You are heretokoh misi / Rochunga Pudaite

Rochunga Pudaite


Rochunga Pudaite adalah seorang misionaris yang sangat dihargai dan memberikan pengaruh besar di negara-negara Dunia Ketiga (Third World). Keterlibatan Ro memberikan dampak yang luas sekali bagi penerjemahan dan pendistribusian Alkitab. Perhatiannya bagi kelompok sukunya sendiri, Suku Hmar, dan juga bagi penginjilan dunia telah menuntunnya untuk melalui jalan-jalan panjang yang sulit dan seringkali mengecewakan dari sebuah desa terpencil di pedalaman hutan bagian timur laut India menuju Wheaton, Illinois. Di Wheaton inilah pelayanan misi dari Ro -- mendirikan Bibles for the World -- membangun kantor pusatnya.

Rochunga Pudaite

Ro Pudaite dilahirkan di Senvon, sebuah desa di Manipur yang tidak jauh dari perbatasan Burma. Desa ini letaknya sangat terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan New Delhi. Bahkan desa ini tidak terdaftar dalam daftar sensus resmi, tidak mempunyai sekolah negeri atau pun kantor pos. Sampai suatu saat, Ro yang telah beranjak dewasa mengajukan permasalahan ini kepada Nehru.

Petualangan Ro dimulai pada tahun 1932 saat dia berusia 5 tahun. Allah mengutus ayahnya, Chawnga, untuk memberitakan Injil ke Phulpui. Tidak mudah bagi Chawnga untuk meninggalkan kemapanan sebagai gembala jemaat di gereja desa yang telah dirintisnya. Selama ini Chawnga telah menggunakan seluruh hidupnya untuk menginjili sukunya sendiri, Suku Hmar. Dalam waktu kurang dari 50 tahun, ada sekitar 80% penduduk Suku Hmar tersebar ke berbagai tempat yang memberitakan Injil dan mereka berterima kasih atas dedikasinya Chawnga. Meskipun demikian, dia taat kepada Allah yang mengutusnya ke Phulpui. Meskipun hanya sedikit pendidikan yang dimilikinya, Chawnga adalah seorang pembicara yang dinamis dan sangat sesuai dengan pelayanan di bidang perintisan penginjilan. Hanya dalam jangka waktu beberapa bulan, dia telah mendirikan jemaat kecil. Sejak itu dia memulai perjalanannya dari desa ke desa untuk membagikan tentang Kabar Baik ke mana pun dia pergi.

Saat Ro berusia 10 tahun, ayahnya berkata tentang pentingnya bagi seorang Hmar Kristen untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga nantinya dia dapat menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Hmar. Akhirnya Ro memenuhi harapan ayahnya dengan bersekolah di Churachandpur Mission School. Meski tinggal di asrama, selain belajar, Ro juga harus bekerja keras untuk biaya sekolah dan kamarnya. Tiap pagi dia memerah susu sapi, mengurusi kebun sekolah, dan membantu pekerjaan-pekerjaan lainnya. Tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Apalagi studinya menuntut dia untuk belajar keras. Meskipun menghadapi hal-hal tersebut, Ro dengan cepat menunjukkan kualitas kepemimpinannya sehingga dia terpilih sebagai ketua Junior Christian Endeavor. Dia menerima jabatan ini dengan penuh antusias. Dia segera membagi kelompoknya menjadi beberapa tim penginjilan yang bertugas untuk menginjili desa-desa tetangga -- Ro mencontoh teladan yang telah diberikan ayahnya.

Meskipun sukses dalam pelayanan penginjilannya, pendidikan Ro mengalami banyak kesulitan terutama dalam memelajari bahasa Inggris. Dia pernah mengalami peristiwa yang sangat memalukan saat diminta untuk memimpin doa dalam suatu persekutuan yang menggunakan bahasa Inggris. Dengan gemetar dia berdiri dan berdoa, "Our Heavenly Father, ...." setelah itu pikirannya kosong dan dia tidak bisa mengingat satu kata pun dalam bahasa Inggris. Dia mulai mendengar teman-temannya yang menahan ketawa dan setelah 6-7 menit dalam keheningan, pemimpin persekutuan mengucapkan kata "Amin". Peristiwa ini telah mendorongnya untuk semakin dekat kepada Allah, sumber kemenangan sejati yang menolongnya untuk mengatasi hambatan bahasa tersebut.

Setelah lulus, Ro melanjutkan studinya ke St. Paul's College di Kalkuta. Tantangannya semakin besar apalagi bagi dia sebagai seorang pemuda Hmar. Meskipun demikian, hal itu tidak menghambatnya untuk meneruskan tujuannya -- menerjemahkan Alkitab untuk Suku Hmar. Suatu saat Ro mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan Nehru. Sebagai hasilnya, Suku Hmar mendapat perhatian dari pemerintah dan Ro terpilih sebagai perantara suku ini dengan pemerintah. Bersamaan dengan waktu itu, Ro mendapat telegram dari Watkin Roberts -- orang yang membimbing ayah Ro untuk menerima Kristus. Watkin menawarinya untuk melanjutkan sekolah Alkitab di Inggris atau di Skotlandia. Sungguh keputusan yang sulit, akhirnya Ro memilih untuk melanjutkan studinya.

