Pendahuluan

Beberapa tahun yang lalu, ketika mengunjungi Endiburg (Skotlandia), saya berdiri di jalan raya yang tidak jauh dari tempat peristirahatan saya. Pada waktu saya berdiri di sana, saya melihat sepasang suami istri datang ke arah saya dengan mendorong kereta bayinya. Mereka kelihatan senang sekali, berpakaian baik dan kelihatannya orang kaya. Saya mencoba memandangi bayi itu sekilas ketika mereka lewat, melihat perhatian saya kepada bayi mereka, mereka berhenti dan mempersilahkan saya untuk melihat si kecil yang berpipi merah muda.

Saya mengamati mereka sebentar, ketika mereka berjalan terus dan berpikir betapa indahnya bahwa Allah mengizinkan seorang laki-laki memilih seorang wanita yang kelihatan sangat cantik dan yang mengasihi dia, dan wanita itu memilih dia dari semua laki-laki yang dia kenal. Kemudian mereka memisahkan diri mereka untuk menjadi satu, dan Allah dalam rencanaNya memberi mereka kemampuan untuk melahirkan. Bayi yang telah lahir dalam keluarga itu sesuatu yang menakjubkan, karena mempunyai beberapa ciri yang kelihatan sama dengan ayah dan ibunya. Setiap orang tua melihat gambaran dirinya pada anak yang dikasihinya.

Melihat kejadian masa kecil di atas saya rindu kepada masa kecil saya. Yang sangat saya sayangkan karena tidak akan pernah saya alami lagi. Pada waktu saya terus berdiri di jalan itu saya melihat kereta bayi lain datang ke arah saya. Sebuah kereta bayi bekas dan sudah tua. Jelas kedua ayah dan ibunya miskin. Kedua-duanya berpakaian kurang baik dan sangat sederhana, tetapi pada saat saya menunjukkan keinginan untuk melihat bayi mereka, mereka berhenti dan merasa bangga sama seperti orang tua tadi yang mengizinkan saya memandangi bayinya yang berpipi merah muda dan bermata indah.

Saya berpikir pada waktu mereka melanjutkan perjalanan, "Allah telah memberikan bayi kecil ini yang orang tuanya tidak punya apa-apa yang Dia berikan juga kepada orang lain. Anak kecil itu memiliki lima jari-jari pada setiap tangannya, bibirnya yang mungil dan mempunyai dua buah mata. Kalau dirawat sebagaimana mestinya, tangan-tangan kecil itu pada suatu hari nanti dapat menjadi tangan-tangan seniman atau musikus.

Kemudian timbul pikiran lain dalam benak saya: "Tidaklah mengherankan bahwa Allah tidak memilih yang sehat dan berpendidikan dan berkata, 'Kamu boleh mempunyai anak', dan kepada yang miskin dan tidak berpendidikan berkata, 'Kamu tidak boleh mempunyai anak'. Setiap orang di bumi ini mempunyai hak untuk mempunyai anak.

Perintah pertama yang diberikan kepada manusia ialah "Beranak cuculah dan bertambah banyak." Dengan perkataan lain, ia melahirkan seperti dirinya sendiri. Allah tidak berkata kepada Adam dan Hawa, orang tua pertama kita, untuk menjadi orang tua rohani. Mereka telah menjadi serupa dengan gambarNya. Dosa belum berkuasa. Ia hanya berkata, "Beranak cuculah, saya ingin lebih banyak lagi seperti anda, lebih banyak lagi seperti gambaranKu."