Apakah Tuhan Butuh Pelayanan Kita?

Pelayanan merupakan aspek integral dalam kehidupan orang Kristen. Kita mungkin sering mendengar ada yang berkata, “Mau pergi pelayanan dulu,” atau, “Hari ini kamu ada pelayanan apa?”

Menurut KBBI, pelayanan berarti perihal melayani, atau usaha untuk melayani kebutuhan orang lain (dengan memperoleh imbalan). Kata kuncinya adalah melayani kebutuhan. Misalnya kita punya usaha jual-beli kendaraan bermotor. Artinya, kita memenuhi kebutuhan pelanggan terkait perdagangan unit kendaraan. Jadi, melakukan pelayanan gereja berarti melayani kebutuhan Tuhan.

Lho, apakah Tuhan yang punya segalanya itu masih butuh sesuatu dari kita?

Yuk, kita bahas mengapa melayani itu baik bagi kita dan seperti apa pandangan yang benar tentang pelayanan menurut Alkitab.

Pelayanan yang Benar

“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi … juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” – Kisah Para Rasul 17:24-25

Ayat di atas adalah ucapan Paulus saat berada di Athena. Untuk menjelaskan siapa Allah yang ia sembah, Paulus menggambarkan kebesaran Tuhan. Ia menekankan bahwa Allahnya bukanlah Tuhan yang kekurangan sehingga harus dilayani oleh manusia.

Membaca ayat di atas, bisa jadi kita mengira, “Apakah ini artinya saya tidak perlu melayani Tuhan?”

Wah, daripada terburu-buru menyimpulkan, simak dua landasan untuk melayani Tuhan dengan benar berikut ini.

1. Pelayanan adalah mengelola pinjaman Tuhan

Seluruh semesta adalah kepunyaan Tuhan. Apa pun yang kita miliki—rumah, kendaraan, kampus, kantor, keluarga, uang, sahabat—semuanya milik Tuhan. Apalagi jemaat dan gereja, sudah pasti milik Tuhan, termasuk di dalamnya: sound system, perlengkapan multimedia, alat musik, talenta orang-orangnya, dan lain-lain.

Dengan kata lain, kita meminjam dari Tuhan. Menjadi tugas kitalah untuk menjaga dan mengelola semua pinjaman itu dengan baik. Pelayanan adalah mengelola apa yang Tuhan titipkan kepada kita. Entah kita melayani sebagai worship leader, singer, atau usher, semua itu sama baiknya.

Hal terpenting dari pelayanan adalah cara pandang kita terhadap pelayanan itu sendiri. Jangan sampai kita melayani dengan motivasi yang salah. Misalnya, demi uang atau kepopuleran. Terkadang, inilah kenapa pelayanan di belakang layar cenderung lebih sedikit peminatnya.

Selain itu, alangkah baik jika kita melayani untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan jemaat, bukan karena suka atau mampu dalam bidang tertentu saja.

2. Kesempatan melayani adalah privilese dari Tuhan

Adalah suatu kebanggaan tersendiri jika kita dipercaya dalam pelayanan. Melayani merupakan hak istimewa dari Tuhan untuk kita. Untuk itu kita perlu memiliki sikap hati yang benar.

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” – Kolose 3:23

Lakukan pelayanan dengan hati yang tertuju kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Dalam hal ini, kita melayani layaknya seorang hamba (Kolose 3:22). Hamba akan patuh dan hormat kepada tuannya. Ia selalu memikirkan kepuasan sang tuan, dengan cara mengelola sebaik-baiknya apa yang menjadi milik tuannya.

Waktu kita melayani Tuhan, fokuskan pikiran kita kepada-Nya. Berusahalah untuk selalu memberikan yang terbaik bagi Tuhan, bukan bagi kepentingan sendiri. Melayani segenap hati juga dapat diartikan bahwa kita berani bekerja keras, mengambil tanggung jawab, tidak pilih-pilih pelayanan, dan tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain.

Jadi, Tuhan kita bukanlah Allah yang kekurangan sehingga butuh dilayani. Pelayanan justru menjadi sarana kita untuk belajar bersyukur dan mengelola dengan baik apa yang menjadi milik Tuhan. Selain itu, pelayanan juga membantu kita agar tetap konsisten dalam menjalani komitmen sebagai pengikut Kristus.

Selamat melayani dengan sepenuh hati. Tuhan Yesus memberkati.

Source : https://gkdi.org/blog/pelayanan/