SUKU BANJAR
Kalimantan Selatan
Letak | : | Kalimantan Selatan |
Populasi | : | 2.500.000 jiwa |
Bahasa | : | Banjar |
Agama Mayoritas | : | Islam |
Anggota Gereja | : | 50 (0,002%) |
Alkitab dalam bahasa Banjar | : | Tidak Ada |
Film Yesus dalam bahasa Banjar | : | Tidak Ada |
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Banjar | : | Tidak Ada |
Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan
dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang. Adat,
bahasa dan kepercayaan mereka adalah akibat pengaruh berabad-abad
dari orang Dayak, Melayu dan Jawa. Ada juga orang Dayak yang menjadi
orang Banjar karena memeluk agama Islam. Orang Banjar dapat dibagi
dua dari segi dialek bahasa, yaitu Banjar Hulu dan Banjar Kuala.
Suku Banjar terdapat di propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah, Sumatera dan Malaysia (Perak, Selangor dan Johor). Mereka
juga terkenal dengan julukan masyarakat air (`the weter people')
karena adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan
KEBUTUHAN hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin,
ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
SOSIAL BUDAYA
Sebagian besar hidup bertani dan menangkap ikan. Sekarang
banyak pula yang bergerak dalam bidang perdagangan, transportasi,
pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan, atau menjadi
pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian pegawai negeri.
Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam yang diwariskan
secara turun temurun dan kerajinan permata. Salah satu tehnik anyaman
mereka yang terkenal adalah mengayam dengan bulu ekor kuda.
Kalimantan Selatan sangat kaya akan kandungan bahan galian yang belum
dikembangkan sepenuhnya, meliputi platin, emas, batubara, kaolin,
mangan dan air raksa. Demikian juga hasil hutannya di ekspor dalam
jumlah besar, seperti kayu meranti, ramin, pulai, kayu lapis, karet,
kopra, kamper, jelutung, buah tengkawang, damar dan rotan.
Banjarmasin juga terkenal akan hasil intannya.
Orang Banjar selalu mengaitkan segala aktivitas kehidupannya
dengan Islam. Upacara-upacara adat yang masih dipertahankan
disesuaikan atau dipadukan dengan hukum Islam, seperti upacara
kelahiran, kematian, perkawinan, mendirikan rumah bertani dan
sebagainya. Sistem kekerabatan suku Banjar adalah bilateral, yakni
ditarik menurut garis keturunan ayah dan ibu bersama-sama. Rumah
tangga orang Banjar biasanya terdiri atas lebih dari satu keluarga,
dan disebut bubuhan (keluarga luas). Istilah ini melambangkan suatu
sifat kekeluargaan yang mempersatukan. Pemimpin-pemimpin bubuhan
termasuk unsur adat yang sangat dihormati, di samping pemimpin yang
diangkat resmi oleh pemerintah. Dalam percakapan sehari-hari, orang
Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar. Peran dan kedudukan yang agak
istimewa bagi bahasa Banjar adalah bahwa penutur bahasa itu dianggap
lebih tinggi statusnya dibandingkan dengan penutur bahasa daerah
Kalimantan lainnya.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Hampir semua orang Banjar menganggap diri orang islam. Sistem
pengajian dipakai secara luas sejak abad 18 dan membawa perkembangan
pesat dalam penyebaran agama Islam. Sekarang ini, di Kalsel dan
Kalteng berdiri banyak sekali sekolah semacam pesantren atau
madrasah, dibandingkan sekolah biasa. Dalam kehidupan sehari-hari,
mereka masih melakukan sinkretrime antara kepercayaan adat warisan
pengaruh kerajaan Hindu dengan agama. Misalnya, balampah (ilmu untuk
memperoleh kuasa penyembuhan, meramal dsb), Mappanre Tassi (perjamuan
pada bulan April oleh para nelayan di pesisir pantai, dengan memberi
persembahan ke dalam laut agar berhasil, dan jimat berupa ayat-ayat
Al,Quran. Salah satu jimat yang terkenal adalah Tembang Liring, yaitu
jimat yang hurufnya ditulis dengan tinta yang telah dicampur dengan
darah orang yang mati terbunuh dan rohnya terus-menerus dipuja. Suku
Banjar juga menganggap beberapa tempat sebagai tempat keramat, dimana
roh halus menetap. Sang Batara Kala atau Sang Kala adalah sebutan bagi
dewa yang menguasai roh-roh itu. Beberapa desa Banjar memiliki
kebiasaan mempersembahkan 40 macam kue kepadanya pada waktu mengadakan
selamatan.
KEBUTUHAN
Kekayaan alam dan kesuburan tanah tempat orang Banjar ternyata
tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka. Hasil yang mereka
peroleh hanya untuk dimakan sendiri. Hal ini disebabkan karena sarana
dan prasarana transportasi (kondisi jalan dan angkutan) yang terbatas
yang menyebabkan produk mereka (hasilpertanian dan non pertanian)
sulit untuk dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal
mengurangi ruang gerak mereka berusaha secara beroduktif.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat :
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan
suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan
bagi Anak Domba !"
(\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di
tengah-tengah suku Banjar, agar terang dan kemuliaan Tuhan
bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh
kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya
untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa
syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai
untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku
Banjar
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan
untuk mengadopsi suku Banjar yang juga berbeban dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri