orang dapat menyatakannya dan memberi "kesaksian" tentang cara mereka bertobat dan mengalami kelahiran kembali, tetapi tidak harus demikian. Bahkan ada orang yang pernah mengalami krisis emosi dan rohani, yang mungkin disebut atau dianggap "pertobatan", yang selanjutnya tidak memberi bukti bahwa ia dilahirkan kembali. Mengenai soal waktu ini, Spurgeon berkata bahwa ketidaktahuan orang akan waktu tepat kelahirannya tidak membuktikan bahwa ia tidak hidup! Bukti bahwa kelahiran kembali oleh Roh Kudus telah terjadi ialah keinsafan orang itu sendiri bahwa Kristus sesungguhnya adalah Tuhan dan Juruselamatnya, serta bukti-bukti kehidupan Roh Kudus di dalam dan melalui dia.
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
d. Pertobatan
Pertobatan atau penyesalan, dengan arti harfiah "mengubah pikiran", dalam konteks Alkitab mengacu pada perubahan pikiran mengenai dosa dan kejahatan. Dalam Alkitab, hal ini dilihat sebagai unsur dasar dari respons manusia kepada Allah dan biasanya dikaitkan dengan iman: orang berbalik _dari _dosa _kepada _Kristus (
Panggilan Allah untuk bertobat adalah peringatan bahwa Injil dan kehidupan baru yang muncul sebagai respons terhadapnya pada dasarnya bersifat moral. Injil pada hakikatnya meliputi dosa manusia dan cara Allah menanganinya. Pertobatan adalah unsur dalam semua respons yang sungguh-sungguh terhadap Injil. Sebaliknya, tidak adanya perubahan sikap terhadap dosa merupakan bukti bahwa seseorang tidak benar-benar dilahirkan kembali (
Seperti iman juga, pertobatan tidak terbatas pada permulaan pengalaman Kristen. Orang Kristen terpanggil pada pertobatan yang berlangsung sepanjang hidup, tindakan yang berulang terus-menerus, yaitu berpaling dari dosa setiap kali ia menjadi sadar sudah berbuat dosa. Sikap pertobatan atau perasaan hancur di hadapan Allah, kematian setiap hari terhadap diri sendiri dan dosa, merupakan tanda keakraban dengan Allah dan kedewasaan sejati.
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
e. Iman
Iman mendasari semua pengalaman Kristen sejati. Tanpa iman "tidak mungkin orang berkenan kepada Allah" (
Iman itu percaya kepada _kebenaran_. Iman bertumpu pada realitas yang objektif. Iman adalah tanggapan yang cocok dengan kebenaran pernyataan Allah dalam Kristus dan Injil. Seperti pernah dikatakan Luther ketika membenarkan perdebatannya untuk membela Injil, "tak ada kekristenan jika tidak ada penegasan". Oleh sebab itu, mengubah atau mengurangi isi Injil demi keperluan komunikasi efektif kepada manusia modern adalah usaha yang berbahaya, yang pada akhirnya akan merusak dirinya, karena melemahkan iman atau bahkan membuatnya tidak mungkin dengan menghilangkan tumpuannya.
Iman percaya akan kebenaran bahwa _Yesus Kristus tersalib dan bangkit_. Dasar iman adalah Kristus "yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
f. Pembenaran
Pembenaran adalah karya anugerah Allah yang memperhitungkan orang berdosa sebagai orang benar di hadapan Allah karena persatuan imannya dengan Kristus yang mematuhi Allah dan mati karena dosa (lihat juga di atas: ps 18.2.b). Penting sekali untuk menyadari bahwa pembenaran berkenaan dengan status orang berdosa sebagai yang benar, dan bukan dengan kebenaran atau keadilan orang itu sendiri. Hal inilah yang menjadi landasan damai, jaminan dan sukacita orang Kristen. Sekalipun orang berdosa, namun dia diterima Allah, bukan atas dasar usaha menaati Allah melainkan karena Dia telah memperhitungkan kebenaran Kristus yang sempurna kepada kita.
Apakah ini berarti bahwa cara hidup orang yang sudah dibenarkan itu tidak relevan? Ini telah lama dibahas, dan Perjanjian Baru seolah-olah berbicara dengan dua suara:
"Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman" (
"Kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (
Tetapi apa yang kelihatan sebagai kontradiksi antara Yakobus dan Paulus akan hilang bila kita memperhatikan cara mereka menggunakan istilah yang berbeda-beda serta kesalahan yang mereka bicarakan.
Menurut Yakobus, iman berarti penerimaan monoteisme secara intelektual (
Paulus bergumul dengan keyakinan Yahudi tentang perbuatan baik yang layak diberi imbalan sebagai dasar keselamatan; melawan pandangan ini ia menyatakan bahwa keselamatan oleh anugerah hanya dicapai melalui iman. Yakobus menghadapi masalah lain, yaitu ortodoksi beku, yang "percaya" tetapi tidak melihat konsekuensi moral di dalamnya. Ia ingin membangunkan pembacanya dengan peringatan bahwa iman yang tidak mengubah kehidupan sehari-hari adalah iman palsu yang mati. Jadi bagi Yakobus maupun Paulus, iman dan perbuatan kedua-duanya hal yang mutlak perlu dalam respons yang sungguh-sungguh kepada Allah. Perbuatan-perbuatan baik ada tempatnya, bukan sebagai dasar pembenaran tetapi sebagai hasilnya yang tak terelakkan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
g. Pengangkatan
Pengangkatan atau adopsi berarti orang percaya diterima sebagai anak Allah melalui Kristus dan dalam persatuan dengan Dia. Praktek mengadopsi secara legal dilakukan di mana-mana pada zaman purba. Contoh-contohnya dapat dilihat dalam Perjanjian Lama (
Kalau orang ingat kembali tentang keadaannya yang berdosa, maka gagasan pengangkatan sebagai anak Allah memberi kesan kuat sekali tentang besarnya belas kasihan Allah. Pengampunan semua dosa memang ajaib, bahkan merupakan mujizat di atas segala mujizat bila pemberontak yang diampuni itu menjadi anak Allah dan ditempatkan dalam keakraban lingkungan keluarga-Nya!
Pengangkatan berarti bahwa kehidupan Kristen terutama adalah kehidupan dengan Allah sebagai Bapa (
Kedua, pengangkatan berarti hidup dengan orang lain dalam keluarga. Orang-orang seiman menjadi saudara-saudari dalam keluarga Allah. Mungkin inilah keterangan yang paling dalam maknanya yang dapat dipakai tentang persekutuan Kristen: orang-orang Kristen terhisab dalam keluarga besar Allah yang diambil dari semua bangsa dan semua generasi.
Ketiga, pengangkatan berarti hidup dengan Kristus sebagai kakak (
Akhirnya, pengangkatan mengungkapkan kepastian harapan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
Bahan Alkitab
Anugerah Allah:
Persatuan dengan Kristus:
Pemilihan:
Panggilan:
Kelahiran kembali:
Pertobatan:
Iman:
Pembenaran:
Pengangkatan:
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Apa yang dimaksud Alkitab dengan "anugerah"? Bahaslah pandangan bahwa istilah ini adalah kata yang paling penting dalam kosa kata Kristen.
Menurut pengertian Anda, apa yang dimaksud dengan "persatuan dengan Kristus"? Selidikilah dampaknya bagi
Apa yang dimaksud dengan pemilihan oleh Allah? Bagaimana pemilihan Israel dapat menjelaskan hal ini? Bagaimana penilaian Anda secara alkitabiah mengenai pra-pengetahuan sebagai dasar pilihan dan mengenai penolakan.
Apa dampak-dampak pemilihan terhadap
Apa perbedaan antara panggilan Allah yang umum dan yang efektif?
Apa artinya kelahiran kembali? Apakah itu harus dialami secara sadar? Apa dampaknya bagi pengertian mengenai pekerjaan Roh Kudus umumnya dan khususnya untuk penginjilan?
Apa peranan iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan pembenaran dan dengan Injil Kristen?
Apa yang dimaksudkan dengan pengangkatan? Apa dampak dampaknya bagi
Jelaskanlah dengan sederhana tetapi lengkap apa yang dimaksudkan dengan "percaya kepada Kristus". Apa arti pertobatan dan di mana tempatnya
Mengenali Kebenaran -- Bab 23. Menjadi Orang Kristen [Indeks]
Kepustakaan (23)
Artikel "Grace", "Election", "Regeneration", "Calling",
"Repentance", "Faith", "Justification", "Adoption" dalam _IBD_.
Berkouwer, G. C.
1954 _Faith and Justification_ (Eerdmans).
1960 _Divine Election_ (Eerdmans).
Burkhardt, H.
1980 _The Biblical Doctrine of Regeneration_ (Paternoster).
Calvin, J.
_Institutes of the Christian Religion_ 3.
Cotterell, P.
1980 _What the Bible says about Personal Salvation_ (Kingsway).
Ferguson, S. B.
1981 _The Christian Life_ (Hodder).
Kuyper, A.
1966 _The Work of the Holy Spirit_ (Eerdmans).
Lloyd-Jones, D. M.
1974 _Romans 8:5-17 -- The Sons of God_ (Banner of Truth).
Luther, M.
1953 _Commentary on Galatians_ (James Clarke).
Machen, J. G.
1925 _What is Faith?_ (Eerdmans).
Murray, J.
1961 _Redemption Accomplished and Applied_ (Banner of Truth).
Indeks Bab 24: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 24 Pertumbuhan Kristen ............................... 01261
Ps 24.1 Kepastian .................................... 01261
Ps 24.2 Pengudusan ................................... 01262
Sb 24.2.a Arti Pengudusan ........................... 01262
24.2.b Inti Pengudusan: Persatuan Dengan Kristus . 01263
24.2.c Perspektif Masa Depan ..................... 01264
24.2.d Beberapa Pertanyaan mengenai Pengudusan ... 01265
24.2.e Peristilahan Pengudusan ................... 01266
Ps 24.3 Ketekunan .................................... 01267
Ps 24.4 Cara dan Tujuan .............................. 01268
Sb 24.4.a Roh Kudus dan Firman Allah ................ 01268
24.4.b Roh Kudus dan Akhir Zaman ................. 01268
Bahan Alkitab .............................................. 01269
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01270
Kepustakaan ................................................ 01271
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
24. PERTUMBUHAN KRISTEN
24.1 Kepastian
Aspek lain dari pekerjaan Roh Allah mencakup keyakinan spiritual umat Allah, yaitu kepastian berdasarkan iman: "demikianlah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang Ia karuniakan kepada kita" (
Secara subjektif, pengalaman kepastian terdiri dari damai batin seorang mengenai kedudukannya di hadapan Allah, suatu keyakinan teguh bahwa jasa-jasa Kristus menebus dosanya dan bahwa ia telah masuk ke dalam terang, kemerdekaan dan kedudukan anak Allah karena Kristus. Keyakinan yang subjektif ini ada titik penghubung objektifnya, yaitu "kesaksian batin Roh Kudus" (bnd. di atas: ps 3.2.e), yang merupakan keyakinan mengenai kebenaran dan keilahian Alkitab yang berpusat pada Injil Kristus. Dalam praktek, ada variasi dalam masing-masing keyakinan ini, bahkan dalam hubungan yang satu dengan yang lain. Orang dapat yakin akan kebenaran dan keabsahan firman Allah serta Injil yang terkandung di dalamnya sambil meragukan apakah ia sendiri memperoleh berkat-berkatnya: sebaliknya, orang dapat merasa pasti akan kedudukannya dalam Kristus sambil mempertanyakan firman Allah dalam hal-hal tertentu. Tentu saja kedua keadaan itu bukanlah yang dimaksud Allah bagi anak-anak-Nya. Kepastian sejati meyakinkan pada kedua tingkat, baik yang objektif maupun yang subjektif.
Apa yang harus kita lakukan kalau kita dilanda keraguan mengenai posisi kita dalam Kristus? Pertama, kita harus sadar bahwa keraguan tidak berarti bahwa kita tidak dilahirkan kembali, karena keraguan dapat berasal dari Iblis "pendakwa saudara-saudara kita" (
Kedua, kita harus membaca firman Tuhan dan mendengar firman itu dijelaskan. Pada mulanya Roh Kudus menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk mengaruniakan kepastian kepada kita dan itu tetap merupakan cara-Nya. Dalil Calvin masuk akal: "Untuk mendapat kepastian tentang keselamatan, kita harus mulai dengan firman Allah."
Ketiga, kita harus mencari bukti dari karya Allah dalam hidup kita. Ini mungkin sulit karena hanya Allah yang dapat menilai sesungguhnya (
Keempat, kita harus memperhatikan bahwa sakramen-sakramen Injil dapat memperdalam dan memperteguh iman.
Ada orang yang menganggap bahwa kepastian tentang keselamatan tidak mungkin ada sebelum penghakiman terakhir dan bahwa pernyataan akan hal itu adalah kesombongan; ada orang lain yang mengatakan bahwa hanya sekelompok kecil orang yang dapat merasakan kepastian itu. Akan tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setiap orang Kristen dapat mengetahui statusnya sebagai anak Allah. Ini tercakup dalam ajaran pengangkatan: orang tua mana yang sengaja membiarkan anaknya dalam keadaan tidak pasti tentang hubungannya dengan orang tuanya atau tentang statusnya dalam keluarga? Melalui Roh Kudus, Bapa di surga memberikan kepastian kokoh bahwa Ia telah menerima kita menjadi anak-anak-Nya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
24.2 Pengudusan
Seusai melahirkan orang kembali sehingga ia dipersatukan dengan Kristus, Roh Kudus bekerja terus dalam diri orang Kristen untuk membuatnya semakin sesuai dengan citra Kristus. Proses pembaruan moral dan perubahan itu biasanya disebut "pengudusan".
a. Arti pengudusan
Gagasan dasar dari "menguduskan" adalah "menempatkan tersendiri" atau "mengkhususkan". Sebenarnya ada persamaan antara arti dasar ini dan "membenarkan", karena kata itu juga mengacu pada suatu realitas sekali untuk selama-lamanya, yaitu "disendirikan" atau dikhususkan oleh Allah sebagai milik-Nya (
Pengudusan oleh Roh
Peranan Roh Kudus yang menentukan digarisbawahi oleh bahasa yang digunakan untuk kehidupan Kristen: "hidup menurut Roh" (
Pengudusan dalam Kristus
Pelayanan Roh Kudus dalam proses menguduskan harus dilihat dari perspektif hubungan dasar yang tak dapat dicairkan antara Kristus dan Roh Kudus. Kesalahan yang biasa dibuat adalah melihat kehidupan Kristen sebagai proses dua tingkat dengan permulaan (pembenaran) yang berhubungan dengan Kristus, dan kelanjutannya (pengudusan) yang berhubungan dengan Roh Kudus. Tetapi sebenarnya pengudusan itu adalah karya Kristus sama seperti pembenaran (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
b. Inti pengudusan: persatuan dengan Kristus
Pengudusan pada hakikatnya ialah pekerjaan Roh Kudus yang membuat persatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya menjadi semakin nyata dalam hidup orang Kristen. Ada dua dampak yang jauh jangkauannya.
Pertama, kehidupan Kristen tidak lain dari proses menjadikan nyata apa yang sudah terjadi dalam Kristus. Kita harus menjadi seperti keadaan kita sebenarnya, itulah ringkasan panggilan kepada hidup yang kudus dalam
Kedua, kehidupan Kristen adalah kehidupan dalam persekutuan. Sayang, pengajaran mengenai kekudusan Kristen telah sering memusatkan perhatian pada "pria kudus" atau "wanita kudus" dan mengabaikan perhatian Alkitab mengenai "umat kudus" atau "gereja kudus". Idaman individu Kristen yang cakap di segala bidang, yang mampu menghadapi setiap tantangan rohani dan mengalami kemenangan yang tak putus-putusnya atas dosa dan Iblis, pasti telah menghasilkan contoh-contoh watak Kristen yang luar biasa. Namun sebagaimana diketahui setiap penyuluh Kristen, penekanan pada perorangan ini telah menjebloskan banyak orang ke dalam perjuangan seorang diri yang berakhir dengan keputusasaan dan kekecewaan atau, lebih buruk lagi, dengan kemunafikan hidup berpatokan ganda. Tetapi bagian terbesar dari ajaran Perjanjian Baru mengenai kehidupan Kristen, termasuk bagian-bagian penting tentang kekudusan, terdapat dalam surat-surat yang dialamatkan kepada jemaat-jemaat, yaitu kelompok-kelompok orang Kristen. Semua nasihat tentang kehidupan kudus adalah dalam bentuk jamak -- "kita", "saudara sekalian" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
c. Perspektif masa depan
Ada ketegangan antara segi "telah datang" dan segi "masih akan datang" dalam konsep kerajaan Allah (lihat di bawah ini: ps 32) dan ketegangan ini tercermin juga dalam kehidupan orang Kristen. Ia sudah berada dalam kerajaan Allah melalui persatuannya dengan Kristus (
Begitu pula kenyataan-kenyataan iman kadang-kadang menonjol begitu jelas dan tanggung jawab kita pun jelas dan sungguh-sungguh, tetapi kadang-kadang pula kita terpanggil untuk berpegang teguh kepada keyakinan kita walaupun segala sesuatu seolah-olah berlawanan dengannya dan kita harus berperang melawan dunia, daging dan Iblis sekalipun kuasa-kuasa surga seperti sama sekali tidak hadir. Keteguhan percaya "sekalipun..." merupakan sifat situasi kita pada zaman ini, sebelum kepenuhan kerajaan Allah datang.
Syukurlah orang Kristen mengetahui bahwa keadaan ini tidak akan berkepanjangan. Allah telah memulai pekerjaan-Nya yang baik di dalam kita dan telah bersumpah untuk menyelesaikannya secara tuntas pada hari kedatangan Kristus nanti (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
d. Beberapa pertanyaan mengenai pengudusan
Krisis atau proses?
Apakah pengudusan terjadi secara berangsur-angsur atau segera melalui suatu pengalaman yang dapat disebutkan sebagai "pemberkatan kedua", "baptisan", "kepenuhan", "kasih sempurna", "hati yang bersih", "kepastian sepenuhnya" atau dan nama-nama lain?
Berdasarkan ajaran tentang persatuan dengan Kristus oleh karya Roh Kudus dan tentang kehidupan Kristen sebagai perwujudan dari apa yang telah menjadi milik orang percaya karena persatuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengudusan merupakan suatu proses. Ini didukung oleh penegasan-penegasan Perjanjian Baru lain: "Tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut" (
Namun ini tidak mengesampingkan kemungkinan adanya krisis dalam pengalaman Kristen. Jelaslah bahwa Allah secara berkala bertindak terhadap umat-Nya dengan cara begitu sepanjang masa. Roh Kudus bebas dan berdaulat. Ia dapat sewaktu-waktu menyadarkan orang akan dampak persatuan dengan Kristus dengan cara krisis yang selanjutnya mempengaruhi pengalaman Kristennya. Bila mempertimbangkan krisis-krisis seperti itu patut dicatat empat pokok.
Pengalaman krisis mungkin terjadi karena dahulu orang keras melawan kehendak Allah. Kalau menggunakan analogi medis, keadaan seseorang mungkin lebih memerlukan pembedahan radikal daripada perawatan berangsur-angsur.
Suatu pengalaman mungkin diberikan untuk mempersiapkan seseorang untuk pengujian iman yang berat pada waktu mendatang.
Pengalaman krisis mungkin mempersiapkan orang untuk pelayanan atau tanggung jawab Kristen baru (misalnya
Lazimnya Allah tidak mengesampingkan kepribadian "alami" bila Ia menguduskan seseorang. Sang Penebus juga adalah sang Pencipta. Karena itu ada orang Kristen yang karena perangai alaminya lebih cenderung untuk mengalami krisis dalam pengudusan daripada orang Kristen lainnya.
Yang menjadi sangat berbahaya ialah jika kita menduga bahwa pengalaman khusus yang telah dialami oleh beberapa orang Kristen perlu dialami oleh semua orang Kristen. Menurut ajaran Alkitab, umat Allah bertumbuh dalam kekudusan oleh pemeliharaan Roh Kudus sehari-hari yang memungkinkannya untuk semakin baik menghayati persatuannya dengan Kristus dalam kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya.
Bersandar atau bergumul?
Apakah orang Kristen harus bergumul terus untuk mencapai penyesuaian dengan patokan-patokan moral yang dipaparkan dalam Alkitab, ataukah ia terpanggil untuk beriman dalam Kristus serta karya-Nya, seolah-olah "bersandar" pada Kristus yang akan menjadi pengudusannya?
Perjanjian Baru mengandung kedua unsur itu. Bersandar pada Kristus sebagai pengudusan mendapat dukungan dari ayat-ayat yang mengajak orang memandang kepada-Nya dalam iman, menyerahkan diri kepada Dia dan "tinggal" di dalam Dia (
Perjanjian Baru juga menggarisbawahi perang rohani terhadap kuasa-kuasa jahat. Orang Kristen harus berdiri "tegap" dalam Kristus dan dalam kemenangan-Nya atas Iblis; tetapi ia juga harus mengenakan "seluruh perlengkapan senjata Allah" dan menggunakan pedang Roh (
Sepenuhnya atau sebagian?
Pernah ada orang Kristen yang menyatakan telah mencapai keadaan yang memungkinkan mereka tidak lagi berbuat dosa. Mereka berpendapat bahwa hal ini mungkin bagi semua orang Kristen yang selalu memandang kepada Kristus.
Pandangan ini harus ditolak. Ajaran tadi tidak dapat dicocokkan dengan
Selain itu, bila diselidiki akan menjadi jelas bahwa pendukung pandangan ini mempunyai pengertian sempit tentang dosa, yang mereka batasi pada ketidaktaatan dengan sengaja terhadap kehendak Allah atau hal serupa. Akan tetapi kita harus memakai definisi dosa yang terdapat dalam Alkitab, dan Alkitab merumuskan bahwa dosa meliputi pemikiran, sikap, kata-kata maupun perbuatan, tugas yang tidak dikerjakan maupun hal-hal buruk yang dikerjakan. Menurut pengertian alkitabiah, keadaan tak berdosa berarti mengasihi Allah dan sesamanya setiap saat dengan seluruh hati, akal, kehendak dan kekuatan, yaitu dalam keadaan sepenuhnya menyerupai sifat Yesus Kristus. Menurut pengertian alkitabiah ini, jelaslah bahwa kesempurnaan tak berdosa tidak mungkin tercapai di dunia ini. Sesungguhnya orang yang tabiatnya paling mendekati Kristus pada umumnya menunjukkan perasaan tidak layak dan lemah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
e. Peristilahan pengudusan
Banyak pembicaraan tentang pengudusan berkisar pada arti dua istilah pokok.
Penuh dengan Roh Kudus
Dasar alkitabiah bagi istilah ini ialah
Apakah seseorang menjadi "penuh dengan Roh" melalui pengalaman sekali untuk selama-lamanya? Pertanyaan ini terjawab oleh fakta bahwa dalam Kisah Para Rasul orang dikatakan "penuh dengan Roh Kudus" dua tiga kali (lihat ayat-ayat yang disebut di atas). Hal ini sesuai dengan bentuk kata kerja Yunani dalam
Mengingat ajaran Alkitab ini, maka "dipenuhi" Roh Kudus berarti orang Kristen dipengaruhi Roh dengan cara dan menurut taraf sedemikian rupa sehingga Ia menjadi kuasa yang dominan dalam kehidupan. Roh Kudus membuat orang percaya hidup dan berlaku, kadang-kadang dengan cara yang khususnya menunjukkan kehadiran-Nya dan umumnya sedemikian rupa sehingga Allah dimuliakan di dalam dia (
Baptisan dengan Roh Kudus
Ungkapan ini banyak dibahas selama abad kedua puluh. Aliran Pentakosta menggunakannya untuk mengacu pada pengalaman kedua dari Roh Kudus yang meliputi hal berbicara dengan bahasa lidah, yang terjadi setelah orang bertobat. Akhir-akhir ini gerakan kharismatik (lihat di bawah: ps 25) membuat diskusi ini menjadi pusat perhatian.
Kata kerja "mem/dibaptis dengan Roh Kudus" muncul tujuh kali dalam Alkitab. Enam di antaranya menunjuk kepada kontras yang dikemukakan Yohanes Pembaptis antara pelayanannya yang mempersiapkan dan memberitakan, yakni "membaptis dengan air", dan pelayanan mesianik Yesus yang akan datang, yakni membaptis "dengan Roh Kudus" (
Tinjauan terhadap ayat-ayat ini serta seluruh gagasan Perjanjian Baru tentang baptisan menghasilkan kesimpulan bahwa "baptisan dalam Roh" adalah satu segi permulaan Kristen. Dengan kata lain, dalam Alkitab "dibaptis dalam Roh" termasuk dalam rangkaian gagasan mengenai permulaan Kristen, yaitu pertobatan dan iman, pembenaran, menjadi Kristen, kelahiran kembali, baptisan dengan air, menyatu dengan Kristus, diangkat menjadi keluarga Allah, dan lain-lain. Ungkapan itu menyoroti apa yang dilambangkan oleh kelahiran kembali, yaitu masuk ke dalam kerajaan mesianik yang dijanjikan dengan cara menjadi terbenam dalam kehidupan Roh Kudus, yang menjiwai kerajaan Allah. Oleh sebab itu, "baptisan dalam Roh Kudus" adalah salah satu cara Perjanjian Baru berbicara tentang "menjadi Kristen"; karena itu, setiap orang percaya sejati dalam Kristus telah dibaptis dalam Roh Kudus, seperti mereka juga telah dilahirkan kembali, dipersatukan dengan Kristus, dibenarkan di hadapan Allah dan sebagainya. Kebiasaan menggunakan ungkapan tersebut untuk pengalaman kedua dari kuasa Roh Kudus, bagaimana pun menakjubkannya, melampaui pemakaian Alkitab dan karena itu kurang membantu dan menyesatkan.
Kalau begitu, apa yang harus dikatakan tentang pengalaman-pengalaman Roh Kudus sesudah permulaan kehidupan Kristen, kalau tidak dapat menyebutnya "baptisan dalam Roh Kudus"? Ada beberapa kemungkinan.
Menolak keabsahan pengalaman itu. Sikap ini terlalu luas, terutama kalau ada tanda-tanda dari kenyataan dan keampuhan spiritual baru yang disebabkan oleh pengalaman itu. Memang ada bahaya pengalaman palsu dan tafsiran salah, tetapi tak dapat disangkal bahwa Roh memberi pengalaman rohani yang sejati.
Mengikuti tradisi Pentakosta dan terus menyebutkan pengalaman itu "baptisan dalam Roh Kudus" walaupun melawan pemakaian Perjanjian Baru. Keadaan menjadi rumit karena ada orang yang inisiasinya ke dalam agama Kristen begitu dangkal sehingga pengalaman berikut terasa seperti bertobat untuk pertama kali. Dalam hal ini pengalaman kedua benar-benar merupakan "baptisan dalam Roh Kudus" dalam arti Alkitab. Namun jika sudah terjadi pengalaman dari Roh Kudus pada titik memulai kehidupan Kristen, maka tidak alkitabiah untuk menyebut pengalaman berikut sebagai "baptisan dengan Roh Kudus".
Melihat pengalaman kedua (atau kemudian) sebagai perwujudan dalam pengalaman yang baru dan lebih tinggi daripada apa yang telah diberikan pada waktu menjadi Kristen. Pengalaman kedua ditafsirkan sebagai kedatangan Roh Kudus, yang di dalam-Nya orang telah dibaptis pada saat dilahirkan kembali, dengan pencurahan hidup-Nya yang lebih penuh dan mungkin baru. Ini bukan "baptisan" dalam Roh Kudus, melainkan perwujudan berikut dari realitas-Nya.
Pengalaman ini jangan ditafsirkan terlalu kaku. Jika kita coba untuk menempatkan pengalaman-pengalaman tentang Roh Kudus yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul dalam kerangka yang terlalu rapi, maka timbullah kesulitan. Jika kita mencari istilah tepat untuk pengalaman berikut, maka "kepenuhan" Roh Kudus sudah lebih baik dibandingkan dengan "baptisan" (lihat ayat-ayat dari Kisah Para Rasul yang dikutip di atas). Pada masa Perjanjian Baru, istilah Alkitab ini mencakup sejumlah besar pengalaman tentang kedatangan Roh Kudus yang berbeda-beda kepada murid-murid Kristen sesudah pengenalan mereka tentang zaman baru melalui kuasa Roh Kudus yang menghidupkan.
Mungkin kita ragu-ragu akan istilah "pemberkatan kedua", namun janganlah itu membuat kita menjadi miskin secara rohani. Kita harus menginginkan kepenuhan sebanyak-banyaknya dari kuasa Roh Allah sebagaimana Bapa berkenan memberi kepada kita (
Aspek kebersamaan dari karya Roh Kudus sekali lagi mendasar. Roh yang memenuhi dan memberi kuasa adalah Roh yang mempersatukan dengan Kristus dan karena itu dengan keseluruhan tubuh-Nya. Pengalaman dan pelayanan Roh Kudus tidak pernah dikaruniakan hanya untuk menyenangkan pribadi secara egois. Hal itu dimaksudkan untuk kebaikan dan pertumbuhan jemaat dan pada akhirnya untuk keagungan Kristus melalui umat-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
24.3 Ketekunan
Jika seseorang dimampukan untuk percaya dan karena itu karya Kristus diterapkan secara efektif padanya, apakah sesudah itu ia dapat kehilangan keselamatannya? Pokok ini menimbulkan cukup banyak perdebatan.
Gagasan bahwa sekali diberikan, keselamatan tidak dapat hilang, dikenal sebagai ketekunan orang kudus. Pandangan ini dipegang terus dalam teologi Reformasi dan didukung secara jelas oleh Alkitab. Kristus mengatakan kepada murid-murid-Nya, "mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tanganKu" (
Ketekunan juga dinyatakan dalam ajaran lain yang sudah dibicarakan. Jika kita dipersatukan dengan Kristus dalam penyelamatan-Nya, kita nanti akan bersama-sama dalam kemenangan-Nya yang akan datang. Paulus justru berkata demikian: jika orang mati dalam Kristus, pasti dia akan nampak bersama dengan Dia dalam kemuliaan dan sekarang seharusnya hidup sesuai dengan harapan itu (
Pada pihak lain, ada satu alur ajaran Alkitab yang agaknya membuka pintu bagi kehilangan orang yang pernah percaya. Surat Ibrani memperingatkan orang Kristen terhadap anggapan-anggapan palsu dan akibat mengerikan kalau menolak iman dalam Kristus (
Peringatan itu dan ajaran tentang ketekunan tidak bertentangan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa orang yang tertarik kepada Kristus dan beriman kepada Dia dibebaskan secara kekal dari dosa dan hukumannya, tetapi tidak pernah menyajikan hal ini sebagai alasan untuk kecerobohan moral. Orang yang benar-benar dilahirkan kembali oleh Roh Kudus akan memberi kesaksian tentang hal itu dengan berusaha untuk hidup suci, biarpun merealisasikannya sangat lambat, seperti dilukiskan dengan jelas dalam biografi alkitabiah. Orang yang dengan segenap hati kembali pada dosa, menolak cara-cara Kristen dulu, tidak menyesal melakukan itu dan terus melanjutkan kemurtadan ini sampai akhir hidupnya, tidak benar-benar "dilahirkan dari Allah", walaupun mula-mula kelihatannya demikian.
Pada titik ini, orang yang sensitif perlu diyakinkan. Tentu saja orang Kristen tidak tanpa dosa, dan kegelisahan yang membuat orang menelusuri hidupnya untuk mendapatkan tanda-tanda pembaruan moral, adalah bukti ia sudah dilahirkan kembali. Selanjutnya harus diakui bahwa kemunduran, walaupun patut disesalkan, sering terjadi dalam hidup orang Kristen. Kadang-kadang orang Kristen sejati tergelincir jauh sekali. Namun ia tidak pernah sama sekali kehilangan kesadaran spiritual dan bahkan dalam kemunduran masih merasakan keinginan untuk kembali kepada Tuhan. Sedangkan ada orang murtad yang tidak pernah menjadi murid sejati, dan dia menunjukkan hal itu dengan kehilangan keprihatinan moral dan spiritual, bahkan menolak bahwa kematian Kristus mengalahkan dosa (
Ayat-ayat yang dikutip sebagai bukti bahwa orang Kristen sejati dapat kehilangan mengacu kepada kasus-kasus yang dari semula tidak mempunyai iman (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
24.4 Cara dan tujuan
a. Roh Kudus dan Firman Allah
Untuk melengkapi bahasan tentang Roh Kudus dan pertumbuhan Kristen ini, kita catat lagi bahwa Ia mengilhami dan menerangkan Alkitab (
b. Roh Kudus dan akhir zaman
Berbagai perikop Perjanjian Lama menghubungkan pelayanan Roh Kudus dengan zaman baru (misalnya
Paulus menggunakan dua istilah untuk mengungkapkan dimensi men datang dari pelayanan Roh Kudus. Roh Kudus adalah _aparkhe_, `buah sulung` (
Roh Kudus juga disebut _arrabon_ `uang tanggungan` (
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
Bahan Alkitab
Kepastian:
Pengudusan:
Ketekunan:
Roh dan Firman:
Roh dan akhir zaman:
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Apa arti "pengudusan" dalam Alkitab maupun dalam bahasa sehari-hari? Bagaimanakah pengudusan dibedakan dari pembenaran?
Apa artinya persatuan dengan Kristus bagi pengudusan? Bagaimana Anda akan coba menafsirkan pengalaman dari Roh Kudus yang bersifat krisis? Apa masalah-masalah yang dihubungkan dengan pengertian tentang pengudusan yang menekankan "berkat kedua"?
Apakah menurut Alkitab pengudusan bergantung juga pada usaha manusia?
Apa yang dapat Anda artikan dari ajaran Alkitab mengenai
Menurut Anda, apa tanda-tanda bahwa pengudusan semakin bertambah dalam hidup semua orang Kristen? Terlepas dari unsur-unsur umum ini, cara bagaimana orang dapat mengharapkan bahwa pengudusan akan diungkapkan oleh seorang
Dapatkah orang yakin bahwa ia sungguh-sungguh orang yang percaya kepada Kristus dan sudah dilahirkan kembali? Kutiplah dari Alkitab sebagai dukungan atas jawaban Anda.
Pertimbangkanlah peranan Roh Kudus dalam kaitannya dengan Alkitab. Apa fungsi Alkitab dalam menghayati kehidupan Kristen?
Apakah mungkin bahwa seorang Kristen yang dilahirkan kembali pada akhirnya hilang? Bagaimana Anda menafsirkan "ayat-ayat peringatan" dalam Surat Ibrani?
Mengenali Kebenaran -- Bab 24. Pertumbuhan Kristen [Indeks]
Kepustakaan (24)
Artikel "Sanctification" dalam _IBD_.
Berkouwer, G. C.
1952 _Faith and Sanctification_ (Eerdmans).
1958 _Faith and Perseverance_ (Eerdmans).
Edwards, J.
1961 _The Religious Affections_ (Banner of Truth).
Ferguson, S. B.
1980 _Add to Your Faith_ (Pickering & Inglis).
Green, M.
1975 _I Believe in the Holy Spirit_ (Hodder).
Kirby, G.
1979 _What the Bible says about Christian Living_ (Kingsway).
Kuyper, A.
1966 _The Work of the Holy Spirit_ (Eerdmans).
Lloyd-Jones, D. M.
1971 _Romans 5 -- Assurance_ (Banner of Truth).
1972 _Romans 6 -- The New Man_ (Banner of Truth).
1975 _Roma 8:17-39 -- The Final Perseverance of the Saints_
(Banner of Truth).
Lovelace, R.
1979 _The Dynamics of Spiritual Life_ (Paternoster).
Owen, J.
1967 _Works_ 4 & 5 (Banner of Truth).
Packer, J. I.
1973 _Knowing God_ (Hodder).
Philip, J.
1964 _Christian Maturity_ (IVP).
Prior, K.
1967 _The Way of Holiness_ (IVP).
Ryle, J. C.
1952 _Holiness_ (James Clarke).
Smail, T. A.
1975 _Reflected God_ (Hodder).
Stott, J. R. W.
1975 _Baptism and Fullness_ (IVP).
Watson, D.
1973 _One in the Spirit_ (Hodder).
Wesley, J.
1958 _A Plain Account of Christian Perfection_ (Epworth).
Indeks Bab 25: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 25 Roh Kudus pd Masa Kini: Perspektif Sejarah 01273
Kepustakaan ....................................... 01274
Mengenali Kebenaran -- Bab 25. Roh Kudus pd Masa Kini: Perspektif Sejarah [Indeks]
25. ROH KUDUS PADA MASA KINI:
PERSPEKTIF SEJARAH
Selama abad kedua puluh telah timbul perhatian besar terhadap Roh Kudus, yang akhir-akhir ini berpusat pada apa yang disebut "gerakan kharismatik". Gerakan itu menekankan "baptisan dalam Roh Kudus" serta pemakaian karunia-karunia Roh, khususnya bahasa lidah. Sejak tahun lima puluhan gerakan itu mempengaruhi hampir setiap gereja di Amerika, kemudian di Eropa dan sekarang di seluruh dunia. Sejak semula gerakan itu menembus gereja Roma Katolik, dan ada yang berpendapat bahwa gerakan kharismatik menciptakan kesempatan untuk kerukunan ekumenis yang lebih gemilang daripada cara tradisional yang rasanya kurang berhasil, yakni dialog teologis.
Mula-mula perhatian terpaut pada berkat rohani secara individual, termasuk bahasa lidah dan sebagainya. Pada tahap kedua, yang boleh dikatakan lebih matang, perhatian utama dari gerakan itu diarahkan untuk menemukan kembali persekutuan Kristen secara praktis, serta arti gereja sebagai tubuh Kristus. Pada apa yang dapat dilihat sebagai tahap ketiga, perhatian sudah bergeser pada pencarian bentuk-bentuk gerejawi yang paling sesuai bagi gerakan kharismatik itu. Akibatnya terjadilah dua sayap:
yang satu mengabdikan diri pada pembaruan dalam gereja-gereja yang ada; dan
yang lain memisahkan diri dari gereja-gereja yang dianggap "mati" itu dan membentuk gereja-gereja baru serta kelompok-kelompok khusus.
Kadang-kadang gerakan kharismatik telah menyebabkan perpecahan dalam gereja, dan kadang-kadang terjadi ketidakseimbangan dan ekses-ekses. Namun harus diakui bahwa kontak dengan gerakan itu sering juga membawa kesegaran dalam kehidupan rohani. Beberapa gereja Kristen tetap tidak menyukainya, mungkin sebagian disebabkan oleh aliran Pentakosta tradisional yang terlalu ekstrim. Sama seperti seluruh gereja masa kini, maka gerakan kharismatik pun menghadapi tantangan untuk menerjemahkan pengalaman mereka mengenai realitas dan hidup Roh Kudus ke dalam pembaruan misi gereja, baik dalam hal membawa orang dari setiap lapisan masyarakat kepada Kristus, maupun dalam hal menerapkan Injil secara efektif dalam lingkungan sosial budaya.
Kita bersyukur pada Tuhan atas hal-hal positif yang dicapai gerakan itu, lagi pula kita bersukacita karena banyak bukti nyata tentang pekerjaan Roh Kudus dalam banyak gereja yang tradisional. Namun banyak orang Kristen masih tetap rindu dan berdoa untuk suatu pemulihan kembali agama Kristen (Ing. _revival_) di seluruh dunia. Memang manusia tidak dapat mengetahui apa yang akan dibuat oleh Roh Kudus yang berdaulat: tetapi sejak abad pertama secara periodik Allah berkenan mencurahkan Roh atas umat-Nya dengan berlimpah-limpah sehingga bukan saja kehidupan gereja mencapai kegairahan mendekati tingkat seperti pada waktu Pentakosta, melainkan masyarakat sekelilingnya secara mendalam menyadari realitas Allah serta kebutuhan sungguh-sungguh untuk memperoleh kedudukan sebagai anak-anak-Nya. Pemulihan kembali seperti ini terjadi di berbagai daerah di sepanjang abad ini, terutama di Afrika Timur, Cina dan Asia Tenggara. Demikian juga pada saat ini, gereja hanya dapat menghadapi tantangan yang menakutkan pada tahun-tahun mendatang kalau sudah mengalami pencurahan kuasa Roh Kudus lagi, sehingga dapat sungguh-sungguh memenuhi panggilannya untuk memegahkan Tuhan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 25. Roh Kudus pd Masa Kini: Perspektif Sejarah [Indeks]
Kepustakaan (25)
Abineno, J. L. Ch.
1979 _Kelompok Doa_ (BPK).
Baker, D. L.
1991 _Roh dan Kerohanian Dalam Jemaat_ (BPK).
Banks, R.
1988 _Paul`s Idea of Community_ (Eerdmans/Anzea, cetakan ulang).
Bittlinger, A. (penyunting)
1981 _The Church is Charismatic_ (WCC).
Bruner, F. D.
1970 _A Theology of the Holy Spirit_ (Eerdmans).
Dunn, J. D. G.
1975 _Jesus and the Spirit_ (SCM).
Graham, B.
1985 _Roh Kudus_ (LLB, terjemahan dari bahasa Inggris).
Groenen, C.
1982 _Kitab Suci tentang Roh Kudus_ (Kanisius).
Hollenweger, W. J.
1972 _The Pentecostals_ (SCM, terjemahan dari bahasa Jerman).
1984 _Konflik di Korintus_ (Kanisius, terjemahan dari bahasa
Inggris/Jerman).
Hummel, C. E.
1978 _Fire in the Fireplace: Contemporary Charismatic Renewal_
(InterVarsity).
Jacobs, T.
1980 _Berbagai macam kharisma dalam satu Roh_ (Kanisius).
Lindberg, C.
1983 _The Third Reformation?_ (Mercer University).
McDonnell, K. (penyunting)
1980 _Presence, Power, Praise_ (Liturgical Press, 3 jilid).
Nichol, J. T.
1966 _Pentecostalism_ (Harper & Row).
Packer, J. I.
1984 _Keep in Step With the Spirit_ (Inter-Varsity).
Sugiri, L. dkk.
1980 _Gerakan Kharismatik: Apakah Itu?_ (BPK).
Taylor, J. V.
1972 _The Go-Between God: The Holy Spirit and the Christian Mission_ (SCM).
Tugwell, S.
1979 _Did You Receive the Spirit?_ (Darton, Longman & Todd, edisi yang
direvisi). Ukur, F. (penyunting)
1980 "Gerakan Kharismatik (Suatu Studi Pendahuluan)", _Peninjau_ 7:
hlm. 1-53.
Indeks Bab 26: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 26 Penerapan ......................................... 01276
Ps 26.1 Melayani Allah ............................... 01276
Sb 26.1.a Pengalaman Mengenai Allah ................. 01276
26.1.b Ibadah kepada Allah ....................... 01276
26.1.c Pelayanan kepada Allah .................... 01276
Ps 26.2 Hidup di Dunia ............................... 01277
Sb 26.2.a Kelahiran Kembali dari Luar Dunia Ini ..... 01277
26.2.b Hubungan dengan Dunia ..................... 01277
26.2.c Tanggung Jawab terhadap Dunia ............. 01278
Ps 26.3 Diri Kita Sendiri ............................. 01279
Sb 26.3.a Persekutuan ............................... 01279
26.3.b Peri Laku ................................. 01279
26.3.c Penggenapan ............................... 01279
Mengenali Kebenaran -- Bab 26. Penerapan [Indeks]
26. PENERAPAN
26.1 Melayani Allah
a. Pengalaman mengenai Allah
Kenyataan dari pekerjaan Roh Kudus memperlihatkan bahwa Allah secara mengagumkan memberikan _diri-Nya_ kepada manusia dalam pengalamannya. Allah bukan hanya bekerja di atas dan untuk manusia dalam penciptaan dan penebusan tetapi juga bekerja _di dalam_ manusia sehingga tubuhnya menjadi tempat Roh berdiam, Allah sendiri hadir dalam eksistensi manusia. Walaupun mengenal dan memahami kenyataan ini tidak selalu sederhana, dan ini salah satu alasan untuk terus mempelajari dan tunduk kepada Alkitab, namun kita mempertahankan pernyataan berikut: _Allah dapat dialami oleh makhluk-makhluk-Nya_ (
b. Ibadah kepada Allah
Allah dalam rahmat-Nya yang berdaulat telah berkenan untuk memberikan diri-Nya dalam Roh Kudus kepada orang lemah, rusak dan berdosa, dan hal ini merupakan alasan tertinggi bagi ibadah dan syukur kita. Banyak hal yang telah, sedang dan akan dilakukan Allah melalui persatuan orang dengan Kristus, yaitu pilihan, panggilan, kelahiran kembali, pertobatan, iman, pembenaran, pengangkatan, kepastian, pengudusan dan ketekunan. Semuanya ini adalah alasan untuk menyembah, memberkati dan beribadah kepada-Nya. "Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita oleh darahNya -- dan telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya" (
c. Pelayanan kepada Allah
Roh Kudus melengkapi jemaat untuk melayani Allah dengan memberikan karunia-karunia-Nya, mengarahkan pelayanan dan mengurapi dengan kuasa-Nya. Maka dalam pelayanan kepada Allah cakrawala kita seharusnya tidak diukur menurut kesanggupan manusiawi kita yang terbatas, tetapi menurut ukuran pembekalan Roh Kudus yang berlimpahlimpah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 26. Penerapan [Indeks]
26.2 Hidup di dunia
a. Kelahiran kembali dari luar dunia ini
Orang Kristen tidak termasuk zaman di bawah kuasa dosa dan kegelapan ini, tetapi telah dilahirkan kembali dalam Roh sebagai warga baru dalam tatanan kerajaan yang akan datang. Oleh karena itu, kita tidak lagi berpaling kepada dunia untuk membina batin atau untuk mencari kepuasan yang paling mendalam. Kita bergerak pada tingkat yang berbeda dan mendapatkan penggenapan yang mendasar dalam tatanan yang berlainan, dalam kehidupan dari Allah melalui Roh Kudus (
b. Hubungan dengan dunia
Walaupun penggenapan kita yang paling mendalam terdapat di alam baka, namun pelayanan Roh Kudus yang melahirkan kembali dan menguduskan sangat jelas berkenaan dengan tatanan alam semesta dan pengalaman dalam dunia ini. Roh yang sama, yang pada hari Pentakosta dicurahkan dengan kuasa adikodrati dan karena itu telah melahirkan gereja, pada mulanya bersama dengan Allah Bapa dan Anak terlibat dalam melahirkan dunia fisik. Roh yang sama, yang mengilhami dan memberi kuasa kepada umat Allah, juga hadir dengan satu dan lain cara sebagai kenyataan dalam kehidupan semua orang (
Hal ini dapat dilukiskan dengan contoh dari dua bidang. Mengenai soal bimbingan ilahi, orang Kristen yang mengikuti ajaran Alkitab lengkap tentang Roh Kudus, akan percaya bahwa Roh Allah akan memimpinnya dalam hal menilai dengan saksama semua faktor yang terlibat termasuk bakat alami dan wataknya, dan juga melalui pengalaman yang dramatis. Begitu juga dalam penyembuhan fisik ia akan mengaku bahwa satu-satunya Roh Kudus yang akan menyembuhkan yang sakit, apakah itu dengan cara medis modern, sumber-sumber penyembuhan inheren dalam badan atau dengan menggunakan bakat khusus untuk penyembuhan bersama dengan doa-doa umat Allah.
Dari segi praktis, cara terbaik untuk mencegah terjadinya ketidak-seimbangan adalah dengan selalu mengingatkan diri bahwa Roh Kudus mengilhami dan menyoroti Alkitab. Ia selalu bekerja sama dengan firman dan karena itu pengalaman tentang Roh Kudus perlu pemeriksaan, pengembangan dan pengarahan dari seluruh firman Allah tertulis.
Mengenali Kebenaran -- Bab 26. Penerapan [Indeks]
c. Tanggung jawab terhadap dunia
Roh Kudus adalah saksi ilahi di dunia tentang Allah, hukum-Nya dan keselamatan-Nya dalam Kristus. Ia adalah "pengacara" yang mensahkan kesaksian gereja. Sesuai dengan itu, maka orang Kristen yang dipimpin Roh Kudus akan memperlihatkan rasa tanggung jawab atas dunia yang tidak percaya dan tidak mengenal Allah, dan dia akan berusaha untuk bersaksi tentang Injil. Besar artinya bahwa laporan Alkitab yang penting mengenai pelayanan Roh Kudus dalam gereja (Kisah para Rasul) berpusat pada penyebaran Injil di dunia. Kehadiran Roh Kudus dalam seseorang atau dalam suatu jemaat selalu akan membuahkan perhatian bagi kemuliaan Allah dalam menyelamatkan orang hilang. Apabila pengalaman Roh, apakah secara individual atau dalam jemaat, menghasilkan perhatian berlebihan terhadap emosi dan hal-hal ajaib, maka berdasarkan alasan-alasan alkitabiah kita harus bertanya apakah "roh" bersangkutan adalah Roh Yesus sesungguhnya yang kita jumpai dalam Perjanjian Baru. Rasa tanggung jawab atas dunia selalu merupakan tanda kehadiran Roh Kudus, yang dijanjikan akan memberikan semangat dan kebijaksanaan, yang mensahkan kesaksian jemaat dan membawa orang hilang kepada iman yang hidup (
Mengenali Kebenaran -- Bab 26. Penerapan [Indeks]
26.3 Diri kita sendiri
a. Persekutuan
Roh Kudus yang mempersatukan kita dengan Kristus sekaligus dengan seluruh umat Allah; pengudusan melalui pembaruan Roh Kudus ditempatkan secara tepat dalam konteks persekutuan umat Allah, khususnya jemaat setempat di mana Allah menempatkan kita. Roh Kudus tidak mengenal usaha atau pelayanan Kristen sendirian lepas dari orang Kristen lain. Kita perlu waspada terhadap pernyataan orang bahwa ia dipimpin Roh Kudus, jika ini tidak disahkan pada tingkat jemaat. Hubungan-hubungan kasih mengasihi dan saling membagi yang diberikan-Nya kepada kita dalam hubungan kekeluargaan umat Allah adalah segi pekerjaan Roh Kudus yang paling memperkaya.
b. Peri laku
Roh itu kudus, terlepas dari segala dosa dan kejahatan. Maka, kehadiran-Nya dalam hidup manusia selalu akan dinyatakan dalam peri laku moral. Perlu kita memperhitungkan hal ini dalam memikirkan kehidupan Kristen kita. Ia sedih karena dosa-dosa kita. Ia ingin supaya kita hidup suci. Karena itu, Roh itu disalahtafsirkan kalau hanya dipandang dari sudut pengalaman-pengalaman tertentu dari Allah. Memang itu akan diberikan-Nya, jika dan pada saat dikehendaki-Nya, namun pengalaman itu hanya sebagian dari pekerjaan-Nya dan harus dipadukan dengan pelayanan-Nya yang senantiasa dilakukan-Nya, yaitu menyesuaikan kita dengan gambaran Kristus.
c. Penggenapan
Roh itu merupakan kehidupan baru dari zaman yang akan datang, yang diberikan kepada kita dalam keadaan dewasa ini yang bercirikan kejatuhan ke dalam dosa. Kehadiran-Nya selalu bersifat menjanjikan: Ia mengarahkan kita pada masa depan dalam pengharapan akan penggenapan ketika Kristus datang dalam kemuliaan. Sebab itu, orang Kristen yang didiami Roh Kudus akan mendambakan dengan pengharapan yang semakin kuat akan kepenuhan hidup dan berkat Roh Kudus, yang akan merupakan pengalaman umat Allah yang penuh sukacita pada hari itu.
Indeks Bab 27: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 27 Identitas Gereja .................................. 01281
Ps 27.1 Kiasan-kiasan tentang Gereja dalam Alkitab ... 01282
Sb 27.1.a Umat Allah ................................ 01282
27.1.b Tubuh Kristus ............................. 01283
27.1.c Mempelai Perempuan Kristus ................ 01284
27.1.d Bangunan Allah ............................ 01285
27.1.e Kerajaan Allah ............................ 01286
27.1.f Keluarga Allah ............................ 01287
27.1.g Kawanan Domba Allah ....................... 01287
27.1.h Kebun Anggur Allah ........................ 01288
Ps 27.2 Ciri-ciri Gereja yang Sejati ................. 01289
Sb 27.2.a Esa ....................................... 01290
27.2.b Kudus ..................................... 01291
27.2.c Am ........................................ 01292
27.2.d Rasuli .................................... 01293
27.2.e Tanda yang Dikemukakan Para Reformis ...... 01294
27.2.f Misi - Suatu Tanda yang Dilalaikan?........ 01295
Bahan Alkitab .............................................. 01296
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01297
Kepustakaan ................................................ 01298
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
F. GEREJA
27. IDENTITAS GEREJA
Agama dalam Alkitab selalu menyangkut manusia secara bersama. Sebelum Adam jatuh, disebutkan bahwa dia tidak lengkap bila tidak ada seorang penolong (
Dalam Perjanjian Lama diceritakan tentang suatu bangsa dan perlakuan Allah terhadap mereka. Memang ada tokoh-tokoh yang menonjol, dan hubungan tiap orang dengan Allah bersifat mendasar (
Sifat ini terjadi dalam Perjanjian Baru juga. Yesus datang untuk menyelamatkan umat-Nya (
Peristiwa Pentakosta pada hakikatnya bersifat peristiwa yang dialami bersama-sama (
Demikianlah, Alkitab tidak mengenal agama yang bersifat perorangan saja. Tak ada orang yang dapat diperdamaikan dengan Allah kalau ia tidak juga diperdamaikan dengan umat yang dimasukinya karena pengalaman anugerah Allah. Jadi soteriologi (ajaran tentang penyelamatan) terjalin sepenuhnya dengan eklesiologi (ajaran tentang gereja).
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
27.1 Kiasan-kiasan tentang gereja dalam Alkitab
a. Umat Allah
Hubungan Allah dengan umat-Nya merupakan tema pokok Perjanjian Lama yang berulang kali diungkapkan dalam pernyataan "Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu" (
Gagasan tentang umat Allah dilanjutkan dalam gereja Perjanjian Baru, "Israel milik Allah" (
Perjanjian sebagai dasar hubungan tersebut dilanjutkan juga dalam Perjanjian Baru. Gereja mewarisi janji-janji kepada Israel berdasarkan perjanjian baru yang dibuat melalui pengurbanan Mesias, yaitu Yesus (
Sebagian dari sifat dasar "umat Allah" terungkap dalam dua kata Perjanjian Lama yang menyebutkannya. Yang pertama, _qahal_, berarti orang-orang yang dikumpulkan oleh panggilan Allah (
Panggilan Allah yang telah menciptakan umat Allah (
Latar belakang Alkitab ini berarti bahwa jemaat terdiri dari mereka yang telah menjawab panggilan ilahi, karena itu bukan salah satu struktur gerejawi. Struktur itu dapat digabungkan dengan gagasan _ekklesia_ tetapi hal ini bukan merupakan hakikatnya.
_Ekklesia_ dalam Perjanjian Baru digunakan baik untuk kelompok-kelompok setempat (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
b. Tubuh Kristus
Kiasan "tubuh Kristus" sangat disukai oleh Paulus dan dipakainya untuk menekankan hal-hal yang dimiliki oleh umat Allah secara bersama-sama. Panggilan yang mengumpulkan mereka adalah panggilan untuk percaya kepada Yesus Kristus ("Firman" yang telah menjadi "manusia"); karena itu mereka dipersatukan dalam Dia dan menjadi anggota-anggota tubuh-Nya. Jelaslah bahwa konsep ini mempunyai arti kiasan (bnd.
Ada kalanya Kristus digambarkan sebagai keseluruhan tubuh, sedangkan orang percaya merupakan anggota-anggota "di dalam" Dia (
Kiasan ini juga menekankan hubungan timbal balik antara Kristus dan umat-Nya. Kristus memerintah di sebelah kanan Allah bagi gereja (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
c. Mempelai perempuan Kristus
Kiasan ini berakar dalam Perjanjian Lama: Israel disebut mempelai perempuan Allah (
Kiasan ini menggarisbawahi hal bahwa hubungan Allah dengan umat-Nya adalah berupa kasih total. Ia telah memilih dan menebus umat-Nya karena keinginan-Nya terhadap dia, objek kasih abadi-Nya. Kiasan ini juga menghadapkan kita pada tanggung jawab beribadah dengan tulus ikhlas; dan menyadarkan kita bahwa kasih dan kesetiaan kepada hal-hal lain, apalagi ambisi dan minat pribadi, sangat gawat. Kasih Allah begitu mendalam sehingga tidak dapat mentoleransi kasih tandingan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
d. Bangunan Allah
Kiasan ini berasal dari ayat-ayat Perjanjian Lama yang mengacu pada kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya (
Rumah Allah yang didirikan Salomo dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 sM. Rumah Allah kedua yang dibangun oleh orang yang kembali dari pembuangan (
Akan tetapi gagasan bahwa Allah diam di tengah-tengah umat-Nya tetap dipegang, sebab tubuh Yesus yang dikurbankan di atas kayu salib memungkinkan kedatangan Roh Kudus, yang membentuk gereja sebagai tubuh Kristus, Rumah Allah yang baru untuk kehadiran Allah. Kristus sendiri adalah dasar bangunan (
Harus ditekankan bahwa pengertian gereja sebagai bangunan dalam Perjanjian Baru hanya kiasan saja dan bukan alasan untuk menyamakan gereja dengan gedung. Kiasan ini dalam pengertian Perjanjian Baru justru bergeser menjauhi gagasan bangunan batu. Kiasan itu menggarisbawahi sifat spiritual yang hakiki dari gereja sebagai ciptaan Roh Kudus serta tempat Kristus yang sentral sebagai landasan dan batu penjuru; dan menekankan kehidupan Kristen yang bersifat timbal balik secara mendasar. Dalam kehidupan ini pengalaman dan pelayanan bagi Allah terjadi dan diungkapkan melalui kesatuan antara yang satu dengan yang lain sebagai batu-batu hidup bagi Rumah Allah yang satu itu (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
e. Kerajaan Allah
Gagasan dasar Alkitab ini akan dibahas dengan lebih lengkap di bawah ini (ps 32). Asalnya juga terdapat dalam Perjanjian Lama. Pemerintahan Allah ditolak dan tidak diindahkan oleh dunia. Bahkan dalam Israel sekalipun, meskipun Allah telah memilih mereka sebagai "wilayah kekuasaanNya" (
Meskipun salah untuk menyamakan gereja dengan kerajaan Allah, namun gereja menjadi alat pemerintahan Allah kalau benar-benar menyerahkan diri kepada Kristus dengan mematuhi firman-Nya. Kiasan ini menyatakan sifat dasar gereja sebagai pelayan serta menunjukkan bahwa gereja perlu senantiasa meletakkan seluruh kehidupannya dengan segala aspeknya di bawah pemerintahan Allah melalui firman-Nya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
f. Keluarga Allah
Dalam Perjanjian Lama sudah ada petunjuk ke arah kiasan ini ketika Israel disebut anak Allah (
Dalam Perjanjian Baru, seluruh arti kiasan ini menjadi jelas. Dalam Kristus, orang dilahirkan kembali ke dalam keluarga Allah; kita diangkat menjadi anak-anak-Nya dan Roh Allah dikirim ke dalam hati agar orang dapat menyebut-Nya Bapa (
g. Kawanan domba Allah
Israel merupakan kawanan domba Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
h. Kebun anggur Allah
Israel adalah pokok anggur yang dibawa Allah dari Mesir dan ditanam di Kanaan, "maka berakarlah ia dalam-dalam dan memenuhi negeri" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
27.2 Ciri-ciri gereja yang sejati
Di mana kita dapat menemukan gereja sejati sekarang ini dan apa ciri-cirinya yang hakiki? Pertama harus kita bedakan antara berbagai arti kata "gereja".
Kumpulan orang-orang Kristen setempat yang berkumpul untuk beribadah dan melayani. Arti ini mencakup sebagian besar acuan mengenai gereja (_ekklesia_) dalam Perjanjian Baru, dan hampir sama dengan pengertian kata "jemaat".
Seluruh umat Allah di dunia pada waktu yang sama, yang dapat juga disebut "gereja universal". Gereja dalam arti ini hanya sekali-sekali muncul dalam Perjanjian Baru (
Keseluruhan umat Allah yang tersebar sepanjang masa, seluruh kumpulan dari mereka yang terpilih. Ini yang oleh para reformis disebut "gereja yang tidak nyata".
"Gereja di dalam gereja". Telah dicatat di atas perbedaan yang dibuat dalam Perjanjian Lama antara _eda_ (seluruh jemaat yang nyata) dan _qahal_ (anggota-anggota jemaat yang menjawab panggilan Allah). Yesus mengajarkan bahwa kerajaan surga sesuai dengan pola ini: benih gandum tercampur dengan lalang (
Harus diakui, sebelum zaman kemuliaan tidak mungkin ada gereja yang sempurna di dunia. Lalu ke mana kita harus mencari umat Allah sejati yang berkumpul secara nyata? Menurut tradisi ada empat tanda gereja yang sejati: esa, kudus, am dan rasuli.
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
a. Esa
Keesaan gereja tercipta karena dialaskan pada satu Allah (
Dalam gereja Perjanjian Baru terdapat berbagai macam pelayanan (
Ada juga beraneka macam bentuk ibadah. Bentuk ibadah di Korintus (
Kesatuan sejati dalam Roh Kudus dari semua orang yang lahir kembali adalah kenyataan, sekalipun ada perbedaan denominasi yang lahiriah. Maka ajakan dalam Perjanjian Baru untuk bersatu merupakan panggilan untuk "memelihara" kesatuan kehidupan mendasar yang telah diberikan oleh Roh Kudus yang satu melalui kelahiran kembali (
Pernah dikatakan bahwa kesatuan gereja Roma Katolik adalah bukti bahwa itulah gereja sejati, dibanding dengan gereja-gereja Protestan yang terpecah-pecah. Namun pandangan ini tidak memperhitungkan fakta bahwa gereja Roma Katolik melepaskan diri dari gereja Ortodoks pada tahun 1054 dan tidak pernah diakui oleh gereja itu sebagai gereja satu-satunya yang benar. Lagi pula tanda-tanda gereja saling melengkapi: adanya keturunan historis atau kesatuan formal tidak ada gunanya kalau tidak dihubungkan dengan "sifat kerasulan" (lihat di bawah: ps 27.2.d), yakni kesetiaan pada Injil rasuli. Kendatipun gereja-gereja Protestan sering terpecah-pecah, namun dapat dikemukakan bahwa gereja Roma Katolik juga merupakan penyebab perpecahan karena penyimpangannya dari ajaran Alkitab.
Alkitab menganjurkan agar kesatuan diungkapkan sepenuhnya oleh umat Allah, namun diterangkan juga bahwa jika yang menjadi taruhan adalah hakikat kekristenan, maka pemisahan adalah sesuai sepenuhnya dengan kehendak Allah. Contohnya ialah perbedaan pandangan Paulus dengan pandangan orang-orang Yahudi (
Perjanjian Baru menujukan ajarannya mengenai kesatuan kepada kelompok-kelompok Kristen tertentu, dengan dampak langsung terhadap hubungan nyata mereka (
Hal ini relevan secara khusus apabila dua badan yang mengaku iman Kristen yang hakiki melayani di tempat yang sama, seperti misalnya di kampus universitas. Namun tantangan paling mendalam dari ajaran ini terdapat pada tingkat hubungan-hubungan dalam satu jemaat dan antara jemaat itu dengan jemaat yang lain. Dalam konteks ini sebaiknya kesatuan hidup dalam Kristus diungkapkan sebagai kepedulian dan tanggung jawab yang sungguh-sungguh antara yang satu dengan yang lain. Kegagalan dalam hal ini mau tidak mau mempermasalahkan pernyataan sebagai gereja Kristen sejati (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
b. Kudus
Umat Allah adalah "bangsa yang kudus" (
Persatuan dengan Kristus juga menyangkut kehidupan kudus secara nyata. Hubungan gereja dengan Kristus sebagai kepalanya akan nyata dari sifat moralnya dan kualitas kehidupannya sehari-hari. Gereja yang tidak mengenal kekudusan, tidak mengenal Kristus. Ketika Kristus berbicara kepada ketujuh jemaat di Asia Kecil, Ia dengan jelas mengharapkan perbedaan dalam sikap moral itu dan apabila hal ini tidak didapati-Nya Ia sangat keras dalam penghakiman-Nya (
Tentu saja belum ada gereja yang sempurna di dunia ini. Kehidupan di gereja-gereja Perjanjian Baru ditandai kekhilafan, perpecahan, kegagalan moral dan ketidakstabilan, dan masalah-masalah seperti itu tetap ada sampai saat ini. Namun demikian, mau tidak mau, gereja Allah yang sejati pasti akan menunjukkan beberapa tanda kekudusan dan kemajuan menuju kekudusan yang lebih sempurna.
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
c. Am
Kata "am" (atau "katolik") berarti `menyangkut keseluruhan`. Istilah ini mula-mula menunjuk pada gereja am untuk membedakannya dari gereja setempat. Kemudian artinya berubah menunjuk pada gereja yang mengaku iman ortodoks untuk membedakannya dari bidat-bidat. Kelak gereja Roma mengambil alih istilah ini untuk mengacu pada organisasi gerejanya yang sudah berkembang secara historis dan menyebar luas secara geografis dan berpusat pada Paus. Para reformis abad ke-16 berusaha mengembalikan arti kata ini kepada arti semula, yakni mengaku iman ortodoks, dan mereka menganggap diri sebagai gereja katolik yang sebenarnya dan bukan gereja Roma.
Segi utama dari sifat am dalam gereja mula-mula adalah keterbukaannya terhadap semua orang. Berbeda dengan agama Yahudi dengan ekslusivisme rasialnya dan aliran Gnostik dengan ekslusivisme intelektualnya, maka gereja membuka pintunya lebar-lebar bagi semua yang ingin masuk, dari tiap ras, warna kulit, status sosial, kecakapan intelektual atau sejarah moralnya. Gereja masuk ke dalam dunia dan membawa iman bagi semua (
Pada tingkat dasar inilah tanda "am" harus diterapkan. Gereja-gereja yang menetapkan ujian-ujian lain harus diwaspadai. Gereja sejati tidak memberi tempat pada diskriminasi ras, warna kulit, status sosial, kecakapan intelektual atau moral, asal saja ada bukti pertobatan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
d. Rasuli
Seorang rasul adalah saksi tentang pelayanan dan kebangkitan Yesus, dan karena itu adalah pembawa Injil yang berwenang (
Istilah "rasul" (_apostolos_) secara harfiah berarti `utusan`, dan Perjanjian Baru kadang-kadang mengacu pada rasul-rasul dengan arti yang lebih luas (
Ada dua pengertian yang salah tentang jabatan rasuli ini yang perlu dihindari. Pada satu pihak, ada pemimpin di gereja atau persekutuan tertentu yang menyatakan diri "rasul". Hal ini berbahaya karena menyalahartikan ajaran Alkitab dan dalam praktek menentang wewenang dan sifat mutlak dari penyataan Allah dalam Perjanjian Baru. Pada pihak lain, ada yang menafsirkan tanda rasuli sebagai kesinambungan historis dalam pelayanan gereja yang dimulai dari Kristus serta rasul-rasul-Nya dan dilanjutkan melalui garis penggantian uskup. Penafsiran ini sama sekali tidak mendapat dukungan dari Perjanjian Baru. Anugerah Allah tidak disampaikan hanya melalui garis pejabat gereja. Lagi pula garis itu tidak menjamin penerusan kebenaran Kristen tanpa salah. Allah tidak terikat oleh organisasi gereja, dan kadang-kadang Dia bekerja melalui gereja sebagai lembaga, kadang-kadang di luar lembaga itu.
Garis pengganti para rasul, tepatnya penurunan atau pewarisan Injil, berarti kebenaran rasuli harus diteruskan dari satu generasi kepada generasi yang lain: "orang-orang yang dapat dipercayai . . . mengajar orang lain" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
e. Tanda yang dikemukakan para reformis
Para reformis tidak menolak empat tanda tradisional ini, namun perhatian mereka tertuju pada hal-hal lain karena perselisihan mereka dengan gereja Roma Katolik. Mereka mengemukakan dua tanda lain dari gereja nyata yang sejati, yakni pemberitaan firman dan pelayanan sakramen.
Tanda pemberitaan firman menarik perhatian pada keunggulan Injil alkitabiah dan justru karena inilah terjadi perpecahan dengan Roma. Mendasari penekanan ini terdapat keyakinan bahwa ada ikatan kokoh antara firman tertulis dan Roh Allah. Seorang yang termasuk persekutuan dengan Roh pasti akan mengungkapkan ini dengan mematuhi firman yang telah diilhamkan oleh Roh itu. Para reformis yakin bahwa Roh mengarahkan orang kepada firman; dan kasih tidak terlepas dari iman dan kebenaran.
Pokok lain yang menurut mereka merupakan tanda gereja sejati, yaitu sakramen, juga bersifat polemis. Justru dalam ajaran dan praktek mengenai sakramen, para reformis melihat pelanggaran gereja saat itu yang paling jelas terhadap agama Alkitab. Memang ada kelompok Kristen (misalnya Bala Keselamatan) yang tidak menjalankan sakramen, sehingga kita harus hati-hati sebelum menyatakan bahwa sakramen itu menjadi tanda hakiki gereja sejati. Namun Tuhan Yesus jelas menghubungkan baptisan itu dengan berita gereja dan respons manusia terhadapnya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
f. Misi -- suatu tanda yang dilalaikan?
Dalam perintah Yesus mengenai kehidupan gereja (
Dalam Kisah Para Rasul, tema pokok adalah penyebaran pekabaran Injil secara berturut-turut dari Yerusalem ke Yudea, Samaria dan kemudian ke dunia orang bukan Yahudi (
Jadi gereja yang tidak memberitakan Injil, juga tidak mempedulikan kesejahteraan moral dan spiritual masyarakat di sekelilingnya, serta tidak mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap orang miskin di mana saja mereka ditemukan, telah kehilangan sifatnya sebagai gereja sejati dan menyangkal Tuhannya.
Secara ringkas, gereja sejati dikenal karena persatuannya, keharmonisan dalam hubungan-hubungannya, kekudusan kehidupannya, keterbukaannya bagi semua orang, ketaatannya terhadap wibawa tulisan-tulisan rasuli, pemberitaannya tentang Kristus dalam kata dan sakramen, dan komitmennya kepada pekabaran Injil.
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Selidikilah hubungan antara individu dan persekutuan dalam pengalaman keselamatan dalam
Periksalah kiasan-kiasan Alkitab utama mengenai gereja. Sebutkan apa yang diajarkan oleh masing-masing kiasan tentang
Bahaslah nilai dan bahaya dari perbedaan antara gereja nyata dan gereja tidak nyata.
Selidikilah "tanda-tanda" esa, kudus, am, dan rasuli dari segi
Seberapa jauh "tanda-tanda" gereja yang dikemukakan para reformis berdasarkan Alkitab dan relevan?
Apakah Anda setuju dengan pernyataan bahwa misi (pekabaran Injil) termasuk hakikat gereja? Tegaskan jawaban Anda dengan mengutip dari Alkitab. Apa dampak pernyataan ini bagi program mingguan gereja setempat Anda?
Mengenali Kebenaran -- Bab 27. Identitas Gereja [Indeks]
Kepustakaan (27)
Balchin, J.
1979 _What the Bible says about the Church_ (Kingsway).
Berkouwer, G. C.
1976 _The Church_ (Eerdmans).
Carson, H. M.
1976 _Dawn or Twilight?_ (IVP).
Griffiths, M.
1975 _Cinderella with Amnesia_ (IVP).
Kuiper, R.
1967 _The Glorious Body of Christ_ (Banner of Truth).
Lloyd-Jones, D. M.
1962 _The Basis of Christian Unity_ (IVP).
Stott, J. R. W.
1969 _One People_ (Falcon).
Watson, D.
1978 _I Believe in the Church_ (Hodder).
Wells, D.
1973 _Revolution in Rome_ (Tyndale Press).
Indeks Bab 28: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 28 Kehidupan Gereja .................................. 01300
Ps 28.1 Ibadah ....................................... 01300
Sb 28.1.a Contoh-contoh dalam Alkitab ............... 01300
28.1.b Unsur-unsur Ibadah ........................ 01301
28.1.c Ciri-ciri Ibadah .......................... 01301
28.1.d "Luapan" Ibadah ........................... 01301
Ps 28.2 Persekutuan .................................. 01302
Ps 28.3 Pelayanan .................................... 01303
Sb 28.3.a Karunia-karunia Roh ....................... 01304
28.3.b Kepemimpinan Kristen ...................... 01305
28.3.c Pelayanan di Luar Gereja .................. 01306
Ps 28.4 Kesaksian .................................... 01307
Bahan Alkitab .............................................. 01308
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01309
Kepustakaan ................................................ 01310
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
28. KEHIDUPAN GEREJA
Dalam bagian ini kita beralih dari tinjauan mengenai sifat gereja menuju tinjauan mengenai perbuatannya. Tugas dan tanggung jawab gereja ditentukan oleh sifat gereja itu. Oleh karena gereja adalah umat Allah, maka tujuan keberadaannya bukan terletak dalam dirinya, melainkan dalam pelayanannya bagi kemuliaan dan hormat Allah (
28.1 Ibadah
Ibadah (Yun. _latreia_) adalah cara yang paling jelas bagi gereja untuk memenuhi tujuannya, yakni menghormati Allah.
a. Contoh-contoh dalam Alkitab
Ibadah sering disebut atau tercermin dalam Alkitab. Ungkapannya yang terindah terdapat dalam Kitab Mazmur, yang merupakan kumpulan nyanyian rohani Perjanjian Lama.
Dalam Perjanjian Baru ada contoh-contoh ibadah (
Gereja berfungsi seperti kelompok imam yang mempersembahkan kurban syukur kepada Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
b. Unsur-unsur ibadah
_Persembahan puji-pujian_ sangat mendasar. _Firman Allah_, unsur dasar yang lain, diwarisi kepada ibadah Kristen dari sinagoge Yahudi, yang memprioritaskan pembacaan dan penjelasan hukum Taurat dalam ibadahnya (
c. Ciri-ciri ibadah
Ada tiga hal utama yang seharusnya mencirikan ibadah Kristen.
Pertama, Kristus yang hidup hadir di tengah-tengah jemaat-Nya. Ini tidak ada padanannya dalam agama lain. Orang berkumpul bukan hanya untuk mengingat saja, tetapi untuk merayakan kehadiran Tuhan, untuk bersukacita sebab Tuhan sudah menang dan untuk berjumpa dengan Dia dalam Roh melalui firman (
Kedua, Roh Kudus memberi kuasa untuk beribadah (
Ketiga, suasana kasih dalam persekutuan meliputi jemaat. Ibadah Kristen mula-mula ditandai oleh perhatian mendalam terhadap sesama dan partisipasi sungguh-sungguh dalam pertemuan jemaat (
d. "Luapan" ibadah
Ibadah tidak terbatas pada puji-pujian bersama dan pelayanan firman, tetapi seharusnya diteruskan dan dijadikan sikap seluruh hidup. Begitulah Paulus mendorong budak-budak di Kolose untuk taat dan melayani tuannya dengan rajin dan dengan segenap hati "seperti untuk Tuhan" dan karena "takut akan Tuhan" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
28.2 Persekutuan
Persekutuan (Yun. _koinonia_) berhubungan erat dengan gereja yang memuliakan Allah: "Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah" (
Persekutuan umat Allah dialaskan pada partisipasi bersama dalam kehidupan Allah (
Namun persekutuan Perjanjian Baru tidaklah tanpa diskriminasi; persekutuan dapat ditarik kembali dalam hal kelakuan yang sangat tidak pantas (
Mencolok sekali, kata _agape_ tidak dipakai umum di luar Perjanjian Baru dan gereja. Istilah umum untuk kasih (_eros_) dirasakan tidak memadai untuk menyatakan sifat hakiki kasih Kristen, yakni kasih bagi orang yang hina, kasih yang dijumpai para rasul dalam diri Yesus dan kasih yang mereka saling alami melalui Roh Kudus. Inilah sebabnya mengapa definisi _agape_ dalam Perjanjian Baru mengacu pada salib: "Inilah _agape_ (kasih) itu . . . Allah telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (
Ayat-ayat terakhir ini mengacu pada persembahan yang dikumpulkan Paulus dari gereja-gereja bukan Yahudi untuk membantu orang Kristen Yahudi di Palestina, yang menderita akibat kelaparan. Persembahan itu tidak hanya menyatakan persekutuan di antara orang-orang Kristen mula-mula, tetapi memperkokoh dan membina persekutuan tersebut.
Persekutuan dalam Perjanjian Baru juga meliputi keramahan (
Kehidupan orang Kristen mula-mula sebagai persekutuan sangat menarik bagi orang kafir zaman itu. Demikian juga pada zaman kita ini, persekutuan lokal maupun internasional merupakan syarat mutlak untuk menjamin kelangsungan hidup gereja. Hampir tidak ada hal lain yang dimiliki gereja yang lebih relevan bagi dunia ini sekarang daripada rahasia hubungan antara manusia dengan sesamanya secara tulus ikhlas. Maka ajakan untuk mengasihi merupakan salah satu tantangan yang sangat mendalam yang disampaikan Kristus kepada gereja-Nya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
28.3 Pelayanan
Gereja mula-mula merasa wajib melayani (Yun. _diakonia_ `pelayanan`), sebagai cara lain untuk memuliakan Allah (
Masih ada tiga aspek lagi ajaran Alkitab tentang pelayanan gereja.
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
a. Karunia-karunia Roh
Bersama dengan kelahiran kembali dan hidup baru, Roh Kudus memberikan kepada setiap orang percaya karunia khusus untuk pelayanan. Semua perikop Perjanjian Baru yang membahas tema ini menyatakan bahwa karunia Roh dimiliki setiap orang yang benar-benar dilahirkan kembali (
Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberi contoh-contoh karunia dan pelayanan Roh Kudus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
b. Kepemimpinan Kristen
Karunia Roh dibutuhkan secara khusus oleh orang-orang yang mendapat pelayanan khusus sebagai pemimpin dalam kelompok Kristen. Perjanjian Lama mengutamakan pelayanan oleh imam-imam (
Jabatan dan tugas pelayanan ini tidak berarti kehidupan Kristen bertingkat dua. Perbedaan antara pelayanan kaum pendeta dan pelayanan kaum awam pada dasarnya bersifat fungsional. Pekerja Kristen purna-waktu, apa pun gelarnya, tidak lebih utama atau lebih dekat kepada Tuhan dibanding dengan anggota-anggota jemaat yang awam.
Dapatkah jemaat setempat mengangkat seseorang untuk pelayanan tanpa mengacu pada gereja yang lebih luas? Ada yang berpendapat bahwa pentahbisan untuk pelayanan memerlukan otorisasi dari pimpinan sinode atau sebagainya. Sedangkan ada yang lain percaya bahwa gereja setempat boleh bertindak atas nama Kristus untuk mengangkat petugas-petugas tanpa konsultasi dengan gereja secara lebih luas. Dalam hal ini kita sebaiknya mengikuti kebiasaan yang berlaku dalam gereja kita sendiri.
Wewenang jabatan-jabatan ini berbeda-beda. Namun perlu ditegaskan bahwa Perjanjian Baru tidak mengenal jabatan imam, yang berfungsi sebagai perantara manusia kepada Allah serta menyampaikan anugerah Allah kepada orang berdosa. Dalam Perjanjian Baru kata "imam" dipakai dalam bentuk tunggal hanya untuk Yesus. Dia unik sebagai Imam Agung sebagaimana diberlakukan-Nya di Golgota, dan keunikan-Nya itu membuat imam-imam perantara lainnya tak perlu lagi. Jika seseorang mencoba bertindak sedemikian, itu merupakan penghujatan yang menolak kurban Kristus yang berlaku sekali untuk selama-lamanya, dan seolah-olah berkata bahwa kurban-Nya tidak efektif. Namun konsep keimaman masih terdapat dalam Perjanjian Baru, yakni dalam "keimaman semua orang percaya" yang menunjuk pada tugas-tugas keimaman umum dari seluruh umat Allah (
Ada bahaya besar kalau orang-orang tertentu terlalu ditinggikan dalam gereja, apakah dia ditahbiskan atau tidak. Bahaya itu dapat dihindari dengan mengakui bahwa sebenarnya pelayanan Kristen adalah pelayanan oleh Kristus sendiri. Ucapan paling mendalam yang dapat diutarakan tentang pelayanan Kristen dalam segala bentuknya ialah bahwa pelayanan itu tak lain dari pelayanan Tuhan yang bangkit di antara dan melalui umat-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
c. Pelayanan di luar gereja
Pelayanan gereja pertama-tama ditujukan kepada mereka yang tercakup dalam persaudaraan seiman (
Cara utama yang dipakai gereja dalam melaksanakan tanggung jawab itu, selain kesaksian langsung mengenai Injil, adalah membentuk pria dan wanita Kristen yang kuat dan teguh, yang kehadiran sehari-harinya mempengaruhi corak dan suasana masyarakat. Tambahan pula, kadang kala gereja akan merasa perlu untuk bertindak secara kelompok sebagai respons atas kebutuhan-kebutuhan sosial tertentu.
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
28.4 Kesaksian
Ajakan untuk bersaksi (Yun. _marturia_ `kesaksian`) merupakan pokok perintah terakhir Yesus kepada rasul-rasul (
Dalam konteks hukum, _marturia_ berarti membuat pembelaan; kesaksian lisan adalah intinya. Tentu saja perbuatan orang Kristen harus sesuai dengan perkataannya, tetapi tugas pokok yang dipercayakan Yesus kepada gereja meliputi kesaksian dengan kata-kata (
Bila bersaksi, perhatian harus ditujukan kepada karya Allah yang objektif dalam Kristus. Sayang sekali bahwa hal bersaksi itu kadang-kadang disamakan dengan menceritakan bagaimana seorang pribadi beroleh iman. Tak perlu diragukan bahwa cerita seperti itu kadang kala dapat memberi warna otentik kepada kesaksian, namun harus ditekankan bahwa inti kesaksian terletak dalam usaha mengarahkan orang kepada Kristus sambil mencoba menghadapkan mereka kepada karya-Nya untuk menyelamatan manusia.
Tugas kesaksian ini diwarisi oleh gereja Perjanjian Baru sebagai Israel baru dari tugas yang gagal direalisasikan oleh Israel dalam Perjanjian Lama (
Terlalu sering dilupakan oleh gereja, dan khususnya oleh para teolog, bahwa tulisan-tulisan luhur Perjanjian Baru ditulis oleh misionaris dan penginjil yang terlibat dalam kegiatan yang sangat sulit, berupa penginjilan dan penggembalaan yang meminta pengorbanan besar. Hanya orang yang benar-benar menghayati misi mereka dan merasakan kegairahan yang mendesak untuk meletakkan dunia di kaki Kristus, yang sanggup menilai pemikiran dan menafsirkan ajaran mereka.
Cukup banyak perdebatan terjadi mengenai hubungan antara pemberitaan dalam bentuk kata-kata dan bentuk-bentuk pelayanan Kristen lain di dunia, misalnya di bidang pendidikan, medis dan sosio-politis. Boleh dikatakan, kesaksian dalam pengertian Perjanjian Baru terutama sekali merupakan pernyataan verbal, namun kita harus sadar bahwa ini tidak mencakup seluruh tugas gereja di dunia. Perspektif yang lebih luas ini dapat disebut "misi", yang mencakup segala sesuatu yang ditugaskan kepada gereja yang diutus Allah ke dalam dunia. Dengan demikian memberi kesaksian bukanlah keseluruhan tugas gereja, walaupun tetap sentral dalam penugasannya. Tugas untuk bersaksi mengenai Injil di seluruh dunia dalam setiap generasi merupakan prioritas gereja setiap generasi. Unsur tugas gereja itu tidak boleh diturunkan menjadi sekunder saja.
Dapat dicatat bahwa tanggung jawab untuk bersaksi, yaitu mengembangkan tugas rasuli, pertama-tama terletak di tangan persekutuan rasuli, yaitu gereja. Sebagai individu, orang bertanggung jawab untuk bersaksi kepada teman, rekan dan tetangganya; namun hal itu tidak terlepas dari gereja setempat yang ditugaskan Tuhan untuk mengadakan kesaksian di tempat tersebut. Sebab itu, seharusnya jemaat setempat memampukan serta mengatur anggota-anggotanya agar menjadi saksi-saksi Kristus di dunia. Dan kiranya setiap orang Kristen melimpahkan seluruh usaha, doa dan karunianya kepada program penginjilan dari gereja atau kelompok Kristen setempat.
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
Bahan Alkitab
Ibadah:
Persekutuan:
Pelayanan:
Kesaksian:
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Prinsip-prinsip apa yang melandasi ibadah umat Allah dalam Perjanjian Lama? Sebutkanlah beberapa perbedaan dengan ibadah menurut Perjanjian Baru.
Bahaslah peranan kebebasan dan keteraturan dalam ibadah: petunjuk apa yang diberikan oleh Alkitab di sini?
Apa yang dimaksudkan dengan "persekutuan" (_koinonia_)? Selidikilah cara-cara persekutuan ini dinyatakan dalam gereja-gereja Perjanjian Baru. Apa padanannya sekarang ini?
Cobalah menilai arti pokok-pokok berikut bagi persekutuan sejati:
Apa artinya ajaran Alkitab mengenai karunia-karunia Roh dalam hubungannya dengan pelayanan di gereja?
Sebutkan syarat-syarat Perjanjian Baru untuk pelayanan-pelayanan khusus di gereja (bnd.
Bagaimana kesaksian gereja dapat memuliakan Allah?
Apa yang tercakup dalam "misi"?
Apa dasar-dasar alkitabiah bagi keterlibatan sosial orang Kristen?
Apa yang diajarkan oleh Alkitab tentang misi melalui
Selidikilah dampaknya di setiap bidang bagi tanggung jawab pribadi Anda kepada misi.
Mengenali Kebenaran -- Bab 28. Kehidupan Gereja [Indeks]
Kepustakaan (28)
Allen, Roland.
1960 _Missionary Methods -- St. Paul`s or Ours?_ (World Dominion Press).
Bavinck, J. H.
1961 _An Introduction to the Science of Missions_ (Presbyterian &
Reformed),
Blauw, J.
1974 _The Missionary Nature of the Church_ (Lutterworth).
Bridge, D. & Phypers, D.
1973 _Spiritual Gifts and the Church_ (IVP).
Copley, D.
1978 _Building with Bananas_ (Paternoster).
Douglas, J. D.
1975 _Let the Earth Hear His Voice_ (Worldwide).
Green, E. M. B.
1964 _Called to Serve_ (Hodder).
Martin, R. P.
1964 _Worship in the Early Church_ (Morgan & Scott).
Milne, B.
1978 _We Belong Together_ (IVP).
Morris, L.
1964 _Ministers of God_ (IVP).
Packer, J. I.
1961 _Evangelism and the Sovereignty of God_ (IVP).
Stott, J. R. W.
1969 _Our Guilty Silence_ (IVP).
1975a _Baptism and Fullness_ (IVP, edisi ke-2; ada juga terjemahan ke
dalam bahasa Indonesia, diterbitkan oleh YKBK).
1975b _Christian Mission in the Modern World_ (Falcon).
Indeks Bab 29: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 29 Pertumbuhan Gereja ................................ 01312
Ps 29.1 Firman Allah ................................. 01312
Sb 29.1.a Khotbah (Pemberitaan Firman) .............. 01313
29.1.b Penelaahan Alkitab Secara Pribadi ......... 01313
29.1.c Penelaahan Alkitab Berkelompok ............ 01314
Ps 29.2 Sakramen ..................................... 01315
Sb 29.2.a Baptisan .................................. 01316
29.2.b Perjamuan Kudus ........................... 01317
Ps 29.3 Doa .......................................... 01318
Ps 29.4 Persekutuan .................................. 01319
Ps 29.5 Penderitaan .................................. 01320
Bahan Alkitab .............................................. 01321
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01322
Kepustakaan ................................................ 01323
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
29. PERTUMBUHAN GEREJA
Seharusnya gereja lebih merupakan organisme daripada organisasi, artinya gereja adalah sesuatu yang hidup dan bertumbuh. Pertumbuhan itu menyangkut baik kuantitas (menambah anggota melalui pekabaran Injil) maupun kualitas (memperdalam dan mematangkan kehidupan dan imannya). Dalam pasal ini kita memperhatikan secara khusus aspek kedua itu, tetapi sebenarnya kedua dimensi itu tidak pernah dapat terpisah. Gereja yang sehat dan bertumbuh akan diberkati baik dengan penambahan orang yang baru bertobat maupun akan menjadi semakin serupa dengan Kristus. Allah telah menyediakan sarana tertentu untuk mencapai pertumbuhan ini.
29.1 Firman Allah
Sarana Allah yang paling unggul untuk memperbarui umat-Nya menurut citra Kristus adalah firman-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
a. Khotbah (pemberitaan firman)
Pembacaan dan penjelasan Alkitab oleh kuasa Roh Kudus mempunyai arti yang tak terhitung nilainya bagi pembaruan dan pertumbuhan umat Allah. Sesungguhnya kehidupan gereja setempat bergandengan dengan penjelasan firman yang diterimanya, artinya, khotbah-khotbah yang mengupas ajaran Alkitab dan menerapkannya secara relevan. Jika pengajaran dalam khotbah dangkal saja, demikian pula kehidupan gereja.
b. Penelaahan Alkitab secara pribadi
Menjadi orang Kristen yang mantap berarti harus belajar firman Allah. Karena itu, disiplin menelaah Alkitab setiap hari adalah cara pertumbuhan rohani yang nyata dan diberkati Tuhan. Membaca dan merenungkan Alkitab secara pribadi dapat membawa berkat-berkat yang tak terhitung banyaknya.
Memang harus diakui juga ada bahaya dalam kebiasaan ini, misalnya sikap yang bersifat takhyul saja bisa berkembang jika bagian Alkitab untuk dipelajari dilepaskan dari konteksnya dalam Alkitab, dan si pembaca mencoba memperoleh pesan khusus dari dalamnya yang berhubungan dengan keadaannya hari itu. Tentu saja sewaktu-waktu Allah membuat firman-Nya menjadi luar biasa relevan untuk keadaan khusus, tetapi perlu diingat bahwa seluruh Alkitab adalah firman Allah untuk manusia sepanjang waktu; kebenaran yang terkandung di dalam setiap ayat adalah bagian dari keseluruhan kebenaran dalam konteks alkitabiah dan teologis (lihat di atas: ps 3.6). Prinsip-prinsip penafsiran yang tepat harus dipakai dalam usaha pribadi untuk mengerti Alkitab, bukan hanya dalam usaha di depan umum.
Perlu juga menjaga terhadap bahaya lain, yaitu menganggap bahwa kita layak menerima berkat Tuhan karena sudah memenuhi kewajiban sehari-hari untuk belajar Alkitab; atau sebaliknya, bahaya merasa salah dan yakin bahwa "hari ini pasti kacau" karena tidak sempat mempelajari Alkitab. Allah yang berdaulat dalam kemuliaan tidak bergantung pada usaha kita yang lemah. Tanpa itu pun Dia dapat memberlakukan maksud-Nya dalam kehidupan kita, untuk melindungi dan memberkati menurut kemurahan-Nya.
Namun demikian, janganlah kita membiarkan bahaya-bahaya ini menghalangi kebiasaan seumur hidup untuk mempelajari firman Allah setiap hari, suatu kebiasaan yang tak ternilai manfaatnya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
c. Penelaahan Alkitab berkelompok
Kita melihat adanya kelompok penelaahan Alkitab informal dalam Perjanjian Baru (
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
29.2 Sakramen
"Sakramen" (Lat._ sacramentum_) secara sederhana dapat disebut "ungkapan lahir dan nyata dari anugerah batin dan tidak nyata" (Katekismus gereja Anglikan). Jika istilah ini dibatasi pada yang diperintahkan oleh Kristus, hanya ada dua sakramen: baptisan dan perjamuan kudus. Ada yang menganggap bahwa hal ini ditegaskan dalam dua ketetapan Perjanjian Lama yaitu sunat dan Paskah.
Pada Konsili Trent (1545-63) Gereja Roma Katolik mengaku tujuh sakramen, karena mereka menambahkan hukuman dosa (_penitentia_), pentahbisan imam, pernikahan, peneguhan sebagai anggota jemaat dan pemberian minyak kepada orang pada saat meninggal. Mungkin saja acara-acara seperti itu ada gunanya dalam kehidupan gereja, namun tidak ada dukungan dalam Alkitab untuk menganggapnya sakramen. Sedangkan orang Kristen Menonit mengenal satu sakramen tambahan, yaitu "pembasuhan kaki" berdasarkan
Ada juga orang Kristen, seperti Bala Keselamatan, yang tidak melaksanakan sakramen, bahkan mereka melawan usaha untuk menghargai sakramen secara berlebihan atau membatasi anugerah Allah kepadanya. Namun kebanyakan orang Kristen berpendapat bahwa ini tidak cukup sebagai alasan untuk mengabaikan perintah Kristus untuk melaksanakan sakramen.
Sakramen mempunyai tiga unsur utama, yakni tanda, anugerah dan hubungan antara kedua-duanya.
_Tanda yang dilihat_ berupa air pada baptisan dan roti serta anggur pada perjamuan kudus.
_Anugerah yang tidak dilihat_ ditunjukkan oleh sakramen itu. Banyak orang Kristen ingin menambahkan di sini bahwa sakramen memeteraikan anugerah itu (menjaminnya) bagi orang percaya. Dalam hal baptisan, anugerah ini adalah "permandian kelahiran kembali" (
_Hubungan sakramental_ antara tanda yang dilihat dan anugerah yang tidak dilihat diartikan menurut berbagai cara. Pada satu ekstrim, ada yang menganggap tanda dan anugerah itu identik; sedangkan pada ekstrim yang lain, hubungan antara tanda dan anugerah diartikan hanya secara simbolis. Yang terakhir itu sering dihubungkan dengan reformis abad ke-16, Zwingli. Ayat-ayat utama yang menyatakan bahwa Kristus menetapkan baptisan dan perjamuan kudus juga menyebut hal mengajar (
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
a. Baptisan
Perjanjian Lama menyebutkan upacara penyucian atau acara lain yang menggunakan air untuk menyatakan pembersihan dari polusi dan rasa bersalah karena dosa (
Dalam konteks langsung misi Yesus, baptisan yang dilaksanakan oleh Yohanes (
Yesus sendiri dibaptiskan oleh Yohanes. Ini menimbulkan pertanyaan mengapa Dia harus dibaptis sebagai tanda pertobatan, sedangkan Dia tak berdosa, suatu hal yang juga membingungkan Yohanes (
Yesus mengizinkan murid-murid-Nya untuk membaptis pada permulaan pelayanan umum-Nya ketika Yohanes masih aktif (
Sebagai Tuhan yang telah bangkit Yesus mengutus gereja untuk menjadikan bangsa-bangsa sebagai murid-Nya dan membaptisnya dalam nama Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus (
Arti baptisan
Baptisan adalah _pengakuan iman dalam Kristus _(
Baptisan adalah _mengalami persekutuan dengan Kristus_ (
Baptisan adalah _penyerahan diri untuk hidup bagi Kristus_ (
Baptisan adalah _janji penggenapan melalui Kristus_ (
Baptisan dan gereja
Pada zaman Perjanjian Baru tidak ada orang Kristen yang tidak termasuk salah satu gereja atau persekutuan Kristen, karena respons kepada Injil dengan baptisan membawanya ke dalam persekutuan dengan kelompok umat Kristen setempat. Kesulitan sekarang untuk menerapkan ajaran ini pada masa kini adalah karena baptisan dipisahkan dari pertobatan (pengakuan menjadi pengikut Kristus) sehingga sering kali bertahun-tahun memisahkannya. Kita juga terhambat karena "gereja" sudah mendapat struktur berlembaga dan tidak lagi hanya persekutuan hidup dari orang-orang dalam Kristus seperti dulu.
Baptisan dan Roh Kudus
Sejumlah ayat menunjukkan kaitan antara baptisan dengan air dan baptisan dengan Roh (
Siapa yang boleh dibaptis?
Ajaran di atas akan diterima oleh orang Kristen yang termasuk dalam beraneka ragam gereja (denominasi), tetapi ada satu pokok perbedaan dasar yang masih perlu disebut. Apakah baptisan itu terbatas untuk orang yang menyatakan iman dalam Kristus, ataukah baptisan dapat dilaksanakan juga kepada anak-anak orang percaya? Dalam Perjanjian Baru baptisan agaknya dilaksanakan bagi orang yang menyatakan iman pribadi mereka, sehingga masalahnya menjadi: dukungan Alkitab apa yang dapat dikemukakan untuk pembaptisan anak? Di bawah ini diberikan beberapa argumentasi yang sering dipakai.
Menurut beberapa orang ada dua sakramen dalam Perjanjian Lama, yakni sunat dan Paskah. Di dalam Perjanjian Baru baptisan menggantikan sunat sebagai upacara permulaan, dan perjamuan kudus menggantikan Paskah sebagai upacara persekutuan. Sunat dilakukan dalam keluarga setelah bayi laki-laki berumur delapan hari (
Tetapi masalahnya ialah, apakah ini penafsiran yang tepat dari
Dalam Perjanjian Baru ada berbagai laporan tentang baptisan terhadap seluruh anggota rumah tangga (
Paulus berbicara tentang anak-anak orang percaya dan menyebutnya "suci" (
Beberapa orang menyokong baptisan anak karena menganggapnya cara yang unik untuk menunjukkan kemurahan Allah yang bersedia menyelamatkan bahkan sebelum objek rahmat-Nya (anak) mendapat kesempatan untuk menunjukkan iman. Sedangkan mereka yang menentang pendapat ini mempertanyakan apakah pemisahan antara rahmat dan iman itu sesuai dengan ajaran Perjanjian Baru mengenai anugerah ataupun iman.
Demikianlah beberapa alasan untuk membaptis anak dan jawaban terhadapnya yang sering didengar. Pada akhirnya pokok perselisihan yang hakiki adalah soal kesinambungan dan perbedaan antara perjanjian yang lama dan yang baru.
