Kraol di Kamboja

Pendahuluan/Sejarah

Orang-orang Kraol hidup di perbatasan provinsi Kracheh dan Mondolkiri. Mereka berjumlah hampir 3.000 jiwa, dengan sebagian besar orang tinggal di Kracheh. Sebagian besar dari mereka tinggal di sepanjang tepi Sungai Krieng. Mereka sangat menderita selama perang Kamboja. Pada suatu waktu, mereka dipaksa untuk mengadopsi cara hidup Khmer, termasuk agama dan bahasanya, dalam upaya untuk "memperadabkan" mereka.



Kraol1


Mereka dibom selama perang Vietnam-Amerika dan orang Vietnam memaksa mereka untuk membantu membawa perlengkapan di Jalan Ho Chi Minh yang terkenal. Di bawah Khmer Merah, mereka sangat dianiaya dengan hebat dan dipaksa pindah ke daerah lain untuk menanam padi. Pada akhir 1980-an, desa Kraol, terutama Srie Chi, dibakar oleh Khmer Merah dan banyak penduduk desa yang tewas. Beberapa orang dari suku Bunong telah menikah dengan suku mereka, tetapi mereka umumnya hidup di antara orang-orang mereka sendiri dan masih menggunakan bahasa mereka sendiri meskipun sebagian besar dapat berbicara dalam bahasa Khmer dengan cukup baik.

Seperti Apakah Kehidupan Mereka?

Sebagian besar orang Kraol adalah petani padi, dan mereka memelihara sapi yang dijual ke Khmer setiap tahun. Sapi-sapi dibiarkan merumput di hutan pada siang hari dan dibawa kembali ke desa pada malam hari. Karena pusat desa Kraol baru-baru ini dihancurkan, mereka membangun kembali desa dalam gaya Khmer lengkap dengan Wat(sebuah istilah yang merujuk kuil Buddha _red.), di mana beberapa dari orang-orang muda hidup sebagai biarawan. Terdapat pendidikan dasar, tetapi hanya dari kelas satu sampai kelas tiga, yang guru-gurunya biasanya adalah orang-orang muda Khmer dari kota Kratie yang tidak terbiasa dengan kehidupan hutan sehingga pelajaran di kelas hanya berlangsung selama beberapa hari setiap bulan. Para tetangga yang paling dekat dengan Kraol adalah orang-orang Mel. Bahasa mereka mirip dengan bahasa orang T'moan, tetapi memiliki dialek yang berbeda. Bahasa Mel dan Kraol tidak dapat saling dimengerti sehingga mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Khmer.

Apakah Keyakinan Mereka?

Walaupun mengaku menjadi Buddha karena tekanan politik, semua orang Kraol adalah penganut animisme dan tetap memberikan korban persembahan dari kepercayaan animisme mereka. Mereka menjalankan upacara pengorbanan tahunan, yaitu saat ketika mereka menyembelih beberapa kerbau atau sapi untuk menenangkan roh-roh yang mereka takuti. Biasanya, untuk penyakit atau mantra, mereka akan mempersembahkan ayam dan babi sebagai korban.

Perayaan hari besar Buddha dipadukan dengan minum anggur dan pengorbanan-pengorbanan animistik untuk roh-roh. Injil baru saja disampaikan kepada orang Kraol dan sebagian besar dari mereka masih belum mendengarnya.



Kraol2

Apakah Kebutuhan Mereka?

Orang-orang Kraol hanya memiliki satu jalan-tanah buruk yang menuju ke desa mereka dan hanya beberapa sumur yang digali oleh sebuah organisasi beberapa tahun yang lalu untuk 3.000 orang. Hanya desa utama yang memiliki akses ke air sumur. Karena keterpencilan wilayah mereka maka segala sesuatunya menjadi mahal termasuk bahan bakar untuk bajak, makanan kaleng, dan alat-alat. Orang-orang Kraol tinggal di sepanjang Sungai Krieng dan tidak ada jembatan yang menjadi tempat penyeberangan dari sungai ini dekat tempat tinggal mereka. Orang Kraol tinggal di kedua sisi sungai sehingga menyeberang ke sisi lain dari sungai menjadi hal yang sulit untuk dilakukan setiap saat di sepanjang tahun. Karena kemiskinan mereka, tidak ada pasar untuk menjual hasil pangan yang mereka tanam dan sedikit akses untuk perawatan medis, pendidikan, atau infrastruktur modern.

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs : Joshua Project
Alamat situs : http://joshuaproject.net/people_groups/12835/CB
Judul asli artikel : Kraol in Cambodia
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Penerjemah : Jing-Jing
Tanggal akses : 21 Oktober 2015