Di Skotlandia, Ro tidak hanya melanjutkan sekolah Alkitab, tetapi dia juga terus melanjutkan penerjemahan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Hmar. Dia juga mengontak British and Foreign Bible Society untuk menerbitkannya. Di tempat inilah Ro bertemu dengan Billy Graham yang menyarankannya untuk melanjutkan pendidikan ke Wheaton College, Amerika. Ro memenuhi saran itu. Saat masih studi di Wheaton College, dia berteman dengan para pemimpin Kristen yang berpengaruh, antara lain Bob Pierce dari World Vision dan V. Raymond Edman yang menjadi Wheaton College President. Suatu ketika, Ro mendapat tawaran dari Watkin Roberts untuk mengambil alih Indo-Burma Pioneer Mission yang didirikan Watkin beberapa tahun lalu. Lembaga misi ini hanya mempunyai sekelompok pekerja asing yang sungguh- sungguh mengasihi Allah dan mempunyai kerinduan untuk melayani Allah. Tahun 1958 bersamaan dengan selesainya penerjemahan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Hmar, Ro dipilih sebagai pemimpin Indo-Burma Pioneer Mission. Ro akhirnya kembali ke India. Dalam jangka waktu kurang dari setahun, Ro sudah mendirikan 9 sekolah desa dan sebuah sekolah tinggi Kristen. Pada tahun 1960 pelayanan misi di India berkembang dengan pesat. Sedangkan tahun 1970, di India ada 350 misionaris nasional, 65 sekolah desa, sebuah sekolah tinggi, dan sebuah rumah sakit. Namun setelah itu, perkembangan pelayanan ini banyak mendapat gangguan, terutama karena adanya pemberontakan kaum Komunis dan pengaruh komunisme di kalangan pemuda Hmar sangat besar. Karena itu mereka mengundang Ro agar kembali ke India. Pada saat itu, Ro sedang melanjutkan studinya di Amerika.

Mengirimkan Alkitab PB dan menanggapi terhadap surat-surat yang masuk telah membuka kesempatan untuk memberitakan Injil. Semuanya itu bisa terjadi berawal dari visi yang ditangkap oleh Rochunga Pudaite untuk menjangkau dunia bagi Kristus.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Ro memenuhi panggilan tersebut. Dia langsung terlibat pelayanan penginjilan yang telah direncanakan dan disiapkan oleh para pemimpin gereja Hmar. Banyak orang bertobat meskipun mereka harus menghadapi penganiayaan dan penolakan dari keluarganya. Sampai saat itu, fokus pelayanan Ro adalah Suku Hmar dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Namun sekarang dia mulai memikirkan untuk memperluas fokusnya yaitu seluruh dunia. Menjangkau dunia tampaknya seperti hal yang mustahil. Hanya untuk membagikan Injil ke setiap penduduk India membutuhkan satu tim yang terdiri atas ribuan misionaris dan butuh waktu bertahun-tahun. Pasti ada cara yang lebih baik untuk menjangkau dunia. Ro minta petunjuk dari Allah untuk mencapai visinya itu. Pencerahan di dapat saat dia melihat buku telepon yang berisi daftar nama dan alamat dari orang-orang yang cukup mampu untuk membayar telepon -- orang-orang yang berpendidikan, berpengaruh, dan menjadi pemimpin di berbagai tempat di Kalkuta dan New Delhi.

Pengiriman Alkitab Perjanjian Baru kepada semua pelanggan telepon -- itulah pelayanan yang akan dilakukannya. Ro kemudian menjalin kontak dengan Kenneth Taylor -- penulis Living Bible. The World Home Bible League juga setuju untuk bekerja sama. Dengan kepastian tersebut, Bibles for the World didirikan pada tahun 1971. Pelayanan misi kepada Suku Hmar masih terus dilanjutkan sebagai salah satu bagian dari pelayanan misi internasional ini.

Di halaman pertama dari Alkitab Perjanjian Baru yang didistribusikan terdapat satu kesaksian yang ditulis oleh Ro dan sebuah alamat di New Delhi. Segera setelah pengiriman pertama dilakukan, banyak surat yang masuk. Dari 50.000 Alkitab PB yang dikirimkan telah mendapatkan surat respon sebanyak 20.000 lebih. Hal ini merupakan kesempatan pertama kalinya bagi banyak orang untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Alkitab.

Menjangkau para pelanggan telepon di India saja sudah merupakan suatu tugas yang monumental. Namun Ro memperluas pandangan ke wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Burma, Thailand, Sri Lanka, dan kepada seluruh pelanggan telepon di seluruh dunia. Mengirimkan Alkitab PB dan menanggapi surat-surat yang masuk telah membuka kesempatan untuk memberitakan Injil. Semuanya itu bisa terjadi berawal dari visi yang ditangkap oleh Rochunga Pudaite untuk menjangkau dunia bagi Kristus.

Bahan diedit dari sumber:
Judul buku : From Jerusalem to Irian Jaya -- A Biographical History of Christian Missions
Penulis : Ruth A. Tucker
Penerbit : Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan
Judul : Kam, Joseph
Halaman : 440 -- 444
Sumber : e-JEMMi 43/2003