Pada satu pihak, ada orang yang membatasi baptisan hanya pada orang percaya (aliran "baptis", yaitu gereja Baptis, Pentakosta dan lain-lain). Orang itu perlu merenungkan apakah mereka benar-benar memberi tempat pada unsur kesinambungan antara kedua perjanjian itu. Jika kesinambungan ini dianggap penting, maka fakta bahwa Perjanjian Baru tidak menyinggung masalah ini mendukung hal baptisan anak-anak, sejajar dengan penyunatan anak-anak, sama seperti kalau hal itu jelas disebutkan.
Pada pihak lain, ada orang yang membaptis anak orang percaya (aliran "paedo-baptis", mencakup gereja Kalvinis dan Lutheran, Metodis dan Anglikan, demikian juga gereja Roma Katolik). Sebaiknya orang itu juga bertanya pada dirinya apakah mereka pernah mempertimbangkan unsur perbedaan antara kedua perjanjian itu. Apakah perjanjian baru yang mereka anut benar-benar _baru_? Apakah mereka sudah merenungkan fakta bahwa kerajaan Allah sudah dekat dan Mesias sudah datang, dengan segala dampaknya bagi arti iman? Jika tidak, fakta bahwa Perjanjian Baru tidak menyinggung baptisan anak-anak merupakan kesulitan serius.
Orang Kristen masih tidak sependapat mengenai soal ini. Tetapi janganlah kita mengabaikan kenyataan bahwa Allah telah memberkati pelayanan hamba-hamba-Nya dari kedua belah pihak perselisihan, misalnya Luther dan Wesley (dari aliran "paedo-baptis") serta Spurgeon dan Billy Graham (dari aliran "baptis"). Pada zaman modern ada banyak orang Kristen yang berpendapat "paedo-baptis" dan banyak juga yang berpendapat "baptis". Sekalipun kita berbeda pendapat namun kita harus saling menghargai. Tidak perlu ada perselisihan fanatik mengenai masalah ini.
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
b. Perjamuan kudus
Sakramen Kristen kedua ini diberi berbagai nama, antara lain: perjamuan kudus, perjamuan malam, pemecahan roti, ekaristi, komuni, misa. Asalnya dari perjamuan malam terakhir, ketika "pada malam waktu Ia diserahkan" (
"Inilah tubuhKu . . . Cawan ini adalah perjanjian baru . . . perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" (
Pada abad pertama orang Yahudi melihat hubungan antara makan Paskah dan peristiwa keluaran yang dilukiskannya (
Kebanyakan bahasa Eropa harus menambah kata yang berarti "adalah" pada kalimat "roti ini tubuh-Ku" dan karena itu timbul teori yang menyamakan roti dan anggur dengan daging dan darah Yesus yang sesungguhnya, seolah-olah roti "adalah" (sama dengan) tubuh Yesus dan anggur adalah darah-Nya. Hal ini sama sekali tidak benar. Tetapi pandangan ekstrim yang lain, yang hanya melihat perjamuan kudus sebagai peringatan simbolis, semacam Hari Pahlawan versi Kristen, juga tidak memuaskan karena agaknya ada hubungan batin yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dalam kematian-Nya dan bukan hanya peringatan bersifat mental (bnd.
Perjanjian yang lama antara Allah dan Israel sudah lama dirusakkan oleh ketidaktaatan dan kemurtadan bangsa itu (
"Cawan" perjanjian mempunyai berbagai hubungan dalam Perjanjian Lama. Pada umumnya cawan itu mengacu pada hubungan manusia dengan Allah. Kalau hubungan ini positif, manusia beriman menikmati piala yang penuh melimpah (
Orang Yahudi harus mengadakan perjamuan Paskah setiap tahun dan setiap kali mengakui ketergantungan mereka atas karya penebusan yang bersejarah itu serta menggunakan manfaatnya (
Setiap laporan tentang perjamuan itu mengarahkan pikiran ke depan pada akhir zaman. Menurut Matius dan Markus, Yesus mengatakan bahwa Ia tidak akan minum hasil pokok anggur sampai Ia minum yang baru dalam kerajaan yang akan datang (
Ada empat garis penafsiran utama dalam gereja tentang pengertian tentang perjamuan kudus, yakni pandangan Roma dan tiga pandangan Protestan.
Pandangan Roma
Dalam misa, unsur-unsur roti dan anggur dikuduskan oleh imam, yang menurut peraturan sudah ditahbiskan dalam garis keturunan dari para rasul. Dengan demikian, menurut pandangan Roma, roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Memang rasa dan bentuknya masih tetap sama, tetapi substansi atau sarinya tidak lain dari tubuh dan darah Kristus sebenarnya. Secara teknis ini dikenal sebagai "transubstansiasi". Sebagai pengakuan akan hal ini, imam mengangkat hosti (Lat. _hostia_ `kurban persembahan`) untuk disembah oleh jemaat. Mereka yang mengambil bagian dalam sakramen dikatakan telah dijamu dari tubuh dan darah Kristus sendiri. Dasar pandangan ini berasal dari filsuf Yunani, Aristoteles, dan menuruti kerangka acuan yang gagasannya asing sekali bagi seorang Yahudi seperti Yesus. Lagi pula pandangan ini mengaburkan, bahkan menentang, penegasan yang sangat menentukan bahwa satu-satunya kurban pendamaian yang berlaku sudah dipersembahkan sekali untuk selama-lamanya di Golgota (
Pandangan Luther
Luther menolak "transubstansiasi". Menggantikan pandangan itu ia mengemukakan bahwa tubuh dan darah Kristus ada "dalam" dan "di bawah" unsur roti dan anggur. Tidak ada perubahan dalam substansi unsur-unsur itu, tetapi pada waktu menerimanya jemaat sesungguhnya menerima tubuh Kristus yang sudah dimuliakan dan memang ada di mana-mana. Dengan demikian, Kristus benar-benar hadir dalam Perjamuan, dilokalisasi dalam unsur-unsur roti dan anggur yang tidak berubah sifatnya.
Pandangan Zwingli
Menurut pandangan ini perjamuan hanya bersifat simbolis. Secara hidup, sakramen ini mengingatkan jemaat akan apa yang dilakukan Kristus baginya di kayu salib dan dia diajak untuk kembali menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam terang salib. Kristus hadir hanya dengan pengertian bahwa Ia selalu hadir dengan orang percaya melalui Roh Kudus yang mendiami manusia.
Pandangan Calvin
Calvin mengemukakan bahwa Kristus benar-benar menjadi jamuan, kalau peserta perjamuan datang dengan iman yang tulus. Kristus seutuhnya, daging maupun roh, yang dijamukan. Namun penekanan jatuh pada segi spiritual dan mistik dari persekutuan dengan Kristus melalui Roh Kudus. Oleh Roh Kudus, gereja mengalami persekutuan dalam perjamuan dengan kepala gereja yang dimuliakan, Tuhannya, dan makan dari-Nya untuk memupuk imannya.
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
29.3 Doa
Dalam Perjanjian Lama terdapat sejumlah besar contoh tentang Allah yang memberkati bangsa-Nya sebagai jawaban atas doa mereka (
Nasihat untuk berdoa bergema dalam tulisan-tulisan rasuli (
Doa seharusnya tidak dilalaikan, baik secara bersama maupun secara perorangan. Janji akan berkat khusus dihubungkan dengan doa bersama (
Alkitab menjanjikan bahwa doa yang demikian didengar dan Allah berkenan mengabulkannya. Jawaban atas doa mungkin tidak selalu seperti yang kita harapkan, tetapi kita boleh yakin bahwa pemberian Allah kepada orang yang berdoa merupakan hal terbaik untuk kepentingannya sebagai ungkapan kasih-Nya yang paling dalam. Selain itu, ada semacam anugerah bila kita menyisihkan waktu untuk berhubungan dengan Allah dalam doa. Anugerah itu tidak langsung nyata dan tidak dapat langsung diukur dan ada baiknya demikian, agar kita tidak mencari Allah hanya untuk apa yang bisa didapatkan dari-Nya. Namun sejarah Kristen membenarkan bahwa kehidupan yang dibina dengan berdoa secara teratur dan sungguh-sungguh adalah kehidupan yang akan banyak mengenal damai dan kuasa Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
29.4 Persekutuan
Persekutuan dengan orang lain dalam tubuh Kristus mendatangkan anugerah yang ampuh bagi orang Kristen. Allah tidak pernah bermaksud agar orang Kristen hidup menyendiri dan mencoba untuk hidup seperti itu adalah bodoh (
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
29.5 Penderitaan
Gereja terpanggil untuk mengikuti Kepala dan Tuhannya, khususnya dalam penderitaan dan penolakan (
Dalam menggenapkan rencana-Nya untuk membentuk gereja menurut citra Tuhan dan memperluas kesaksiannya agar semakin lengkap di dunia, Allah memakai penderitaan, baik secara berkelompok maupun perorangan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
Bahan Alkitab
Firman Allah:
Baptisan:
Perjamuan kudus:
Doa:
Persekutuan:
Penderitaan:
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Menurut Anda apa artinya "cara mendapatkan anugerah"? Berdasarkan Alkitab, tunjukkan peranan apa yang dipegangnya dalam pertumbuhan umat Allah.
"Gereja tidak dapat bertumbuh lebih tinggi daripada tingkat keterangan tentang firman yang diterima melalui khotbah". Bahaslah!
Selidikilah manfaat dan masalah yang berhubungan dengan
Apa "sakramen"? Jelaskan dasar alkitabiah dari pandangan bahwa ada dua, dan hanya dua, sakramen saja.
Peranan apa yang harus disediakan dalam liturgi perjamuan kudus untuk
Apa yang dapat dipelajari tentang baptisan dari
Perjanjian Lama, dan
Yesus?
Apa argumentasi alkitabiah yang dikemukakan untuk mendukung pembaptisan anak-anak? Apakah hal-hal itu cukup meyakinkan Anda? Selidikilah kemungkinan persekutuan sejati dan kerjasama bagi mereka yang tidak sependapat mengenai masalah ini.
Dengan cara apa persekutuan dan penderitaan mendapatkan anugerah? Tunjukkan nilainya dengan gambaran dari
Mengenali Kebenaran -- Bab 29. Pertumbuhan Gereja [Indeks]
Kepustakaan (29)
Beasley-Murray, G. R.
1972 _Baptism in the New Testament_ (Paternoster).
Berkouwer, G. C.
1962 _The Sacraments_ (Eerdmans).
Bounds, E. M.
1954 _Power through Prayer_ (Marshall, Morgan & Scott).
Bonar, H.
1966 _When God`s children suffer_ (Evangelical Press).
Bridge, D. & Phypers, D.
1977 _The Water that Divides_ (IVP).
Fraser, J. O.
1963 _The Prayer of Faith_ (CIM).
Hallesby, O.
1961 _Prayer_ (IVP).
Kevan, E. F.
1966 _The Lord`s Supper_ (Evangelical Press).
Kingdon, D.
1973 _Children of Abraham_ (Carey Publications).
Lloyd-Jones, D. M.
1971 _Preaching and Preachers_ (Hodder).
Marcel, P. C.
1953 _The Biblical Doctrine of Infant Baptism_ (James Clarke).
Martin, R. P.
1964 _Worship in the Early Church_ (Marshall, Morgan & Scott).
Milne, B.
1978 _We Belong Together_ (IVP).
Murray, J.
1952 _Christian Baptism_ (Presbyterian & Reformed).
Packer, J. I.
1963 _Eucharistic Sacrifice_ (Church Book Room Press).
Ryle, J. C.
1964 _Knots United_ (James Clarke).
Sproul, R. C.
1980 _Knowing God`s Word_ (Scripture Union).
Spurgeon, C. H.
1977 _Lectures to My Students_ (Baker).
Stott, J. R. W.
1961 _The Preacher`s Portrait_ (Tyndale Press).
Stibbs, A. M.
1950 _Understanding God`s Word_ (IVP).
1955 _Obeying God`s Word_ (IVP).
1960 _Expounding God`s Word_ (IVP).
1962 _Sacrament, Sacrifice and Eucharist_ (Tyndale).
Indeks Bab 30: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 30 Gereja dalam Sejarah .............................. 01325
Ps 30.1 Bentuk-bentuk Organisasi ..................... 01325
Sb 30.1.a Episkopal ................................. 01325
30.1.b Presbiterial .............................. 01326
30.1.c Kongregasional (Independen) ............... 01327
30.1.d Kesimpulan ................................ 01328
Ps 30.2 Perspektif Sejarah ........................... 01329
Sb 30.2.a Abad-abad Pertama ......................... 01329
30.2.b Abad Pertengahan .......................... 01330
30.2.c Reformasi ................................. 01330
30.2.d Zaman Modern .............................. 01331
Ps 30.3 Masa Depan Gereja ............................ 01332
Bahan Alkitab .............................................. 01333
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01334
Kepustakaan ................................................ 01335
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
30. GEREJA DALAM SEJARAH
30.1 Bentuk-bentuk organisasi
Kita dapat membedakan tiga pola umum, walaupun ada banyak kelompok yang tidak sepenuhnya tergolong salah satu pola tersebut.
a. Episkopal
Kata "episkopal" berarti pimpinan oleh para uskup (_episkopos_). Ini merupakan pola yang diikuti oleh gereja Anglikan dan, dengan modifikasi, gereja Lutheran dan Metodis. Mereka mengenal pelayanan rangkap tiga yang mencakup uskup, pendeta dan diaken. Dalam praktiknya, para diaken biasanya adalah pendeta dalam masa percobaan. Hanya para uskup yang boleh mentahbiskan yang lain untuk pelayanan, dan suksesi mereka harus ditelusuri kembali melintasi abad-abad yang lampau. Sistem ini tidak bisa dinyatakan alkitabiah dalam pengertian bahwa Alkitab mengajarkan sistem organisasi gereja seperti itu. Kini sudah diterima secara umum di antara para ahli dari semua tradisi bahwa kata Yunani _episkopos_ (uskup) dan _presbuteros_ (penatua) adalah padanan dalam Perjanjian Baru (
Pada pihak lain, gereja episkopal mengemukakan dua faktor penting untuk mendukung tradisi mereka. Pertama, adanya pelayanan di gereja mula-mula yang melampaui pelayanan jemaat setempat. Para rasul adalah contoh terbaik; dan rupanya para nabi kadang-kadang juga bekerja dengan cara demikian. Timotius, Titus dan Yakobus dianggap sebagai contoh pelayanan Perjanjian Baru "dimensi ketiga" ini, karena mereka jelas diberi tanggung jawab atas sejumlah jemaat. Kedua, sudah hampir pasti bahwa pelayanan rangkap tiga ini mempunyai sejarah yang dimulai tak lama sesudah zaman rasuli, dan menjelang pertengahan abad kedua sudah menjadi pola pelayanan Kristen hampir di mana-mana. Ketika gereja dihadapkan pada ajaran sesat di dalam lingkungan sendiri dan penganiayaan dari luar, pimpinan resmi diperkuat, khususnya jabatan uskup, untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Karena itu pola ini merupakan bentuk pelayanan yang telah memberi manfaat besar kepada gereja selama berabad-abad.
Gereja Roma Katolik juga mengikuti paham episkopal. Ciri unik dari organisasinya adalah keunggulan uskup Roma, yakni Paus. Perbedaan dengan gereja Reformasi juga terdapat dalam pengertiannya mengenai pendeta sebagai imam yang berhak mempersembahkan kurban, suatu pengertian yang juga terdapat pada gereja Ortodoks Yunani dan aliran Anglo-Katolik dalam gereja Anglikan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
b. Presbiterial
Pimpinan oleh para penatua (_presbuteros_) merupakan ciri khas gereja-gereja Calvinis di seluruh dunia. Biasanya para penatua membentuk satu badan pusat seperti majelis nasional dan dewan-dewan setempat dengan wewenang di wilayah geografis yang lebih kecil. Suatu bentuk presbiterial juga berlaku di gereja setempat yang dipimpin oleh sekelompok penatua. Bentuk ini dikatakan mendapat dukungan langsung dari Perjanjian Baru, yaitu tentang mengangkat penatua-penatua di jemaat-jemaat setempat. Pejabat-pejabat ini muncul dalam konsultasi dengan para rasul pada sidang Yerusalem dalam Kisah Para Rasul
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
c. Kongregasional (independen)
Dalam pola ini kepemimpinan ditangani oleh seluruh jemaat setempat (dari Ing. _congregation_ `jemaat`). Pola ini diikuti oleh gereja Baptis, gereja Kongregasional, sebagian besar gereja Pentakosta dan beberapa gereja independen lain. Jemaat setempat adalah kesatuan dasar: tidak ada pejabat atau badan gerejawi yang berhak memerintahnya. Segala urusan dan kebijaksanaan penting diserahkan kepada seluruh jemaat untuk memberi keputusan terakhir. Dalam hal ini pendeta, diaken dan penatua (kalau ada) setingkat dengan anggota lain. Masing-masing jemaat bebas mencari kehendak Tuhan tanpa campur tangan dari jemaat atau badan lain, walaupun dalam praktiknya kebanyakan gereja independen berkerja sama dengan yang lain dalam masalah yang menyangkut mereka bersama. Pentahbisan pendeta dapat dilaksanakan tanpa melibatkan gereja lain, walaupun dalam praktiknya hal ini jarang terjadi; bahkan banyak "kongregasionalis" menganggap perwakilan yang lebih luas penting. Pelayanan biasanya rangkap dua -- pendeta dan diaken -- meskipun dalam beberapa jemaat tanggung jawab rohani dipegang oleh pendeta bersama dengan sejumlah penatua. Ada juga beberapa jemaat kongregasional yang tidak mengangkat pendeta, dan para penatua melayani firman dan sakramen.
Pendukung-pendukung pandangan ini mengacu pada peranan jemaat setempat dalam Perjanjian Baru. Sebagaimana telah kita lihat, Alkitab membahas sifat gereja berhubungan dengan jemaat setempat maupun tentang gereja secara keseluruhan. Agaknya dalam Perjanjian Baru kehidupan jemaat setempat tidak dikendalikan oleh badan-badan yang lebih tinggi atau pejabat dari luar jemaat itu, kecuali oleh para rasul dan wakil-wakil pribadi mereka seperti Titus dan Timotius. Pandangan ini dilandasi oleh keyakinan bahwa Kristus sebagai kepala gereja senantiasa ada di tengah-tengah umat-Nya dan berkuasa untuk menyampaikan kehendak-Nya tanpa perantaraan seseorang atau suatu kelompok.
Dalam praktik, pola kongregasionalis mengakui manfaat persekutuan dan kerja sama antar gereja, asalkan tidak membatasi kebebasan dan tanggung jawab jemaat setempat untuk mencari dan melakukan kehendak Tuhan dalam urusan jemaat itu.
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
d. Kesimpulan
Dari uraian yang singkat ini tentang pola episkopal, presbiterial dan kongregesional, jelaslah tidak ada pola tunggal yang dapat dikatakan didukung oleh Alkitab secara gamblang. Ini tidak berarti bahwa bukti Alkitab harus dikesampingkan dan persoalan ini diputuskan berdasarkan alasan-alasan pragmatis. Namun, dalam menjadi anggota tubuh Kristus, kita harus memilih gereja yang mengikuti salah satu pola organisasi tersebut. Tanpa komitmen demikian, keanggotaan jemaat tidak ada artinya. Tetapi setiap orang Kristen harus mengakui bahwa pengertiannya terbatas, dan memberi kelonggaran dalam hal-hal yang tidak menentang ajaran Alkitab. Kasih adalah ciri khas umat Allah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
30.2 Perspektif sejarah
a. Abad-abad pertama
Pada masa sesudah zaman rasuli, gereja diartikan sebagai umat Allah, persekutuan rohani baru orang-orang yang percaya kepada Yesus. Orang boleh menjadi anggotanya melalui baptisan. Mereka membentuk semacam bangsa ketiga di samping dan yang berlainan dengan orang Yahudi dan orang kafir, dan mereka dikenal karena norma-norma moralnya yang tinggi dan kehidupan persekutuan yang rapat sekali.
Selama abad kedua, perubahan-perubahan nyata mulai terjadi. Timbulnya ajaran-ajaran sesat memaksa mereka untuk memastikan batas-batas yang jelas. Tradisi-tradisi rasuli dipertahankan oleh para uskup yang dilihat sebagai pewaris para rasul. Hal ini menjurus pada pembentukan struktur-struktur yang tersentralisasi. Sifat gereja yang pada asalnya bersifat spiritual bergeser dan diganti dengan gereja sebagai lembaga lahiriah. Pergantian ini tidak tanpa perlawanan. Montanisme (abad kedua), Novatianisme (abad ketiga) dan Donatisme (abad keempat) dengan cara-cara yang berbeda berusaha mengembalikan kemurnian moral dan spiritual semula.
Pimpinan gereja pada umumnya menolak gerakan-gerakan ini dan pergeseran terus terjadi. Cyprianus, yang menulis kira-kira pada pertengahan abad ketiga, berpendapat bahwa mengundurkan diri dari gereja nyata sama dengan melepaskan keselamatan. Seabad kemudian, Augustinus mengakui bahwa gereja sejati adalah persekutuan tidak nyata dari orang-orang yang dipilih oleh Allah, yang kudus, yang memiliki Roh Kudus dan yang dikenal karena kasih mereka yang sejati. Namun demikian ia berpendapat bahwa gereja sejati itu terdapat di dalam gereja Katolik, yang memegang wewenang rasuli melalui garis pergantian uskup dalam sejarah. Menurut dia, hanya dalam lingkungan gereja seseorang dapat dipenuhi dengan kasih ilahi dan menerima Roh Kudus melalui sakramennya.
Pada abad-abad permulaan, gereja Kristen terpecah menjadi gereja Timur (Ortodoks) dan Barat. Asal-usul perpecahan terletak dalam pembagian kekaisaran Roma secara administratif dan politis, tetapi secara gerejawi perpecahan itu disebabkan oleh kegagalan menyelesaikan pertikaian mengenai pribadi Kristus seusai Konsili di Kalkedon. Gereja-gereja Timur lebih bersimpati pada pandangan Nestorius (bnd. di atas: ps 17.1.f) dan pandangan Monofisit (bahwa hanya ada satu kodrat dalam diri Kristus). Mereka juga berbeda pendapat tentang Roh Kudus, yang dikatakan keluar hanya dari Bapa, sedangkan pihak Barat menegaskan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
b. Abad pertengahan
Pada abad pertengahan gereja merupakan landasan masyarakat seluruhnya, sehingga tidak dianggap perlu adanya pembenaran teoretis. Dua perkembangan khusus dapat dicatat.
Yang pertama menyangkut tradisi bahwa Petrus diunggulkan di atas rasul-rasul lain dan menjadi uskup Roma pertama. Kepada tradisi tersebut ditambahkan pernyataan bahwa wewenang tertinggi itu diteruskan kepada pewaris-pewaris Petrus yang menjadi uskup Roma. Paus dinyatakan sebagai "uskup sedunia" pada awal abad ketujuh. Perkembangan kepausan ini ditentang di Timur dan mengakibatkan pemisahan lagi antara gereja Ortodoks dan gereja Barat.
Kedua, gereja Katolik yang nyata semakin disamakan dengan kerajaan Allah. Pandangan ini, yang didasarkan pada salah pengertian tentang pemikiran Augustinus, dikembangkan lebih jauh dengan penyebarkan dua dokumen palsu dari abad kesembilan yang menyatakan bahwa pengertian ini sudah diterima pada zaman kuno. Sebagai akibatnya, orang semakin mengupayakan supaya urusan kebudayaan dan politis ditempatkan di bawah wewenang gereja.
c. Reformasi
Dalam gereja pada abad keenam belas ada kebiasaan mengeluarkan surat penghapusan siksa atas dosa. Keberatan terhadap surat-surat itu segera meluas sampai mempersoalkan sifat gereja itu sendiri. Dipimpin oleh Martin Luther, para reformis mempertanyakan seluruh struktur gereja yang diwarisi dari abad pertengahan dan mempertahankan Injil keselamatan yang berdasar hanya pada anugerah Allah. Mereka ingin memperbarui gereja dari dalam, tetapi ketika ternyata hal itu tidak mungkin maka mereka keluar dari lingkungan Roma dan membentuk jemaat-jemaat baru. Dari sini kemudian muncul gereja-gereja Protestan. Pengertian Reformasi tentang gereja mengharuskan penulisan kembali buku-buku pelajaran teologi abad-abad terdahulu. Reformasi tidak menghasilkan satu pandangan umum mengenai gereja, tetapi suatu pendekatan tunggal yang meliputi beberapa tafsiran yang berbeda.
