Mission India of Grand Rapids, Michigan, sedang mengembangkan pelayanan outreach-nya kepada suku Dalits [Red.: "the untouchables" yaitu 200+ juta orang India paling miskin/terjajah -- yang dicap "outcasts" -- di luar/di bawah sistem kasta)]. Organisasi ini menggunakan program pelatihan membaca berdasarkan Alkitab. Perwakilan dari Mission India mengatakan bahwa suku Dalits sangat membutuhkan pendidikan dan hal ini merupakan sarana yang sangat tepat untuk melakukan penginjilan. Tujuh atau delapan pelajaran pertama mengajarkan tentang kebutuhan-kebutuhan sekuler seperti kebersihan, kesehatan, dll. Kemudian secara bertahap kami mulai mengenalkan pelajaran-pelajaran tentang Kristus sehingga selama 9 bulan mereka yang mengikuti pelajaran tersebut bisa mengetahui seluruh kisah tentang keselamatan -- mulai dari penciptaan sampai kedatangan Kristus yang kedua. Program ini menunjukkan beberapa kesuksesan. Jumlah orang yang lulus kursus tersebut meningkat tajam -- sekitar 84%, dimana 40% diantaranya menjadi orang percaya. Mereka mulai mengalami peningkatan penghasilan. Kesehatan dan kebersihan juga meningkat.
Kolkata (dulunya bernama Calcutta) adalah sebuah kota yang dihuni sekitar =17= juta orang di bagian timur India. Kota ini didirikan tahun 1696 dan menjadi Ibukota British India selama bertahun-tahun. Sebagai salah satu kota yang paling padat populasinya di dunia, Kolkata memiliki reputasi dalam hal kemiskinan dan keburukan, tetapi kota ini juga kaya dalam hal warisan budaya dan menjadi pusat bisnis utama di bagian timur India. [[Cat.Red: kota ini terkenal/diberkati oleh pelayanan Mother Theresa (Ibu Teresia), dan buku/film "City of Hope" (Kota Harapan) -- Allah telah mengerjakan banyak hal yang luar biasa di kota ini dan akan terus melakukannya.]] Populasinya terdiri dari banyak kelompok suku, dan Alkitab telah tersedia dalam bahasa- bahasa utama seperti Bengali dan Hindi. Sekitar 80% penduduk Kolkata beragama Hindu dan 14% beragama Muslim. Sebanyak 2,4% populasi penduduk menyatakan dirinya sebagai orang-orang Kristen termasuk orang Kristen tradisi (keturunan) yang tidak menjalin hubungan pribadi dengan Kristus.
Sumber: Advance, October 21, 2002Di awal tahun ini, seorang pemimpin gereja di India ditangkap dan di penjara setelah para aktivis Hindu menuduhnya telah menipu orang- orang miskin dan memaksa mereka untuk menjadi pengikut Kristen. Meskipun dia telah dibebaskan dari penjara seminggu kemudian, pengaruh kesaksiannya selama di penjara sangatlah besar sehingga para penguasa mengundangnya untuk datang dan berkhotbah di hadapan para narapidana.
Sumber: Advance, Oct. 21, 2002Percaya atau tidak ... kesaksian berikut sungguh unik dan menarik! "Pada suatu tengah malam, penginjil India Sadhu Chellapa tiba-tiba merasakan bahwa Allah sedang berbicara padanya: 'Segera pergi dari rumahmu, dan berlarilah!' Chellapa telah terbiasa menerima instruksi-instruksi dari Allah dan melakukannya tanpa kompromi. Dia segera berpakaian, dan berlari menembus kegelapan. Setelah berlari beberapa saat, dia merasakan Allah berkata, 'Berdirilah di bawah pohon itu dan mulailah berkhotbah!' Bahkan bagi seorang penginjil yang berpengalaman, perintah ini sungguh menggelikan -- karena tidak ada orang lain yang dilihatnya di tempat itu. Mengapa Allah meminta dia berkhotbah di bawah pohon di tengah malam itu? Dia mulai berkhotbah, dan akhirnya sampai pada bagian dimana ia harus memberikan tantangan bagi para pendengar yang tidak dilihatnya supaya mereka memberikan hidupnya kepada Kristus. Chellapa terkejut saat mendengar sebuah suara dari atas pohon dan dia melihat seorang pria turun dari pohon. Sambil menangis pria menyerahkan hidupnya kepada Yesus. Pria sebenarnya akan menggantung diri di atas pohon saat Chellapa mulai berkhotbah tentang Yesus. 'Khotbah itu menolong saya untuk mengikuti petunjuk Allah meskipun saya belum benar-benar memahaminya,' kata pria yang turun dari atas pohon itu."
