Berikut ini adalah kesaksian nyata dari Thailand. Daa mengatakan kepada MaeJo, seorang yang percaya dari Suku Bruu, bahwa ketika dia membandingkan hal-hal di Alkitab dengan kehidupan nyata, maka dia dapat melihat bahwa semuanya sesuai dan benar-benar nyata seperti yang tertulis di Alkitab.
Misionaris Mary Aspinwall pun baru-baru ini meluangkan banyak waktunya dengan Daa untuk mengajarinya tentang pemahaman Alkitab dan penginjilan. Daa terlihat sangat bersemangat dan menyatakan keinginannya agar MaeJo bisa terus mengajarinya tentang Alkitab setelah kegiatan memanen padi selesai. Daa juga berharap supaya keluarganya akan turut mendengarkan pengajaran itu pula.
MaeJo juga memberikan pengaruh atas Nii, yang mulai muncul keluar dari lingkungannya dan telah siap untuk memberitakan pada dunia akan imannya pada Kristus. Nii telah bergabung dengan MaeJo untuk membantu menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bruu. Kedua wanita itu pun menghadiri sebuah seminar penerjemahan dan merasa begitu dikuatkan dengan apa yang mereka pelajari.
Mary menyatakan, "Kami sangat bersyukur atas tim yang Tuhan telah berikan kepada kami dan hanya berharap supaya kami dapat mempunyai lebih banyak waktu untuk bertekun dalam tugas penerjemahan ke dalam bahasa Bruu sehingga prosesnya dapat berjalan lebih cepat." Terjemahan Alkitab yang sudah ada dalam bahasa Bruu semakin banyak digunakan. Orang-orang mulai mengajarkan Alkitab dengan terjemahan itu di gereja-gereja. Hal itu membuat kami semakin tertantang untuk menyediakan lebih banyak lagi Alkitab dalam bahasa Bruu dan memberikannya kepada jemaat di Thailand.
[Sumber: Get Info -- New Tribes Mission, November 10th, 2005]
Pantai sepanjang 30 mil yang membentang antara Thaimuang dan Takuapa telah diluluhlantakan oleh gelombang tsunami akhir Desember 2004 lalu. Khao Lak, daerah yang selama berminggu-minggu selalu dibicarakan orang setelah musibah ini, juga termasuk dalam wilayah yang hancur. Ratusan tenaga sukarelawan membantu penduduk setempat dan tentara Thailand untuk membangun kembali daerah Khao Lak. Kebanyakan dari sukarelawan yang telah menyumbangkan tenaga dan hartanya adalah orang-orang yang telah mengenal kasih Kristus, dan kesaksian hidup mereka telah menyebabkan banyak orang mulai memikirkan tentang Yesus. Lebih dari 20 gereja baru mulai dibangun di daerah ini sejak tsunami berlalu, kebanyakkan berupa gereja rumah kecil yang dipimpin oleh penduduk setempat yang giat dalam mengurusi kebutuhan penduduk. "Orang Kristen sebelumnya tak pernah terlibat sedemikian dalam di semua wilayah di Thailand," komentar seorang pendeta. Tentu, banyak orang yang datang ke gereja hanya untuk mendapatkan kebutuhan hidup jasmaninya, namun mereka juga sedang menggumulkan pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam hidup mereka. Para pengungsi tersebut ada yang kehilangan keluarga, sahabat, ataupun tetangga-tetangganya akibat tsunami. Di salah satu gereja, seorang wanita berusia 27 tahun yang kehilangan suami dan semua anaknya menceritakan bagaimana kitab Roma mampu menenangkannya, membuat dirinya dapat tidur kembali. Di gereja itu, 19 orang telah dibaptis bulan lalu.
[Sumber: FridayFax: October 20, 2005]
Banjir di Thailand telah menghancurkan rekaman master Alkitab, maka proses pengerjaannya pun tertunda. Saat topan Katrina menyita perhatian berita dunia, bencana alam lainnya telah membuat pelayanan di Thailand tertunda. Banjir yang terjadi bulan lalu di bagian Utara Thailand telah memaksa dievakuasinya 100.000 orang dan mengakibatkan kerugian sekitar 50 ribu dollar bagi Talking Bibles International, demikian menurut Paul Hoekstra. "Salah satu studio yang kami gunakan untuk memproduksi rekaman Perjanjian Baru, telah rusak. Air masuk hingga setinggi jendela dan mengakibatkan kerusakan pada peralatan serta rekaman-rekaman master berharga yang ada di studio." Namun, karena master-master itu juga disimpan di Amerika Serikat, program itu masih dapat diselamatkan. Namun, kata Hoekstra, bagaimana pun bencana itu tetap mempunyai dampak terhadap pekerjaan mereka. "Kejadian itu telah menunda proses distribusi ke orang-orang di Thailand. Kami sedang mengerjakan rekaman Alkitab dalam tiga bahasa saat bencana ini terjadi, yaitu bahasa Karen, bahasa Lahu, dan Thaileu. Ketiganya adalah bahasa dari suku-suku yang tinggal di bukit-bukit di Utara Thailand."
[Sumber: Mission Network News, September 13nd 2005]
Tim Film YESUS kembali melakukan pelayanan di Thailand di wilayah yang dilanda tsunami. Para relawan dari proyek Film YESUS adalah termasuk orang-orang pertama yang tiba di wilayah yang dilanda tsunami. Ada 250 pelajar dan staf dari Bangkok yang melihat kebutuhan para korban, dan mereka rindu untuk bisa kembali ke Thailand untuk melayani para korban tersebut. Minggu lalu, kerinduan mereka terpenuhi dan bisa menjejakkan kaki di Thailand. Para relawan ini membantu para korban yang selamat untuk membangun kembali tempat tinggal mereka, mengatur persediaan bantuan, dan mensharingkan tentang berita pengharapan melalui pemutaran Film YESUS dalam bahasa lokal setempat. Para pemimpin tim Film YESUS berdoa agar mereka memiliki kesempatan untuk menceritakan tentang Kabar Baik kepada para korban.
[Sumber: Mission Network News, February 1st, 2005]
Sekitar tiga minggu yang lalu, tsunami telah melanda Asia, dan orang-orang Kristen telah memberikan respon-respon yang positif. Perwakilan dari Campus Crusade sedang menyiapkan Proyek Film YESUS di Thailand. Perwakilan tersebut mengatakan bahwa organisasinya telah mengirim 250 siswa dan staf untuk membantu pasukan militer dalam menyediakan bantuan. Namun, pelayanan yang sesungguhnya terjadi ketika mereka mempunyai kesempatan untuk berbicara langsung dengan para korban. "Kami hanya mendengarkan cerita-cerita mereka. Kami hanya sekilas menjelaskan bahwa Allah mengasihi mereka dan dapat memberi mereka harapan baru. Dan kami bertanya, apakah kami boleh berdoa untuk mereka. Mereka menerima doa kami dan pada hari berikutnya ketika kami kembali, mereka sudah sangat terbuka." Banyak orang yang mulai membuka hati kepada Kristus. Perwakilan itu juga mengatakan bahwa keterbukaan itu membuka jalan bagi penyaluran video Film YESUS ke wilayah tersebut. "Kami merasa bahwa kita dapat menggunakan kesempatan ini untuk mendistribusikan Film YESUS ke setiap rumah karena sekarang mereka lebih terbuka. Saat ini, kami merasa bahwa mereka membutuhkan penghiburan karena banyak di antara mereka yang kehilangan anggota keluarga yang mereka kasihi."
[Sumber: Mission Network News, January 17th 2005]