Luther menolak ajaran Roma tentang ketidakkhilafan gereja di bawah pimpinan Paus, demikian juga ajarannya tentang keimanan dan sakramen. Ia memulihkan kembali pengertian gereja sebagai persekutuan rohani orang-orang percaya, yang semua adalah imam. Calvin menambahkan penekanan pada disiplin dan fungsi pendidikan dari gereja. Ia berusaha mengubah seluruh masyarakat Jenewa atas dasar firman Allah.
Pandangan ketiga tentang gereja yang muncul pada waktu itu dapat dikatakan paling berpengaruh. Inilah pandangan anabaptis, yang dinamakan begitu karena mereka hanya membaptis orang percaya saja dan karena itu mereka membaptis kembali (Yun. _ana_) orang yang dibaptis waktu anak-anak. Walaupun ada sejumlah anggota anabaptis bertindak kurang waras dan menerima banyak sorotan, namun pada umumnya mereka mempunyai pandangan yang bijaksana dan kesalehan yang mengesankan. Mereka mengupayakan suatu reformasi yang lebih radikal lagi daripada reformasi Luther dan Calvin, dengan membentuk suatu gereja sektarian yang terdiri dari orang-orang yang menyatakan beriman dan memberi bukti tentang realitasnya. Ketetapan-ketetapan gereja dan hirarki pelayanan dianggap kurang penting dan pengalaman langsung seseorang akan anugerah Allah diberikan tempat sentral. Orang anabaptis mengajarkan pemisahan sepenuhnya dari gereja dan negara.
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
d. Zaman modern
Dari Reformasi muncullah cabang-cabang utama Protestantisme yang berkembang di samping tradisi Roma yang berlangsung terus. Dari banyak faktor penting periode terakhir, beberapa dapat dicatat.
Gagasan bahwa gereja dan negara adalah sama, terus digempur. Meskipun dalam banyak negara Barat salah satu dari gereja-gereja Reformasi diberi hak istimewa sebagai gereja "nasional", namun di negera-negera itu masa kini agama makin menjadi soal keyakinan pribadi saja.
Gerakan misi telah membawa Injil ke ujung dunia. Dampak usaha penuh pengorbanan dan visi ini ialah bentuk gereja sekarang ini sebagai persekutuan Kristen internasional.
Terkait dengan gerakan misi itu adalah gerakan ekumenis internasional, yang mengakibatkan dibentuknya Dewan gereja-gereja sedunia (DGD) pada tahun 1948. Gerakan ini menyangkal usaha mempersatukan orang Kristen sedunia, namun secara konsisten menganjurkan kegiatan-kegiatan ke arah itu. Akhir-akhir ini jalannya agak susah, alasannya antara lain karena badan ini telah memperjuangkan beberapa sikap teologi yang radikal dan heterodoks.
Ada tanda-tanda perubahan dalam gereja Roma Katolik. Selama tiga abad sesudah Reformasi dan Konsili Trent (1545-63), gereja Katolik mengikuti jalannya sendiri dan menolak gagasan-gagasan Reformasi. Namun suatu "katolisisme baru" telah muncul, khususnya sejak Konsili Vatikan II (1962-65) yang dipanggil oleh Paus Yohanes XXIII. Sikap terbuka terhadap pengaruh-pengaruh modern berlangsung terus pada tahun-tahun sesudah Vatikan II, termasuk di dalamnya kontak dengan gereja-gereja Protestan. Namun, kendatipun sebagian pihak Katolik lebih terbuka terhadap pengaruh kebudayaan dan dialog dengan orang Kristen dari tradisi lainnya, sikap resmi Roma mengenai beberapa ajaran pokok tidak berubah.
Selama tahun-tahun terakhir ini telah muncul gereja-gereja dan kelompok-kelompok Kristen independen yang berkembang di seluruh dunia. Kebanyakan dari mereka bersifat Pentakosta dalam pengalaman pribadi dan bentuk ibadah. Mereka sangat mengutamakan ajaran Alkitab dan sering menunjukkan semangat besar untuk pekabaran Injil, kehidupan berkorban, sifat tidak kaku dalam struktur dan keterbukaan untuk menerima pimpinan langsung dari Allah. Begitu juga gereja-gereja dan kelompok-kelompok ini tidak merasa terikat pada tradisi atau bentuk iman Kristen yang dianut oleh gereja-gereja yang lebih besar dan bersejarah. Gereja semacam ini sangat mencolok di Barat dan Timur, di Utara dan Selatan.
Materialisme, khususnya di negara industri Barat, telah mengakibatkan sekularisasi kehidupan dan karena itu keyakinan Kristen melemah secara mendalam dibandingkan generasi-generasi terdahulu. Dampak proses ini masih terus terasa, khususnya oleh mereka yang dahulu menganjurkan bentuk kekristenan "liberal". Di dunia sekarang ini, orang tidak tertarik lagi akan versi iman Kristen yang tidak tegas dan sudah melepaskan sifat supernaturalnya. Untung saja bahwa banyak gereja di dunia ketiga masih mempertahankan kegairahan iman yang jelas merupakan kelanjutan dari kekristenan zaman-zaman terdahulu. Ada juga getaran-getaran harapan dalam gereja-gereja lama dengan ditemukannya kembali wibawa Alkitab dan agama Kristen sebagai pengalaman dari Allah yang hidup dan dapat dirasakan, dan gaya hidup yang bersemangat di dunia ini, khususnya oleh para pemuda. Kebangkitan kembali aliran yang mengutamakan Alkitab dan iman ini sudah mulai melanda seluruh dunia, walaupun masih terlalu dini untuk meramalkan apakah aliran ini akan menjadi aliran dominan dalam agama Kristen secara internasional pada abad depan. Tidak perlu diragukan lagi bahwa ada masalah-masalah raksasa dalam peradaban internasional modern sehingga kebangunan kembali iman Kristen yang sejati sungguh-sungguh diperlukan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
30.3 Masa depan gereja
Sebagai ciptaan Roh Kudus, gereja selalu melihat ke depan. Roh Kudus adalah kehidupan zaman baru, semacam cicipan dari kemuliaan yang akan datang, yang membuat umat Allah merindukan kepenuhan pada hari pengantin perempuan dipersatukan dengan suami surgawinya (
Sebab itu, kita tidak datang membatasi pemikiran kita pada gereja yang kita lihat sekarang, yang sering sama sekali tidak menyerupai pengantin perempuan surgawi sebagaimana ia akan jadi. Kita jangan lupa tentang persekutuan yang mulia pada masa mendatang yang akan menemani Kristus dan menerima bagian dalam warisan kekal-Nya. Ajaran tentang gereja tidak mungkin mengabaikan dimensi ini, yang akan dibahas dengan lebih lengkap di bawah dalam Bagian G.
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan dukungan alkitabiah dan berikan penilaian Anda berhubung dengan pola organisasi gereja episkopal, presbiterial dan kongregasional. "Mengenai organisasi gereja, Perjanjian Baru lebih memberi prinsip-prinsip daripada pola yang rinci". Bahaslah pernyataan tersebut.
Apa manfaat mempelajari sejarah gereja?
Sebutkan tanda-tanda harapan dalam perkembangan akhir-akhir ini dari
Bagaimana masa depan gereja?
Mengenali Kebenaran -- Bab 30. Gereja dalam Sejarah [Indeks]
Kepustakaan (30)
Balchin, J. F.
1979 _What the Bible Teaches about the Church_ (Kingsway).
Chadwick, O.
1964 _The Reformation_ (Penguin).
Griffiths, M.
1975 _Cinderella with Amnesia_ (IVP).
Murray, I.
1965 _The Reformation of the Church_ (Banner of Truth).
Renwick, A. M.
1958 _The Story of the Church_ (IVP).
Smith, M. A.
1971 _From Christ to Constantine_ (IVP).
Stibbs, A. M.
1959 _God`s Church_ (IVP).
Watson, D.
1978 _I Believe in the Church_ (Hodder).
Walls, D. F.
1973 _Revolution in Rome_ (Tyndale).
Indeks Bab 31: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 31 Penerapan ......................................... 01337
Ps 31.1 Pentingnya Gereja ............................ 01337
Ps 31.2 Kehidupan Gereja ............................. 01338
Sb 31.2.a Ibadah .................................... 01338
31.2.b Persekutuan ............................... 01338
31.2.c Pelayanan ................................. 01339
31.2.d Kesaksian ................................. 01339
Ps 31.3 Masa Depan Gereja ............................ 01340
Sb 31.3.a Pertumbuhan ............................... 01340
31.3.b Visi ...................................... 01340
Mengenali Kebenaran -- Bab 31. Penerapan [Indeks]
31. PENERAPAN
31.1 Pentingnya gereja
Persekutuan dengan Kristus melibatkan persekutuan dengan umat-Nya. Gereja bukan hanya sarana penyaluran anugerah yang bermanfaat untuk pertumbuhan orang Kristen, melainkan merupakan bagian hakiki pengalaman Kristen. Menurut pengertian ini setiap orang Kristen sudah terhisap dalam gereja, yang merupakan konteks kehidupannya yang tak terelakkan.
Kasih dan kepedulian Allah terhadap umat-Nya yang membawa Kristus sampai ke salib-Nya di Golgota (
Mengenali Kebenaran -- Bab 31. Penerapan [Indeks]
31.2 Kehidupan gereja
a. Ibadah
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beribadah. Orang Kristen perlu menegaskan komitmennya untuk beribadah secara umum dan memeriksa sikap kita terhadapnya. Sebagai imam-imam kita mempunyai hak istimewa dan juga tanggung jawab untuk membawa kurban syukur kita kepada Allah (
b. Persekutuan
Gereja adalah persekutuan dalam Roh. Orang Kristen perlu menegaskan komitmennya kepada persekutuan gereja setempat dan sikapnya terhadap teman seiman Kristen. Apakah ada perasaan benci, cemburu atau kesombongan yang harus kita sesali? Mungkin ada kritik, fitnah atau pergunjingan yang harus kita akui, bahkan mungkin sekali kita harus minta maaf, atau memaafkan karena sakit hati kita yang lama. Mungkin diperlukan kemurahan hati yang lebih besar dalam membagikan keramahan dalam hal waktu, persahabatan, dengan uang atau doa, atau dalam hal-hal praktis yang lain.
Mengenali Kebenaran -- Bab 31. Penerapan [Indeks]
c. Pelayanan
Gereja adalah persekutuan pelayanan. Orang Kristen perlu memeriksa sikapnya dan menegaskan komitmennya untuk melayani gereja dan dunia dalam nama Kristus. Untuk tujuan ini hendaklah tiap orang Kristen mengenal karunia-karunia yang diberikan Allah kepadanya melalui Roh agar dipakai dalam mengembangkan gereja setempat. Ia menghendaki supaya orang Kristen selalu siap untuk melayani di lingkungan dan di tempat kerja. Semua hal ini akan mempengaruhi orang dalam memilih pekerjaannya, juga di mana tempatnya.
d. Kesaksian
Gereja adalah persekutuan yang bersaksi. Orang Kristen perlu menegaskan komitmennya dan memeriksa sikapnya sebagai saksi bagi Kristus di dunia. Ini mencakup kejujuran dalam menghadapi beberapa pertanyaan. Apakah kita berdoa secara teratur dan penuh semangat untuk penyebaran Injil di seluruh dunia? Apakah doa itu diarahkan secara jelas dengan menggunakan informasi untuk doa yang tersedia? Apakah kita menyumbang secara teratur dengan pengorbanan kepada pekerjaan Kristus di seluruh dunia? Apakah kita terlibat dalam usaha-usaha gereja setempat untuk memperkenalkan Kristus di lingkungan kita? Apakah kita mencari kekuatan dari Tuhan untuk menjadi saksi yang setia dan efektif demi Kristus kepada tetangga, teman sekerja, teman pelajar atau di mana saja Tuhan telah menempatkan kita?
Mengenali Kebenaran -- Bab 31. Penerapan [Indeks]
31.3 Masa depan gereja
a. Pertumbuhan
Orang Kristen perlu memeriksa sikapnya terhadap saluran anugerah dan penggunaannya. Ini berarti tanggung jawab untuk secara teratur membaca dan menelaah Kitab Suci, untuk mendengar khotbah dan eksposisi, dan untuk menerapkan pesan firman Allah itu dalam kehidupan sehari-hari. Lagi pula perlu menyisihkan waktu untuk berdoa dan menantikan pimpinan Tuhan, serta secara teratur mengikuti ibadah dan perjamuan kudus. Itu berarti komitmen yang sungguh-sungguh kepada persekutuan gereja setempat, dan kesediaan untuk ikut menanggung penderitaan demi Injil dan demi pertumbuhan kita sendiri dan gereja.
b. Visi
Gereja sebagaimana kita kenal, apakah itu dalam situasi nasional atau di persekutuan Kristen setempat, mungkin kurang menarik. Terkadang sulit untuk melihat persamaan dengan citra Kristus. Tetapi kita harus melawan rasa cemas atau kecewa melihat gereja yang nyata ini. Kendatipun banyak kelemahan akhir-akhir ini, gereja dipersiapkan untuk menjadi agung dan indah. Kadang-kadang kita perlu melihat di balik kenyataan sekarang dan membayangkan gereja megah yang akan datang, umat Kristus yang disempurnakan, pengantin perempuan-Nya yang tidak beraib, yang akan dipersembahkan kepada suami surgawinya pada kedatangan-Nya.
Visi itu akan menguatkan tekad kita untuk memberikan waktu dan milik kita, untuk mengarahkan daya dan doa, dan untuk berkarya sepanjang tahun-tahun yang diberikan kepada kita untuk menyesuaikan tubuh Kristus sekarang ini, yang patah dan penuh ketidaksempurnaan, menjadi dewasa dan cemerlang di hadapan Tuhan yang akan kembali untuk menjemputnya.
Indeks Bab 32: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 32 Kerajaan Allah ................................. 01342
Ps 32.1 Latar Belakang Perjanjian Lama ............... 01342
Ps 32.2 Yesus dan Kerajaan Allah ..................... 01343
Ps 32.3 Ajaran Lain dalam Perjanjian Baru ............ 01344
Ps 32.4 Kerajaan Allah dan Kehidupan Kristen ......... 01345
Bahan Alkitab .............................................. 01346
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01347
Kepustakaan ................................................ 01348
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
G. AKHIR ZAMAN
32. KERAJAAN ALLAH
Pembahasan tentang akhir zaman secara teologis disebut "eskatologi", dari kata Yunani _eskhatos_ `akhir`. Mungkin ini istilah yang paling dominan dalam teologi abad kedua puluh.
Pokok utama eskatologi Alkitab adalah kerajaan Allah, suatu perkataan yang sering terdengar dari mulut Yesus (
32.1 Latar belakang Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. "TUHAN adalah Raja . . . Raja yang besar mengatasi segala allah" (
Dari pertentangan-pertentangan ini timbullah keyakinan bahwa Allah pasti akan mempertahankan kuasa-Nya sebagai Raja (
Sesudah masa Perjanjian Lama, harapan ini diungkapkan sebagai zaman baru yang akan datang. Pada zaman Yesus, perbedaan ini sudah lazim (
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
32.2 Yesus dan kerajaan Allah
Latar belakang ini penting untuk mengerti pernyataan pokok Yesus bahwa "Kerajaan Allah sudah dekat" (
Pengajaran Yesus tentang kerajaan Allah mempunyai dua aspek. Pertama, melalui pengajaran dan pelayanan-Nya, yang mencapai klimaks dengan kematian dan kebangkitan-Nya, pemerintahan Allah sekarang menjadi kenyataan dalam sejarah manusia. Apabila orang mempercayai dan mengikuti-Nya, mereka masuk kerajaan Allah (
Kedua aspek ini merupakan kunci pengajaran Yesus mengenai kerajaan Allah: kerajaan Allah sudah tiba, namun masih juga akan datang.
Dalam Injil Matius, yang ditulis khususnya untuk orang Yahudi, "kerajaan Allah" muncul sebagai "kerajaan surga". Surga adalah sinonim yang biasa dipakai untuk Allah oleh orang Yahudi saleh dari abad pertama. Mereka menganggap nama Allah terlalu kudus untuk diucapkan. Yesus menggunakan kedua ungkapan itu. Sebab itu, tidak ada perbedaan arti antara ungkapan "kerajaan Allah" dan "kerajaan surga".
Gagasan lain yang terkait adalah "hidup yang kekal", yang berarti secara harfiah "hidup pada zaman yang akan datang". Ini praktis sama dengan pengertian kerajaan Allah bagi orang Yahudi pada zaman Yesus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
32.3 Ajaran lain dalam Perjanjian Baru
Waktu berlalu dan Injil disebarkan kepada orang bukan Yahudi yang kemungkinan besar akan salah tafsir terhadap gagasan mengenai raja itu, dan ini sudah disebutkan oleh Yesus sebelumnya (
Kalau yang dimaksudkan adalah kerajaan Allah, bisanya disebut penggenapannya pada waktu yang akan datang pada akhir zaman (
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
32.4 Kerajaan Allah dan kehidupan Kristen
Ketegangan antara kedua dimensi ini merupakan konteks kehidupan Kristen. Pada satu pihak orang Kristen adalah manusia baru, yang dipersatukan dengan Kristus dalam kematian, kebangkitan dan kerajaan-Nya, dan ikut mempunyai kekuasaan dalam zaman baru kerajaan oleh Roh Kudus. Pada pihak lain, sifat lama masih tetap merupakan kenyataan yang pahit, yang masih saja bertahan terus. Sifat itu menyeret orang Kristen menjauhi keberhasilan moral yang menjadi tujuannya dalam kehidupannya yang baru.
Dengan demikian, kita bersukacita karena kedatangan kerajaan Allah, kenyataan keselamatan yang kekal, dan berkat-berkat zaman baru dalam persekutuan kita dengan Kristus; namun, kita tetap merindukan pembebasan, kedatangan kerajaan Allah yang terakhir, penggenapan keselamatan kita dan munculnya manusia baru dalam Kristus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
Bahan Alkitab
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Menurut Anda, apa "kerajaan Allah" itu? Bagaimana hubungannya dengan Perjanjian Lama? Apa saja yang menjadi pokok-pokok utama dalam ajaran Yesus tentang kerajaan Allah?
"Kerajaan Allah sudah ditegakkan, tetapi belum diwujudnyatakan". Bahaslah.
Bagaimana kerajaan Allah dapat dikaitkan dengan
kehidupan kekal,
Bagaimana ajaran Alkitab tentang kerajaan Allah dapat mempengaruhi respons orang Kristen terhadap masyarakat manusia serta kebutuhannya?
Mengenali Kebenaran -- Bab 32. Kerajaan Allah [Indeks]
Kepustakaan (32)
Artikel "Kingdom of God" dalam _IBD_.
Ladd, G. E.
1964 _Jesus and the Kingdom_ (SPCK).
Ridderbos, H.
1978 _The Coming of the Kingdom_ (Paideia Press).
Vos, G.
1972 _The Teaching of Jesus concerning the Kingdom of God and the Church_
(Presbyterian & Reformed).
Indeks Bab 33: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 33 Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya ............. 01350
Ps 33.1 Istilah-istilah Perjanjian Baru .............. 01351
Ps 33.2 Sifat Kedatangan Kristus yang Kedua Kali ..... 01352
Ps 33.3 Tujuan Kedatangan Kristus yang Kedua Kali .... 01353
Sb 33.3.a Untuk Menyelesaikan Karya Penyelamatan .... 01353
33.3.b Untuk Membangkitkan Orang Manusia ......... 01354
33.3.c Untuk Menghakimi Semua Orang .............. 01354
33.3.d Untuk Mengumpulkan Umat-Nya ............... 01354
Ps 33.4 Waktu Kedatangan Kristus yang Kedua Kali ..... 01355
Ps 33.5 Masalah-masalah yang Terkait ................. 01356
Sb 33.5.a Antikristus ............................... 01356
33.5.b Israel .................................... 01357
33.5.c Kerajaan Seribu Tahun ..................... 01358
Bahan Alkitab .............................................. 01359
Bahan Diskusi/penelitian.................................... 01360
Kepustakaan ................................................ 01361
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
33. KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALI
Inti ajaran Alkitab mengenai akhir zaman adalah kedatangan Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaan. Yesus sendiri mengungkapkannya demikian: "Pada waktu itu orang akan melihat kekuasaan dan kemuliaanNya." (
Sejumlah besar ayat Perjanjian Lama berbicara tentang kemuliaan kerajaan mesianik dengan cara-cara yang belum terpenuhi pada kedatangan Kristus yang pertama (
Di dalam Perjanjian Baru ada lebih dari 250 acuan yang jelas kepada kedatangan Tuhan kembali (misalnya
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
33.1 Istilah-istilah Perjanjian Baru
_Parousia_ adalah istilah yang paling sering dipakai dalam Perjanjian Baru Yunani untuk kedatangan kembali (
_Apokalupsis_ berarti "penyataan" (
_Epifaneia_ berarti "muncul" atau "manifestasi" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
33.2 Sifat kedatangan Kristus yang kedua kali
Tidak mungkin kita lukiskan kedatangan Tuhan kembali secara sempurna. Pada peristiwa itu Tuhan kita yang sudah dimuliakan akan menyatakan diri dengan cara yang merupakan puncak segala sejarah sebelumnya. Ini jelas akan melebihi semua peristiwa dalam ruang dan waktu yang dikenal hingga kini. Karena itu, setiap usaha menjelaskan kedatangan Kristus itu sampai pada rincian yang paling kecil pasti gagal.
Yesus menyamakan kedatangan-Nya dengan kilat yang memancar (
Kedatangan itu bersifat _mulia_, dengan "segala kekuasaan dan kemuliaan" (
Kedatangan itu bersifat _menentukan_: "Kemudian tiba kesudahannya" (
Kedatangan itu _mendadak_. Meskipun ada keterangan mengenai tanda-tanda zaman, Alkitab secara jelas berbicara tentang kedatangan Tuhan kembali secara tiba-tiba (
Setiap tafsiran mengenai agama Kristen yang tidak mengandung harapan untuk waktu yang akan datang tidak seirama dengan kesaksian Alkitab. Salah satu kesalahan adalah menafsirkan keterangan-keterangan ini dari sudut pandang kedatangan Kristus yang pertama, yang menghadirkan kerajaan Allah. Penafsiran semacam ini tidak akan bertahan kalau dilihat dalam rangka ucapan-ucapan Yesus yang secara jelas mengacu pada masa yang akan datang (
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
33.3 Tujuan kedatangan Kristus yang kedua kali
a. Untuk menyelesaikan karya penyelamatan
Dengan kedatangan-Nya, Kristus akan menyelesaikan rencana penyelamatan Allah sepanjang masa. Semua musuh Allah, yaitu dosa, kematian dan Iblis, akan digeser dari dunia milik Allah (
Penting sekali untuk mempertahankan kaitan yang hakiki antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua. Hal ini bukan karena kedatangan pertama tidak memadai sehingga memerlukan kedatangan kedua untuk melaksanakannya dengan baik. Lebih tepat adalah bahwa Kristus datang kembali untuk melaksanakan penaklukan dan kemenangan yang telah dicapai-Nya secara menentukan pada kedatangan-Nya yang pertama (
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
b. Untuk membangkitkan orang mati
"Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (
c. Untuk menghakimi semua orang
Kristus "akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (
d. Untuk mengumpulkan umat-Nya
Beberapa ayat menyatakan bahwa penganiayaan terhadap umat Allah akan sangat intensif pada kedatangan Tuhan (
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
33.4 Waktu kedatangan Kristus yang kedua kali
Yesus menjawab secara panjang lebar pertanyaan para murid, "Apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?" (
Yesus menjawab pertanyaan murid-murid-Nya dengan berbicara tentang suatu masa yang mendahului kedatangan-Nya kembali yang ditandai oleh empat ciri umum: pemurtadan (
Paulus kelihatannya berbicara dengan nada yang serupa dalam
Apa yang dapat kita simpulkan dari ajaran ini? Apakah berjaga-jaga (
Ada beberapa faktor yang mengisyaratkan untuk berhati-hati dalam hal ini.
Kita perlu berhati-hati mengenai ungkapan "hari-hari terakhir". Dalam beberapa ayat (misalnya
Yesus tidak menganjurkan untuk banyak berpikir tentang "tanda-tanda zaman". Dia menyatakan bahwa kerajaan Allah tidak datang secara nyata dan menolak membuat tanda atau memberitahukannya dalam hubungan dengan pelayanan-Nya dan untuk membuktikan kebenarannya (
Ada ayat-ayat yang menjelaskan bahwa kedatangan Tuhan terjadi secara mendadak. Penelaahan terhadap tanda-tanda itu tidak akan menghilangkan rasa heran, bahkan pada mereka yang setia (
Dalam
Petrus menunjukkan bahwa skala waktu Allah sama sekali berlainan dengan skala waktu kita: "Di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari" (
Sejak dahulu ada orang-orang Kristen yang percaya bahwa tanda-tanda itu akan digenapi dalam masa hidup mereka dan bahwa kesudahan segera akan tiba. Di antara orang Kristen ini termasuk beberapa anggota yang sangat bijaksana dan saleh pada masa lampau, jadi patutlah kita hati-hati sebelum kita mengritik orang yang berkeyakinan seperti itu. Keyakinan bahwa akhir zaman segera akan tiba sudah tersebar luas saat ini, khususnya di antara generasi Kristen muda. Namun kita tidak dapat menutup mata terhadap bahaya-bahaya pastoral yang dibawa oleh minat yang berlebihan akan hal ini.