Sumber: FridayFax, September 13, 2002
Pendeta Susanta Patra dari Kalkuta mempunyai visi yang besar yaitu dia ingin melihat dimulainya gerakan-gerakan perintisan gereja di 280 kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Bengali sebagai bahasa tuturnya. Injil masih belum menjangkau kelompok-kelompok suku tersebut. Baru-baru ini Allah telah mendorong Susanta Patra dengan cara yang unik. Menurut laporan dari DAWN Ministries (Discpling a Whole Nation), beberapa bulan yang lalu Susanta Patra mengadakan pemahaman Alkitab bagi 45 orang Bengali di Kalkuta. Di akhir pertemuan, ada seorang pria yang mengajak seorang wanita berpenyakit kanker kepadanya. Pria itu berkata, "Apakah anda mau mendoakannya, sehingga kami dapat melihat bahwa Allah anda lebih berkuasa daripada dewa-dewa saya." Susanta saat itu merasa lelah secara rohani, tetapi dia tetap mendoakan wanita itu. Sesudah selesai mendoakan wanita itu, Susanta bergegas pulang ke rumahnya. "Saya menangis di hadapan Allah, memohon ampun kepadanya karena saya merasakan kekeringan rohani di dalam hidup saya. Saya merasa yakin bahwa Allah tidak akan menjawab doa saya, dan tak satupun dari 45 orang yang mengikuti PA akan kembali minggu depan." Selama dua minggu Susanta mengumpulkan keberanian untuk menghadiri PA itu. Yang mengherankannya, 45 orang hadir mengikuti PA termasuk wanita yang menderita kanker dan telah disembuhkan! Susanta menyaksikan bahwa 43 dari 45 pengikut PA telah memutuskan untuk menjadi pengikut Yesus, meskipun tanpa kehadirannya selama 2 minggu yang lalu. Sesudah peristiwa itu, lebih dari 12 gereja rumah mulai dirintis di wilayah yang dihuni suku Bengali.
Sumber: FridayFax, July 26, 2002
Seorang polisi ditugaskan untuk menyelidiki komunitas Kristen dengan menyamar sebagai seorang pendeta Kristen. Setelah beberapa waktu, ketika polisi Muslim itu membaca Alkitab dan memberikan khotbahnya, dia mulai mengakui dan membuka hatinya kepada Kristus. Sekarang dia sungguh-sungguh memberitakan tentang kasih Allah dan keselamatan dalam Yesus Kristus bagi orang-orang di komunitasnya -- 44 juta orang Rajputs, kasta atas yang tinggal di India bagian utara.
Sumber: Advance, June 30, 2002
Menurut pengawas pertumbuhan gereja Joshua Pillai melaporkan bahwa gereja-gereja dan kelompok-kelompok Kristen di India bagian Selatan telah bekerja sama dengan strategis. Selama konferensi di Tiruchi, Tami Nadu, tanggal 16 - 18 April yang lalu, evangelis Sadhu Chellappa, pastor Rathnam Paul, perintis gereja Victor Choudrie dan Pillai berbicara di depan 350 pendeta tentang kesempatan-kesempatan untuk merintis berdirinya gereja-gereja rumah (house churches) di India bagian Selatan. Di India bagian Utara, gerakan gereja perumahan berkembang dengan cepat dan menjadi salah satu gerakan yang bertumbuh paling cepat di India. Choudrie, yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perintisan ribuan gereja perumahan selama 6 tahun terakhir, mengatakan bahwa perlu perubahan mental, metode yang benar-benar beda harus digunakan untuk merintis berdirinya gereja perumahan di India. Menurut Pillai, konferensi di Tami Nadu tersebut telah membuka mata para pendeta yang saat ini dengan penuh keyakinan akan merintis berdirinya 50.000 gereja perumahan baru dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
Sumber: What In The World, May 31, 2002
Peristiwa ini terjadi saat Dick Eastman mengunjungi India untuk menyaksikan pertumbuhan rohani di sana. Perwakilan EHC (Every Home for Christ) di India dengan penuh semangat dan sukacita menceritakan tentang bagaimana tim mereka bisa mengenalkan Kristus di sebuah desa di India. Ceritanya adalah sebagai berikut:
EHC di India mengirimkan setiap dua orang pekerjanya untuk mengunjungi desa-desa di wilayah India untuk membagikan traktat- traktat dan berita Injil. Suatu hari, ada dua orang pekerja yang membagikan traktat ke semua rumah di desa A. Namun karena tidak ada respon dari masyarakat desa A maka kedua pekerja itu segera meneruskan pelayanannya ke desa-desa lain. Ada sebuah rumah di desa A yang dihuni oleh seorang wanita yang bernama Lysente dan dua orang anaknya. Keluarga miskin ini menerima juga traktat yang diberikan oleh kedua pekerja EHC. Suatu hari, anak Lysente yang terkecil menderita sakit keras dan Lysente tidak tahu apa yang harus dikerjakannya karena dia tidak memiliki biaya untuk mengobatinya.
