Pelajaran Berharga Dari Rajawali

Beberapa waktu yang lalu, iseng-iseng saya menonton beberapa video bertemakan rajawali di YouTube. Ketika berbicara tentang rajawali, biasanya di benak kita langsung terlintas sosok pemburu hebat yang menguasai langit dengan bentangan sayapnya yang lebar. Rajawali adalah salah satu burung pemangsa terbesar di dunia. Banyak kebudayaan yang menghormatinya sebagai simbol hidup dari kekuatan, kebebasan, keberanian, dan kebanggaan.

Di dalam Alkitab sendiri, Rajawali disebut sebanyak 34 kali. Tentunya bukan tanpa maksud Alkitab mengumpamakan kasih dan pemeliharaan Tuhan dengan ungkapan bagai rajawali. Melalui ayat-ayat berikut, saya mengajak kita semua untuk belajar dari burung rajawali:

1. Bangun Impian Setinggi Mungkin

Ulangan 32:11 – Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukung di atas kepaknya.

Lazimnya, burung-burung lain membawa anaknya dengan cakar karena takut dimangsa dari belakang atau dari atas. Tetapi, rajawali tidak takut terhadap burung lainnya. Dia membawa anaknya di atas sayapnya. Dengan demikian, jika terkena anak panah, induk rajawalilah yang terluka. Rajawali juga dapat terbang hingga ketinggian 300 meter dengan kecepatan 300 km per jam.

Ketika anak-anak rajawali belajar terbang, induk rajawali akan mendorong keluar anak-anaknya dari sarang yang dibangun pada ketinggian 15–36 meter. Induk rajawali membongkar sarangnya dan mendorong anak-anak rajawali dari tebing yang tinggi dan curam, agar mereka mengepakkan sayap dan belajar terbang. Dengan demikian, sayapnya akan menjadi kuat. Ketika anaknya jatuh, induk rajawali akan terbang bersama anaknya dan menopangnya untuk kemudian melepaskannya lagi. Demikian proses yang berlangsung sampai anak rajawali mandiri dan mampu terbang sendiri.

Demikian pun Tuhan terhadap kita. Tuhan ingin kita memiliki impian yang tinggi bagai rajawali membangun sarangnya. Tuhan tidak ingin kita takut untuk membangun impian setinggi langit, karena ketika kita jatuh, Tuhan akan terbang di sisi kita untuk menopang kita. Ketika kita memiliki impian yang tinggi di dalam Tuhan, maka kita layaknya sarang rajawali. Jauh dari jangkauan musuh, aman, dan terlindungi. Ada sebuah kutipan yang sangat saya sukai, “shoot for the moon, even if you miss, you’ll land among the stars.” Arahkan impianmu setinggi mungkin, kalaupun meleset, kamu tidak akan jauh darinya.

2. Tidak Takut Dengan Badai Kehidupan

Keluaran 19:4 – Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu.

Berbeda dengan burung-burung lainnya, rajawali tidak takut terhadap angin kencang maupun badai. Ketika burung lain menjauhi angin kencang dan berlindung di saat badai, rajawali malah menyukainya. Rajawali menanti-nanti saat yang tepat dan sengaja menghampiri lokasi terjadinya angin kencang dan badai. Ketika angin kencang dan badai terjadi, mereka dapat terbang lebih tinggi tanpa perlu mengepakkan sayapnya!

Berbeda dengan rajawali, seringkali kita menjadi orang-orang yang takut dengan badai kehidupan. Alih-alih tak gentar menghadapi badai, kita cenderung menghindar dan lari dari masalah. Bukannya menghadapi dengan tenang, kita malah panik, khawatir, menyalahkan keadaan, orang-orang di sekitar kita, bahkan Tuhan. Seringkali hanya diri kita sendiri saja yang tidak kita salahkan.

Rajawali tahu ketika badai terjadi mereka akan terbang lebih tinggi dan ini pun berlaku untuk hidup kita. Saat badai kehidupan menerpa, sebenarnya kita sedang berada di dalam ujian yang akan membawa kita ke level yang lebih tinggi. Badai hidup akan menempa kita menjadi pribadi yang lebih kuat, dengan iman yang teruji dan karakter yang lebih baik.

3. Tinggalkan Manusia Lama, Jadilah Dewasa

Ibrani 5:14 – Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.

Burung rajawali tidak pernah memakan bangkai. Mereka selalu memakan daging segar. Burung-burung lain mungkin mengais-ngais tanah, atau bahkan menanti bangkai yang dapat mereka lahap tanpa perlawanan. Tetapi seekor rajawali selalu menanti kesempatan dengan tenang, dia mengintai mangsanya karena menginginkan makanan terbaik.

Layaknya rajawali, sebagai seorang Kristen seharusnya kita juga berketetapan untuk tidak memakan bangkai. Salah satu ciri kedewasaan adalah saat kita dapat menanti dengan tenang dan mengetahui ada ganjaran yang lebih baik saat kita dapat menguasai diri. Berapa banyak di antara kita yang seharusnya sudah dewasa secara rohani, tetapi pada kenyataannya masih menghidupi manusia lama kita? Berapa banyak di antara kita yang tidak mau dan tidak sabar menanggung ketidaknyamanan untuk dapat bertumbuh?

Apakah kita merasa diserang saat seseorang memberi tahu apa yang seharusnya kita ubahkan? Tentu saja lebih mudah untuk menunjukkan sikap buruk, membela diri, atau bahkan menjustifikasi kesalahan kita. Namun, jika kita mau bersusah-payah menguasai diri, mendengarkan saran, dan mengubah kesalahan kita, maka Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi dewasa.
Layaknya rajawali, Tuhan memanggil kita untuk terbang lebih tinggi. Berapa lama lagi kita mau terus hidup dengan manusia lama kita? Marilah kita belajar menjadi seperti rajawali dan menginspirasi orang-orang saat melihat kemuliaan Tuhan di dalam diri kita.

1 Petrus 2:2 – Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.

Source : https://gkdi.org/blog/rajawali/