Kalau begitu, bolehkah kita simpulkan bahwa Yesus dapat saja kembali setiap saat? Paulus mengajarkan bahwa ada peristiwa-peristiwa tertentu dalam sejarah yang akan mendahului kembalinya Kristus (
Jika demikian, apa yang dapat dikatakan sebagai ringkasan? Faktor yang benar-benar penting adalah sikap moral kita: keberadaan kita, keinginan kita untuk berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan dan menganjurkan orang lain untuk menunjukkan kepatuhan yang sama. Kita jangan merencanakan rincian peristiwa-peristiwa akhir zaman serta mencoba meramalkan tanggal dan waktu kembalinya Tuhan. Namun sikap yang berlawanan, yakni menolak adanya tanda-tanda salah juga. Sikap yang tepat adalah sikap berjaga-jaga sambil menyadari bahwa pertentangan antara baik dan buruk akan meruncing sebelum kesudahan, walaupun itu juga tidak terlepas dari ketidakjelasan sejarah. Tuhan selalu siap sedia untuk datang. Waktu yang tepat adalah pilihan waktu yang sempurna yang dilakukan Allah.
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
33.5 Masalah-masalah yang terkait
Sejumlah masalah terkait yang berhubungan dengan kembalinya Tuhan Yesus masih diperdebatkan. Hal-hal itu jangan terlalu kita pikirkan, karena hal-hal itu bersifat sekunder saja. Yang terpenting ialah fakta bahwa Yesus akan datang kembali.
a. Antikristus
Keterangan Alkitab yang paling jelas tentang antikristus terdapat dalam Surat-surat Yohanes. Menurut Yohanes, antikristus sudah ada dan sudah bekerja; bahkan ada banyak antikristus dan munculnya antikristus merupakan tanda jelas bahwa "waktu ini adalah waktu [hari-hari] yang terakhir" (
Unsur lain yang lebih kontroversial dalam ajaran Alkitab tentang anti-kristus terdapat dalam Kitab Daniel dan Kitab Wahyu.
Berdasarkan ayat-ayat ini, selama bertahun-tahun sudah terdapat banyak sekali usaha untuk mengenali "orang durhaka" atau "antikristus" itu. Dalam tafsirannya, ada baiknya mengingat bahwa menurut gambaran yang paling jelas dari antikristus dalam Surat-surat Yohanes figur itu tidak terbatas pada satu tokoh saja, tetapi merupakan roh yang berhubungan dengan kelompok orang-orang yang kehadirannya adalah salah satu ciri akhir zaman.
Berdasarkan
Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan gagasan ini? Ada prinsip penafsiran yaitu apa yang tidak jelas harus ditafsirkan oleh yang jelas. Tentang antikristus, yang jelas adalah gambaran Surat-surat Yohanes. Gagasan tentang antikristus di situ mengajak orang Kristen untuk waspada terhadap segala sesuatu yang menyangkal kebenaran Allah khususnya keilahian dan kemanusiaan sempurna Anak-nya yang kekal.
Apabila seorang antikristus pribadi muncul pada zaman kita, yang menyangkal Allah dan Kristus dengan ukuran seperti yang disinggung oleh Paulus, kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa penyelamatan kita sudah dekat (
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
b. Israel
Alkitab menunjukkan dengan jelas bahwa Allah memilih bangsa Israel untuk menjadi saluran rencana-Nya di dunia. "Mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur" (
Apakah Allah tidak akan mempedulikan Israel lagi? Ada yang berpikir demikian. Yang lain yakin bahwa Israel mempunyai peran dalam rencana Allah pada masa yang akan datang khususnya dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi tepat sebelum kembalinya Kristus.
Golongan terakhir ini melihat tiga peristiwa politik dalam abad kedua puluh ini yang mempunyai arti luar biasa. Yang pertama adalah Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang menjanjikan dukungan bagi terbentuknya tempat pemukiman nasional bagi bangsa Yahudi. Yang kedua adalah pembentukan negara Israel pada tahun 1948, katanya untuk menggenapkan sejumlah nubuat Perjanjian Lama (
Apakah ini benar? Banyak ayat yang menubuatkan pemulihan bangsa Yahudi kelihatannya mengacu pada konteks sejarah terdekat dalam Perjanjian Lama, yaitu kembalinya dari pembuangan di Babel (
Di pihak lain beberapa nubuat Perjanjian Lama nampaknya mencakup lebih dari pemulihan dari Babel (
Pembahasan mengenai masa depan bangsa Yahudi dalam rencana Allah sebagian besar terkait dengan penafsiran berbagai ayat Perjanjian Baru dan
Pada akhirnya seluruh bangsa Israel akan diselamatkan. Penafsiran ini membuat arti "Israel" menurut Paulus tetap konsisten sepanjang perikop, tetapi berlawanan langsung dengan argumennya dalam
Yang dimaksud ialah semua orang di Israel yang percaya. Paulus berkata bahwa dalam rahmat Allah ada sebagian orang Yahudi diselamatkan, walaupun sebagai bangsa orang Yahudi yang menolak Kristus.
"Seluruh Israel" berarti keseluruhan umat Allah yang terdiri dari orang Yahudi maupun bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus. Jadi "Israel" di sini sama artinya dengan "gereja" (bnd.
Ada pandangan yang mempertanyakan apakah Paulus sungguh-sungguh memikirkan masa yang akan datang berhubungan dengan pokok ini. Pokok persoalan dalam Surat Roma ini adalah tujuan dan motifnya sebagai penginjil Kristen yang merindukan penyelamatan untuk bangsanya (
Evaluasi pandangan-pandangan ini akan memerlukan penulisan satu buku, dan pembaca yang berminat dianjurkan membaca daftar pustaka pada akhir pasal ini. Tetapi cukup jelas, untuk menerapkan acuan-acuan Alkitab tentang Israel begitu saja dengan negara sekuler Israel zaman sekarang, agaknya tidak dapat diterima. Prospek bahwa pada masa yang akan datang sejumlah orang Yahudi akan menerima Yesus sebagai Kristus masuk akal berdasarkan
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
c. Kerajaan seribu tahun
Kerajaan seribu tahun (milenium) adalah salah satu pokok yang paling hangat debatnya dari seluruh bidang eskatologi. Istilah ini berasal dari
Apa yang harus kita mengerti tentang ajaran Alkitab ini? Tidak mungkin tidak dilihat bahwa ungkapan ini hanya terdapat dalam satu pasal dari Alkitab dalam kitab yang penuh dengan angka-angka simbolis yang tafsirannya menjadi bahan debat. Gagasan tentang pemerintahan Kristus di dunia selama seribu tahun pada akhir zaman terdapat dalam tulisan-tulisan beberapa bapa gereja terdahulu, dipegang oleh orang Montanis pada abad kedua dan diterima oleh sejumlah kaum Anabaptis pada zaman Reformasi. Tetapi bapa-bapa gereja lain tidak menyebutnya, bahkan juga tidak ketika membahas tema-tema eskatologis.
Augustinus (354-430), pada mulanya tertarik pada pandangan milenialis, namun kemudian menafsirkan perikop dalam
Gagasan-gagasan milenialis pada umumnya ditolak oleh para reformis utama. Calvin menganggapnya "terlalu kekanak-kanakan untuk diperlukan serta tidak layak untuk disangkal".
Milenialisme muncul kembali pada abad ke-19 dan akhir-akhir ini dianut dalam beraneka bentuk oleh banyak orang Kristen di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat. Kita dapat membedakan tiga aliran utama dalam penafsiran milenium.
Pascamilenialisme
Pandangan ini melihat milenium sebagai pemerintahan di dunia selama seribu tahun dan parousia terjadi _sesudah_ (pasca) kerajaan seribu tahun itu. Periode seribu tahun ini adalah masa kesuburan besar bagi penginjilan, yang menyebar ke seluruh dunia dan mendapat pengakuan terhadap Kristus di mana-mana sebelum Ia sendiri datang dengan segala kemuliaan untuk memberlakukan tatanan kekal. Ada yang menafsirkan
Bukti Alkitab yang biasa disebut sebagai dukungan pandangan ini, termasuk
Pada akhir abad ke-19, ketika terjadi ledakan kegiatan misi ke seluruh dunia dan optimisme menandai masyarakat Barat, pandangan ini populer. Tetapi pada masa kini pesimisme serta perasaan bahwa adanya krisis dalam kebudayaan mempengaruhi kepercayaan Kristen sehingga pandangan ini tidak begitu populer lagi.
Pramilenialisme
Ini adalah pandangan bahwa kembalinya Kristus akan terjadi _sebelum_ (pra) pemerintahan seribu tahun-Nya di dunia. Kedatangan Kristus akan mengakhiri sejarah manusia di bawah kutukan kejatuhan. Setelah kembali-Nya, antikristus akan ditumpas dan Iblis serta kuasa-kuasa kegelapan dibasmi dari bumi. Sesudah ini, selama kurang lebih seribu tahun akan ada damai dan kebahagiaan di bumi ketika Kristus memerintah umat-Nya, termasuk banyak orang Yahudi yang mengakui Yesus sebagai Kristus mereka pada saat Ia kembali ke bumi. Kejahatan masih ada tetapi akan terkendalikan. Alam pun akan turut dalam kebahagiaan. Tetapi menjelang akhir zaman ini, Iblis akan dibebaskan dan akan mengumpulkan kekuatannya untuk konflik terakhir melawan umat Allah. Ia akan dikalahkan oleh api dari langit, kemudian akan ada kebangkitan semua orang yang sudah meninggal, penghakiman umum dan dimulainya zaman kekal di surga dan di bumi baru.
Dukungan Alkitab bagi pandangan ini diambil dari perikop-perikop yang melukiskan kerajaan Mesias sebagai tatanan dunia yang ideal (
Namun penafsiran
Ada masalah lain yang timbul jika dianggap bahwa
Pertanyaan serupa timbul dalam hubungan dengan ayat-ayat yang dianggap membuktikan pandangan pramilenialis (misalnya
Lagi pula, kesulitan terbesar bagi pandangan ini ialah bahwa penganutnya harus mengakui bahwa dosa dan kejahatan berlangsung terus, bahkan sesudah Kristus kembali dalam kemuliaan. Pemikiran mengenai orang-orang kudus yang kembali ke bumi yang masih penuh dengan kejahatan merupakan kesulitan yang serupa.
Namun demikian, tafsiran
Rasa kurang tertarik kepada pramilenialisme, baik di gereja mula-mula maupun sekarang, disebabkan karena pandangan ini disamakan dengan kecenderungan fanatik, yang menggunakan gagasan milenialisme ini untuk mengembangkan pandangan yang jelas tidak alkitabiah dalam bidang etika dan politik. Namun penyalahgunaan sesuatu jangan dijadikan alasan untuk menolaknya. Di sini, seperti yang terjadi selalu, faktor yang menentukan ialah apa yang sebenarnya diajarkan oleh Alkitab.
Amilenialisme
Pandangan ini menegaskan bahwa milenium hanya bersifat simbolis dan tidak ada kerajaan seribu tahun dalam arti harfiah (Yun. _a-_ `tanpa`). Pandangan ini berusaha mengikuti prinsip penafsiran bahwa yang tidak jelas dan yang bersifat simbolis harus ditafsirkan oleh yang jelas dan yang bersifat didaktis. Kelihatannya konsensus ajaran Perjanjian Baru ialah bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali adalah tindakan tunggal dari Allah yang banyak seginya. Berdasarkan itu maka amilenialisme menolak gagasan adanya waktu seribu tahun ketika Kristus memerintah secara nyata di bumi. Keterangan dalam
Banyak penganut amilenialisme melihat "pengikatan" Iblis sebagai pengikatannya oleh Kristus melalui karya penyelamatan-Nya (
Bahaya pandangan ini adalah kehilangan segala perhatian mengenai peristiwa-peristiwa terakhir, sehingga pandangan menjadi terlalu bersifat rohani. Kerajaan Allah dianggap begitu surgawi dan transenden sehingga tidak berdampak atas fakta-fakta sekarang ini dan tidak lagi membawa firman anugerah dan penghukuman di tengah-tengah realitas dunia ini. Kemudian pandangan ini harus menghadapi suatu pertanyaan eksegetis. Apakah
Pengharapan Kristen tidak bersifat rohani semata-mata. Prospek Alkitab adalah surga baru dan bumi baru. Kendatipun kita berpikir bahwa pertimbangan teologis dan eksegetik mengucilkan segala gagasan tentang pemerintahan seribu tahun Kristus yang diapit oleh dua kedatangan dan dua kebangkitan, namun janganlah kita melepaskan semangat visi itu, yakni pembuktian secara total akan kebenaran sang Pencipta dalam pengungkapan terakhir dari Penebus. Seluruh rencana asli Allah bagi ciptaan-Nya harus mendapat penggenapan. Ternyata dukungan untuk masing-masing versi dari harapan Kristen itu telah berbeda menurut kemajuan atau kemunduran nyata dari upaya Kristen dalam dunia ini. Walaupun keadaan gereja seharusnya tidak pernah menjadi faktor penentu, namun kenyataan yang tidak dapat dikesampingkan ialah bahwa keadaan itu sering mempengaruhi daya tarik tafsiran opti-mistis ataupun pesimistis.
Selanjutnya dalam praktik, ketiga pandangan milenialis telah, dan masih terus, menjadi dorongan bagi iman dan upaya gereja, dan sekaligus menjadi penghambat. Yang terakhir ini seharusnya membantu kita menjaga supaya masalah ini tetap dilihat dalam perspektif yang wajar. Pokok harapan Kristen adalah Kristus sendiri serta kedatangan-Nya dalam kemuliaan. Perbedaan pendapat tentang milenium seharusnya tidak memecah belah kita yang telah dipersatukan dalam iman, kasih dan pengharapan akan Tuhan Yesus Kristus.
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
Bahan Alkitab
Kedatangan Kristus yang kedua kali:
Antikristus:
Israel:
Kerajaan seribu tahun:
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Sebutkan ayat-ayat utama dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengacu pada kembalinya Kristus. Mengapa salah untuk mengharapkan gambaran yang rinci tentang kejadian itu? Apa gejala-gejala utamanya?
Bagaimana Anda menanggapi pendapat bahwa pembahasan Alkitab tentang kembalinya Kristus mencakup
hanya kedatangan-Nya yang pertama,
Apa yang diajarkan Alkitab mengenai waktu kedatangan Kristus kembali? Apa artinya bagi kehidupan kita sekarang ini?
Apa yang diajarkan Alkitab mengenai peranan
antikristus dan
Pandangan mana tentang milenium yang menurut Anda paling konsisten dengan ajaran Alkitab? Apa dampaknya bagi
kehidupan gereja,
Mengenali Kebenaran -- Bab 33. Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya [Indeks]
Kepustakaan (33)
Artikel "Eschatology" dalam _IBD_.
Berkouwer, G. C.
1972 _The Return of Christ_ (Eerdmans).
Grier, W. J.
1970 _The Momentous Event_ (Banner of Truth).
Hendriksen, W.
1968 _Israel in Prophecy_ (Baker).
1981 _More than Conquerors_ (Baker).
Hoekema, A. A.
1978 _The Bible and the Future_ (Paternoster).
Ladd, G. E.
1956 _The Blessed Hope_ (Eerdmans).
1977 _Crucial Questions about the Kingdom of God_ (Eerdmans).
Milne, B.
1979 _What the Bible Says about The End of the World_ (Kingsway).
Murray, I.
1971 _The Puritan Hope_ (Banner of Truth).
Travis, S.
1980 _The Jesus Hope_ (IVP).
Indeks Bab 34: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 34 Keadaan Akhir ..................................... 01363
Ps 34.1 Kematian ..................................... 01363
Sb 34.1.a Dosa dan Kematian ......................... 01363
34.1.b Kebangkitan Tubuh atau Kekekalan Jiwa?..... 01363
34.1.c Pengharapan Kristen ....................... 01364
Ps 34.2 Keadaan Peralihan ............................ 01365
Sb 34.2.a Ajaran Alkitab ............................ 01365
34.2.b Teori-teori Lain .......................... 01366
Ps 34.3 Kebangkitan Orang Mati ....................... 01367
Ps 34.4 Penghakiman .................................. 01368
Sb 34.4.a Iman atau Perbuatan?....................... 01368
34.4.b Ketidakpercayaan dan Penghakiman .......... 01369
34.4.c Orang yang Belum Mendengar Injil .......... 01370
34.4.d Penghakiman bagi Orang Kristen ............ 01370
Ps 34.5 Hukuman yang Kekal ........................... 01371
Sb 34.5.a Neraka .................................... 01371
34.5.b Universalisme ............................. 01372
34.5.c Kekekalan Bersyarat ....................... 01372
Ps 34.6 Kehidupan yang Akan Datang ................... 01373
Sb 34.6.a Kehidupan dalam Tubuh ..................... 01373
34.6.b Kehidupan Bersama ......................... 01374
34.6.c Kehidupan yang Bertanggung Jawab .......... 01374
34.6.d Kehidupan yang Sempurna ................... 01375
34.6.e Kehidupan yang Tiada Akhirny .............. 01375
34.6.f Kehidupan yang Berpusat Pada Allah ........ 01375
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
34. KEADAAN AKHIR
34.1 Kematian
"Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja" (
a. Dosa dan kematian
Alkitab secara konsisten mengaitkan kematian dengan dosa (
b. Kebangkitan tubuh atau kekekalan jiwa?
Konsep Alkitab tentang kehidupan orang percaya sesudah kematian biasanya diungkapkan sebagai "kebangkitan tubuh" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
c. Pengharapan Kristen
Iman dalam Kristus berarti bahwa kita akan mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya; peristiwa-peristiwa Paskah pertama menjadi peristiwa dalam hidup kita juga (
Jika kedatangan Kristus yang kedua kali ditunda, maka orang percaya tentu saja menghadapi "kematian" dalam arti bahwa ia akan berlalu dari keberadaan dalam waktu dan ruang. Meskipun tetap merupakan musuh (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
34.2 Keadaan peralihan
a. Ajaran Alkitab
Perjanjian Lama
Perjanjian Lama menyinggung tentang kehidupan di balik kuburan sebagai sesuatu yang kurang bersifat lahiriah dibandingkan dengan yang dialami manusia sekarang (bnd.
Di luar waktu?
Satu jalan keluar dari kesulitan pemikiran tentang eksistensi tanpa tubuh adalah dengan mengemukakan bahwa meninggalkan kehidupan ini berarti melepaskan diri dari keseluruhan tatanan waktu. Jadi, dilihat dari pandangan orang yang telah mati, saat berikut dalam kesadarannya adalah kedatangan Tuhan dan kebangkitan. Jelas kita tidak tahu apakah waktu ada artinya sesudah kematian atau tidak. Mungkin saja arti waktu itu tidak sama dengan arti waktu di sini. Namun ajaran Alkitab yang ada tidak mendukung pandangan ini (
"Tidur"
Istilah Alkitab untuk keadaan orang mati adalah "tidur". Tidak sulit melihat mengapa istilah ini dipakai, sebab kematian memang mempunyai sifat-sifat tidur: istirahat dari pekerjaan, berkurangnya tanggung jawab, penarikan diri dari keterlibatan langsung dalam peristiwa, kesadaran yang lain sifatnya (
Ada yang berpandangan lebih jauh dengan mengemukakan bahwa dalam Alkitab istilah ini berarti bahwa kematian menghentikan kesadaran sampai kedatangan Tuhan dan kebangkitan orang mati. Ini sulit untuk dipertemukan dengan ayat-ayat yang mengacu pada eksistensi dalam keadaan sadar selama masa peralihan (
"Dengan Kristus"
Inilah gambaran yang paling penting (
"Menunggu"
Walaupun keadaannya "jauh lebih baik", namun masih belum merupakan keadaan yang sempurna. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana orang mati mengalami waktu, tetapi Kitab Wahyu menyebutkan bahwa para martir di bawah mezbah Allah yang menunggu kedatangan Tuhan dan zaman baru berseru, "Berapa lamakah lagi, ya Tuhan?" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
b. Teori-teori lain
Api penyucian
Menurut gagasan Roma Katolik mengenai api penyucian, dalam periode antara kematian dan penggenapan zaman baru, jiwa-jiwa orang percaya harus menjalani penyucian agar menjadi layak untuk menghadap kepada Allah.
Tidak ada bukti Alkitab untuk pandangan ini.
Kesempatan kedua
Gagasan mengenai kesempatan kedua untuk memberi respons pada Injil selama "keadaan peralihan" sering dimasukkan dalam pandangan universalisme (lihat di bawah: ps 34.5.b). Tidak ada dasar alkitabiah bagi pandangan ini. "Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
34.3 Kebangkitan orang mati
Menurut Perjanjian Baru, pada saat Tuhan Yesus datang kembali, orang-orang mati akan bangkit. Semua yang pernah menduduki dunia akan menerima bagian dalam peristiwa pembaruan yang megah ini.
Kadang-kadang diperkirakan bahwa Perjanjian Lama tidak menawarkan harapan akan kebangkitan. Ini salah, seperti dibuktikan oleh Yesus (
Akan bagaimanakah kebangkitan itu? Mengenai hal itu dapat kita kemukakan dua pokok.
Pertama, kehidupan yang akan diterima itu akan lain dengan pengalaman kita sekarang. Kehidupan di surga dan dunia baru akan bebas dari keterbatasan yang diakibatkan oleh kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kita akan berubah; daging dan darah sebagaimana kita kenal "tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah" (
Kedua, akan ada kesinambungan tertentu dengan keberadaan kita di sini. Orang pernah ragu-ragu tentang hal ini karena terpikir tentang "kemustahilan" atau besarnya kuasa yang dibutuhkan untuk membangkitkan tubuh-tubuh duniawi yang sudah mengalami pelarutan fisik dan pembusukan. Maka sebaiknya kita merenungkan kata-kata Yesus yang ditujukan kepada orang-orang yang kurang percaya pada zaman-Nya, "Kamu sesat sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
34.4 Penghakiman
Dalam Perjanjian Lama, Allah sering muncul sebagai hakim (
Juga Perjanjian Baru melihat penghakiman Allah sebagai hakikat kodrat-Nya (
Dasar penghakiman adalah respons manusia terhadap kehendak Allah yang telah dinyatakan. Akan dipertimbangkan seberapa jauh kehendak Allah itu diketahui dan sanggup dipenuhi (
a. Iman atau perbuatan?
Alkitab dengan jelas menghubungkan pembenaran di hadapan Allah hanya dengan iman kepada Kristus, tanpa memperhitungkan perbuatan baik manusia (
Ketidakselarasan ini hanya pada permukaan dan sebenarnya tidak ada kontradiksi. Pembenaran berarti seseorang dibebaskan di hadapan takhta penghakiman Allah; ketaatan Kristus yang sempurna dalam hidup dan kematian diperhitungkan kepada orang Kristen sekarang ini dan pada hari penghakiman mereka akan dibenarkan oleh karenanya (
Perumpamaan mengenai domba dan kambing (
Tafsiran demikian mengutamakan salah satu ayat sebagai dasar pandangan yang melawan bagian lain dari ajaran Yesus dan ajaran Alkitab secara keseluruhan. Padahal perumpamaan ini dengan gampang dapat ditafsirkan selaras dengan segi-segi ajaran Yesus yang lain. Perbuatan baik dalam perumpamaan itu ditujukan kepada "saudara-saudara" Kristus (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
b. Ketidakpercayaan dan penghakiman
Kadang-kadang didesak bahwa satu-satunya dasar yang membuat orang kena penghakiman terakhir Allah adalah penolakan langsung terhadap Injil Kristus. Berbagai ayat (misalnya
Pertama, ayat-ayat ini hanya menunjukkan bahwa iman dalam Kristus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Itu tidak berarti bahwa penolakan secara sadar terhadap Kristus adalah satu-satunya dasar untuk penghukuman.