Saat memandang kondisi anaknya yang terus memburuk segera terlintas ide dalam benak Lysente untuk menolong anaknya. Dia membawa anak itu keluar dan membaringkannya di teras rumahnya. Lalu Lysente segera berlari ke semua rumah penduduk yang ada di desa A. Dia meminta semua traktat yang dibagikan oleh pekerja EHC di semua rummah di desa itu. Para penduduk desa bertanya-tanya dan bingung dengan tingkah laku yang dilakukan Lysente. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempercayai Allah yang tidak mereka kenal sama sekali. Namun Lysente dengan penuh keyakinan berkata, "Jika kalian ingin mengetahui apa yang ingin aku kerjakan dengan kertas-kertas ini, datang saja segera ke rumahku."
Para penduduk desa akhirnya pun datang berduyun-duyun ke rumah Lysente karena ingin tahu apa yang akan dikerjakannya. Sesampainya di rumah, Lysente segera menempatkan traktat-traktat itu mengelilingi tubuh anaknya dan ada satu yang diletakkan di atas perut anaknya. Setelah selesai dengan tegas dan dalam tangisnya dia berkata, "Jika Engkau memang benar-benar Allah yang berkuasa, sembuhkanlah anakku ini."
Mujizat terjadi. Segera sesudah doa Lysente selesai diucapkan, anaknya bangkit dari tidur dan penyakitnya pun disembuhkan. Menyaksikan keajaiban itu, seluruh penduduk desa A takjub. Para pemimpin desa segera mengirim utusan untuk pergi ke desa tetangga dan mencari dua orang pekerja yang telah membagikan traktat tadi. Mereka ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang Yesus. Kedua orang pekerja tadi akhirnya kembali lagi ke desa A yang dulu pernah menolak kehadiran mereka. Keduanya dengan penuh semangat mengenalkan Yesus kepada para penduduk desa A tersebut.
Setahun kemudian, ketika Dick Eastman punya kesempatan lagi untuk berkunjung ke India, dia menanyakan tentang perkembangan kondisi desa A. Perwakilan EHC di India menyodorkan sebuah foto yang menampilkan gambar penduduk desa A lengkap dengan senyuman yang menghiasi wajah-wajah mereka. Perwakilan itu menyatakan bahwa seluruh penduduk desa A telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Saat ini mereka sudah memiliki seorang gembala jemaat. Saat Dick Eastman menanyakan siapakah dia, perwakilan itu menunjuk gambar seorang ibu yang ada di foto itu -- dialah Lysente.
Sumber:
Kesaksian di atas diceritakan oleh Dick Eastman (President of Every Home for Christ/EHC) saat dia menjadi pembicara dalam Konsultasi dan Lokakarya Jaringan Doa Nasional VII di Lembang (Rabu, 29 Mei 2002).
