Craig James Wood adalah seorang ahli meteorologi yang bekerja pada
sebuah stasiun televisi, yang profesionalismenya dan ketepatan
prakiraan cuacanya membuat ia sangat disegani. Di sini ia
menceritakan tentang perjalanannya dari ateisme sampai beriman.
Lima belas tahun yang lalu saya adalah seorang ateis. Saya
telah memutuskan bahwa tidak ada Allah. Bagi saya, satu-satunya
kekuatan yang bekerja di dunia adalah gaya berat -- bukan sesuatu
yang lebih berpribadi dan peduli dari itu.
Saya selalu diberitahu bahwa manusia diciptakan menurut
gambar Allah. Namun berdasarkan apa yang saya lihat pada diri dan
cara orang-orang saling memperlakukan, hal itu bukanlah gambar yang
saya sukai. Di samping itu, penderitaan meluas yang ditanggung umat
manusia -- disebabkan oleh banjir, gempa bumi, penyakit, kebakaran
dan bencana-bencana lainnya -- menyebabkan saya menyimpulkan bahwa
bila ada Allah, Dia pasti tidak mempedulikan manusia lebih baik dari
saya. Jauh lebih masuk akal untuk dipercaya bahwa tidak ada Allah
daripada ada "Seorang" Allah yang kejam dan semauNya sendiri.
Dengan keyakinan-keyakinan dan semua argumen untuk
mendukungnya, saya tiba di Grand Rapids pada tahun 1972. Saya siap
bekerja keras untuk mencapai semua tujuan yang telah saya tetapkan
bagi diri saya. Saya menginginkan keluarga yang bahagia, rumah yang
bagus, pekerjaan yang menyenangkan dan penghasilan yang layak. Pada
usia 25 tahun, kelihatannya saya telah mencapai semua tujuan itu.
Namun sesungguhnya saya merasakan kekecewaan yang mendalam karena
saya tidak merasakan kepuasan. Bahkan sebaliknya, saya mulai
merasakan ketidakpuasan dan ketidaktenangan yang kuat. Saya mulai
merasakan kebosanan dalam hidup.
Pada masa itu saya mulai bertemu (atau memperhatikan untuk
pertama kalinya) orang-orang yang berbeda kehidupannya. Mereka
memiliki damai di dalam diri yang tidak saya miliki dengan kemauan
saya sendiri. Hal ini membuat saya sangat marah. Dan ketika
orang-orang ini mengatakan kepada saya bahwa damai mereka datang dari
Allah yang hidup yang ada dalam diri mereka, saya menjadi lebih marah
lagi.
Biasanya saya dapat mengabaikan percakapan tentang Allah yang
hidup sebagai suatu yang omong kosong. Namun kenyataan adanya sesuatu
yang berbeda dalam kehidupan orang-orang ini, terlalu kuat untuk
dibantah. Kemudian saya melihat suatu perubahan pada istri saya
Marcie, yang lebih tak mungkin pula untuk dibantah. Dalam sekejap,
banyak kekecewaan, kekhawatiran dan kebencian dalam dirinya, diganti
dengan roh kedamaian dan kemantapan, sama seperti yang dialami oleh
teman-teman saya.
Tiga minggu kemudian, Marcie memberanikan dirinya untuk
menceritakan kepada saya bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada
Yesus Kristus. Saya tidak dapat melawanNya lebih lama lagi. Saya pun
menyerahkan hidup saya kepada Allah yang hidup ini, yang telah
memperkenalkan diriNya kepada saya melalui istri dan teman-teman saya
yang diubahNya.
Sekarang saya tahu bahwa Allah ada. Dia telah menyatakan
diriNya melalui Alkitab, yang dulu tidak pernah saya percayai. Dia
menyatakan diriNya melalui perencanaan alam semesta yang sekarang
saya lihat dari sudut pandang yang berbeda. Dan Dia telah menyatakan
diriNya melalui hidup orang-orang yang menjadi kunci yang membuka
hati saya.
Dia siap dan mau menyatakan diriNya kepada Anda juga, bila
Anda memintaNya untuk memperkenalkan diriNya kepada Anda.