Orang-orang religius menilai Yesus berbahaya. Dia menimbulkan kericuhan yang mengancam stabilitas religius dan kemantapan politik Israel. Dia banyak melakukan hal-hal yang sulit dijelaskan. Dia mengajar dengan kuasa dan mengalihkan perhatian dari hal-hal religi yang lahiriah kepada sikap hati yang mendalam. Dia mengajarkan bahwa Allah tidak mencari orang yang berbuat baik sesuai dengan tuntutan religi, melainkan orang yang:
Kristus lebih menerima hati yang hancur daripada religi yang sombong. Dia menjadi ancaman bagi orang-orang religius sebab siapa pun yang menerima Dia, tidak akan pernah lagi membutuhkan religi orang-orang Farisi. Sementara orang-orang Farisi sangat menekankan ketaatan hukum secara detil, Yesus mengajarkan bahwa Allah mau mengampuni orang-orang yang paling berdosa sekalipun. Bertahun-tahun kemudian Paulus, rasul Kristus yang dulunya orang Farisi, menyatakan bahwa hukum-hukum religi tidak pernah, tidak mampu dan tidak akan dapat menyelamatkan manusia dari dosa. Dalam surat-suratnya, Paulus menerangkan bahwa hukum Allah diberikan kepada kita untuk menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Juruselamat yang lebih dalam segala hal dari religi.
Kristus lebih tinggi dari religi dari segala sisi:Inilah Pribadi yang meliputi segala hal, yang tidak dilihat oleh orang-orang Farisi. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Bagaimana mereka dapat menanti-nantikan kedatangan Mesias bersama orang-orang Israel, kemudian berusaha membunuhNya ketika Dia datang? Mari kita pelajari kata-kata Yesus sendiri tentang hal ini.