Kedua, Alkitab menyatakan bahwa manusia sudah di bawah penghukuman sebelum Injil diberitakan kepada mereka. Justru penghukuman inilah yang mendorong Allah yang penuh kasih untuk menyediakan Injil (
Ketiga, menurut statistik sebagian besar orang yang mendengar Injil menolaknya. Jika penolakan Injil secara sadar mengakibatkan penghukuman, maka berdasarkan alasan praktis seharusnya orang Kristen tidak mengabarkan Injil sama sekali! Kesimpulan yang menggelikan ini menunjukkan bagaimana salahnya pandangan bahwa satu-satunya dasar penghukuman ialah ketidakpercayaan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
c. Orang yang belum mendengar Injil
Dari pandangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bertambahnya pengetahuan dan kesempatan menambah juga tanggung jawab. Alkitab memang mengakui bahwa setiap orang tidak mendapat kesempatan yang sama untuk mengenal Allah. Faktor ini akan dipertimbangkan kalau Allah melaksanakan penghakiman (
Karena itu, berdasarkan Alkitab harus kita simpulkan bahwa semua orang telah berpaling dari terang Allah, bagaimana pun bentuk terang tersebut dalam situasi mereka masing-masing. "Semua orang telah berbuat dosa" dan jatuh ke bawah hukuman Allah (
d. Penghakiman bagi orang Kristen
Orang Kristen juga akan menghadapi penghakiman (
Dua perikop penting dalam Perjanjian Baru berbicara tentang orang percaya yang menerima imbalan dalam kehidupan sesudah mati. Dalam
Demikianlah penatalayanan talenta, karunia, kesempatan, pelayanan, kesaksian dan lain-lain akan mengalami semacam evaluasi di hadapan Tuhan pada waktu Ia kembali. Sejauh orang terbukti sebagai hamba yang baik dan setia, ia akan mendapat upah yang sesuai, berupa perasaan puas melihat pekerjaannya terpelihara untuk kerajaan kekal dan mungkin juga berupa tambahan tanggung jawab pada zaman surgawi. Namun harus diingat bahwa dasar upah adalah anugerah Allah. Ini tepat sekali diungkapkan oleh Calvin sebagai "warisan seorang anak", bukan "upah seorang pelayan".
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
34.5 Hukuman yang kekal
a. Neraka
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa akan ada pemisahan pada pengadilan terakhir antara mereka yang dibebaskan dan mereka yang terhukum oleh Allah (
Tentu saja bahasa yang dipakai untuk menggambarkan neraka terpaksa harus bersifat simbolis, sama seperti ketika menggambarkan surga. Namun lambang-lambang itu tak dapat diabaikan atau disepelekan. Lambang-lambang ini diberi oleh Tuhan, dan walaupun tidak dapat memberitahukan segala sesuatu yang ingin kita ketahui, namun lambang-lambang itu tidak menyesatkan. Neraka adalah fakta dan dalam hal ini kesaksian Alkitab tidak dapat dikesampingkan (
Tentu saja kita perlu berhati-hati kalau berbicara tentang neraka. Dalam hal ini pun kita harus dipimpin oleh Yesus dan Alkitab. Yesus kadang-kadang merasa perlu untuk berbicara dengan kata-kata yang menyeramkan tentang penghakiman yang akan datang (
Namun jangan sampai kita mengambil alih penghakiman terakhir dengan menentukan sendiri apabila seseorang masuk ke neraka atau ke surga. Akan ada kejutan-kejutan pada hari penghakiman (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
b. Universalisme
Menurut pandangan ini, pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Rahmat Allah dan pengorbanan Kristus begitu besar sehingga pada akhirnya semua orang akan diampuni dan masuk surga serta dunia baru. Ada beberapa ayat Alkitab yang dikemukakan untuk mendukung pan dangan ini, antara lain:
Dilihat dari segi ajaran Alkitab, pandangan ini salah. Perbedaan antara orang Kristen dan bukan Kristen sangat jelas dalam hidup ini. Sebenarnya tidak ada ayat yang dikutip oleh penganut universalisme yang menopang pandangan mereka kalau ditinjau secara saksama. Empat faktor harus tetap dipertimbangkan.
Pertama, bila Alkitab berkata bahwa semua orang akan mengakui Kristus sebagai Tuhan pada akhir zaman, itu tidak berarti bahwa mereka melakukannya atas kemauannya sendiri dengan iman. Universalisme tidak dapat dikembangkan berdasarkan fakta bahwa Kristus akan dinyatakan sebagai Tuhan atas segala sesuatu pada saat kedatangan-Nya.
Kedua, pada abad pertama Injil dibawakan dengan latar belakang kelompok-kelompok yang membatasi keselamatan pada kelompok rasial mereka sendiri (orang Yahudi) atau pada himpunan biara (orang Esena), atau pada orang yang sudah diterima melalui upacara aneh (agama rahasia kafir). Dengan latar belakang kelompok-kelompok eksklusif ini, Injil Kristen mencolok karena mempunyai daya tarik universal. Barangsiapa yang mau boleh datang (
Ketiga, sudah jelas bahwa Paulus, yang surat-suratnya menjadi sumber hampir semua ayat yang dikutip kaum universalis, bukanlah penganut universalisme (
Keempat, ajaran Yesus sangat sulit untuk ditafsirkan menurut pandangan universalisme. Sesungguhnya perumpamaan-Nya (
Kita terlalu menganggap enteng terhadap dosa dan cepat sekali mencari alasan-alasan untuk meringankannya. Sedangkan Allah tidak berbuat demikian. Dosa melawan ketuhanan-Nya atas alam semesta, yang bertentangan dengan rencana kasih-Nya dan menyerang kemuliaan-Nya. Bagaimana seriusnya Ia menganggap dosa dapat dilihat dari kengerian salib Kristus.
Kadang-kadang dikemukakan bahwa pandangan Allah yang begitu serius terhadap dosa di dalam salib dapat dipertemukan dengan universalisme, sebab dengan matinya Kristus, Ia telah menanggung penghakiman bagi seluruh umat manusia. Tetapi bentuk universalisme ini justru kena kesulitan tersebut di atas: kesimpulan bahwa semua orang akan diselamatkan tidak selaras dengan keterangan Alkitab yang jelas mengenai orang yang akan menghadapi penghukuman Allah nanti, biarpun telah terjadi pengurbanan di kayu salib. Pandangan ini juga menyangkal hubungan hakiki antara keselamatan dan iman pribadi (
c. Kekekalan bersyarat
Menurut pandangan ini, orang yang tidak dibenarkan akan berlalu ke dalam keadaan terlupakan pada waktu meninggal atau seusai penghakiman terakhir. Pandangan ini menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk fana; kekekalan adalah pemberian Allah dalam Kristus kepada semua yang percaya akan Dia. Orang yang menolak Injil tidak memperoleh karunia kekekalan itu.
Pandangan ini mencoba menghindari kesalahan universalisme sambil memperhitungkan penghakiman yang benar-benar kekal. Tetapi walaupun kekekalan itu memang anugerah Allah, Ia memberikannya ketika Ia menciptakan manusia menurut gambar-Nya, bukan waktu manusia menanggapi Injil (
Orang berdosa akan menerima ganjaran secara adil menurut dosanya. Jika ia dijadikan fana, ganjaran ini akan terhalangi, sebab tidak mungkin berbicara tentang keadilan ilahi kalau orang yang selama hidupnya penuh kerakusan serta kejahatan luar biasa, akan berlalu begitu saja. Apakah cocok dengan kesaksian Alkitab tentang keadilan Allah bahwa seorang jahat seperti Hitler tidak harus memberi pertanggungjawaban tentang kejahatannya yang begitu besar, atau jika dia memang diminta pertanggungjawaban, hukumannya hanya bahwa ia menjadi terlupakan?
Ada yang menganjurkan pandangan "kekekalan bersyarat" karena khawatir tidak menghargai sewajarnya kemenangan Allah yang penuh dan terakhir: adanya neraka dan pengucilan secara sadar dan abadi dari kemuliaan Allah akan berarti bahwa kemenangan Allah itu terbatas. Namun pada akhirnya kesempurnaan dan kemenangan Allah harus ditegaskan oleh Allah sendiri dan tidak mungkin ada kesempurnaan atau kemuliaan yang dengan satu atau lain cara mengurangi watak moral Allah.
Dalam segala pikiran ini, kita jangan lupa bahwa kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
34.6 Kehidupan yang akan datang
Tujuan akhir bagi umat Allah dan kenyataan yang menjadi tujuan rencana Allah disebut "langit yang baru dan bumi yang baru" (
a. Kehidupan dalam tubuh
Sudah jelas bahwa "bumi yang baru" lain dengan dunia yang dalam bentuk "seperti yang kita kenal sekarang yang akan berlalu" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
b. Kehidupan bersama
Semua gambaran dalam Alkitab tentang kehidupan surgawi menyangkut hidup bersama. Kehidupan itu seperti kota sempurna (
c. Kehidupan yang bertanggung jawab
Dasar Alkitab bagi penegasan ini kurang jelas, namun satu dua ayat memberi kesan bahwa kehidupan yang akan datang meliputi tanggung jawab baru yang luar biasa. Perumpamaan dalam
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
d. Kehidupan yang sempurna
Dalam zaman baru, manusia akan mencapai kepenuhan dalam hidup yang memang merupakan tujuan aslinya. Ia akan mengalami kesempurnaan dalam hubungan dengan Allah, dengan sesamanya, dengan lingkungan dan dengan dirinya. Ia akan memuliakan Penciptanya dengan Sempurna dan mendapat pemenuhan diri secara total (
e. Kehidupan yang tiada akhirnya
Tibanya zaman baru mungkin sekali berarti bahwa urutan waktu akan berubah. Sekarang tidak mungkin kita memahami apa artinya waktu dalam dunia surgawi. Bagaimana keberadaan kekal itu tidak dapat dimengerti sekarang secara terinci; cukuplah kita berteduh dalam kasih Tuhan yang tak terbatas, karena Dia sedang mempersiapkan segala sesuatu yang perlu buat kita kelak (bnd.
f. Kehidupan yang berpusat pada Allah
Inilah ciri utama kehidupan yang akan datang. Segala sesuatu yang lain yang dapat dikatakan tentang kehidupan itu hanya nomor dua dan timbul dari ciri ini. Allah akan menyatakan diri kepada kita dengan cara yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dan keyakinan bahwa kita bersama dengan Dia akan mewarnai hidup baru itu di atas hal-hal lain. Demikianlah Tuhan sendiri adalah Bait Suci di Yerusalem baru (
Melihat dan mengenal Allah adalah hakikat kehidupan surgawi, sumber segala kebahagiaannya: "Di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah. Di tangan kananMu ada nikmat senantiasa" (
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
Bahan Alkitab
Masa depan perseorangan:
Penghakiman:
Kehidupan yang akan datang:
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
Bahan diskusi/penelitian
Mengapa kebangkitan tubuh lebih baik untuk menggambarkan masa depan orang Kristen daripada kekekalan jiwa?
Apa dasar pengharapan orang Kristen dalam menghadapi kematian? Apa yang akan Anda katakan kepada orang yang baru kehilangan seorang kekasih?
Apa ajaran Alkitab tentang "keadaan peralihan"? Mengapa kita harus menolak teori
api penyucian dan
Bagaimana gagasan tentang pentingnya perbuatan-perbuatan dalam penghakiman terakhir dapat dipertemukan dengan ajaran Alkitab mengenai keselamatan hanya melalui iman?
Apa yang diajarkan oleh Alkitab mengenai neraka? Apakah ajaran ini selaras dengan kasih Allah yang kekal?
Apakah Alkitab mendukung universalisme atau kekekalan bersyarat?
Apa yang diajarkan Alkitab mengenai ganjaran di surga?
Apa ciri-ciri utama kehidupan yang akan datang? Kalau kita mempercayai hal tersebut, apa pengaruhnya terhadap
Mengenali Kebenaran -- Bab 34. Keadaan Akhir [Indeks]
Kepustakaan (34)
Artikel "Heaven", "Hell" & "Judgement" dalam _IBD_.
Baxter, R.
1961 _The Saints` Everlasting Rest_ (Epworth Press).
Berkouwer, G. C.
1972 _The Return of Christ_ (Eerdmans).
Boettner, L.
1956 _Immortality_ (Presbyterian & Reformed).
Cotterell, P.
1979 _What the Bible Says about Death_ (Kingsway).
Milne, B.
1979 _What the Bible says about the End of the World_ (Kingsway).
Morris, L.
1955 _The Wages of Sin_ (Tyndale Press).
1960 _The Biblical Doctrine of Judgment_ (Tyndale Press).
Motyer, J. A.
1965 _After Death_ (Hodder).
Sanders, J. O.
1966 _What of the Unevangelized?_ (OMF).
Travis, S.
1980a _Christian Hope and the Future of Man_ (IVP).
1980b _The Jesus Hope_ (IVP).
Indeks Bab 35: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 35 Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen ............... 01380
Ps 35.1 Abad-abad Pertama ............................ 01380
Ps 35.2 Abad Pertengahan ............................. 01381
Ps 35.3 Reformasi .................................... 01382
Ps 35.4 Abad ke-19.................................... 01383
Ps 35.5 Abad ke-20.................................... 01384
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
35. AKHIR ZAMAN DALAM PEMIKIRAN KRISTEN
35.1 Abad-abad pertama
Dalam gereja mula-mula pentingnya eskatologi masih dipertahankan karena orang Kristen banyak dianiaya. Dengan berlalunya abad demi abad, gereja menjadi organisasi yang semakin memikirkan kehidupan di dunia ini dan pada umumnya kurang tertarik tentang akhir zaman. Pembahasan teologis diarahkan pada hal-hal lain. Rupanya pendapat umum tentang masa depan bersifat milenial dan mengharapkan pemerintahan Kristus di dunia ini.
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
35.2 Abad pertengahan
Pada abad pertengahan, pergantian fokus dari masa yang akan datang ke masa kini mencapai perkembangannya yang terakhir dalam gereja Katolik, yang pernah disebut "kota Allah" dan disamakan dengan kerajaan Allah. Kuasa gereja atas dunia kekal dan masa depan manusia sangat dititikberatkan. Secara periodik pada abad pertengahan muncul juga spekulasi mengenai milenium.
Gereja menyatakan bisa menyalurkan "perbendaharaan amal", semacam rekening rohani atau jasa spiritual yang telah dikumpulkan orang kudus dahulu kala dengan perbuatan baik mereka. Gagasan tempat penyucian api diperkembangkan dalam kurun waktu ini dan menjelang abad ke-16 mengakibatkan penafsiran tentang masa depan secara materialistis yang dipakai secara komersial. Mungkin inilah hal yang paling mendorong munculnya Luther dan Reformasi Protestan.
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
35.3 Reformasi
Perhatian Reformasi terpusat pada arti keselamatan dan bagaimana memperolehnya. Sebab itu pemikiran eskatologis hanya pada tempat kedua. Akhir zaman terutama dilihat sebagai langkah terakhir pada masa yang akan datang bagi keselamatan individual dan kelompok. Pada zaman Reformasi, kelompok-kelompok tertentu dari aliran Anabaptis menghidupkan kembali eskatologis milenialis.
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
35.4 Abad ke-19
Pada abad ke-19 timbullah kritikan rasionalistis terhadap ajaran-ajaran Alkitab. Dosa dipandang secara dangkal karena tradisi pencerahan humanistis dan terjadilah reaksi terhadap usaha yang terlalu bersemangat untuk menggiring orang kepada kerajaan Allah dengan menitikberatkan kengerian neraka. Hal tanggung jawab manusia menjadi masalah yang kompleks disebabkan teori evolusi dan keturunan serta pembahasan tentang pikiran bawah sadar. Kesemuanya itu menyebabkan kurangnya perhatian teologis terhadap eskatologi selama abad ini. Yesus dilihat hanya sebagai teladan tertinggi bagi manusia, perwujudan tertinggi dari tujuan moral manusia.
Namun dalam golongan evangelikal terjadi kebangkitan perhatian besar terhadap akhir zaman. Pandangan-pandangan tentang milenium diandalkan dan pengharapan akan kedatangan Tuhan kembali berkobar-kobar. Semuanya ini sangat mempengaruhi upaya-upaya penginjilan, maupun perhatian golongan evangelikal terhadap peningkatan taraf kehidupan sosial.
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
35.5 Abad ke-20
Dengan tibanya abad ke-20, gambaran Protestan liberal tentang Yesus menjadi sasaran kritikan yang menunjukkan bahwa ajaran Yesus tentang kerajaan Allah dan kedatangan-Nya kembali bukan hal-hal yang bersifat tambahan melainkan menjadi inti pemikiran dan misi-Nya. Kesadaran ini telah mengarahkan teologi pada abad ke-20, bahkan boleh dikatakan eskatologi menjadi tema yang dominan.
Di antara orang Kristen evangelikal sekarang ini terdapat peningkatan harapan yang mencolok akan kedatangan Kristus segera, yang tentu saja dipupuk lagi oleh krisis internasional yang makin mendalam. Sayang sekali pemulihan keyakinan akan kedatangan Kristus ini kadang-kadang dicemarkan oleh penafsiran harfiah yang berlebihan dalam menafsirkan ajaran Alkitab. Sayang juga, sering perbedaan paham mengenai rincian-rincian eskatologis menjadi alasan untuk memisahkan diri dari orang Kristen lain yang juga percaya kepada Alkitab. Dan kadang-kadang orang gagal menghayati ajaran Alkitab mengenai akhir zaman sepenuhnya sampai pada dampak-dampak moralnya.
Indeks Bab 36: MENGENALI KEBENARAN
Judul Nomor-Nomor
Bab 36 Penerapan ......................................... 01386
Ps 36.1 Pengharapan .................................. 01386
Ps 36.2 Kekudusan .................................... 01387
Ps 36.3 Kegiatan ..................................... 01388
Sb 36.3.a Menyebarkan Injil ......................... 01388
36.3.b Membangun Umat Allah ...................... 01389
36.3.c Melayani Sesama Manusia ................... 01389
Ps 36.4 Sikap ........................................ 01390
Sb 36.4.a Berdoa .................................... 01390
36.4.b Waspada ................................... 01390
36.4.c Kasih ..................................... 01391
36.4.d Puji-pujian ............................... 01391
Kepustakaan Umum ........................................... 01392
Mengenali Kebenaran -- Bab 36. Penerapan [Indeks]
36. PENERAPAN
Penerapan secara etis sangat penting dalam hal ajaran Alkitab tentang akhir zaman. Berlawanan dengan pengamat-pengamat bola kristal dan ahli-ahli tenung, Alkitab senantiasa menyajikan ajaran yang bersifat moral. Ajaran itu tidak bermaksud untuk memuaskan rasa ingin tahu, tetapi memanggil orang untuk komitmen dan ketaatan (
36.1 Pengharapan
Kedatangan Tuhan kembali adalah "pengharapan kita yang penuh bahagia" (
Pada zaman keputusasaan ini orang Kristen berdiri terpisah dari yang lain. Pengharapannya tidak timbul dari pandangan humanis yang optimis tentang watak manusia, juga tidak dari kepercayaan Marxis bahwa pada hakikatnya manusia dapat berubah karena perubahan dalam konteks sosial kehidupannya. Orang Kristen mempunyai harapan karena percaya kepada Allah, dan khususnya kepada Allah yang telah menciptakan dunia ini untuk maksud tertentu.
Dunia ini tidak sedang berjalan membabi buta langsung menuju kehancuran. Allah adalah Raja dunia ciptaan-Nya dan Dia tidak akan membiarkannya lepas dari pemeliharaan-Nya. Tuhan Yesus akan datang. Sesungguhnya ini harapan yang penuh kebahagiaan.
Keyakinan orang Kristen tentang kedatangan Tuhan mempengaruhi sikapnya terhadap kematian (
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
36.2 Kekudusan
Tiga garis pemikiran mengantar kita dari ajaran tentang akhir zaman kepada sifat moral kita sekarang.
Pertama, berakhirnya riwayat segala sesuatu menunjukkan betapa dunia sekarang ini pada dasarnya tidak langgeng, dan bahwa sikap hidup yang melihat dunia ini sebagai realitas tertinggi adalah suatu kebodohan besar (
Kedua, orang Kristen dan gereja direncanakan untuk mengalami kehidupan kekal, yang kudus dan tanpa dosa. Karena itu kita terpanggil untuk setiap hari bertobat dan makin lama makin mendekati kehendak Allah yang kudus (
Ketiga, pada waktu kedatangan Kristus kita harus memberi pertanggungjawaban kepada-Nya (
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
36.3 Kegiatan
Alkitab tidak mendukung orang yang berpendapat bahwa kepercayaan akan kembalinya Tuhan mengakibatkan sikap tidak bertanggung jawab dan bermalas-malasan (
a. Menyebarkan Injil
Ada orang yang mengaitkan pekabaran Injil dengan kedatangan Tuhan dalam arti bahwa kita harus memberitahukan orang dan menganjurkan agar mereka mencari Kristus untuk menghindari penghakiman yang akan datang itu. Yesus sendiri pernah memberi peringatan seperti itu (
Rencana Allah untuk masa antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua adalah untuk memilih "suatu umat untuk nama-Nya" dari bangsa-bangsa (
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
b. Membangun umat Allah
Salah satu gambaran Perjanjian Baru yang terindah tentang gereja adalah sebagai pengantin Kristus (
c. Melayani sesama manusia
Ajaran tentang akhir zaman juga mempengaruhi keterlibatan orang Kristen pada masalah-masalah dalam masyarakat. Alkitab menggambarkan dunia baru yang, walaupun memakai bahasa kiasan, menjanjikan suatu bentuk masyarakat yang disempurnakan. Nilai-nilai sosial luhur seperti damai, keadilan, persamaan hak, toleransi, pengertian, simpati, keprihatinan bagi orang tak berdaya dan yang lemah, kasih sejati bagi sesamanya, penggunaan semua sumber untuk kebaikan orang banyak dan sebagainya akan terpenuhi dan terungkap. Kendatipun tidak akan terwujud sebelum kedatangan Tuhan, impian ini sangat relevan dalam dua hal.
Pertama, hal itu memberikan garis besar buat bentuk masyarakat yang sesuai dengan kehendak Allah dan kemuliaan-Nya. Maka setiap cara yang membawa masyarakat sekarang ini lebih dekat pada gambaran alkitabiah mempunyai nilai yang langgeng.
Kedua, tatanan sempurna yang akan datang juga menguatkan orang Kristen supaya ia tidak sampai pada keputusasaan terakhir, entah apa intensitas dan kedalaman masalah sosial dan politik yang begitu mengejutkan yang harus dihadapi. Setiap usaha demi keadilan dan pembaruan sosial, biarpun kelihatannya berlainan, sejalan dengan maksud dan tujuan sejarah (
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
36.4 Sikap
a. Berdoa
Jika kita percaya akan kedatangan Tuhan dan akhir zaman, kita seharusnya berdoa untuknya. Yesus menempatkan permohonan tentang akhir zaman di tengah-tengah doa "Bapa kami": "Datanglah kerajaanMu". Ada contoh-contoh lain dalam Perjanjian Baru (
b. Waspada
Salah satu petunjuk dan akibat yang jelas dari kepercayaan akan akhir zaman adalah sikap waspada (
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
c. Kasih
Kedatangan Tuhan dan kerajaan-Nya yang kekal berarti hubungan-hubungan orang Kristen dalam persekutuan gereja bersifat abadi. Ini merupakan alasan untuk mengasihi sesama orang Kristen. Kalau kita nanti akan masuk ke dalam kemuliaan dalam persekutuan besar umat Allah yang tak terbinasakan, bukankah kita harus mengasihi sesama kita sekarang ini? Justru untuk itu Allah mencurahkan kasih-Nya ke dalam hati kita oleh Roh Kudus (
d. Puji-pujian
Akhirnya, keyakinan orang Kristen akan kemenangan Kristus yang nanti akan terungkap itu dapat dinyatakan dalam ibadah dan puji-pujian. Dalam Kitab Wahyu, tentara surga dan gereja yang sudah menang digambarkan sedang asyik dalam ibadah dan puji-pujian, mengingat kesudahan yang akan segera datang (
Mengenali Kebenaran -- Bab 35. Akhir Zaman dalam Pemikiran Kristen [Indeks]
Kepustakaan umum
Bavinck, H.
1977 Our Reasonable Faith (Baker).
Berkhof, L.
1959 Systematic Theology (Banner of Truth).
1969 The History of Christian Doctrines (Banner of Truth).
Berkouwer, G. C.
1977 A Half Century of Theology (Eerdmans).
Bromiley, G. W.
1978 Historical Theology (T. & T. Clark).
Calvin, J.
1536-59 Institutes of the Christian Religion
Griffith Thomas, W. H.
1960 The Principles of Theology (Church Bookroom Press).
Hammond, T. C.
1968 In Understanding Be Men (IVP).
Hodge, C.
1960 Systematic Theology (James Clarke).
Kelly, J. N. D.
1977 Early Christian Doctrines (A.& C. Black).
Machen, J. G.
1946 Christianity and Liberalism (Eerdmans).
Orr, J.
1962 The Progress of Dogma (Eerdmans).
Packer, J. I.
1981 God`s Words (IVP).
Vos, G.
1976 Biblical Theology (Banner of Truth).