You are hereTak Hanya Sebagai Penipu, Bahkan Membatasi Berkat Tuhan

Tak Hanya Sebagai Penipu, Bahkan Membatasi Berkat Tuhan


By novi - Posted on 11 January 2010

Penipu adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, perbuatan yang dilakukan secara licik dan pengecut. Menipu biasanya dilakukan oleh orang yang ingin mencari keuntungan diri sendiri. Sifat kikir dan serakah mendahului perbuatan ini. Perbuatan menipu dapat mengakibatkan orang yang melakukannya kehilangan kasih dan belas kasihan terhadap sesamanya.

Alkitab mengatakan, orang yang melakukan perbuatan menipu (penipu) kehilangan kasih dari dan kepada Tuhan (Maleaki 3:8-9). Firman Tuhan ini dengan jelas menerangkan bahwa manusia menipu Allah dengan cara dan mengenai persembahan. Sebagai orang percaya, kita mengakui bahwa harta kekayaan yang kita miliki adalah pemberian/berkat dari Tuhan, namun kita harus mengetahui bahwa di dalamnya ada sebahagian yang menjadi milik Tuhan, yaitu sepersepuluh.

Tuhan hanya menginginkan sepersepuluh dari setiap penghasilan kita, supaya ada persediaan di dalam rumah-Nya (Maleakhi 3:10). Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa kunci "berkat jasmani" yang berkelimpahan adalah kesetiaan kita memberikan persepuluhan kepada Tuhan. Firman Tuhan tidak pernah bohong, setiap perkataannya adalah ya dan amin. Mengapa kita tidak mencoba untuk setia kepada Firman-Nya? Memberikan persepuluhan bukanlah dengan motivasi mencari berkat, tetapi karena kita mengasihi Tuhan dan tidak menjadi penipu.

Orang Kristen yang tidak mengembalikan milik Tuhan yang sepersepuluh itu bukan saja menjadi penipu, tetapi merugikan dirinya sendiri dengan membatasi berkat yang sesungguhnya akan diterimanya. Banyak orang mengatakan bahwa pundi-pundinya bocor terus, artinya pengeluarannya terlalu besar sehingga sering tekor, difisit. Cari uang dari pagi sampai tengah malam namun hasilnya tidak kelihatan, ada saja pos-pos pengeluarannya yang harus segera ditutupi. Mengapa bisa terjadi demikian? Coba introspeksi diri, sudahkan aku mengembalikan persepuluhanku?

Tuhan menjanjikan kepada orang yang mengembalikan persepuluhan, akan membukakan tingkap-tingkap langit, mencurahkan berkat yang berkelimpahan. Bahkan menghardik belalang pelahap yang selalu menghabisi hasil pekerjaan kita. Jangan menyepelekan persepuluhan agar pundi-pundimu tidak dimakan belalang pelahap.

Kemana kita harus mengembalikan milik Tuhan itu? Firman Tuhan berkata; "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan dirumahKU". Jadi alamat yang tepat adalah rumah Tuhan, ke gereja! Tetapi ada sebagian orang yang tidak mau memberikan persepuluhannya ke gereja dengan alasan gerejanya sudah banyak uang, lebih baik diberikan kepada orang-orang yang kekurangan. Ini adalah kesalahan yang buruk. Sepintaslalu kelihatannya orang ini sangat saleh, dengan menolong orang-orang miskin, padahal pemberian itu salah alamat.

Persepuluhan diberikan ke gereja tempat di mana kita menerima makanan Firman Tuhan. Jangan diberikan kepada pribadi-pribadi yang kekurangan. Bila ingin membantu orang-orang miskin berilah dari milikmu yang lain, bukan dari persepuluhan. Jangan berdalih ingin menolong pada hal dibalik itu hanya ingin menutupi sifat kikir (pelit), ingin pujian dari orang lain. Sebagian orang tidak mau memberi persepuluhan kegereja karena melihat Gembala Sidangnya sudah kaya, banyak duit jadi lebih baik diberi kepada orang yang kekurangan, ini salah!

Memberi persepuluhan jangan karena memandang Pendeta atau Gembala Sidang. Kaya atau miskin Gembala Sidangmu bukanlah ukuran untuk tidak memberi/memberi persepuluhan. Yang penting, kerjakan kewajibanmu, berikan persepuluhan ke gereja tempat dimana engkau mendapat makanan Firman Tuhan. Mendengar Firman Tuhan adalah baik, tetapi jauh lebih baik bila melakukannya. Daripada menyandang gelar sebagai penipu, lebih baik memberi persepuluhan. Daripada mengalami pundi-pundi yang bocor, lebih baik menikmati berkat yang berkelimpahan.

Diambil dari:

Judul majalah : Pukat, Tahun XIV, Edisi Januari - Februari 1996
Judul artikel : Tak Hanya Sebagai Penipu, Bahkan Membatasi Berkat Tuhan
Penulis : Tia M.S
Penerbit : GBI Mawar Saron, Jakarta
Halaman : 7 -- 8