Ada tiga orang penduduk sebuah desa di Orissa, India, yang menjadi korban gigitan ular. Mereka dipastikan tidak akan selamat. Ketika salah satu diantara mereka ada yang hidup dan selamat, semua penduduk desa ingin tahu bagaimana hal itu bisa terjadi. Begini kisahnya: Pada waktu peristiwa gigitan ular itu terjadi ada sebuah tim misi India yang sedang melakukan pelayanan penginjilan di desa tersebut. Dua orang korban gigitan ular dibawa ke dukun setempat dan diobati dengan pengobatan tradisional, tapi ternyata keduanya tidak dapat bertahan dan meninggal. Seorang korban yang lain dibawa ke tempat para misionaris dan dia didoakan dan dia selamat. Seluruh penduduk desa menganggap hal itu sebagai suatu keajaiban. Sebagai dampaknya, ada 15 keluarga di desa itu yang memutuskan untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Sumber: What In The World, February 28, 2002
AMG International saat ini sedang melayani populasi penderita kusta (leprosy/lepers) di India dengan menggunakan Mobile Medical Units (Unit Pengobatan Keliling). Staf medis yang tergabung dalam unit pengobatan ini pergi ke desa-desa untuk menolong para penderita lepra dimana kebanyakan dari mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan fasilitas kesehatan. AMG telah diberi wewenang oleh pemerintah India untuk mengunjungi setiap rumah di wilayah-wilayah tertentu guna menolong para penduduk dalam mencegah penyebaran penyakit lepra. Para staf medis juga menggunakan pelayanan ini untuk memenuhi misi mereka, yaitu memberi kesempatan kepada pasien untuk mendengar dan merespon berita Injil yang disampaikan saat mengobati penyakit mereka.
Sumber: Mission Network News, Marc 2002
Sekelompok peneliti Kristen sedang melakukan perjalanan ke sebuah desa di bagian utara India untuk mempelajari praktek-praktek keagamaan di desa tersebut. Saat mendekati desa, mereka merasakan goncangan karena mobil yang mereka tumpangi melindas sesuatu. Mereka menghentikan mobil untuk melihat benda apa yang terlindas dan mereka menemukan ular cobra yang telah mati terlindas mobil mereka. Kelompok itu segera melanjutkan perjalanan untuk memasuki desa. Mereka memulai penelitiannya dengan bertanya kepada para penduduk setempat tentang kepercayaan yang dianut oleh penduduk setempat. Para penduduk mengatakan bahwa setiap pagi ada seekor ular cobra besar datang ke desa dan penduduk desa akan memberinya makan dan menyembahnya. Para peneliti itu lalu berkata, "Wah, kalau begitu tanpa sengaja kami telah melindas dewamu pagi ini. Perkenankan kami menceritakan tentang siapa Pencipta dari ular cobra tersebut dan Pencipta dari kita semua." Menjelang hari itu berakhir, para penduduk desa memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus dan sebuah gereja mulai dirintis pada hari itu juga.
Sumber : Advance: Jan 2002
Seorang tetua India dari suku Awadhi mau membuka hati menerima Kristus. Dia segera memusnahkan sebuah patung dari tempat pemujaan yang ada di rumahnya. Setelah beberapa bulan, ada sekitar 50 orang dari suku tersebut yang juga mau membuka hati dan mereka mengadakan persekutuan pertama yang dimulai di rumah tetua tersebut. Saat ini pemerintah setempat menganiaya orang-orang percaya tersebut dan memaksa mereka untuk mengembalikan patung-patung sesembahan itu ke dalam tempat pemujaan di rumah mereka masing-masing.
Sumber: Advance: Dec. 3, 2001
M A D Y A P R A D E S H
Di Madya Pradesh, seorang pria miskin ditangkap atas tuduhan melakukan aktivitas penginjilan, dan kasusnya diajukan ke dalam persidangan. Saat sidang, pria miskin tadi membawa seekor ayam ke dalam ruang sidang. Ketika hakim bertanya mengapa dia membawa ayam itu ke ruang sidang, pria miskin tadi menjelaskan bahwa dia akan menjual ayam itu dan uangnya akan dipakai untuk membeli karcis bis sehingga dia bisa pulang ke rumahnya yang jaraknya sekitar 30 mil dari tempat sidang tersebut. Hakim segera menggugurkan tuntutan atas diri pria miskin itu karena hakim merasa yakin bahwa sangatlah tidak mungkin bagi seorang pria semiskin itu untuk terlibat dalam aktivitas penginjilan. Seorang polisi menjadi saksi bahwa pria itu memang benar-benar miskin sampai-sampai gubuk yang didiaminya tidak memiliki pintu dan tidak ada satupun barang berharga yang dapat dicuri dalam gubuk itu. Namun Victor Choudhrie menyatakan bahwa pria miskin yang juga tidak dapat membaca dan menulis itu adalah salah satu perintis gereja yang paling efektif di wilayah Madya Pradesh.
Sumber: FridayFax, Feb 2002